Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

(1)

PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH

(UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI

DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL

KELUARGA WARGA BINAAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Univeritas Sumatera Utara

Oleh:

SRI REZEKI ULINA SINURAYA

050902066

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” yang disusun oleh: Sri Rezeki Ulina Sinuraya, Nim: 050902066 yang dibimbing oleh Bapak Agus Suriadi, S.Sos. Msi

ABSTRAK

Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menimbulkan PMKS. Salah satu jenis PMKS adalah Gelandangan dan Pengemis. Selain itu, faktor pendukung munculnya Gelandangan dan Pengemis adalah Urbanisasi dan Pembangunan wilayah yang timpang. Individu yang tidak memiliki SDM yang baik akan kalah bersaing di kota dan akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan termasuk menjadi Gelandangan dan Pengemis. Permasalahan gelandangan dan pengemis ini mampu menimbulkan kriminalitas yang meresahkan dan mengganggu kenyamanan hidup masyarakat. Salah satu cara menangani permasalahan gelandang dan pengemis adalah dengan memasukkan mereka ke Panti Sosial untuk dibina.Salah satu panti sosial yang menangani masalah tersebut yang berada di Sumatera Utara adalah UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. UPTD ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan pembinaan yang dibutuhkan oleh warga binaan selama masa rehabilitasi sehingga warga binaan nantinya mampu untuk menghadapi tantangan hidup dan tidak bergelandangan kembali setelah keluar dari panti.

Penelitian termasuk tipe penelitian deksriptif dimana penelitian ini guna mendeskripsikan peranan UPTD Balai pungai sejahtera binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. Adapun lokasi penelitian ini di Jl.Perintis Kemerdekaan No. 4 Binjai. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga binaan yang ada di UPTD balai pungai sejahtera Binjai yang berjumlah 47 KK dan penarikan sampel yang digunakan adalah N=n. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, angket, wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Deskriptif Kualitatif.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam merehabilitasi warga binaan yang meliputi pelayanan bimbingan agama, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan, kerjasama dengan instansi terkait dan pelayanan kebutuhan dasar telah berusaha memberikan fasilitas yang terbaik guna meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.Peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat dikatakan efektif. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warga binaan yang sudah dikeluarkan oleh panti, warga binaan yang dikembalikan ke masyarakat merupakan orang-orang yang telah menunjukkan sikap baik selama rehabilitasi, orang-orang tersebut terlihat rajin dalam bekerja, giat dalam beribadah, memiliki sejumlah tabungan yang mereka peroleh dari kegiatan bertani. Dimana pengetahuan bertani itu mereka dapat dari pelayanan keterampilan yang diberikan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Tabungan yang mereka peroleh digunakan untuk modal awal kembali ke tengah-tengah masyarakat sehingga diperkirakan mampu hidup secara mandiri setelah keluar dari panti.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Berkat Rahmat dan ridho -Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini Saya persembahkan terkhusus buat Mamakku tersayang P. Hanum Harahap, Bapakku P.Sinuraya (Alm) yang sudah menjadi semangat buat saya dan telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang serta semua saudara-saudara yang telah mendukung Penulis selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu Penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis menghanturkan Banyak Terima Kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi., selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si selaku Dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian


(4)

Skripsi ini. Terima kasih pak sudah berkenan membagi ilmu dan waktunya kepada Saya.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. H. Umur Ginting selaku pimpinan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di UPTD tersebut.

6. Kepada seluruh staf dan pegawai yang ada di UPTD yang telah membantu penulis dalam proses penelitian untuk penyelesaian skripsi ini (Buat kak susi makasi ya sudah ngasi data-data yang di perlukan, bang eka makasih sudah mau ngantar-ngantar selama penyebaran angket, buat bang junaidi dan bang aulia makasih sudah jadi teman yang baik selama penulis berada di panti)

7. Kepada semua warga binaan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang telah membantu penulis dalam hal pengumpulan data

8. Buat Mamakku tersayang P. Hanum Harahap, Bapakku P. Sinuraya (Alm) dan Abangku Budi Dharma Sinuraya/Nurcahaya Hasibuan, Dame Halomoan Sinuraya, ST(makasi atas doa dan dukunganya selama ini), Ponakan2ku Tondi Raihan Perdana Sinuraya, Aditya Dwi Anggara Sinuraya (semoga menjadi anak yang pintar dan berguna untuk agama,bangsa dan negara).


(5)

9. Buat Kariz dan Hotnida (makasih sudah mau begadang bantuin aku), Julia, Rohani, dan Nova Makasih untuk persahabatan yang kalian tawarkan untuk aku thanks a lot.

10.Teman-teman kessos ’05 (KOMA) Yustina, Mei lasrina, Rudi, JD, Erni, Hayati, Moris, Mele, Kartika, Nanda, ….….dan semua seniorku dan juniorku di Kessos Daniel ’08 (makasih buat antar-antarannya), Malem ’08 (makasih buat SMSnya dan sudah ganggu tidurnya selama ini).

11.Buat keluarga besar BASE CAMP 103,0 MHZ yang telah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, Wak Ndut (makasih banyak ya Wak sudah ngasih PKL di Kantor), Wak Udin, Om Bravo/Kak Eka, Kak Umi, Kak Titik, Bang Jai, Bang Andre, Bang Dino, Bang Bintang, Fitri, Cery makasih buat semangat dan doa yang telah di berikan.

12.Buat Steven Joel (Yudi Agustian) yang telah menjadi orang special dan penyemangat dalam penulisan skripsi ini.

13.Buat seseorang yang pernah singgah dihatiku, makasih buat perhatian dan doanya selama ini.

14.Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini, aku ucapkan terima kasih dan sukses buat kalian semua.


(6)

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan Terima Kasih

Medan, juni 2009 Penulis

Sri Rezek Ulina Sinuraya


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... ... ... i

KATA PENGANTAR ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

1.4 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian ... 14

2.1.1 Peranan ... 14

2.1.2 Keluarga ... 15

2.1.3 Fungsi Keluarga ... 16

2.1.4 Gelandangan ... 19

2.1.5 Pengemis ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 23

2.3 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 25

2.3.1 Definisi Konsep ... 25

2.3.2 Definisi Operasional ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 30

3.3.1 Populasi ... 30

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30


(8)

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian ... 33

4.2 Tugas dan Fungsi ... 34

4.2.1 Tugas. ... 34

4.2.2 Fungsi... ... 35

4.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian ... 36

4.3.1 Struktur Organisasi ... 36

4.3.2 Keadaan Pegawai ... 38

4.4 Keadaan Panti dan Keadaan Warga Binaan ... 40

4.4.1 Keadaan Pantia ... 40

4.4.2 Keadaan Warga Binaan ... 41

4.5 Fasilitas UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai ... 42

4.6 Prasarana/Kegiatan Pelayanan ... 43

BAB V ANALISA DATA 5.1 Peranan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan ... 46

5.1.1 Pembinaan Keagamaan ... 47

5.1.2 Bimbingan Sosial ... 48

5.1.3 Bimbingan Keterampilan ... 48

5.1.4 Pelayanan Konsultasi Pribadi ... 49

5.1.5 Pelayanan Kesehatan ... 49

5.1.6 Kerjasama Dengan Instansi Terkait ... 49

5.1.7 Pelayanan Kebutuhan Dasar ... 50

5.2 Keberfungsian Sosial ... 50

5.2.1 Kemandirian ... 50

5.2.2 Kemampuan Bersosialisasi Dalam Keluarga dan Masyarakat ... 51

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 101


(9)

Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar nama pegawai negeri sipil UPTD Balai Pungai Sejahtera

Binjai……… ... 39

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….…..………... ... 51

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur………..……… ... 53

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama…………..…...………... 54

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa……..……….. ... 55

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Daerah……..……….. ... 56

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir……… ... 57

Tabel 8 Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Masuk Panti………. ... 58

Table 9 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak……….……….. ... 59

Tabel 10 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Menjadi Gelandangan dan Pengemis……… ... 60

Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Gelandangan dan Pengemis ... 61

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Penyebab Masuk Ke Panti……….. ... 62

Tabel 13 Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Lama Tinggal Di Panti….. ... 63

Tabel 14 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Selalu Mengikuti Kegiatan Keagamaan ... 64

Tabel 15 Distribusi Responden Berdasarkan Siapakah yang Menjadi Pembimbing Kegiatan Keagamaan ... 65

Tabel 16 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Kegiatan Keagamaan Memiliki Jadwal Yang Tetap ... 65

Tabel 17 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan Sesuai Dengan Jadwal ... 66

Tabel 18 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Selalu Mengikuti Kegiatan Apel Pagi ... 67

Tabel 19 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Di Panti Ada Kegiatan Kurpei... 68 Tabel 20 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Selalu Ikut


(10)

Kegiatan Kurpei ... 69 Tabel 21 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Diadakan

Kegiatan Ronda Setiap Malam... 70 Tabel 22 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keterampilan

Yang Didapatkan ... 71 Tabel 23 Distribusi Responden Berdasarkan Siapakah Yang Memilih

Keterampilan Yang Diperoleh ... 72 Tabel 24 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Sarana dan Prasarana

Keterampilan Sudah Lengkap ... 73 Tabel 25 Distribusi Responden Berdasarkan Masalah Apa Yang Biasa

Dikonsultasikan Dengan Bapak/Ibu Asuh ... 74 Tabel 26 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelayanan

