Epidemiologi. Etiologi. Human Papilloma Virus

commit to user 20 DNA mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum memasuki tahap pembelahan selanjutnya. Jika kerusakan DNA berat dan tidak dapat direparasi, maka sel akan memasuki jalur apoptosis Pecorino, 2005; Nicholas, 1998; Rotter, 2002. Apabila protein p53 terikat oleh protein E6 virus HPV maka fungsinya akan terganggu sehingga fungsi penghentian siklus sel pada checkpoint akan hilang dan sel akan membelah terus tanpa adanya mekanisme reparasi DNA, apoptosis dan terjadi angiogenesis Pecorino, 2005; Andrijono, 2004; Allen 1995; Tannock 1998.

2.3 Karsinoma serviks uteri.

Karsinoma serviks uteri merupakan karsinoma primer dari serviks kanalis servikalis dan atau porsio. Karsinoma serviks merupakan kanker yang menduduki urutan perta ma dari kejadian kanker secara keseluruhan maupun pada organ genitalia wanita setelah karsinoma payudara dan karsinoma ovarium di negara berkembang Andrijono, 2004.

2.3.1 Epidemiologi.

Dengan ditemukannya 41 kasus baru dan 20 kematian setiap hari, karsinoma serviks uteri merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan kematian yang cukup tinggi Hadibrata, 2009. Di dunia, angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks uteri menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara di negara maju commit to user 21 angka ini telah menurun seiring dengan suksesnya program pemeriksaan sel Rasjidi, 2007.

2.3.2 Etiologi.

Pada awalnya sel karsinoma serviks uteri berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga merubah perilakunya dengan melakukan pembelahan sel yang tak terkendali, imortal dan menginvasi jaringan stroma disekitarnya. Keadaan ini menyebabkan terjadinya mutai genetik yang tidak dapat diperbaiki dan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker. Human papilloma virus HPV menjadi penyebab utama karsinoma serviks uteri. Karsinoma serviks jenis squamosa lebih dari 90 mengandung DNA virus HPV, dan 50 karsinoma serviks berhubungan dengan HPV tipe 16. Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe HPV, tipe 16 dan 18 mempunyai peranan penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengkode pembentukan protein yang penting dalam replikasi virus Azis, 2001. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor p53 menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma pRb menjadi tidak aktif. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. inaktifnya p53 dan pRb akan menyebabkan sel yang bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa memperbaiki DNA-nya. Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya kanker. commit to user 22

2.3.3 Human Papilloma Virus

Human Papilloma Virus HPV termasuk golongan Papovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat bersifat memicu terjadinya perubahan genetik. HPV berbentuk ikosahedral dengan ukuran 50-55 nm, 72 kapsomer, dan 2 protein kapsid. HPV merupakan suatu virus yang bersifat ”non-enveloped” yang mengandung ”double stranded DNA”. Virus ini juga bersifat epiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit dan selaput lendir dengan karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi. Infeksi virus HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prakarsinoma, kondiloma akuminata, dan karsinoma. Meskipun HPV menyerang wanita, virus ini juga mempunyai peran dalam timbulnya karsinoma pada anus, vulva, vagina, penis, dan beberapa karsinoma orofaring Bosch, 2008. Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat terindentifikasi, yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe virus HPV risiko rendah jarang menimbulkan karsinoma sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu karsinoma. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Di Indonesia tipe virus yang menyebabkan karsinoma adalah tipe 16, 18, dan 52. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90 karsinoma serviks uteri disebabkan oleh HPV dan 70 di antaranya disebabkan oleh tipe 16 dan 18. Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan lebih dari 50 karsinoma commit to user 23 serviks uteri. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16 memiliki kemungkinan terkena karsinoma serviks uteri sebesar 5. Telah dijumpai banyak bukti mengenai hubungan HPV dengan kanker secara umum dan karsinoma serviks uteri secara khusus. Pertama, HPV DNA dideteksi dengan teknik hibridisasi pada sekitar 85 karsinoma serviks dan pada 90 kondiloma serviks dan lesi prakanker. Kedua, tipe HPV tertentu berhubungan dengan karsinoma serviks risiko tinggi dan kondiloma risiko rendah. Ketiga, penelitian in vitro membuktikan bahwa HPV tipe risiko tinggi memiliki kemampuan untuk mengubah sifat sel dalam biakan, dan kemampuan ini berhubungan dengan onkogen viral yang spesifik gen E6 dan E7. Keempat, status lokasi virus bersifat spesifik pada kanker, dimana virus tersebut terintegrasi dengan genom DNA sel induk. Hal ini berbeda dengan DNA virus yang berada dalam keadaan bebas pada kondilomata dan lesi prakanker lainnya. Kelima, onkoprotein E6 dari HPV tipe 16 dan 18 mengikat gen supresor p53 dan mempercepat degradasi proteolisisnya, sementara protein E7 mengikat gen retinoblastoma dan melepaskan faktor transkripsi yang umumnya dihambat oleh pRb. Kedua aksi ini mempengaruhi pengaturan siklus sel. Keenam, kelainan kromosom tertentu, termasuk amplifikasi 3q, berhubungan dengan HPV spesifik HPV 16. HPV dapat berperan sebagai faktor inisiator maupun promoter dalam siklus sel. Setelah terjadi infeksi oleh HPV, E6 dan E7 yang merupakan produk HPV tersebut diekspresikan pada sel-sel ini, dan mengakhiri pembatasan progresi siklus sel dan menunda diferensiasi akhir siklus sel normal Sherman et al, 1997. commit to user 24

2.3.4. Stadium.