Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

(1)

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM

KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA

TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

HERTATI SIMANJUNTAK 060902017

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak

NIM : 060902017

ABSTRAK

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)

Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.


(3)

UNIVERSITI OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES

NAME :HERTATI SIMANJUNTAK

REGISTER NUMBER :060902017

ABSTRACT

THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai

(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)

Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.

This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.

The results of the research shown that civil response of inmates in the Dharma Asih Binjai on welfare programs in the old days is positive. This can be viewed from the knowledge of the elderly about the existence and purpose of the program both on infornasi given the relevant staff, program planning and sustainability. Then in terms of


(4)

participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasi karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UPTD DHARMA ASIH BINJAI” skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana social pada departemen ilmu kesejahteraan sosial ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebelum penyusunan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna memperbaiki di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus penulis menghanturkan bayak Terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Badaruddin, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara medan.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. selaku ketua jurusan departemen ilmu kesejahteraan social fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sumatera Utara Medan

3. Ibu Mastauli Siregar, S.sos. M.Si. Selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasi banyak kepada ibu yang sudah berkenan dalam


(6)

4. Ibu Asmah selaku pimpinan UPTD Dharma Asih Binjai yang telah memberi ijin kepada saya untuk melakukan penelitian di Dharma Asih Binjai. Dan kepada staf yang telah membantu penulis dalam proses penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini ibu reselina, ibu renti. Bg simson, bg edy, pak retno, kk honey yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya.

5. Kepada seluruh warga binaan yang ada di UPTD Dharma Asih Binjai khusus buat kakek - nenek yang membantu penulis dalam hal pengumpulan data.

6. Buat kedua orangtua yang penulis cintai dan kasihi Bapak M. Simanjuntak dan mama E. br Pasaribu yang dengan tulus memberikan cintanya dan sayangnya buat penulis. Terimakasih buat semua kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun moril yang diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa kuliah dan menyelesaikannya.

7. Buat saudara - saudara yang penulis sangat cintai Dedek adikku yang selalu membantu dan memberikan dukungan dan semangat, semoga adekku sukses dalam perkuliahannya dan juga menjadi adik yang baik buat keluarga. Dan juga adekku Evo Nardi, Rianti, Meyer dan juga Rika Wanti yang yang selalu memberi dukungan.

8. Buat seluruh keluarga besarku juga yang telah membrikan dukungan pada penulis : Tulangku Tenson pasaribu dan K.Aritonang dan juga adeku Gabriel niteson pasaribu yang paling sayang dan mengerti penulis. Terimakasi buat semua dukungan yang selalu memberikan semangat kepada penulis biarla tetap menjadi Tulangku yang paling baik sedunia


(7)

9. Buat ENOYOAMINO, Mey, nora nova, mita yanti semoga persahabatan kita tetap untuk selamanya dan semoga sukses selalu.

10.Buat Buat kuriake terimakasi buat Aroz, kk duma, yanti, mey dan nova yang selalu memberi Support dan dukungan serta doanya selama ini kepada penulis.

11.Buat teman-teman KESSOS 06, Lista, Dewi Molina, Jupriady. Immanuel, Ari, Ananta, Halim, Irene, Anwar, Edo, kk Desima, kk Priska, Ade, Rahmat, feni clara, Erwin, Nyepi, Diah, Ropiqo, Bg Yerubel, Ando, Nobel, Maykel, Monika Aulia, Mita ,nora, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya dan juga buat teman –teman yang tidak disebutkan namanya trimakasi jga buat kebersamaannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakan agar kedepannya penulis dapat lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.

Medan, Desember 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...6

1. Tujuan Penelitian...6

2. Manfaat Penelitian...7

1.4. Sistematika Penulisan...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Respon...9

2.1.1 Respon Warga Binaan...11

2.2 Pengertian Lanjut Usia...11

2.2.1 Lanjut Usia... 11

2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lansia... 12

2.3 Kesehteraan Sosial... 12

2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 12

2.3.2 Prinsip Pelayanan Kesejahteraan Sosial... 14


(9)

2.4 Kerangka Pemikiran... 25

2.6 Definisi Konsep Dan Definisi Operasional... 27

2.6.1 Definisi Konsep... 27

2.6.2 Definisi Operasional... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...29

3.2 Lokasi Penelitian... 29

3.3 Populasi Dan Sample... 29

3.3.1 Populasi... 29

3.3.2 Sample... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 30

3.5 Teknik Analisa Data... 31

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Berdiri UPTD Dharma Asih... 33

4.1.1 Visi Dan Misi... 34

4.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi... 34

4.2 Tujuan UPTD Dharma Asih... 35

4.2.1 Program UPTD Dharma Asih... 35

4.2.2 Upaya Yang Telah Dilaksanakan atau dicapai UPTD Dharma Asih... 36

4.2.3 Kegiatan Yang Dilakukan di UPTD Dharma Asih. 37


(10)

BAB V ABALISA DATA

5.1 Identitas Responden... 42

5.2 Respon Warga Binaan Terhadap Prgogram Kesejahteraan Di Hari Tua... 47

5.2.1 Persepsi... 48

5.2.2 Sikap... 50

5.2.3 Partisipasi... 54

5.3 Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 55

5.3.1 Persepsi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 56

5.3.2 Sikap Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 58

5.3.3 Partisipasi Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteaan Di hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai ... 60

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 64

6.2 Saran... 65 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana UPTD Dharma Asih Binjai ...39

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...42

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur...43

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa...44

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...45

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak...46

Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan lamanya menerima program kesejahteraan di hari tua ...47

Tabel 5.7 Distribusi Responden mendapatkan informasi tentang program kesejahteraan di hari tua ...48