Konsultasi Pribadi Bermanfaat ... 75 Tabel 27 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Dengan

Berkonsultasi Masalah Dapat Teratasi ... 75 Tabel 28 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Frekuensi Menderita Sakit ... 76 Tabel 29 Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit

Apa Yang Sering Diderita ... 77 Tabel 30 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Tindakan

Pengobatan Yang Diberikan Jika Sedang Sakit ... 78 Tabel 31 Distribusi Responden Berdasarkan Ke Manakah Biasanya

Berobat Jika Sakit ... 79 Tabel 32 Distribusi Responden Berdasarkan Dari Manakah Biaya

Pengobatan Jika Menderita Sakit ... 80 Tabel 33 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Pelayanan

Yang Diberikan Instansi Lain Bermanfaat ... 81 Tabel 34 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Penyampaian

Materi Yang Disampaikan Oleh Instruktur Yang Datang

Dari Lembaga Terkait ... 82 Tabel 35 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Panti


(11)

Tabel 36 Distribusi Responden Berdasarkan Bangaimana

Kondisi Pakaian Yang Diterima... 84 Tabel 37 Distribusi Responden Berdasarkan Darimana Mendapatkan

Pakaian Selain Dari Panti ... 85 Table 38 Distribusi Responden Berdasarkan Berapa Kali Dalam

Sehari Memperoleh Jatah Makan ... 86 Table 39 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Pola Konsumsi Terhadap Ikan ... 87 Tabel 40 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Pola Konsumsi Terhadap Daging ... 88 Table 41 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Pola Konsumsi Terhadap Susu ... 89 Table 42 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Pola Konsumsi Terhadap Buah-Buahan ... 90 Table 43 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana

Pola Konsumsi Terhadap Sayur ... 90 Table 44 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Merasa

Nyaman Tinggal Ditempat Yang Disediakan ... 91 Table 45 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Merasa Sudah

Mampu Memnuhi Kebutuhan Hidup Dengan

Program Yang Diberikan ... 92 Table 46 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Hubungan

Dengan Pegawai ... 93 Table 47 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Hubungan

Antar Warga Binaan ... 94 Table 48 Distribusi Responden Berdasarkan Pernahkah Melakukan +

Kesalahan Selama Tinggal Di Panti ... 95 Table 49 Distribusi Responden Berdasarkan Kesalahan Apa

Yang Dilakukan ... 96 Table 50 Distribusi Responden Berdasarkan Hukuman Apa

Yang Diberikan Jika Berbuat Salah ... 97 Table 51 Distribusi Responden Berdasarkan Jika Bapak/Ibu Punya Masalah


(12)

Apakah Warga Yang Lain Mau Membantu ... 98 Tabel 52 Distribusi Responden Berdasarkan Bagaimana Partisipasi Bapak/Ibu

Jika Sedang Diadakan Musyawarah ... 99 Table 53 Distribusi Responden Berdasarkan Apaka Nantinya Bapak/Ibu

Mampu Bergaul dan Bersosialisasi Kembali Di Lingkungan


(13)

DAFTAR BAGAN

1. Bagan Alir Pemikiran ... 24 2. Bagan Struktur ... 37


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner (Angket)

2. Pengajuan dan Persetujuan Judul Skripsi

3. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

4. Lembar Kegiatan Bimbingan Penulisan Proposal Penelitian 5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian/Penulisan Skripsi

6. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan

7. Surat Keterangan telah mengadakan penelitian di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dengan judul “PERANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI DALAM MENINGKATKAN FUNGSI SOSIAL KELUARGA WARGA BINAAN” yang disusun oleh: Sri Rezeki Ulina Sinuraya, Nim: 050902066 yang dibimbing oleh Bapak Agus Suriadi, S.Sos. Msi

ABSTRAK

Krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menimbulkan PMKS. Salah satu jenis PMKS adalah Gelandangan dan Pengemis. Selain itu, faktor pendukung munculnya Gelandangan dan Pengemis adalah Urbanisasi dan Pembangunan wilayah yang timpang. Individu yang tidak memiliki SDM yang baik akan kalah bersaing di kota dan akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan termasuk menjadi Gelandangan dan Pengemis. Permasalahan gelandangan dan pengemis ini mampu menimbulkan kriminalitas yang meresahkan dan mengganggu kenyamanan hidup masyarakat. Salah satu cara menangani permasalahan gelandang dan pengemis adalah dengan memasukkan mereka ke Panti Sosial untuk dibina.Salah satu panti sosial yang menangani masalah tersebut yang berada di Sumatera Utara adalah UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. UPTD ini memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan pembinaan yang dibutuhkan oleh warga binaan selama masa rehabilitasi sehingga warga binaan nantinya mampu untuk menghadapi tantangan hidup dan tidak bergelandangan kembali setelah keluar dari panti.

Penelitian termasuk tipe penelitian deksriptif dimana penelitian ini guna mendeskripsikan peranan UPTD Balai pungai sejahtera binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. Adapun lokasi penelitian ini di Jl.Perintis Kemerdekaan No. 4 Binjai. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh warga binaan yang ada di UPTD balai pungai sejahtera Binjai yang berjumlah 47 KK dan penarikan sampel yang digunakan adalah N=n. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, studi lapangan, observasi, angket, wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Deskriptif Kualitatif.

Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam merehabilitasi warga binaan yang meliputi pelayanan bimbingan agama, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan, kerjasama dengan instansi terkait dan pelayanan kebutuhan dasar telah berusaha memberikan fasilitas yang terbaik guna meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.Peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat dikatakan efektif. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warga binaan yang sudah dikeluarkan oleh panti, warga binaan yang dikembalikan ke masyarakat merupakan orang-orang yang telah menunjukkan sikap baik selama rehabilitasi, orang-orang tersebut terlihat rajin dalam bekerja, giat dalam beribadah, memiliki sejumlah tabungan yang mereka peroleh dari kegiatan bertani. Dimana pengetahuan bertani itu mereka dapat dari pelayanan keterampilan yang diberikan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Tabungan yang mereka peroleh digunakan untuk modal awal kembali ke tengah-tengah masyarakat sehingga diperkirakan mampu hidup secara mandiri setelah keluar dari panti.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi yang terjadi sejak bulan Agustus 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek perekonomian di Indonesia, terutama ekonomi rakyat kecil. Krisis yang berkepanjangan hingga saat ini juga telah mengakibatkan krisis multidimensional, yang mengakibatkan jumlah penduduk miskin semakin meningkat, krisis perbankan, masalah kemiskinan menjadi topik menarik karena jumlah penduduk yang jatuh dibawah garis kemiskinan meningkat sekali, pernah dihitung (secara keliru oleh BPS) menjadi 79,5 juta orang. Perhitungan keliru dilakukan karena diasumsikan pendapatan rumah tangga tetap (tidak naik), ketika tahun 1998 terjadi inflasi 78% dalam menyatakan pendapatan semua orang termasuk penduduk miskin seperti buruh tani juga naik, kadang-kadang bisa lebih dari 100% sehingga kemiskinan tahun 1998 disepakati hanya 49,5 juta atau 24,2 % (Mubyarto, 2004:400).

Masalah angka kemiskinan ini menjadi lebih banyak diperdebatkan oleh ekonom dan non-ekonom ketika BKKBN mengumumkan angka kemiskinan dari data-data keluarga sejahtera yang dikumpulkannya. Menurut BKKBN yang diklasifikasikan keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I harus dianggap keluarga miskin dalam kaitan peluncuran program JPS. Angka penduduk miskin versi BKKBN diperoleh dengan mengalihkan angka keluarga miskin dengan


(17)

kemiskinan menjadi miskin alasan ekonomi dan miskin bukan alasan ekonomi ( Mubyarto: 399-400).

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan juga merupakan masalah global, sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk

merujuk kepada negara-negara yang "miskin"

Kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer.

Pengertian diatas dapat diiterprestasikan bahwa ketidakmampuan mereka dalam menggunakan sarana sebagai suatu pertanda kondisi ekonominya yang sangta lemah. Dapat dipahami, bahwa dalam upaya menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut terutama yang berkaitan dengan kebutuhan primernya tidak memiliki modal dasar sebagai penunjangnya (Sismudjito, 2004:136).

Kemiskinan dapat dilihat sebagai fenomena yang kompleks dan dapat ditelusuri dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi, ketidaklengkapan (inadequancy), hubungan desa dan kota, dan perbedaan antara


(18)

suku, agama dan daerah. Kondisi miskin oleh Bangsa Indonesia telah berdampak semakin meningkatnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di masyarakat, yang tentunya juga membutuhkan penanganan yang serius dan terpadu. Pemerintah Indonesia juga telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan meratakan pendapatan ini melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:

1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan perumahan.

2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan . 3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. Pemerataan kesempatan kerja. 5. Pemerataan kesempatan berusaha.

6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan wanita.

7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air. 8. Pemerataan memperoleh keadilan (Sumardi, 1982: 7).

Semua itu adalah upaya pemerintah dalam mencoba melaksanakan pemerataan pendapatan, yang dengan demikian mencoba memerangi kemiskinan. Hal ini berarti pula pemerintah telah berusaha memikirkan perubahan strategi pembangunannya dengan menggunakan model kebutuhan pokok.

