Landasan Teori Latar Belakang Masalah

24 s hu zhōng lāo yuè . air di meraup bulan . Meraup bulan di dalam air. 20. 水 推 舟 shùn shu tuī z hō . menyusuri air mendorong perahu . Mendorong perahu menuruni aliran arus.

2.3 Landasan Teori

Teori yang dipakai untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian ini adalah teori semantik leksikal. Chaer 2009:8 mengatakan dalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada kata-kata dari bahasa tersebut. Leksikal adalah makna yang ada pada kata-kata. Maka dengan teori ini akan diselidiki makna dari setiap kata-kata pada beribahasa tersebut kemudian dihubungkan dengan makna kata shuǐ yang diartikan secara denotatif dan konotatif. Untuk meneliti analisis makna kata shuǐ pada peribahasa Cina digunakan teori dari Leman 2007 yang mengatakan peribahasa ialah kelompok kata 词 cízǔ atau kalimat 子 jùzi yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya mengandung maksud tertentu. Peribahasa yang berisi nasihat, prinsip hidup, motivasi, kearifan, dan kebijaksanaan biasanya mengambil bentuk perumpamaan atau perbandingan. Maka setelah makna kata shuǐ telah diartikan secara denotatif Universitas Sumatera Utara 25 dan konotatif akan ditemukan kesesuaian makna yang dimaksudkan pada peribahasa tersebut. Sesuai dengan teori Leman yang menyatakan bahwa setiap peribahasa pasti memiliki makna tertentu. Setelah mengetahui makna dari peribahasa tersebut maka akan mudah untuk menganalisis nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan nilai- nilai budaya yang terkandung dalam peribahasa bahasa Cina digunakan teori dari Suwondo, dkk 1994 yang mengatakan nilai budaya adalah sesuatu yang bernilai, pikiran dan akal budi yang bernilai yang semua itu mengarah pada kebaikan. Dengan demikian akan diketahui seberapa penting peribahasa tersebut dalam kehidupan masyarakat Cina serta dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana budaya masyarakat Cina dari peribahasanya. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air merupakan cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang terdapat dan diperlukan di dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung senyawa hidrogen dan oksigen, KBBI, 2005 : 8. Air adalah sumber kehidupan di dunia dan merupakan salah satu eleman penting yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia setelah udara. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar tiga per empat bagian yang terdiri atas air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 — 5 hari tanpa air. Tidak hanya pada manusia, hewan pun demikian. Jika kita lihat acara TV, Nasional Geografi, bagaimana serombongan hewan mamalia sedang bermigrasi menempuh perjalanan ratusan kilo meter jauhnya. Ada gajah, kerbau, kambing, sapi, berjalan dengan semangat yang menggebu-gebu untuk mencari air. Naluri hewan akan membimbingnya untuk mencari keberadaan sumber air itu. Apabila di suatu daerah terdapat banyak air, maka rumput pun dapat tumbuh subur sebagai santapannya. Begitu jelas bahwa air merupakan sumber kehidupan, bahkan para ahli filsafat kebatinan kuno Cina mengupasnya dalam kitab Tao Tek Keng tentang sifat air sebagai pelajaran bagi umat manusia untuk meniru sifat air. Dalam Universitas Sumatera Utara 2 meditasi Cina yang dikenal dengan sebutan Tai-Chi atau sering dikenal dengan Yoga, menjadikan air sebagai simbol dari para praktisi Tai-Chi. Bagi para praktisi Tai-Chi yang telah sungguh-sungguh mendalami, menghayati dan mengamalkan ilmunya itu, hidupnya akan penuh dengan keseimbangan, keselarasan, dan keharmonisan. Dalam air terkandung sifat-sifat kebebasan, spontan, kerendahan hati, dan kekuatan dalam daya lentingan untuk menerima perubahan tanpa kecemasan dan ketegangan. Manusia tidak pernah terlepas dari air. Begitu besar pengaruh air pada kehidupan manusia. Sama pentingnya dengan peranan bahasa bagi kehidupan manusia. Tidak beda dengan air, bahasa juga merupakan kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas bumi ini, karena dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya Depdiknas, 2005: 3. Struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan, Mansyur dan Suratno, 2009 : 126 Menurut KBBI Alwi, 2002 : 88 bahasa berarti sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. Peranan bahasa juga mempengaruhi hubungan antar masyarakat ataupun bangsa, sebab dengan bahasa, suatu negara dapat melakukan hubungan kerjasama Universitas Sumatera Utara 3 dengan negara-negara lain. Melalui kemajuan, hubungan tersebut mendorong orang untuk tidak hanya mempelajari bahasa ibu, tetapi juga mendorong orang untuk mempelajari bahasa asing. Ada banyak hal yang dapat dipelajari dalam bahasa asing khususnya bahasa Mandarin. Salah satunya adalah peribahasa atau dalam bahasa Mandarinnya disebut dengan shúyǔ Hanzi : 熟语 . Peribahasa sangat melekat pada kehidupan masyarakat Cina. Peribahasa menjadi nasihat, prinsip hidup, atau motivasi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Cina. Baik dalam dunia bisnis, sosial bermasyarakat, politik, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, kesuksesan masyarakat Cina salah satunya dipengaruhi oleh peribahasa. Peribahasa shúyǔ Hanzi : 熟语 dalam bahasa Mandarin terbagi atas empat, yaitu 谚 语 y ànyǔ yang dapat disetarakan dengan pepatah dalam bahasa Indonesia. 