Tabel 5.8 Pemahaman Responden Tentang arti Program Kesejahteraan Di Hari Tua...49

Tabel 5.9 Distribusi Responden Terhadap program yang di berikan UPTD Dharma Asih apakah dapat membuat hidup lansia lebih baik ... 51

Tabel 5.10 Tanggapan Responden tentang pelayanan yang di berikan UPTD sebagai pelaksana program... 53

Tabel 5.11 persesi warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 57

Tabel 5.12 Sikap warga binaan terhadap program kesejahreaan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai...59


(12)

Tabel 5.13 Partisipasi warga binaan trhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai...61 Tabel 6 Penskoran Respon Warga Binaan tehadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh UPTD Dharma Asih Binjai... 62


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hertati Simanjuntak

NIM : 060902017

ABSTRAK

RESPON WARGA BINAAN TERHADAP PROGRAM KESEJAHTERAAN DI HARI TUA OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS DHARMA ASIH BINJAI

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 79 halaman, 17 tabel, 5 lampiran)

Lanjut usia merupakan suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang untuk mempertahankan hidupnya secara wajar atau dengan baik. Tanpa harus membebani, melibatkan keluarga atau orang-orang disekitarnya. Banyak lansia yang dimasukkan ke berbagai panti jompo karena keadaan keluarga yang tidak mampu mengurus orangtua lagi dengan baik. Faktor ini disebabkan oleh karena kurangnya perhatian keluarga terhadap orangtua mereka, mereka merasa orangtua sebagai beban dalam keluarga mereka. Namun ada juga karena faktor ekonomi. Tetapi ada juga orangtua yang memilih untuk bisa bergabung dengan jompo-jompo yang lain karena mereka tidak ingin menyusahkan keluarga mereka. Seperti UPTD Dharma asih Binjai yang menampung para lansia dan mensejahterahkan lansia pada hari tuanya menjadi latar belakang penulis untuk mengadakan penelitian di Dharma Asih Binjai, sebagai warga binaan UPTD dengan mengangkat judul Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskritip dengan analisa data kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai. Respon dapat dilihat dari persepsi, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program. Populasi dalam penelitian ini adalah 160 lansia. Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik Penerikan sample Non Random secara Purposive Sampling dengan jumlah sample 40 lansia. Adalah Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik studi kepustakaan dan studi lapangan dengan cara melakukan observasi, penyebaran angket dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon warga binaan di Dharma Asih Binjai terhadap program kesejahteraan di hari tua adalah positif. Hal ini dapat di lihat dari pengetahuan para lansia tentang keberadaan dan tujuan program baik tentang infornasi yang diberikan staff yang bersangkutan, perencanaan program dan kelanjutan program. Kemudian dalam hal partisipasi, lansia sebagai penerima program mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD Dharma asih, 75,00 % atau 30 lansia mengikuti bimbingan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak UPTD. Meskipun demikian, lansia perlu diberi bimbingan dan pelatihan yang intensif tentang program-program kesejahteraan di hari tua agar para lansia betul-betul memahami tujuan daripada program dan nantinya para lansia bisa menikmati hari tuanya dan di akhir hidupnya.


(14)

UNIVERSITI OF NORT SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCES DAPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCES

NAME :HERTATI SIMANJUNTAK

REGISTER NUMBER :060902017

ABSTRACT

THE RESPOND TO WELFARE PROGRAM IN OLD AGE BY THE TECHNICAL SERVICE UNIT IMPLEMENTING DHARMA ASIH Binjai

(This Thesis consists of 6 chapter, 69 pages, 15 tables, 5 appendices)

Advanced age is a situation where one's inability to sustain life, or fairly well. Without having to burden, involving the family or the people around him. Many elderly people who entered into various nursing home because of family circumstances that are not able to properly take care of another parent. This factor caused by the lack of family attention to their parents, they feel their parents as a burden in their family. But there are also due to economic factors. But there are also parents who choose to join with other nursing homes, because they do not want to bother their families. Like Binjai UPTD Dharma compassion that accommodate the elderly and elderly in old age backdrop the author to conduct research in the Dharma Asih Binjai, as inmates UPTD by lifting the title of Citizen Response Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation the Dharma Asih.

This research in including in descrietif research by analizing qualitative data .analysis aims to determine how the response of Citizens Against Patronage Welfare Program In Old Age by Dharma Office of Technical Implementation. The response can be seen from the perception, attitude and participation of inmates in the program. The population in this study is 160 elderly. To obtain the necessary data in this study, the researchers used a technique Non random sample is purposive sampling with total sample of 40 elderly.to get the data that is needed so in this recearcher using technic study of literature and study of fiidd by using observation, questionare, and interviewing.

The results of the research shown that civil response of inmates in the Dharma Asih Binjai on welfare programs in the old days is positive. This can be viewed from the knowledge of the elderly about the existence and purpose of the program both on infornasi given the relevant staff, program planning and sustainability. Then in terms of


(15)

participation, the elderly as recipients follow the guidance and training programs provided by the UPTD Dharma compassion, 75.00% or 30 elderly follow the guidance and training provided by the UPTD. Nevertheless, the elderly need to be given intensive guidance and training on welfare programs in the old days for the elderly really understand the purpose of the program and later the elderly can enjoy a day old and at the end of his life.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi, dan keluarga juga merupakan sistem sosial kecil yang terdiri dari individu-individu yang berhubungan satu sama lainnya dengan alasan kasih sayang dan ikatan yang kuat, loyalitas, mengkompromikan keadaan rumah yang permanen yang terjadi dalam jangka tahunan dan decade-dekade. (http/www.yakita.or.id/konseling keluarga.html.diakses tanggal 20 April 2010 pukul 18.00 wib).

Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantara pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak di penuhi, seperti umpamanya produksi dan pembagian makanan, perlindungan terhadap yang muda dan yang tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial.

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, di samping agama,yang secara resmi telah berkembang di semua masyarakat. keikutsertaan dalam aktivitas keluarga mempunyai segi menarik lainnya, ialah bahwa meskipun tidak di dukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung bayak kewajiban lainnya tetapi semua orang tetap mengambil bagian. umpamanya kita wajib ikut serta dalam kegiatan yang ekonomis atau produktif, jika tidak ingin menghadapi


(17)

pilihan kelaparan. Di samping itu, seperti yang sudah di katakannya sebelumnya, keluarga itu merupakan dasar pembantu utama struktural sosial yang lebih luas, dengan pengertian bahwa lembaga-lembaga lainnya tergantung pada eksistensinya. Peran tingkah laku yang di pelajari dalam keluarga merupakan contoh atau prototif peran tingkah laku yang di perlukan pada segi-segi lainnya dalam masyarakat. Isi proses permasyarakatan ialah tradisi kebudayaan masyarakat itu sendiri, dengan meneruskannya pada generasi berikut dimana keluarga berfungsi sebagai saluran penerusan yang tetap menghidupkan kebudayaan itu (William, 1997:2 – 8)

Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) ditetapkan pada tanggal 29 Mei 1996 dan terus diperingati setiap tahunnya. Melalui peringatan ini diharapkan dapat memotivasi dan menggerakkan para lansia, keluarga, organisasi sosial, masyarakat dan dunia usaha dalam meningkatkan kesejahteraan lansia dengan mengembangkan jiwa dan semangat kesetiakawanan sosial.

Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7


(18)

tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun.

Keadaan lansia di indonesia meningkat, indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2) kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan masyarakat yang kurang.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa konsekuensi bertambahnya jumlah lansia. Abad 21 ini merupakan abad lansia (era of population ageing), karena pertumbuhan lansia di Indonesia akan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia diperkirakan mengalami aged population boom pada dua dekade permulaan abad 21 ini. Hal tersebut perlu terus diantisipasi karena akan membawa implikasi luas dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara. Karena itu, lansia perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional. Di sisi lain, lansia menjadi sumber daya manusia yang mempunyai pengalaman luas. Yakni pengalaman dan kearifan yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan di berbagai bidang.


(19)

Sistem nilai sosial budaya di Indonesia menempatkan lanjut usia sebagai warga terhormat, baik di lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat. Hingga saat ini masih cukup banyak keluarga yang di dalamnya terdapat tiga generasi (three generation in one roof). Namun pola tanggung jawab sosial yang berakar pada budaya masyarakat Minangkabau, dalam pelaksanaan yang seharusnya dilakukan di tengah keluarga sendiri, sekarang banyak dari orangtua tersebut dimasukkan ke panti jompo. Kebanyakan anggota masyarakat kelihatannya tidak lagi begitu memikirkan untuk bisa membantu dan menyantuni orangtua dan mamak mereka yang yang sebagian besar sudah tidak mempunyai sumber penghidupan lagi. Gejala ini dapat dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial terhadap orangtua telah mengalami pergeseran dikarenakan adanya faktor – faktor yang mempengaruhi, salah satunya faktor ekonomi yang sangat mendasar. keuangan membuat sebagian orang lupa untuk mengurus orangtua mereka yang hanya menambahi beban mereka.

Konsekuensi dari meningkatnya para manusia lanjut usia (manula) setiap tahunnya maka pelayanan terhadap para lanjut usia yang dilakukan oleh keluarga dan masyarakat harus terus dilakukan sesuai dengan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Demikian pula tuntutan agama dan nilai luhur budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, orangtua yang tergolong lanjut usia ditempatkan pada posisi terhormat dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga. Generasi muda dianjurkan untuk menghormati dan bertanggung jawab atas kesejahteraan anggota keluarga yang lebih tua, terutama orangtua sendiri. Dengan demikian


(20)

keluarga merupakan wahana yang tepat untuk pelayanan orang lanjut usia terutama perempuan lanjut usia dalam keluarga karena keluarga mempunyai kewajiban moril yang sangat luhur untuk tetap mengurus dan melayani orang lanjut usia dalam lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan tempat berlindung dari tekanan-tekanan fisik maupun psikis yang datang dari lingkungannya. Untuk melindungi diri maka diperlukan adanya ketahanan fisik maupun psikis di lingkungan keluarga tersebut, baik yang menyangkut kondisi fisik, ekonomi, sosial maupun kondisi psikisnya. Dengan demikian lanjut usia yang ada dalam keluarga merasa aman dan nyaman. Lanjut usia adalah orang/warganegara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang berumur 60 tahun ke atas. Lanjut usia yang layak dilayani dalam keluarga, yakni lanjut usia yang wajar menurut tahap perkembangan usianya dan minimal mampu mengurus diri serta tidak memerlukan layanan khusus profesional.

Seperti halnya bila kita melihat suku bangsa Minangkabau merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia yang menganut sistem keluarga yang disebut matrilineal, artinya sistem keluarga yang berada di garis keturunan ibu, dimana kekuasaan harta menjadi milik ibu. Peran dan tanggung jawab keluarga matrilineal terhadap orangtua yang telah lanjut usia berada di tangan keluarga ibu, yaitu mamak (adik ibu laki-laki) dan keluarga luas ibu. Bagi keluarga dan masyarakat Minangkabau dan hidup dalam sistem kekerabatan keluarga luas, secara ideal budaya jaminan sosial bagi orang lanjut usia terutama perempuan lanjut usia sangatlah tinggi.