Selain itu data mengenai fakir miskin di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42%) dibandingkan dengan penduduk miskin 2007 yang berjumlah 37,17 juta orang (16,58%) berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta orang. Sementara jumlah fakir miskin di Sumatera menunjukan


(19)

ada 1.979.702 orang yang mempunyai potensi yang sangat besar menjadi gelandangan dan pengemis. Potensi sumber daya yang dimiliki oleh fakir miskin mempunyai kecenderungan makin lama makin menipis habis. Belum lagi kita melihat data mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sebanyak: 3.456.702 tersebar di 5.616 desa, 361 kecamatan, 25 kabupaten/kota. Hal tersebut sangatlah merisaukan dan juga dapat berpotensi menimbulkan

masalah yang sam

14/03/09 pukul 11.25).

Salah satu jenis dari penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) adalah gelandangan dan pengemis. Gelandangan dan pengemis tampaknya menjadi rona tersendiri dan tak pernah pupus mencoreng wajah perkotaan tak terkecuali di kota Medan. Terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan satu ini timbul sejumlah pertanyaan siapa yang salah dan siapa yang bertanggung jawab mengentaskan mereka dari lembah kemiskinan. Sampai saat ini para gelandangan dan pengemis belum banyak tersentuh program-program yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat tetapi jika mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Demikian juga disebutkan dalam pasal 34 bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Maka jelas negara harus memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar. Negara dalam hal ini bukan hanya unsur pemerintahan tetapi seluruh unsur masyarakat, termasuk LSM, organisasi keagamaan, organisasi sosial masyarakat lainnya, tidak terkecuali perseorangan yang peduli terhadap fakir miskin, gelandangan dan pengemis.


(20)

Masalah gelandangan dan pengemis adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan Bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 karena gelandangan dan pengemis dapat meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Gelandangan dan pengemis adalah fenomena sosial yang tidak dapat dihindarkan keberadaannya dari kehidupan masyarakat, terutama yang berada di perkotaan yang terkait dengan berbagai faktor antara lain, keterbatasan lapangan kerja, rendahnya tingkat pendidikan, kondisi kehidupan ekonomi dan faktor mental. Hal ini adalah merupakan tanggung jawab kita semua untuk mencari solusi, yang konkrit untuk mengentaskan para gelandangan dan pengemis menjadi manusia yang hidup layak (http/www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468 diakses tanggal 14/03/09 pukul 11.15 Wib).

Selain itu gelandangan dan pengemis merupakan gejala sosial dan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks, secara umum paling berpengaruh adalah faktor ekonomi khususnya efek langsung dari pada masalah tenaga kerja, perkembangan teknologi dan mekanisme. Menganalisa gejala gelandangan dan pengemis yang sangat erat hubunganya dengan faktor-faktor karakternya seperti, malas bekerja, suka berfoya-foya, pasrah pada nasib, acuh tak acuh dan lain-lain yang secara langsung merupakan faktor yang mendorong hidup mereka kepada kehidupan dan gelandangan dan pengemis.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya masalah gelandangan dan pengemis adalah urbanisasi dan pembangunan wilayah yang timpang. Kota besar mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi seluruh lapisan masyrakat. Hal ini


(21)

uang dan pusat kemajuaan teknologi. Kota besar menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik penduduk berpindah dari desa ke kota. Banyak alasan yang muncul melatarbelakangi perpindahan penduduk dari desa ke kota (Urbanisasi) tersebut misalnya mengadu nasib, mencari pekerjaan, mengembangan usaha, melanjutkan pendidikan dan lain sebagainya.

Urbanisasi yang terjadi mengakibatkan kota menjadi tumpuan harapan banyak orang sehingga persaingan untuk memperebutkan sumber daya yang ada semakin kompetitif. Bagi individu yang mempunyai kapasitas SDM yang baik dan mempunyai kesempatan, tentunya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi. Hanya saja tidak semua SDM yang bermigrasi ke kota mempunyai kualitas yang baik, sehingga banyak yang kalah bersaing dalam kehidupan kota.

Kota tidak dapat menampung seluruh angkatan kerja yang mengalir terus-menerus dari daerah maupun desa sumber kota yang terbatas yang harus direbutkan oleh ratusan ribu orang. Pada akhirnya orang-orang yang tersisih ini biasanya akan menimbulkan masalah sosial dan kriminal. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan dan keberanian melakukan tindakan kriminal biasanya akan memilih pekerjaan apa saja yang dapat menghasilkan seperti: pemulung, kuli bangunan, asongan, sampai gelandangan dan pengemis. Pilihan ini tentunya bukan merupakan pilihan yang benar-benar diinginkan oleh mereka. Alasan untuk bertahan hidup merupakan alasan utama yang paling sering terlontarkan dalam membahas masalah gelandangan pengemis ini.


(22)

Urbanisasi merupakan proses sosial yang memiliki dampak ganda, yakni dampak positif dan negatif, mempunyai dampak positif karena ternyata proses sosial semacam ini mampu memberikan angin kehidupan yang lebih baik bagi kaum migran, mengembangkan perekonomian kota dan mampu menyediakan tenaga kerja. Disamping itu proses urbanisasi sesungguhnya selaras dengan adanya kondisi kehidupan ekonomi yang relatif minimal didaerah pedesaan. Sehingga banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk memperbaiki kondisi ekonominya dengan jalan mencari pekerjaan lain diluar sektor pertanian guna mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Gejala demikian menimbulkan fenomena yaitu banyaknya migran yang mengirim penghasilannya ke daerah pedasaan atau ke daerah asal. Disamping dampak positif diatas, urbanisasi juga punya dampak negatif antara lain meningkatnya penduduk pedesaan yang datang ke kota sehingga terjadi urbanisasi berlebihan.

Konsekuensi logis dari gejala ini adalah munculnya berbagai problem sosial di daerah perkotaan yang disebabkan kehadiran kaum pendatang dengan karakteristik sosial ekonomi rendah. Ketidakberdayaan kondisi ekonomi kaum ini pada gilirannya melahirkan sebuah fenomena sosial yang banyak mendapat perhatian, baik dari kalangan pemerintah maupun akademisi. Fenomena sosial yang tampak adalah munculnya komunitas tertentu yakni pemukiman kumuh, perkampungan melarat dan kaum gelandangan. Fenomena semacam ini terdapat dikota-kota besar yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta (Salamah, 2004: 40-41).


(23)

kotor, serta merusak pemandangan kota. Disamping itu, kehadiran kaum ini dianggapnya sebagai pusat pengangguran, rawan terhadap kriminalitas yaitu pencurian, penjambretan, perjudian, mabuk-mabukan dan pelacuran. Bahkan, sentral-sentral gelandangan selalu dalam pengawasan pihak keamanan khususnya pihak kepolisian, karena disinyalir daerah ini sarat akan perilaku kejahatan, sesungguhnya pihak pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya penampungan pemberian keterampilan tetapi tetap saja para gelandangan masih menghiasi sudut-sudut kota bahkan malah semakin bertambah. Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka untuk memperoleh gambaran penjelasan secara empiris perlu dilakukan suatu penelitian tentang keuntungan-keuntungan sosial ekonomi apa yang diperoleh selama berada di kota bagi para gelandangan dan faktor-faktor apa yang berperan (Salamah, 2004: 40-41).

Jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) di Sumatera Utara menurut data Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara 2006 menyebutkan, populasi gepeng mencapai 7.813 orang, terdiri dari 4.373 orang gelandangan dan 3.440 orang pengemis. Sesuai data tahun 2007 yang diperoleh dari Dinas Sosial Sumut menunjukkan jumlah gelandangan pengemis dan anak jalanan (Gepeng Anjal) mencapai 95.791 orang. Rinciannya, 3.300 pengemis, 4.823 gelandangan dan 18.741 anak jalanan. Sementara itu, terdapat 68.927 anak terlantar, 62.428 anak balita terlantar, 161.755 keluarga fakir miskin dan paling besar jumlah keluarga yang tinggal di rumah tak layak huni (RTLH) mencapai 140.169 keluarga


(24)

dalam urusan gepeng dan anjal. Sumut hanya kalah dari DKI Jakarta dan Jawa

Timur

Wib).

Selanjutnya menurut data yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Depsos RI itu, Sumut terbesar kedua dari 33 provinsi memiliki masyarakatnya tinggal di rumah tak layak huni setelah Jawa Timur 404.864 RTLH. Kasubdit Bina Program P.Daulat Sembiring Dinas Sosial Sumut mengakui data itu dan masih dipakai untuk tahun 2008. Pejabat Dinsos itu menepis tidak ada penanganannya. Katanya, kemarin jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial itu terus mengalami peningkatan setiap tahun sejak terjadi krisis moneter terutama kelompok gepeng dan anak terlantar. Menurut Sembiring, program penanganannya telah dilakukan dengan membina dan menempatkan mereka di panti-panti seperti Panti Pungai Binjai dan sebuah panti di Sibolga. (http//www.waspada.co.id/index2. Diakses jumat 17/04/2009/ pukul 11.00 wib).