歇 语 xiēhòuyǔ sama seperti perumpamaan kiasan, ibarat yang biasa menggunakan benda ataupun sesuatu yang lain sebagai perbandingan. Sementara 语 chéngyǔ sama dengan idiom ataupun ungkapan dan 惯 用 语 g uànyòng yǔ disetarakan bahasa gaul atau slang ragam bahasa yang tidak resmi dan tidak baku. Peribahasa ialah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya mengandung maksud tertentu. Peribahasa yang berisi nasihat, prinsip hidup, motivasi, kearifan, dan kebijaksanaan ini biasanya mengambil bentuk perumpamaan atau perbandingan leman, 2007. Untuk membentuk perumpamaan atau perbandingan tersebut, dalam peribahasa banyak Universitas Sumatera Utara 4 mengandung kata benda, hewan, tumbuhan, manusia, gunung, dan lain-lain dalam pembentukan diksinya. Hubungan makna peribahasa dengan kata pembentuknya sering tidak jelas. Bahkan peribahasa sulit dialihbahasakan secara harfiah kedalam bahasa lain, terlebih lagi idiom. Hampir tidak mungkin dapat untuk diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain. Contohnya saja banting tulang dalam idiom bahasa Indonesia pada kalimat „Ayah banting tulang untuk mencari nafkah‟. Tidak akan dapat menerjemahkannya dengan mencari kata „banting‟ dan „tulang‟ dalam kamus kemudian disejajarkan dengan kata-kata yang lainnya. Maka akan ditemukan kejanggalan dalam kalimat tersebut. Atau dalam idiom bahasa Mandarin 水车薪 bēishuǐchēxīn jika diartikan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia maka akan menjadi „secangkir air kendaraan kayu bakar‟. Sangat janggal dan tidak logis pengertian yang terkandung dalam kalaimat itu. Maka untuk mengetahui maksud dari peribahasa tersebut haruslah menganalisisnya terlebih dahulu dari aspek semantik leksikal dan idiomatik. Apabila dilihat dari analisis makna pada pernyataan di atas memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan, dsb untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb KBBI, 2005:37. Analisis makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan menghubungkan masing-masing hakikat makna Parera, 2004 : 51. Maka untuk mengetahui makna peribahasa sesungguhnya haruslah Universitas Sumatera Utara 5 menganalisisnya terlebih dahulu dengan makna denotasi dan konotasi agar makna tiap kata pada peribahasa tersebut sesuai dengan makna secara keseluruhan. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual, juga merupakan makna pada kalimat yang denotatif yang tidak mengalami perubahan makna, sedangkan makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya, yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Setelah peribahasa tersebut dianalisis secara denotatif dan konotatif maka peribahasa tersebut akan dianalisis nilai budayanya. Nilai adalah sesuatu yang bernilai, pikiran dan akal budi yang bernilai yang semua itu mengarah pada kebaikan, Suwondo, dkk 1994. Budaya adalah sesuatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok masyarakat, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Maka nilai budaya adalah nilai-nilai yang tertanam dalam suatu masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, dan sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai budaya dapat dipelajari dari berbagai bidang. Salah satunya adalah dari peribahasa. Maka penelitian ini akan membahaskan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam peribahasa Cina yang mengandung kata s huǐ air. Sudah tidak asing lagi di telinga bahwa pepatah Cina sangat terkenal akan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakatnya. Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya maka harus terlebih dahulu mengetahui nilai budaya apa yang terdapat dalam Universitas Sumatera Utara 6 peribahasa tersebut. Kemudian dari nilai budaya tersebut akan diketahui kualitas dari peribahasanya. Peribahasa yang akan diteliti diambil dari buku The Best of Chinese Sayings karya Leman. Buku ini berisi kata-kata yang memotivasi, kata-kata mutiara, filosofi yang sangat bernilai, dan falsafah hidup yang dikemas dalam bentuk peribahasa. Buku ini mengupas secara tajam dan gamblang pedoman luhur bangsa Cina yang memiliki kebudayaan tinggi sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Dari buku inilah penulis mengambil peribahasa yang mengandung kata s huǐ air untuk dijadikan bahan skripsi. Contohnya : dapat kita lihat dari peribahasa Cina di bawah ini : 水中捞 Shuǐzhōng lāo yuè. Air di meraup bulan Peribahasa ini mempunyai makna : „Melakukan pekerjaan yang tak mungkin terwujud.‟ Pada contoh di atas, dapat dilihat pemakaian kata yang sama yaitu s huǐ air. Melihat hal ini penulis merasa tertarik mempelajari peribahasa yang memiliki unsur s huǐ air. Apakah semua peribahasa yang menggunakan kata shuǐ memiliki arti air juga bila dilihat dari maknanya dan apa nilai budaya yang terkandung di dalamnya hingga peribahasa tersebut dapat dijadikan sebagai motivasi hidup, dari itu semua maka penulis terdorong untuk meneliti tentang “Analisis Makna Kata Shu Air dalam Peribahasa Cina. Universitas Sumatera Utara 7

1.2 Batasan Masalah