(21)

Berbeda dengan suku batak toba yang menganut sistem keluarga partilineal, yang artinya sistem keluarga yang berada digaris keturunan ayah, dimana kekuasaan harta menjadi milik ayah yang akan diwariskan kepada anak laki-laki. Peran dan tanggung jawab keluarga patrilineal terhadap orang tua yang telah lanjut usia berada dibawah tanggung jaawab anak-anaknya terutama anak laki-laki. Bagi suku batak Toba memandang bahwa orang tua adalah kehormatan bagi keluarga sehingga sangat dipantangkan apabila orang tua berada dipanti jompo.(http//batavia.co.id berita kesejahteraan para lanjut usia. Diakses tanggal 3 Juni 2010 pukul 16.00wib)

Di zaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua. Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat menyebabkan penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan ketakutan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melihat lebih dalam tentang kondisi lansia yang ada dipanti jompo yaitu salah satunya lansia yang berada di panti sosial Dharma Asih Binjai yang merupakan


(22)

salah satu panti sosial yang merupakan lembaga di bawah naungan Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam pembinaan sosialisasi dan pengasuhan lansia.

Dengan melihat respon dapat diketahui bagaimana sebenarnya tanggapan dan sikap para lansia tersebut terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan ”Bagaimana Respon Warga Binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh unit pelaksana teknis dinas Dharma asih binjai”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan melihat persepsi (pemahaman), tanggapan, sikap dan partisipasi warga binaan terhadap program tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak pelaksana program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai, dengan


(23)

mengetahui bagaimana respon warga binaan terhadap program yang telah dilaksanakan. Dengan demikian para pelaksana program dapat membuat program yang sesuai dan benar – benar dibutuhkan oleh warga binaaan. 2. Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat Penelitian, serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe Penelitian, lokasi Penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya UPTD Darma asih binjai dan , struktur organisasi, dan gambaran umum lokasi Penelitian.


(24)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil Penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2 .1 Respon Warga Binaan

Warga Binaan adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang mendapat pelayanan dan binaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Untuk mengetahui bagaimana warga binaan merespon program yang ada maka terlebih dahulu apa itu respon.

Respon pada hekekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang menjadi tingkah laku balik, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal. Selain itu, menurut Daryl Beum respon juga dapat diartikan bahwa merupakan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku kuat. Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud pada pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau tidak respon, tidak terlepas dari pembahasan dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaiman respon mereka terhadap kondisi tersebut.


(26)

Respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan, kegurigaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui:

1. Pengaruh atau penolakan 2. Penilaian

3. Suka atau tidak suka

4. Kepositipan atau kenegatifan suatu objek psikologi 5. Pengaruh atau penolakan

6. Penilaian

7. Suka atau tidak suka

Menurut Scheereer, respon adalah proses pengorganisasian rangsang dimana rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu,seperi perubahan lingkungan atau situasi lain.sikap yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek,seseorang disebut mempunyai respon negative apabila informasi yang didengar atau prubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya malah menghindari dan membenci objek tertentu.

Terdapat dua jenis variabel yan gmempengaruhi respon yaitu:

1. Variabel struktural yakni fakor-faktor yang terkandung dalm rangsangan fisik.


(27)

2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Curthefield dalam wirawan,1995:47).

Orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses informasi – informasi. Unit –unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat di gunakan untuk memperkirakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar. Proses yang berlangsung secara rutin inilah yang di sebut hunt sebagai suatu respon.

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga di sebut sebagai teori penguat dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap. Yang artinya disini adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia mengalami rangsangan tertentu. Sikap ini biasanya terhadap benda, orang, kelompok, nilai –nilai dan semua hal yang terdapat di sekitar manusia.

2.2. LANJUT USIA

2.2.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh ) tahun ke atas. Pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah proses penyuluhan sosial, bimbingan, konseling, bantuan, santunan dan perawatan yang dilakukan secara terarah, terencana dan berkelanjutan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Sistim panti adalah bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan kedalam


(28)

suatu lembaga tertentu (panti) sedangkan luar panti (non panti) merupakan bentuk pelayanan yang menempatkan penerima pelayanan di luar lembaga tertentu (panti) misalnya keluarga, masyarakat dan lain-lain.

Kelembagaan Sosial Lanjut Usia adalah proses kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang berkoordinasi mulai dari tahap perencanaan, yang dilaksanakan oleh lembaga baik formal maupun informal. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Aksesbilitas adalah kemampuan untuk menjangkau dan menggunakan pelayanan dan sumber-sumber yang seharusnya diperoleh seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial, maka program pokok yang dilaksakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti 2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti 3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia

4. Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

Undang –undang lanjut usia (http:www.depsos.go.id. pelayanan kesejahteraan sosial.diakses pada tanggal 20 juni 2010 pukul 19.00 wib)

2.2.2 Pelayanan Kesejahteraan Sosial Untuk Lanjut Usia

Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun


(29)

masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai kebajikan, kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.

2.3 KESEJAHTERAAN SOSIAL

2.3.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang no 11tahun 2009,kesejahteraan sosial dalah terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Sedangkan menurut Walter A.Friedlander, ”kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisasi dari pada pelayanan sosial dan lembaga, yang bermaksud untuk membantu individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka memperkembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

Usaha –usaha kesejahteraan sosial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan masyarakat, tugas pemerintah lebih menitikberatkan pada penetapan kebijaksaanan dan stabilisator dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 4 UU No.11/2009. usaha pemerintah di bidang kesejahteraaan sosial meliputi:


(30)

a. Bantuan sosial kepada warga negara baik secara perorangan maupun dalam kelompok yang mengalami kehilangan peranan sosia maupun alamiah atau peristiwa- peristiwa lainnya.

b. Pemeliharaan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan jaminan sosial

c. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya penyaluran di dalam masyarakat, kepada warga negara baik perorangan maupun kelompok yang terganggu kemampuannya untuk mempertahankan hidup yang terlantar.

d. Pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan

peradapan, perikemanusiaan dan kegotongroyongan, (www.depsos.go.id/UU.kessosNo112009.diakses7 juli2010/18wib.