Dewasa ini penyandang masalah kesejahteraan sosial sangat memprihatinkan sebagai akibat dari krisis ekonomi dan krisis global yang melanda dunia. Bahkan, krisis global telah menambah jumlah gepeng. Perda gepeng bertujuan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan, kemampuan serta meningkatkan harkat dan martabat para gepeng. Berbagai upaya telah dilakukan instansi teknis bersama-sama dengan masyarakat melalui kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial dalam menangani masalah gepeng, baik dengan sistem penampungan di panti maupun luar panti. Namun, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya besarnya


(25)

pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana. Di sisi lain, masyarakat masih simpati dengan memberikan sebagian rezekinya kepada saudara-saudara kita yang meminta-minta dipersimpangan jalan dan di bawah lampu merah. Dengan ditetapkannya perda gepeng ini diharapkan pemkab/pemko sudah memiliki dasar hukum dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi gelandangan dan pengemis. Sehingga, tingkat urbanisasi masyarakat desa ke kota

dapat diminimalisir

11.00 wib).

Di Sumatera Utara ada 147 UPTD yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Beberapa diantaranya seperti, Panti Sosial Bina Remaja Nusa Putra Tanjung Morawa yang menangani masalah remaja yang putus sekolah dan membekali mereka dengan keterampilan, Panti Sosial Karya Bhakti Sei Buluh menampung dan memberdayakan orang-orang buta. Panti Sosial Parawarsa Berastagi yang menangani PSK yang terjaring oleh Satpol PP untuk dibina dan diberi keterampilan. Panti Sosial Anak Pengekepen Kabanjahe yang merupakan panti asuhan anak yang menampung anak-anak yang terlantar dan diterlantarkan oleh orang tua mereka. Panti Sosial Werdha Abdi Binjai yang menampung orang-orang jompo dan lansia yang terlantar. Panti Sosial Cacat Netra Baladewa Tebing Tinggi yang menampung orang-orang buta dan dibekali keterampilan seperti memijat. PSTPA Dharma Asih Medan yang menangani penitipan anak untuk orang tua yang sibuk agar anak mereka tidak diterlantarkan pada saat orang tua bekerja. Panti Sosial Harapan Bahkapul P.Siantar yang menampung orang jompo dan lanjut usia terlantar. UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang menangani masalah gelandangan pengemis yang terjaring razia oleh


(26)

Satpol PP untuk dibina dan dibekali keterampilan agar dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya dalam masyarakat (Daftar Panti Sosial Provinsi Sumatera Utara 2008).

Salah satu dari UPTD yang diuraikan diatas yang menarik untuk diteliti adalah masalah gelandangan pengemis yang ditangani oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa gelandangan dan pengemis merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pelayanan sosial yang diberikan kepada mereka sehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti peranan yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam rangka meningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan.

UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai ini mempunyai peranan seperti: bimbingan keagamaan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh warga binaan sosial, bimbingan sosial berupa arahan dari kepala UPTD/Kepala Seksi secara bergantian, melaksanakan kerja bakti, memberikan kepercayaan kepada warga binaan untuk melakukan roda malam, bimbingan keterampilan berupa pelatihan di bidang pertanian, pelayanan konsultasi pribadi melalui bimbingan oleh Bapak/ Ibu Asuh, pelayanan kesehatan di Poliklinik yang disediakan panti, kerjasama dengan instansi terkait yang bertujuan untuk membantu panti dalam upaya pembinaan warga binaan serta pelayanan kebutuhan dasar seperti sandang pangan dan papan.


(27)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan yang dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan. 1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pembaca dan instansi terkait dalam memahami dan menangani masalah gelandangan dan pengemis

2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam melakukan peranannya untuk meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan.


(28)

I.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh serta data analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian 2.1.1Peranan

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Bila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan maka dia mejalankan suatu peranan (Soekamto, 1990: 268).

Peranan mencakup 3 hal, yaitu:

1. Peranan mengikuti dihubungan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyrakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial.

Berdasarkan pengertian diatas maka peranan dalam diri seseorang dapat dibedakan melalui posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social position) merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi setiap orang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.


(30)

2.1.2 Keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu-kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia (Ahmadi, 2002: 239).

Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial, disamping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua masyarakat, disamping itu, keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya (Goode 1991: 87).

Keluarga dapat dibagi menjadi 2 : 1. Keluarga batih (Nuclear Family)

Keluarga batih merupakan satuan keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga tidak mengandung hubungan fungsional dengan kerabat dari keluarga orientasi salah satu pihak.

2. Keluarga Luas (Extended Family)

Keluarga terdiri atas beberapa keluarga batih. Kita mengenal beberapa tipe keluarga luas salah satunya ialah joint family yang terdiri atas beberapa orang lelaki kakak beradik berserta anak-anak mereka, dan saudara kandung perempuan mereka yang belum nikah. Laki-laki tertua diantara kakak beradik menjadi kepala


(31)

keluarga mana kala ayah mereka meninggal dunia (Clayton, dalam Sunarto,2004 :63-64).

Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum. Terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada di dalamnya dan secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah pendewasaan.

2.1.3 Fungsi Keluarga

Suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan disebut dengan fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga inti. Fungsi keluarga dapat digolongkan ke dalam beberapa fungsi yaitu:

a. Fungsi Biologis

Dalam fungsi ini diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan dengan persiapan yang cukup matang ini dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang baik dan harmonis.


(32)

b. Fungsi Pemeliharaan

Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat berlindung dari gangguan-gangguan :

1. Gangguan udara yaitu dengan menyediakan rumah.

2. Gangguan penyakit yaitu dengan berusaha menyediakan obat-obatan. 3. Gangguan bahaya yaitu dengan berusaha menyediakan senjata, pagar,

tembok dan lain-lain. c. Fungsi Ekonomi

Berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok yaitu: 1) Kebutuhan makan dan minum.

2) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuh. 3) Kebutuhan tempat tinggal.

d. Fungsi Keagamaan

Di Negara Indonesia yang ber-Ideologi Pancasila diwajibkan setiap rakyatnya untuk menghayati, mendalami, dan mengamalkan Pancasila di dalam perilaku dan kehidupan keluarga. Sehingga dapat diamalkan dalam keluarga. Dengan dasar pedoman ini keluarga diwajibkan untuk menjalankan dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam perlakuannya sebagai manusia yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


(33)

e. Fungsi Sosial

Dengan fungsi sosial, keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat. Serta mempelajari peranan-peranan yang diharapkan akan dijalankan kelak jika anak telah dewasa. Dengan fungsi ini diharapkan agar dalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua yaitu Ayah dan Ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain.

Wangsa Negara dalam Ahmadi (2003: 91) mengemukakan bahwa, fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal :

a. Pembentukan kepribadian, dalam lingkungan keluarga para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak-anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian dengan anak cucu dan keturunannya.

b. Keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang berakar dari etika, estetika, moral, keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.

c. Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara dalam transmisi kebudayaan.

d. Keluarga berfungsi sebagai lembaga perkumpulan perekonomian. e. Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.


(34)

2.1.4 Gelandangan

Gelandangan dapat dilukiskan sebagai seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan layak, tidak memiliki tempat tinggal yang tetap serta makan disembarang tempat. Menurut Jan A. Muttalib dan Sudjarwo, menggambarkan bahwa gelandangan mengandung tiga pengertian sebagai berikut:

1. Gelandangan sebagai kelompok orang yang sangat miskin atau dimiskinkan oleh masyarakat.

2. Gelandangan adalah orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai.

3. Gelandangan merupakan pola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan keterasingan (Winarni, 2006: 323).

Di dalam kamus Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta mengatakan sebagai berikut : bergelandang adalah berjalan kesana kesini tidak tentu maksudnya. Gelandangan, berarti orang yang bergelandangan (tak tentu tempat kediaman dan pekerjaan) (Arrasjid, 1980: 1).

Sedangkan menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Drs. Nabari Ginting MSi gelandangan adalah orang yang hidup tidak sesuai norma masyarakat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap.

Dengan demikian gelandangan dapat diartikan sebagai orang yang lontang lantung karena tidak mempunyai tempat tinggal atau mempunyai tempat tinggal yang tak layak dan yang tidak bermata pencaharian atau bermata pencaharian yang tak layak.


(35)

1. Tuna-karya dan tuna-wisma

Tuna-karya dan tuna-wisma adalah sama sekali tidak mempunyai pekerjaan dan tidak bertempat tinggal yang tetap.

2. Tuna-karya dan berwisma tak layak

Tuna-karya dan berwisma tak layak adalah sama sekali tidak mempunyai pekerjaan, tetapi mempunyai tempat tinggal tetap yang tak layak .

3. Berkarya-tak layak dan tuna-wisma

Berkarya-tak layak dan tuna-wisma adalah yang mempunyai pekerjaan yang tak layak dan tak bertempat tinggal tetap.

4. Berkarya-tak layak dan berwisma-tak layak

Berkarya tak layak dan berwisma tak layak adalah yang mempunyai pekerjaan yang tak layak, dan bertempat tinggal tetap yang tak layak.

Disamping empat golongan yang sudah di sebutkan diatas, maka kita juga harus memperhatikan mengenai usianya. Maksudnya, gelandangan itu dibedakan atas dasar usia, apakah dewasa atau belum dewasa (anak-anak). Hal ini sangat penting karena kalau ditinjau dari ilmu jiwa, masa atau fase-fase dari perkembangan usia dapat menentukan cara dan sifat kehidupan manusia itu lebih lanjut, begitu pula dengan aspek lainnya.

Berdasarkan hal itu maka dapat pula di golongkan menjadi : 1. Gelandangan dewasa.

