BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kedudukan antara kedua belah pihak tidaklah seimbang, dimana kedudukan
PDAM Tirtanadi lebih tinggi dari pada CV. Indra Utama, dikarenakan Pihak PDAM Tirtanadi yang menentukan sepenuhnya isi dari kontrak tersebut.
Sedangkan kedudukan CV. Indra Utama lebih rendah dikarenakan isi dari kontrak tersebut sudah baku dan hanya mempunyai pilihan untuk menerima
dan menyetujui serta menandatangani kontrak baku tersebut atau meninggalkan dan menolak kontrak.
2. Pelaksanaan perjanjian pemasangan pipa distribusi air minum antara PDAM
Tirtanadi dengan CV. Indra Utama, dimulai dengan tahap pra kontrak dimana PDAM Tirtanadi mengirimkan penawaran beserta uraian pekerjaan kepada
CV. Indra Utama, lalu CV. Indra Utama menjawab penawaran tersebut dengan melampirkan Rencana Anggaran Biaya Pemasangan, setelah harga
disetujui PDAM Tirtanadi mengeluarkan Surat Perintah Kerja. Kemudian CV. Indra Utama harus menyelasikan pekerjaan selama tujuh hari beserta
segala resiko dan tanggung jawab yang tertera dalam Surat Perintah Kerja tersebut, setelah pekerjaan selesai dilaksanakan kedua belah pihak membuat
Berita Acara Hasil Pemeliharaan Bersama dan berita Acara Laporan Hasil Pemeriksaan Bersama. Dari hasil pemeriksaan tersebeut, kedua belah pihak
sepakat menyatakan bahwa pekerjaan yang dimaksud telah selesai dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
3. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian yakni adanya hambatan
dimana ketidaksesuaian spesifikasi barang yang ditentukan dalam kontrak tidak sesuai dengan kenyataannya, Upaya yang dilakukan apabila terjadinya
ketidaksesuaian spesifikasi barang, barang tersebut harus diganti oleh pihak kontraktor sesuai dengan barang yang ditentukan dalam kontrak.
B. Saran
1. Sebaiknya perlu ada kesadaran dari pihak yang membuat kontrak perjanjian
khususnya perjanjian pengadaan barang dan jasa pemerintah mengenai pemahaman asas equality in law, sebab jika asas ini dapat dijalankan dengan
baik, maka resiko terjadinya perselisihan akan berkurang.
2. Seharusnya perlu ada sosialisai lebih lanjut mengenai perubahan kedua
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Barang Jasa Pemerintah yang diubah menjadi Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012
Tentang Barang Jasa Pemerintah, agar para perusahaan penyedia barang dan jasa pemerintah lebih siap dalam melaksanakan kontrak-kontrak pengadaan
pemerintah.
3. Seharusnya dalam menyelesaikan sengketa pengadaan barang dan jasa
pemerintah lebih di utamakan diselesaikan melalui musyawarah, dan kemudian melalui pilihan hukum dalam menyelesaikan permasalahan yang
tertera dalam kontrak perjanjian yang disepakati, dan jangan terlalu
memudahkan untuk langsung melayangkan gugatan ke pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR MINUM SEBAGAI SUATU
PERJANJIAN MENURUT KUH PERDATA
A. Pengertian Perjanjian Atau Perikatan