Berdasarkan definisi diatas maka kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, sistem yang terorganisir dari pada pelayanan sosial yang bermaksud individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik dan metode untuk memungkinkan individu, kelompok maupun komunitas memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian diri mereka terhadap pola-pola masyrakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaikai kondisi ekonomi dan sosial

Macam-macam pelayanan kesejahteraan sosial adalah:


(31)

2 Pelayanan keluarga dan anak.

3 Pelayanan kepada orang-orang miskin yang mendapatkan hambatan sosial dan yang dilanda bencana .

4 Pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan-pelayanan sosial yang telah ada.

2.3.2 Prisip Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Prinsip kesejahteraan sosial sosial lanjut usia didasarkan pada resolusi PBB NO. 46/1991 tentang principles for Older Person (Prinsip-prinsip bagi lanjut usia) yang pada dasarnya berisi himbauan tentang hak dan kewajiban lanjut usia yang meliputi kemandirian, partisipasi, pelayanan, pemenuhan diri dan martabat, yaitu :

1. Memberikan pelayanan yang menjujung tinggi harkat dan martabat lanjut usia.

2. Melaksanakan dan mewujutkan hak azasi lanjut usia. 3. Memperoleh hak menentukan pilihan bagi dirinya sendiri. 4. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan yang sesungguhnya.

5. Mengupayakan kehidupan lanjut usia lebih bermakna bagi diri, keluarga dan masyarakat.

6. Menjamin terlaksananya pelayanan bagi lanjut usia yang disesuaikan dengan perkembangan pelayanan lanjut usia secara terus menerus serta meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak.


(32)

7. Memasyarakatkan informasi tentang aksesbilitas bagi lanjut usia agar dapat memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana serta perlindungan sosial dan hukum.

8. Mengupayakan lanjut usia memperoleh kemudahan dalam penggunaan sarana dan prasarana dalam kehidupan keluarga, serta perlindungan sosial dan hukum.

9. Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk menggunakan sarana pendidikan, budaya spriritual dan rekreasi yang tersedia di masyarakat. 10. Memberikan kesempatan bekerja kepada lanjut usia sesuai dengan minat

dan kemampuan.

11. Memberdayakan lembaga kesejahteraan sosial dalam masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan lanjut usia dilingkungannya. Kusus untuk panti, menciptakan suasana kehidupan yang bersifat kekeluargaan. 2.3.3 Peran Pekerja Sosial Dalam Pelayanan Lanjut Usia

Menurut Walter A Friedlander dalam Muhidin (1992: 7), Pekerjaan Sosial adalah suatu pelayanan professional yang dilaksanakan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perseorangan maupun di dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan etidaktergantungan secara pribadi dan sosial.

Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setinggi-tingginya. Permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan


(33)

peranannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk memberikan pelayanan sosial, baik secara langsung maupun tidak langsung, juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok ataupun masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Seorang pekerja sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi dimana manusia itu hidup. Menurut pandangan Zastrow, setidaknya ada beberapa peran yang biasa dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu:

1. Enabler

Sebagai enabler seorang pekerja sosial membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.

2. Broker

Peranan sebagai broker yaitu berperan dalam menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community services) tetapi tidak tahu dimana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut. Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang satu dengan pemilik sumber daya.


(34)

Sebagai expert (tenaga ahli), ia lebih banyak memberikan saran dan dukungan informasi dalam berbagai area. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang bisa dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang dia berikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, tetapi usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan untuk bahan pertimbangan masyarakat ataupun organisasi dalam masyarakat tersebut.

4. Social Planner

Seorang social planner mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan programnya, mencoba mencari alternatif sumber pendanaan dan mengembangkan konsensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat ataupun kepentingan.

Peran expert dan social planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan social planner lebih memfokuskan tugas-tugas yang terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian peranan.

5. Advocate

Peran sebagai advocate dalam pengorganisasian masyarakat dicangkok dari profesi hukum. Peran ini merupakan peran yang aktif dan terarah, dimana community worker menjalankan fungsi sebagai advocate yang mewakili kelompok


(35)

masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan.

6. Activist

Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar dan seringkali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan. Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hukum yang berlaku, ketidakadilan dan perampasan hak. Seorang activist biasanya mencoba menstimulasikan kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada.

7. Educator

Dalam menjalankan peran sebagai edukator (pendidik), pekerja sosial diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja sosial harus mampu berbicara di depan publik untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditanganinya.

Dalam pelayanan sosial anak, umumnya peran pekerja sosial adalah sebagai enabler dimana mereka membantu anak agar dapat mengidentifikasikan masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah secara efektif, disamping itu juga sebagai educator (pendidik) yang diharapkan membantu anak dalam hal pendidikannya.


(36)

Tugas seorang pekerja sosial pada seting pelayanan sosial bagi lansia tidak semudah yang kita bayangkan. Oleh karena itu tidak semua orang bisa melakukannya. Pekerja sosial yang diharapkan adalah seorang pekerja sosial yang profesional, yakni pekerja sosial yang menguasai kerangka pengetahuan (body of knowledge) baik dalam bidang pekerjaan sosial secara umum maupun pengetahuan tentang lanjut usia secara khusus.

pengetahuan-pegetahuan yang harus dimiliki oleh Pekerja Sosial, meliputi:

1. Human Development and Behaviour, pengetahun ini menekankan pada cara

individu secara keseluruhan dan melihat pengaruh orang lain dan lingkungan terhadap manusia, kondisi sosial, ekonomi dan kebudayaan.

2. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh pertolongan dari orang lain dan sumber-sumber diluar dirinya.

3. Cara-cara bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain dan bagaimana mengekspresikan semua perasaan, baik melalui perkataan maupun melalui perbuatan.

4. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun individu lain didalam kelompok.

5. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara individu, kelompok dan masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan, yang meliputi keagamaan, kepercauyaan, nila-nilai spiritual, hukum dan lembaga-lembaga sosial yang lain.

6. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.


(37)

7. Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti), model-model pengembangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial dan sumber-sumber yang ada dalam komuniti.

8. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-metode pekerjaan sosial. 9. Diri pekera sosial sendiri (self), dimana pekerja sosial dapat mempunyai

kesadaran dan tangggung jawab terhadap emosi dan sikap sebagai seorang profesional. Memaham tentang tugas perkembangan serta karakterisitik lansia, masalah-masalah yang sering dihadapi oleh lansia serta kebutuhannya.

Dari aspek pengetahuan (body of knowledge) bisa dilihat bahwa banyak hal yang harus dipahami dan diketahui oleh seorang pekerja sosial yang profesional, sebab menghadapi individu (lansia) dengan karaktek yang unik dengan sistem panti harus mampu menjalankan fungsi-fungsi pekerjaan sosial baik dalam fungsi pencegahan (preventif), fungsi rehabilitatif, maupun fungsi pendukung (support) dan fungsi pengembangan (developmental). Dibekali dengan kerangka nilai (body of value), seorang pekerja sosial profesional yang ada didalam PSTW harus paham dan mengindahkan segala nilai-nilai pekerjaan sosial, kode etik pekerjaan sosial, nilai-nilai kemanusiaan, serta nilai yang berlaku dan dipegang oleh klien.

Serta mengindahkan berbagai prinsip-prinsip pelayanan bagi lansia yang tertuang dalam Standarisasi Pelayanan Lansia dalam PSTW seperti Prinsip: Destigmatisasi (tidak mengstigma atau menghakimi), deisolasi (tidak mengucilkan), desensitiasi (menjaga perasaan lansia yang kadang sensitif), dedramatisasi (tidak membesar-besarkan masalah), pemenuhan kebutuhan secara tepat, pelayanan komprehensif, desimpatisasi (tidak menunjukkan rasa iba yang


(38)

berlebihan), pelayanan yang cepat dan tepat, pelayanan yang efektif dan efisien, pelayanan yang akuntabel.

Seorang pekerja sosial barulah bisa dikatakan profesional apabila menguasai berbagai jenis keterampilan dalam bidang pekerjaan sosial. Keterampilan tersebut dalam bentuk kemampuan teknis dalam mengoperasikan salah satu atau lebih metode-motode pekerjaan sosial (Case work, group work, dan co/cd) serta paham penerapannya sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.

Elemen keterampilan di dalam praktek pekerjaan sosial mempunyai dua keistimewaan, yaitu:

1. Untuk menyeleksi metoda atau beberapa metoda guna menentukan apakah metoda tersebut dapat dipergunakan atau tidak.

2. Bagaimana cara menggunakan metoda tersebut. Profesi pekerjaan sosial bukanlah sebatas pekerjaan amal (charity a work) ataupun pekerjaan yang sebatas dorongan kemanusiaan dan rasa iba (philantropy a work), tapi betul-betul sebuah profesi yang membutuhkan pemahaman secara konseptual, nilai serta keterampilan dalam kerja secara oprasional menolong klien.

Lansia dalam nomenklatur berdasarkan kebijakan operasional Departemen Sosial adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial maupun yang tidak potensial. WHO membagi lansia kedalam beberapa kelompok bedasarkan tingkatan usia, yakni: Usia pertengahan (middle age): antara 54-59 tahun, Lanjut Usia: antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun. secara psikologis mereka adalah fase usia yang memiliki kebutuhan dan karakteristik tersendiri yang unik dan berbeda.


(39)

Secara umum adalah seperti itu, secara indvidual pun mereka memiliki keunikan artinya sekalipun mereka sama-sama lansia tapi mereka pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu seorang pekerja sosial selain harus paham mengenai karakterisitik serta tugas perkembangan dan kebutuhan lansia secara umum juga perlu melakukan kajian secara individual dari kelayannya. mengemukakan bahwa pekerja sosial di dalam memecahkan masalah klien, perlu mengetahui sedetail atau sebanyak mungkin infromasi mengenai:

1. Apasajakah kekhususan pribadi dan permasalahan yang dialami oleh klien (keunikan klien dan masalahnya.

2. Latar belakang klien, seperti umur, kehidupan masa kanak-kanak hingga sekarang, relasinya dengan keluarga, pengaruh sekolah dan pekerjaan, kontak dengan badan sosial, serta kesehatannya secara umum.

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masalah klien, seperti finansial, tekanan teman, hubungan dengan sekolah dan pekerjaan, tekanan keluarga, faktor rasial dan etnik, relasinya dengan teman, tujuan hidup, minat dan kegiatan yang dilakukan.

4. Persepsi dan pendefenisian klien terhadap masalah yang dialaminya. 5. Nilai dan moral yang mempengaruhi masalah.

6. Kekuatan-kekuatan klien yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah.

7. Motivasi klien untuk memperbaiki hidup dan memecahkan masalah.

8. Pengetahuan tentang kemungkinan-kemungkinan strategi penyembuhan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah.