2. Gelandangan anak-anak/belum dewasa.

Gelandangan dewasa dapat pula dibedakan atas : a. Sehat dan kuat fisiknya


(36)

c. Sehat badan, tapi invalid (misalnya walaupun tak berkaki, tapi sehat badannya)

d. Jiwanya sakit/terganggu jiwanya

e. Telah berusia tua/lemah fisik karena usia tuas

Gelandangan anak-anak/belum dewasa dibedakan lagi atas : a. Sehat dan kuat fisiknya sesuai dengan usianya

b. Berpenyakit dan lemah fisiknya c. Sehat badan, tetapi invalid d. Jiwa sakit/terganggu jiwanya

Perbedaan diatas adalah untuk menentukan jalan keluarnya, karena tidak semua gelandangan dapat diberikan jalan keluar yang sama dalam rangka penanggulanggan gelandangan.

2.1.5 Pengemis

Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Drs. Nabari Ginting MSi pengemis adalah orang yang mendapat penghasilan dengan cara meminta-minta ditempat umum dan mengharap belas kasihan dari orang lain.

Secara garis besar pengemis dapat didefinisikan sebagai orang-orang yang mendapat penghasilan dengan meminta-meminta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.

Kriteria yang dapat diberikan antara lain :

a. Anak sampai usia dewasa (laki-laki/perempuan) usia 18-59 tahun.


(37)

c. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan ayat-ayat suci, sumbangan untuk organisasi tertentu.

d. Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan penduduk pada umumnya.


(38)

2.2 Kerangka Pemikiran

Kebijakan pemerintah mengenai gelandangan dan pengemis harus dituangkan dalam kebijakan yang tegas baik dalam formalitas legislasinya maupun dalam penerapannya. Larangan mengemis dan menggelandang di persimpangan dan di perkantoran misalnya harus ditindak lanjuti dengan konsisten. Razia dan pembinaan yang dilakukan kepada gelandangan akan menjadi sia-sia bila ketegasan menjalankan peraturan tidak dilakukan. Gelandangan dan pengemis akan kembali lagi mengemis dan menggelandang begitu selesai dirazia dan dibina.

Untuk mengatasi persoalan gelandangan dan pengemis dalam meningkatkan fungsi sosialnya dalam keluarga maka dibutuhkanlah peranan dari pemerintah untuk membina kemandirian serta keberfungsian sosial keluarganya, agar dapat menjalankan fungsinya dengan semestinya. Dari itu pemerintah Provinsi Sumatera Utara membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pungai Sejahtera Binjai sebagai wadah pelayanan dan pembinaan bagi gelandangan dan pengemis yang terjaring dalam razia yang dilakukan oleh Satpol PP dengan pembinaan dan pelayanan yang diberikan, diharapkan dapat meningkatkan kemandirian gelandanggan dan pengemis yang dibina, sehingga mereka dapat kembali menjalankan keberfungsian sosial keluarganya dengan baik.


(39)

Bagan Kerangka Pemikiran

Gelandangan Pengemis

1. Tidak berfungsi secara sosial

2. Tidak memiliki SDM yang memadai 3. Bergantung pada orang lain

UPTD.Balai Pungai Sejahtera Binjai

Tujuan yang ingin dicapai yaitu kemandirian/

keberfungsian sosial keluarga warga binaan Peranan Lembaga

a. Pembinaan keagamaan b. Bimbingan sosial

c. Bimbingan keterampilan d. Pelayanan konsultasi

pribadi

e. Pelayanan kesehatan f. Kerjasama dengan instansi

terkait

g. Pelayanan kebutuhan dasar

Hasil yang diharapkan 1. Kemandirian sosial dan

ekonomi

2. Berfungsinya peranan-peranan sosial dalam keluarga warga binaan


(40)

2.3 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.3.1 Definisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Dalam hal ini konsep penelitian bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.

Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Peranan adalah aspek yang dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya.

2. Keluarga merupakan sekelompok orang yang diikat oleh ikatan darah atau perkawinan yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.

3. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga inti yaitu fungsi biologis, fungsi pemeliharaan, fungsi ekonomi, fungsi keagamaan, dan fungsi sosial.

4. Gelandangan adalah orang yang hidup tidak sesuai norma masyarakat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap.

5. Pengemis adalah orang yang mendapat penghasilan dengan cara meminta-minta di tempat umum dan mengharap belas kasihan orang lain.


(41)

2.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1981:33). Bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain. Dalam penelitian ini, peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam peningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat diukur dari indikator sebagai berikut:

1.Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai a. Pembinaan keagamaan

Pembinaan keagamaan yang diberikan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh WBS. Pembinaan keagamaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan agama yang rutin dilakukan oleh WBS eks Gepeng agar para WBS eks gepeng menjadi orang-orang yang taat beribadah sehingga mental yang dimiliki oleh mereka terbentuk dengan baik.

b. Bimbingan sosial

Kegiatan bimbingan sosial yang dilakukan oleh UPTD.Balai Pungai Sejahtera Binjai adalah:

1. Pemberian bimbingan pengarahan dari kepala UPTD/ Kepala seksi secara bergantian pada setiap apel pagi. Semua warga mengikuti kegiatan tersebut untuk dibina agar disiplin.


(42)

2. Melaksanakan kerja bakti dengan membersihkan lingkungan kantor dan tempat tinggal warga yang biasa disebut ‘kurpei’ agar dapat menggerakkan badan dan juga menambah keakraban diantara sesama warga.

3. Memberikan kepercayaan kepada WBS eks gepeng yang berjenis kelamin laki-laki untuk melakukan ronda malam secara bergiliran. Ronda malam dilakukan oleh 10 orang WBS pada setiap malamnya.

c. Bimbingan keterampilan

Bagi warga yang mempunyai bakat dibidang peternakan, pertanian, mereka mendapat bimbingan keterampilan dari instruktur yang cukup mahir. Seperti bidang pertanian didatangkan petugas dari Dinas Pertanian Kab. Langkat. d. Pelayanan konsultasi pribadi

Untuk memudahkan pelayanan dan pembinaan di panti telah dibentuk Pekerja Sosial sebagai Bapak/ Ibu asuh yang terdiri dari pegawai yang ada. Setiap warga maupun keluarga dapat berkonsultasi langsung kepada Bapak/ Ibu asuh masing-masing mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi individu maupun kelompok, termasuk juga masalah keterampilan dalam bidang pertanian dll.

e. Pelayanan kesehatan

Untuk menuju keluarga yang sehat, UPTD.Balai Pungai Sejahtera Binjai bekerjasama dengan Puskesmas Sambirejo dalam penanganan WBS yang sakit serta memerlukan perawatan di Puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Binjai dengan membawa Surat Keterangan Sakit dari panti. Bagi warga yang menderita


(43)

sakit ringan dapat dilayani di Poliklinik Panti yang dibuka setiap hari Jumat dengan mendatangkan Perawat/Bidan.

f. Kerjasama dengan instansi terkait

Panti mengadakan hubungan kerjasama dengan beberapa instansi dengan tujuan untuk dapat membantu panti dalam upaya pembinaan WBS.

g. Pelayanan kebutuhan dasar

Panti memberikan makanan/minuman, pakaian dan perumahan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga binaan

2. Keberfungsian sosial a. Kemandirian


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif dimana penelitian deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 63). Penelitian ini termasuk tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan suatu objek yang diteliti melalui pencarian data-data dan sumber-sumber informasi yang berkenaan dengan objek yang akan diteliti, menganalisa data-data yang didapat serta menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada objek penelitian berdasarkan data yang ada.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai jalan Perintis Kemerdekaan No.4 Binjai yang merupakan salah satu unit pelaksana teknis daerah (UPTD) yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena lembaga pemerintahan ini berperan dalam membina dan membimbing gelandangan dan pengemis agar mampu melaksanakan fungsi sosial keluarga sebagaimana harusnya sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan


(45)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:141). Berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan warga binaan yang sedang menjalani proses rehabilitasi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai yang berjumlah 47 Kepala Keluarga (KK).

3.3.2Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang dianggap representatif atau memenuhi syarat untuk menggambarkan keseluruhan dari populasi yang diwakilinya. Menurut Prof.Dr.Suharsimi Arikunto, Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998 : 109). Karena jumlah populasi kurang dari 100, maka dalam penelitian ini populasi adalah sampel (N = n) yaitu 47 KK.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar,


(46)

karya ilmiah, artikel, buletin dll yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung, turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam peningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan

a. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dimana objek yang diamati adalah seluruh warga binaan UPTD. Balai Pungai Sejahtera Binjai.

b. Angket (Questioner) yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang dilaksanakan dengan menyebar angket kepada warga binaan yang menjadi responden mengenai pembinaan keagamaan, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan dan kerjasama dengan instansi terkait yang mereka dapatkan di UPTD. Balai Pungai Sejahtera Binjai.

c. Wawancara yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah Kepala Keluarga dan dalam hal ini tidak dibatasi perempuan atau laki-laki.


(47)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dimana data yang didapat dari hasil wawancara mendalam kemudian diolah secara manual, karena data yang didapat dari lapangan sifatnya sangat luas dan banyak sehingga tidak semua data tersebut dibutuhkan untuk memperkuat analisa data dan mendukung tujuan penelitian.

