Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

independen untuk meningkatkan kualitas kinerja serta mengurangi penyimpangan pengelolaan perusahaan. Komite audit lebih lanjut diatur dalam Kep-339BEJ07-2001 yang mengharuskan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki komite audit. Beberapa ketentuan komite audit yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan, antara lain sebagai berikut: a. Pedoman Good Corporate Governance Maret, 2001 yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki komite audit. b. Kep-103MBU2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit. c. Kep-29PM2004 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Pada bulan Mei 2002, Komite Nasional Good Corporate Governance mengembangkan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Komite Audit bertugas memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen FCGI, 2002. Tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan risiko dan kontrol, serta melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan corporate governance. Mekanisme corporate governance yang baik penting dalam meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga perusahaan dapat menghindari permasalahan keuangan. Dalam Pembentukan Komite Audit yang Efektif tersebut, dijelaskan pedoman mengenai karakteristik Komite Audit untuk menjamin praktek- praktek corporate governance yang baik. Semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk mematuhi rekomendasi dalam hal karakteristik Komite Audit. karakteristik-karakteristik yang dimiliki antara lain Jumlah, independensi, Frekuensi Pertemuan dari komite audit, dan Kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit. Jumlah komite audit berhubungan dengan jumlah anggota komite audit. Independensi komite audit berhubungan dengan seberapa besar keterlibatan anggota komite audit dengan aktivitas perusahaan. Frekuensi pertemuan dari komite audit diwujudkan melalui pertemuan komite audit dalam satu tahun. Sedangkan kompetensi yang dimiliki oleh anggota komite audit berhubungan dengan pengetahuan akuntansi, keuangan dan audit serta pengalaman dalam tata kelola perusahaan. Melalui karakteristik komite audit yang baik diharapkan akan memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kesulitan keuangan. Penelitian ini dikaji oleh penulis berdasarkan hasil penelitan terdahulu yang penulis paparkan sebagai berikut. Menurut Penelitian Carello, Neal 2002 Komite Audit yang indpnden membuktikan secara negtif terkait dengan going concern perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan. Semakin besar Independensi dalam Komite Audit maka semakin rendah probabilitas perusahaan financial distress akan menerima going conccren dari auditor eksternal. Peneliti Lin et al. 2006 meneliti hubungan karakeristik komite audit dengan penyajian laba kembali pada perusahaan publik. Penelitian tersebut menggunakan variabel independen karakteristik komite audit yaitu ukuran komite audit, independensi komite audit, keahlian keuangan, aktivitas komite audit dan kepemilikan saham. Hasil penelitian membuktikan bahwa ukuran komite audit berhubungan negatif dengan penyajian kembali laba. Sedangkan empat karakteristik komite audit yang lain tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Pada penelitian Windram 2002 mengatakan frekuensi pertemuan memiliki hubungan yang signifikan negatif dengan financial distress, namun pengungkapan yang berbeda dari penelitian Rahmat et.al 2008 menyatakan frekuensi rapat tidak ada hubungan negatif dengan financial distress, dalam penelitian Abawayya 2010 menguji pengaruh karakteristik Komite Audit terhadap financial distress. Menggunakan variabel independen berupa ukuran, komposisi direksi non-eksekutif, frekuensi rapat dan gender Komite Audit. Peneliti Putra 2010 menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap penyajian laba kembali. Menggunakan variabel independen berupa proporsi independen komite audit, frekuensi pertemuan, dan keahlian keuangan komite audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan karakteristik komite audit yang baik yaitu proporsi independen komite audit, frekuensi pertemuan, dan keahlian keuangan komite audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap penyajian laba kembali. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Tivani Vota Anggarini 2010 yang meneliti mengenai Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Perbedaan peneliti ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode penelitiannya. Priode penelitian yang digunakan dalam peneliti ini dimulai pada tahun 2011-2013. Selain itu populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Perusahaan manufaktur dipilih karena kesamaan kegiatan operasional perusahaan yaitu dalam mengolah bahan mentah menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi dan juga secara umum perusahaan tersebut mencakup segala bentuk usaha dan produk yang terdiri dari industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi sehingga sampel yang dipilih lebih beragam. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali “ Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Priode 2011 – 2013”.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian dilator belakang diatas maka peneliti membuat identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan mengalami Financial distress 2. Faktor-faktor Penilaian terhadap Komite audit. 3. Apakah Corporate governance bepengaruh terhadap terjadinya financial distress. 4. Apakah Jumlah komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ? 5. Apakah independen komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ? 6. Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ? 7. Apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan ?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan yang di identifikasi diatas, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu hanya berfokus pada jumlah komite audit, jumlah komite audit diukur dengan jumlah anggota di dalam komite audit. Independen Komite Audit diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota komite audit yang independen terhadap jumlah seluruh anggota komite audit. Frekuensi pertemuan komite audit dapat dilihat dari anuual report. Kompetensi anggota komite audit diukur berdasarkan latar belakang pendidikan keuangan dan pengalaman kerja yang dimiliki, dan Financial distress diproksikan dengan ukuran Interest Coverage Ratio. Penelitian ini menggunakan populasi perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI priode 2011-2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan Pemaparan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Jumlah komite audit berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 2. Apakah Jumlah independen komite audit berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 3. Apakah frekuensi pertemuan komite audit berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ? 4. Apakah kompetensi anggota komite audit berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh Jumlah komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. 2. Mengetahui pengaruh independen komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. 3. Mengetahui pengaruh frekuensi pertemuan komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. 4. Mengetahui pengaruh kompetensi komite audit terhadap kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai karakteristik komite audit dan financial distress. 2. Bagi manajemen, sebagai wacana tentang pentingnya komite audit untuk menghindari financial distress. 3. Bagi akademis, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pendukung dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

3 90 92

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Praktik Manjemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2012.

1 75 90

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Ukuran Dewan, dan Struktur Kepemilikan terhadap Financial Distress(Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011)

5 35 132

Pengaruh Financial Leverage Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 22 82

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, STRUKTUR KEPEMILIKAN, KUALITAS AUDIT DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 2 87

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

1 8 82

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 9

Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1 9 20

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 2 74

Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 0 11