(40)

Perlu disadari oleh seorang pekerja sosial bahwa proses lansia dan masalah-masalah yang menyertainya seperti kesepian, kurang pendengaran dan penglihatan, lemah secara fisik, ialah sebuah proses alamiah yang suatu saat setiap orang akan mengalami jika tidak meninggal diusia muda. Oleh karena itu seorang pekerja sosial harus bisa memberikan pengertian kepada klien, agar bisa menerima segala kemunduran yang terjadi pada dirinya. Secara psikologis lansia kadangkala mengalami masalah psikis, apalagi mereka yang tinggal dipanti dan hidup bersama dengan lansia lain yang memiliki latar belakang keluarga, suku, yang berbeda.

Benturan-benturan dan resiko terjadinya kesalahpahaman diantara mereka mudah sekali terjadi. Konflik diantara kelayan bisa saja terjadi karena dua faktor: 1. Faktor Intern (kondisi psikologik) klien yang tidak stabil. Klien mengalami

banyak masalah dan pikiran. Masalah tersebut bisa berasal dari masa lalu yang kurang menyenangkan, atau berasal dari hubungan dengan anggota kelaurga yang kurang harmonis. Selain konflik kondisi ini bisa pula memicu perilaku klien yang maladaptif, cepat marah dan tersinggung, suka murung dan sedih, tidak bergairah serta menarik diri dari pergaulan atau malas terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam panti.

2. Faktor ekstern (kondisi sosial) yang tidak harmonis, terkondisikan budaya saling mencurigai, tidak saling menghormati, tidak adanya budaya tolong menolong, serta mementingkan diri sendiri, serta peran pekerja sosial yang kurang dalam pembinaan, bahkan bisa jadi pekerja sosial yang tidak paham serta tidak menghayati nilai-nilai, prinsip-prinsip pekerjaan sosial bisa jadi pemicu dari masalah-masalah yang timbul dalam panti lansia.


(41)

Pekerja sosial harus bisa memainkan peran yang strategis dalam pemenuhan kebutuhan secara psikologik, dalam berbagai bentuk kegiatan intervensi yang bertujuan, terencana, dan terstruktur dengan baik. Tehnik-tehnik yang paling memungkinkan adalah tehnik konseling, tehnik percakapan sosial (dalam group work) serta kegiatan mengorganisir klien dalam berbagai bentuk kegiatan-kegiatan sosial (Social activity) seperti, kelompok pengajian, kelompok olah-raga, kelompok pemelihara bunga, kelompok bantu diri (self-help group).

Pekerja sosial dengan menggunakan metode bimbingan sosial kelompok dapat menfasilitasi terciptanyaa kelompok percakapan sosial yang membahas berbagai hal-hal positif dan berhubungan dengan kehidupan para lansia, metode ini sangat efektif digunakan dalam rangka mengurangi kejenuhan klien dalam panti, serta membantu mereka memahami berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupannya, mereka dapat berbagai pengalaman serta bisa mengekspresikan perasaan serta ide-ide dalam forum kelompok secara bebas. Mereka akan merasa berharga dan bermatabat jika ide-ide serta pengalaman yang mereka miliki mau didengarkan oleh orang lain.

Konflik-konflik ataupun terjadinya perdebatan dalam kelompok dapat dinetralisir oleh pekerja sosial, yang berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan percakapan dalam kelompok. Lansia sebagai indvidu yang telah banyak mengecap pengalaman hidup, cenderung untuk tidak mau didikte, tapi mereka biasanya punya ide-ide yang butuh didengarkan, maka mereka bisa diorganisir dalam suatu kelompok klien dengan latar belakang masalah/kebutuhan relatif sama, kemudian diberikan kesempatan untuk membahas masalah-masalah


(42)

masalahnya secara tepat berdasarkan pemikiran mereka sendiri, hanya saja peran pekerja sosial harus tetap ada sebatas fasilitator.

Oleh karena itu peran pekerja sosial sebagai fasilitator yang netral, tidak memihak dan mampu mengarahkan kelompok pada pencapaian kesepakatan harus terus diasah. Baik kelompok percakapan sosial maupun kelompok pemecahan masalah dapat menjadi media katarsis bagi klien, yakni tempat dimana klien dapat melepaskan semua energi-energi negatif (rasa bersalah, rasa marah, perasaan dikucilkan, perasaan tidak dihargai) dengan cara-cara yang postif. Pekerja sosial dapat mengajarkan bagaimana mengungkapkan perasaan (rasa marah, tidak setuju, kejenuhan) secara tepat dan positif, pekerja sosial dapat mengajarkan bagaimana mengungkapkan dan menyampaikan ide-ide dalam forum kelompok yang mana individunya memiliki perasaan serta ide-ide yang tidak seragam. Forum ini dapat dimanfaatkan oleh Pekerja sosial sebagai media pembelajaran agar klien bisa memahami keunikan, keragaman, serta adanya perbedaaan paham, ide, gagasan, sikap maupun perilaku diantara masing-masing individu.

Masyarakat lewat tangan pekerja sosial harus bisa dilibatkan berpartisipasi) dalam membantu klien yang tinggal di panti. Adanya kunjungan secara berkala dan kontinyu dari anggota masyarakat tertentu dan membina hubungan kekeluargaan dengan klien didalam panti tentunya sangat baik dan positif terhadap kebahagiaan klien. Selain kunjungan secara berkala mereka juga dapat tetap berhubungan dan berkomunikasi secara tidak langsung lewat berbagai sarana komunikasi seperti, surat-menyurat, telepon, sms dan sebagainya. Masyarakat lewat perantara (broker) pekerja sosial dapat mengangkat salah satu


(43)

klien untuk terjaminnya rasa kasih sayang dan rasa berharga dalam menghadapi masa-masa tuanya.