Informasi yang didapat dari lapangan dikelompokkan dan lebih disederhanakan dengan sistematis untuk membuat deskripsi kualitatif yang jelas menggambarkan peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam peningkatan fungsi sosial keluarga warga binaan, sehingga jawaban relevan yang didapat pada saat wawancara dapat dipakai dalam analisa data.


(48)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No.4 Binjai. UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Daerah yang mana khusus melaksanakan rehabilitasi terhadap eks gelandangan dan pengemis serta keluarga- keluarga yang rentan akan miskin yang berada didawah naungan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara.ada dibawah naungan Departemen Sosial. UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai terdiri dari dua Panti yaitu Panti sosial Karya Pungai

berdiri pada tahun 1958 yang berada dibawah naungan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dan Panti Sosial Bina Karya Sejahtera( PSBK ) berdiri pada tahun 1983 berada dibawah naungan Kantor Wilayah Departemen Sosial.

Pada tahun 2001 setelah Otonomi Daerah Departemen Sosial bubar sekarang ini UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai berada dibawah naungan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara. UPTD Sejahtera Pungai di kepalai oleh Drs. H. Umur Ginting Kepala Seksi dari Panti Sosial Pungai dipimpin oleh Dra. Ita Rohani. Sedangkan Kepala seksi Panti Sosial Sejahtera dipimpin oleh Drs. Jimin.


(49)

4.2 Tugas dan fungsi 4.2.1 Tugas

UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan secara professional dalam rehabilitasi sosial yang meliputi pelayanan fisik, mental dan mengubah perilaku kearah yang lebih positif dalam mengisi kehidupan dengan memberikan keterampilan kerja dan resosialisasi serta pembinaan lanjut yang diberikan kepada warga, yang tujuannya agar para warga setelah selesai menjalani pembinaan melalui panti dapat berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

1. Membantu kepala dinas dalam menyelenggarakan bagian program pelayanan sosial kepada gelandangan dan pengemis.

Tugas Kepala UPTD ;

2. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kepala UPTD balai mengadakan fungsi :

a. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam penanganan gelandangan dan pengemis sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

b. Pemberdayaan tenaga fungsional dilingkungan balai, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan

c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas dan wakil kepala dinas, sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

d. Pemberian masukan yang perlu kepada kepala dinas dan wakil kepala dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.


(50)

e. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada kepala dinas melalui wakil kepala dinas sesuai standar yang ditetapkan.

Tugas Sub. Bagian Tata Usaha :

1. Perlengkapan dan rumah tangga, dokumentasi arsip dan surat- menyurat 2. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan, personil, peralatan dan

ketatausahaan balai sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

3. Menghimpun bahan atau data dari seksi lainnya untuk pengadministrasian atau pembukuan dan pelaporan sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

4. Memberikan masukan yang perlu kepada balai sesuai bidang tugasnya. 5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada

balai sesuai standar yang ditetapkan.

4.2.2 Fungsi a. fungsi preventive

fungsi Preventive adalah usaha yang terorganisir yang meliputi penyuluhan, bimbingan, pelatihan dan pengawasan yang ada hubunganya dengan gelandangan dan pengemis, sehingga akan tercegahnya masyarakat menjadi gelandangan dan pengemis oleh indepidu dan juga dapat mencegah luasnya masalah gelandangan dan pengemis.


(51)

b. Fungsi Represif

Fungsi Refresif adalah usaha yang terorganisir baik melalui lembaga maupun bukan lembaga.

c. Fungsi Rehabilitatif

Fungsi Rehabilitatif adalah usaha yang terorganisir melalui usaha penyantunan pembekalan latihan dan keterampilan untuk pemulihan kemampuan dan diusahakan untuk menyalurkan eks warga binaan sosial.

4.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian 4.3.1 Struktur Organisasi

Organisasi berasal dari kata organize yang berarti menciptakan struktur dengan bagian yang diintegrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungan satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi diartikan dalam menggambarkan pola- pola, skema, bagan yang menunjukkan garis- garis perintah, kedudukan karyawan,hubungan- hubungan yang ada dan lain sebagainya (Ketaren, 2005: 76).

UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai sebagai UPT dari Dinas Sosial propinsi Sumatera Utara di daerah mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:


(52)

STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI PUNGAI SEJAHTERA BINJAI

KEPALA

KA.SUB BAG TATA USAHA

KA.SEKSI PS. SEJAHTERA KA. SEKSI

PS. PUNGAI KA SEKSI

PERNC. PROGRAM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

FUNGSIONAL

FUNGSIONAL


(53)

4.3.2 Keadaan Pegawai

a. Jumlah pegawai yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai seluruhnya berjumlah 28 orang, terdiri dari :

- Laki- laki : 17 orang - Perempuan : 11 orang dengan perincian sebagai berikut :

- PNS : 27 orang

- Pegawai Honor : 1 orang

b. Jenjang pendidikan pegawai terdiri dari :

- S1 : 7 orang

- DIV, Sarjana Muda : 0 orang

- SLTA : 20 orang

- SLTP : 0 orang

- SD : 1 orang

c. Jenjang kepangkatan/ Golongan terdiri dari : - Pembina IV / a : 0 orang - Penata TK.I, III / d : 5 orang - Penata III / c : 1 orang - Penata Muda TK.I, III / b : 10 orang - Penata Muda III / a : 3 orang - Pengatur TK.I, II / d : 2 orang - Pengatur II / c : 1 orang


(54)

- Pengatur Muda II / a : 6 orang

Berikut ini adalah daftar nama- nama pegawai UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai :

TABEL 1

Daftar nama Pegawai negeri Sipil UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai

NAMA NIP GOL JABATAN PENDIDIKAN

TERAKHIR

Drs.H.UMUR GINTING

196509011 978081001

III/D KEPALA UPTD S1 RISNAWATI 1700 II/C Staf TU S1 NAGA

GINTING,S.sos

170025323 III/C FUNGSIONAL S1 YUSNIAR 170020703 III/A FUNGSIONAL SMA HASAN BASRI 1700 II/D FUNGSIONAL SMA SUHAIRI 170015604 III/B STAF TU SMA MARSUDIN

HUTAGAOL

170012242 III/B STAF TU STM SUSI

HANDAYANI

400075179 II/A STAF TU S.M.P.S INGAN MALEM

SITEPU

400026324 III/B STAF TU S.P.S.A STELL BARUS 170012241 III/A STAF PS.

PUNGAI

SMA USMAN 170012279 II/A STAF TU SD Dra. ITA ROHANI 170008841 III/D KA.SIE PS

PUNGAI

S1 ALI 170012241 II/D STAF PS

PUNGAI

SMA SUNARYO 170026925 II/A STAF PS

PUNGAI

SMA Drs. JIMIN 170013994 III/D KA.SIE PS

SEJAHTERA

S1 RAMLI BARUS 170012302 III/B STAF PS

SEJAHTERA

S.P.S.A RUSNANI,STIS 170018607 III/B STAF PS

SEJAHTERA

S1 HELEN NAIBAHO 170023351 III/A STAF PS

SEJAHTERA

SMA LINTONG

PASARIBU,SE

170024404 III/D STAF PERENC. PROGRAM

S1 Dra.MULIATI 170013074 III/D STAF PERENC. S1


(55)

JULIANI SITEPU 170008948 III/B STAF PERENC. PROGRAM

S.P.S.A SONTA BR

HUTABALIAN

196205101 983022001

III/B FUNGSIONAL S.M.P.S EKA PRANATA 400086228 II/A TU SMA M. IRFAN 197804262

009011004

II/A TU SMA JUNAIDI SITEPU 198202082

009011005

II/A TU SMA ULI SURYA AR 196620820

09011001

II/A TU SMA AULIA RAHMAD - - HONORER SMA

Di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dapat dilihat keadaan panti dan keadaan Warga Binaan serta apa saja fasilitas yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera adalah :

4.4 Keadaan Panti dan keadaan warga binaan 4.4.1 keadaan panti

1. Luas Tanah : 228.000 M² 2. Luas Bangunan : 4.556,25 M²

a. Ruangan kantor : 2 unit

b. Aula : 1 unit

c. Ruang Keterampilan : 1 unit

d. Poliklinik : 1 unit

e. Ruang Asrama Pungai : 7 unit

f. Ruang Asrama Sejahtera : 19 unit

g. rumah Dinas Kepala : 1 unit

h. Wisma : 2 unit

i. Rumah Dinas Staff : 7 unit

j. Dapur umum : 2 unit


(56)

l. Garasi : 1 unit

m. MCK : 10 unit

n. Zal Razia : 2 unit

o. Bangunan Baru : 14 Unit

4.4.2 Keadaan Warga Binaan

Jumlah Warga Binaan Sosial yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai sampai dengan bulan Juni 2009 adalah sebagai berikut :

1. Warga Binaan Sosial pada Panti Sosial Karya Pungai berjumlah 155 jiwa dengan perincian sebagai berikut :

- Laki – laki : 73 jiwa - Perempuan : 82 jiwa dengan klasifikasi yang terdiri dari : - Dewasa laki-laki : 40 jiwa - Dewasa Perempuan : 38 jiwa - Anak laki-laki : 33 jiwa - Anak Perempuan : 44 jiwa

2. Warga Binaan Sosial yang ada pada Panti Sosial Sejahtera berjumlah 60 jiwa dengan perincian sebagai berikut :

- Laki- laki : 34 jiwa - Perempuan : 26 jiwa dengan klasifikasi yang terdiri dari :


(57)

- Dewasa perempuan : 11 jiwa - Anak laki-laki : 20 jiwa - Anak perempuan : 15 jiwa

3. Warga hasil razia dari di bulan Januari 2008 sebanyak 109 jiwa yang terdiri dari ;

- Laki – laki : 99 jiwa - Perempuan : 10 jiwa

Warga hasil razia tersebut sebagian telah dijemput oleh pihak keluarga dan ada juga yang telah dikembalikan ke masyarakat setelah mendapat bimbingan.

Eks Gelandangan dan Pengemis yang menjadi warga binaan di UPTD balai Pungai Sejahtera Binjai akan diberikan tempat tinggal sehingga pihak panti dapat mengawasi kegiatan dan perkembangan warga binaan dari waktu ke waktu. Adapun fasilitas yang diberikan panti adalah :

1. Tempat tidur : 1 unit 2. Lemari pakaian : 1 unit

3. Tikar : 1 unit

4.5Fasilitas UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai *

Fasilitas yang terdapat di ruang Kepala Panti adalah sebagai berikut :

Ruang Kepala Panti

1. Telepon : 1 unit

2. Lemari Arsip : 1 unit


(58)

4. Sofa : 1 unit

5. AC : 1 unit

6. Televisi : 1 unit

7. Kamar mandi : 1 unit

*

Fasilitas yang terdapat di ruang pegawai adalah sebagai berikut :

Ruang Pegawai

1. Lemari : 1 unit

2. Filing cabinet : 1 unit

3. Kursi tamu : 1 unit

4. Meja : 4 unit

5. Kursi kayu : 5 unit

6. Mesin ketik : 1 unit

7. Komputer : 1 unit

8. Kipas angin : 1 unit

4.6Prasarana/ Kegiatan Pelayanan

Adapun prasarana atau proses pelayanan yang terdapat di UPTD Balai Pungai Sejahtera adalah sebagai berikut :

Tahap Rehabilitasi yang terdiri dari :

1. Pendekatan awal dan penerimaan klien/ Warga Binaan Sosial

Yaitu : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pengakuan atau dukungan dari pihak terkait guna melaksanakan


(59)

2. Pengungkapan dan penelaahan masalah ( Assesment )

Yaitu : upaya menelusuri, menggali masalah dan potensi serta menyusun. 3. Bimbingan fisik dan mental dan keterampilan

Yaitu : bimbingan yang dilakukan secara integrative dan saling terkait antara bimbingan yang satu dengan yang lain.

4. Resosialisasi

Yaitu : bimbingan kegiatan diarahkan pada :

- bimbingan kesiapan dan peran serta masyarakat - praktek belajar sesuai dengan keterampilan - penyiapan tempat penyaluran kerja atau usaha 5. Penyaluran

Yaitu : kegiatan ini bertujuan untuk menempatkan warga pada lapangan kerja atau sektor usaha yang sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki.

6. Bimbingan Lanjut

Yaitu : kegiatan yang dilakukan untuk memantau perkembangan bekas warga Binaan guna memantapkan atau meningkatkan serta mengembangkan kemandiriannya.

7. Evaluasi

Yaitu : kegiatan ini dimaksudkan untuk memastikan apakah pelayanan berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan apakah seluruh proses pelayanan berjalan dengan baik.


(60)

8. Terminasi

Yaitu : pengakhiran pelayan untuk memastikan hasil evaluasi terhadap warga apakah telah dapat menjalani fungsi sosialnya secara wajar.


(61)

BAB V

ANALISA DATA

Pada bab ini akan dibahas tentang analisa data, dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Menganalisa data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden. Analisa data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan dengan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

Pada bagian ini penulis mencoba menganalisa data-data yang telah diperoleh di lapangan, terutama yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diajukan kepada para responden yaitu warga binaan yang ada di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai yang diwakili oleh 47 KK.

5.1 Peranan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan beberapa pihak yang terkait diantaranya dengan kepala seksi, pegawai panti, bapak/ibu asuh, wawancara dilakukan secara mendalam sehingga tujuan penelitian ini diperoleh secara akurat. Selain wawancara penulis juga melakukan studi lapangan serta observasi. Berdasarkan hasil tersebut penulis mendapatkan informasi tentang peranan yang diberikan panti kepada warga binaan didalam meningkatkan fungsi sosial keluarganya.


(62)

Dalam proses pelayanan diberikan panti terbagi dalam 7 bentuk pelayanan, yaitu:

1. Pembinaan Keagamaan 2. Bimbingan Sosial

3. Bimbingan Keterampilan 4. Pelayanan Konsultasi Pribadi 5. Pelayanan Kesehatan

6. Kerjasama dengan instansi terkait 7. Pelayanan Kebutuhan Dasar

5.1.1 Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagaman yang diberikan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesabaran dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianut oleh warga binaan. Pembinaan keagamaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan agama yang rutin dilakukan oleh warga agar para warga menjadi orang-orang yang taat beribadah sehingga mental yang dimiliki terbentuk dengan baik.

Didalam melakukan pembinaan keagamaan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai telah melakukan pembentukan agenda kegiatan agama yang harus diikuti oleh semua warga:

1. Pada Hari Rabu diwajibkan kepada ibu-ibu warga binaan yang beragama Islam untuk mengikuti kegiatan pengajian atau perwiritan. 2. Pada Hari Jumat diwajibkan kepada seluruh warga mendengarkan


(63)

ahli dibidang agama, yakni Ustad yang diundang oleh panti untuk memberikan ceraah agama kepada warga binaan.

5.1.2 Bimbingan Sosial

Kegiatan bimbingan social yang dilakukan oleh UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai berupa pemberian bimbingan dan arahan dari kepala UPTD/Kepala Seksi secara bergantian kepada setiap apel pagi pada pukul 07.30 Wib. Semua warga wajib mengikuti kegiatan tersebut kecuali yang berhalangan atau sakit. Itupun dengan ijin Kepala Panti.

5.1.3 Bimbingan Keterampilan

Bagi warga yang mempunyai bakat dalam bidang pertanian, mereka mendapat bimbingan keterampilan dari instruktur yang cukup mahir dalam pertanian dan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat.

Sebagai warga binaan social UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai para warga binaan di fasilitasi lahan pertanian yang diberikan melalui koperasi. Koperasi memberikan lahan pertanian kepada warga untuk diolah dengan perjanjian antara warga dengan pihak panti. Bagi warga yang baru diberikan lahan pertanian sekitar 4 rante dan bila selama pengawasan dilakukan warga mampu dan giat mengelola lahan maka akan diberikan tambahan lahan sekitar 2-4 hektar.

Bila pertanian dikelola telah berhasil maka hasilnya akan dijual oleh warga sendiri dan pihak panti. Namun tidak semua hasil pertanian mereka diberikan langsung sebagian dari pendapatan akan ditabung atas nama mereka dengan tujuan agar warga memiliki modal bila mereka keluar dari panti dan dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki fungsi sosial yang baik dan mandiri.


(64)

5.1.4 Pelayanan Konsultasi Pribadi

Untuk memudahkan pelayanan dan pembinaan dipanti telah dibentuk pekerja social sebagai bapak/ibu asuh, yang terdiri dari pegawai yang ada. Setiap warga maupun keluarga dapat berkonsultasi langsung kepada bapak/ibu asuh mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi individu maupun kelompok termasuk juga masalah keterampilan dalam bidang pertanian, dll

.

5.1.5 Pelayanan Kesehatan

Untuk menuju keluarga yang sehat, UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai bekerjasama dengan Puskesmas Sambirejo dalam penanganan warga binaan yang sakit serta melakukan perawatan di Puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Binjai dengan membawa surat keterangan sakit dari panti. Bagi warga yang menderita sakit ringan dapat dilayani di Poliklinik Panti yang dibuka pada setiap senin-jumat dengan mendatangkan perawat.

5.1.6 Kerjasama dengan Instansi Terkait

Panti mengadakan hubungan kerjasama dengan beberapa instansi agar dapat membantu dalam pembinaan warga. Adapun hubungan yang dilakukan panti adalah:

1. Kerjasama dengan Badan Narkotika Kota Binjai dengan mengadakan sosialisasi tentang bahaya narkoba dan HIV AIDS

2. Kerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Langkat dalam pembinaan warga di bidang pertanian


(65)

3. Kerjasama dengan Departemen Agama Kota Binjai dalam hal ini Kantor Urusan Agama Kecamatan Binjai Utara untuk memberikan ceramah agama kepada warga setiap jumat

4. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dalam menangani kesehatan warga

5. Kerjasama dengan Satpol PP Kota Medan dan Kota Binjai dalam melaksanakan razia Gelandang dan pengemis

5.1.7 Pelayanan Kebutuhan Dasar

Panti memberikan makanan/minuman, pakaian serta perumahan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga binaan agar dapat kembali menjalankan fungsi sosial keluarganya dengan semestinya.

5.2 Keberfungsian Sosial 5.2.1 Kemandirian

Setelah menjalankan semua proses pembinaan di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai diharapkan warga binaan yang telah keluar mampu mandiri dan dapat menerapkan semua keterampilan yang telah diperoleh dan didapatkan selama proses pembinaan berlangsung. Modal awal yang diberikan oleh panti kepada warga yang telah keluar dapat dijadikan sebagai modal untuk menjalankan fungsi sosial keluarganya sebagai mana mestinya.


(1)

positif. Hal ini terbukti dari adanya responden yang mampu memberikan tanggapan pada saat musyawarah karena tanggapan yang datang dari warga ini timbul karena mereka sudah memiliki rasa percaya diri.

TABEL 53

DISTRIBUSI RESPONDEN BERDASARKAN APAKAH NANTINYA BAPAK/IBU MAMPU BERGAUL DAN BERSOSIALISASI KEMBALI DI

LINGKUNGAN MASYARAKAT SETELAH MENJALANI PROSES PEMBINAAN

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2 3

Mampu Tidak mampu Ragu-ragu

35 7 5

74,47 14,90 10,63

Jumlah 47 100,00

Sumber: Kuesioner, 2009

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui hasil dari pembinaan yang dilakukan oleh panti terhadap warga binaanya.

Mayoritas warga mengatakan bahwa mereka merasa mampu untuk bergaul dan bersosialisasi kembali ketengah-tengah masyarakat 74,47% untuk hidup secara mandiri. Keyakinan yang timbul dari warga ini karena pembinaan yang dilakukan panti selama ini kepada mereka.


(2)

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Setelah mengadakan penelitian di UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai, maka peneliti mengambil kesimpulan :

1) Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera dalam merehabilitasi warga binaan adalah penerapan program-program pelayanan yang meliputi bimbingan agama, bimbingan sosial, bimbingan keterampilan, pelayanan konsultasi pribadi, pelayanan kesehatan, kerjasama dengan instansi terkait, dan pelayanan kebutuhan dasar.

2) Di dalam bimbingan agama, panti membentuk beberapa kegiatan berupa pengajian/perwiritan, pelajaran mengaji, pengadaan ceramah agama dan lain-lain.

3) Panti berusaha untuk memberi fasilitas yang baik dalam kegiatan agama dengan mengundang ustad untuk memberi ceramah agama kepada WBS. 4) Panti mengadakan kegiatan apel dan kurpe setiap hari dan diikuti oleh

penyuluhan yang diberikan oleh kepala panti dan kepala seksi secara bergantian.

5) Pelayanan ketrampilan yang diberikan panti kepada warga binaan meliputi pelayanan ketrampilan bertani. Ketrampilan bertani yang diberikan panti merupakan bekal bagi warga binaan yang dapat dijadikan warga sebagai keahlian bahkan pekerjaan yang bisa menghasilkan pendapatan.

6) UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai memberikan lahan pertanian kepada warga binaan untuk diolah warga yang dibimbing oleh instruktur yang sudah berpengalaman di bidangnya.

7) Panti menyediakan fasilitas keterampilan berupa alat-alat pertanian yang dibutuhkan oleh warga dalam mengolah lahan pertanian.

8) Dalam pemasaran hasil pertanian yang dikelola warga binaan, panti dan instruktur pertanian memiliki peran selain warga itu sendiri yang lebih dominan dalam pemasaran hasil pertanian mereka.


(3)

a. Poliklinik, memberikan pelayanan kesehatan kepada warga binaan yang membuka prakteknya setiap hari senin sampai jumat dengan mengundang Perawat yang memberikan pelayanan kesehatan kepada warga.

b. Panti menyediakan makanan sehari-hari bagi warga binaan selama masa rehabilitasi. Panti memberikan jatah makan 3 kali sehari kepada warga.

10)Bagi warga binaan yang melakukan pelangaran peraturan tentunya memperoleh hukuman yang telah ditetapkan oleh panti. Adapun bentuk hukuman yang diberikan bagi pelanggar peraturan di panti adalah dengan tidak diberikannya jatah makan selama 1 hari, dikurung di ZAL, dan akan dinasehati kepala panti.

11)Peranan yang dilakukan UPTD Balai Pungai Sejahtera Binjai dalam meningkatkan fungsi sosial keluarga warga binaan dapat dikatakan efektif. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa warga binaan yang sudah dikeluarkan oleh panti, warga binaan yang dikembalikan ke masyarakat merupakan orang-orang yang telah menunjukkan sikap yang baik selama rehabilitasi, orang-orang tersebut terlihat rajin dalam bekerja, memiliki sejumlah tabungan untuk modal awal kembali ke tengah-tengah masyarakat, giat dalam beribadah, dan berkelakuan baik sehingga diperkirakan mampu hidup secara mandiri di tengah masyarakat setelah keluar dari panti.

6.2 Saran

Selama masa penelitian berlangsung Peneliti melihat beberapa masalah yang perlu dibenahi oleh panti. Adapun saran yang ingin disampaikan dan dianggap penting demi kemajuan panti adalah:

1) Sebaiknya pelayanan konsultasi pribadi kepada warga binaan diperbaiki mengingat masih ada warga yang takut berkonsultasi bahkan tidak pernah menjumpai bapak/ibu asuhnya karena takut


(4)

2) Meningkatkan hubungan kerja sama dengan beberapa pihak termasuk dengan instansi yang memiliki kebutuhan akan hasil pertanian agar warga binaan tidak mengalami kendala dalam memasarkan hasil pertanian mereka.

3) Menambah program bimbingan keterampilan agar warga binaan mampu menguasai beberapa keterampilan selain bertani. Selain dari pada itu, panti sebaiknya memperhatikan potensi atau bakat yang dimiliki oleh warga agar pembinaan kepada warga dapat berjalan efektif.

4) Memperhatikan kendala-kendala yang dihadapi oleh warga binaan selama masa rehabilitasi serta meningkatkan pengawasan terhadap mereka.

5) Sebaiknya panti lebih meningkatkan fungsi prepentif dengan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak lain yang bergerak dalam penangulangan gelandangan dan pengemis dengan melakukan penyuluhan pada daerah-daerah yang dianggap berpotensi untuk meningkatkan jumlah gelandangan dan pengemis. Hal ini bertujuan sebagai pencegahan pembuncitan jumlah gelandangan dan pengemis. 6) Panti harus lebih tegas didalam memberlakukan masa pelayanan yang

diberikan kepada warga binaan mengingat masih banyak warga binaan yang tinggal di panti melebihi target yang ditentukan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arrasjid, Chainur. 1980. Gelandangan Dalam Pengertian Hukum Pidana. Fakultas Hukum USU

Goode, William J. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara Ketaren, Nurlela. 2006. Azas-Azas Manajemen. Medan: USU Press

Mubyarto. 2004. Jurnal Dinamika Masyarakat Ketenagakerjaan, Kemiskinan dan Pengangguran, Jakarta: Kedeputian Bidang Dinamika Masyarakat Kementrian Riset dan Teknologi

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada University Press

Salamah. 2004. Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial. Kehidupan para gelandangan di Yogyakarta ditinjau dari mobilitas ekonomi, Yogyakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Sardi. 2007. Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial. Profil dan peran panti sosial bina karya (PSBK) Karang rejo dalam rehabilitasi penyandang masalah gelandang dan pengemis, Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Singarimbun, Masri. 1981. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Sismudjito. 2004. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Pemberdayaan Komunitas. Kemiskinan di Sumatera Utara dan permasalahannya, Medan. Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU

Soekanto Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sumardi, Mulyanto, dkk. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali


(6)

Winarni, Dwi. 2006. Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial

Sumber Lain:

Badan Pusat Statistik. 2008. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2008. 14/03/09 pukul 11.25)

Harahap, Fajar Dame, Ikhwan Nasution. 2008. Populasi Gepeng di Sumut 7.813 Orang Daerah Sosialisasi Perda Gepeng. http://www.medan bisnisonline.com/20 08/12/20/populasi-gepeng di sumut-78-73-orgdaerah-sosialisasi-perda-gepeng

KKSP. 2008. Gepeng dan Anjal di Sumut.

Pemko Medan, 2009. Dinsos Sumut Bertekad Memanusiakan Gepeng Lewat Perda Agar Betah Di Panti. http/www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468 diakses tanggal 14/03/2009 pukul 11.15 Wib

Sambutan Gubernur Sumatera Utara Pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi Sumatera Utara Dalam Rangka Pengambilan Keputusan Atas Ranperda Tentang Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Provinsi Sumatera Utara Selasa, 29 Juli 2008 Di Gedung Dprd-Su.

20DI%20rapat%20paripurna 14/03/2009 pukul 11.10 Wib

2004. Kemiskinan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

1 96 170

Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai

0 16 131

Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

0 26 98

Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Uptd) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

1 71 120

Sistem Pendidikan dan Pelatihan Dalam Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Nusa Putra Dinas Sosial Sumatera Utara

0 59 49

ASPIRASI WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM TERPADU PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT SEJAHTERA DI KELURAHAN TANAH MERAH KECAMATAN BINJAI SELATAN BINJAI.

0 2 24

TANGGAPAAN WARGA BINAAN TERHADAP GAYA PACARAN MASA SEKARANG (STUDI PADA WARGA BINAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL ANAK REMAJA JL. INDUSTRI-TANJUNG MORAWA).

1 2 27

BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL DALAM MEREHABILITASI WARGA BINAAN DI UNIT PELAYANAN TEKNIS DINAS (UPTD) PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DINAS SOSIAL PROVINSI LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 1 112

KINERJA PELAYANAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BALAI LATIHAN KERJA KOTA TANGERANG

0 0 223

KINERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH BALAI LATIHAN KERJA (UPTD BLK) KOTA TANGERANG - FISIP Untirta Repository

0 0 155