Mitos-mitos hanya akan membuat lansia semakin menderita dalam panti tidak sebatas pelayanan fisik (pemakanan dan pengasramaan) bimbingan psikis, sosial dan keterampilan adalah bagian integral dari sebuah pelayanan yang komprehensif dalam panti. Mesti ada senergitas pemahaman baik antara pekerja sosial, kepala panti maupun kepala kepala seksi yang ada dipanti mengenai bentuk pelayanan yang komprehensif. Minimnya pemahaman (aspek kognitif) pengambil kebijakan di dalam panti tentang kebutuhan para lansia menjadi kendala utama dalam merealiasasikannya. Minimnya fasilitas serta dana yang disediakan, sehingga untuk melaksanakan home visitpun susah dilaksanakan

apalagi untuk menggali sumber-sumber yang ada di

masyarakat.(suharto2007:112) 2.4 Kerangka Pemikiran

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya. Sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup, terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perlindungan sosial adalah upaya Pemerintah dan masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar, Salah satu program tersebut adalah dengan penampungan di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah.


(44)

UPTD Dharma Asih binjai mempunyai tugas membantu Dinas Sosial dalam pembinaan, sosialisasi dan pengasuhan lansia. Dalam hal ini UPTD Dharma Asih dalam menjalankan program kesejahteraan di hari tua para lansia. Sosialisasi program dan kegiatan Panti atau Organisasi sosial bagi lanjut usia penerima pelayanan, keluarga dan masyarakat

Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran

UPTD Dharma Asih Binjai

Persepsi :

1. PemahamanWarga binaan terhadap program.

2. Pandangan warga binaan tentang tujuan dan manfaat program.

Sikap: 1. Penilaian warga binaan

terhadap program

2. Penolakan atau penerimaan warga binaan terhadap program.

Partisipasi:

1. Frekuensi, keterlibatan dalam merespon program

2. Pemanfaatan warga

binaan terhadap program

Respon Positif Respon Negatif

Program Kesejahteraan Lansia : 1. Bimbingan kesehatan 2. Bimbingan rohani 3. Bimbingan Sosial

4. Ketrampilan pertanian


(45)

2.5 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.5.1 Defenisi konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau idividu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989: 33). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

1. Respon adalah suatu tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang

merupakan wujudnya dari persepsi ,sikap dan partisipasi masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman,penilaian suka atau tidak suka serta kerlibatan terhadap objek.

2. Program kesejahteraan dihari tua adalah program yang dikhususkan kepada lanjut usia,agar mereka mendapat pelayanan yang lebih baik di hari

tuanya.mendapatkan perlindungan dan fasilitas yang bisa dimanfaatkan tanpa harus bergantung kepada keluarga dan juga kepada orang lain

3. Lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas baik yang potensial maupun yang tidak potensial.

4. UPTD adalah unit pelaksana teknis dinas yang berada dibawah naungan provinsi sumatera utara yang mempunyai tugas membantu kepala dinas dalam pembinaan sosialisasi dalam pengasuhan lansia,


(46)

2.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 33). Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan diteliti yang dilihat dari keberhasilan program dan tujuan dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Dharma Asih Binjai adalah sebgai berikut:

1. Persepsi atau pemahaman warga binaan mengenai program kesejahteraan di hari tua melalui :

a. Pengetahuan/pengertian warga binaan tentang keberadaan program kesejahteraan di hari tua.

b. Pemahaman warga binaan tentang apa tujuan dan sasaran UPTD Dharma Asih Binjai

c. Pemahaman tentang proses pelaksanaan program

d. Pemahaman warga bianaan tentang manfaat program kesejahteraan di hari tua

2. Sikap warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua diamati dari : a. Penilaian warga binaan terhdap progarm kesejahteraan di hari tua

b. Suka atau tudak suka warga binaan terhadap program UPTD Dharma Asih Binjai

3. Partisipasi masyarakat terhadap program UPTD Dharma Asih Binjai a. Keterlibataan warga binaan dalam program kesejahterann di hari tua b. Pemanfaatan dana bantuan program


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana adanya (Nawawi, 1991:67).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Dharma Asih Binjai yang berkedudukan di jalan Perintis Kemerdekaan No. 2 Cengkeh Turi Binjai, sekaligus merupakan rumah asuh. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena merupakan salah satu lembaga pemerintah (tresna wherda) yang memberikan program bagi lanjut usia, serta berperan dalam peningkatan kesejahteraan di hari tua warga binaan tersebut.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi, (Arikunto 2006:130). Dari pengertian tersebut maka populasi dari penelitian adalah seluruh warga binaan yang ada di UPTD


(48)

3.3.2. Sampel

Menurut Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2006:134). Dalam penelitian ini besar sampel yang ditentukan sesuai pendapat Arikunto, menyatakan jika jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampel sejumlah 10-15% atau 20-25% dari populasi. Di mana sampel dalam penelitian ini adalah warga binaan Dharma Asih Binjai berjumlah 160 orang dan yang di jadikan sampel sebayak 25%dari populasi yaitu 40 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, tulisan yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada lanjut usia yang menjadi respondennya.


(49)

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah metode kuantitatif dan menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Menggambarkan, menjelaskan, dan memberikan komentar dengan menggunakan tabel.

Pemberian skor pada skala likert:

a. Pengkordingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban – jawaban menurut macamnya;

b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisis serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakakan dalam penelitian;

c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka ditentukan interval kelas sebagai berikut :


(50)

i = interval kelas H = nilai tertinggi

L = nilai terendah

K = bayak kelas

Negatif Netral Positif

-1 0,66 -1,33 0 0,33 0,66

Maka dapat ditentukan kategori persepsi, sikap dan partisipasi adalah positif dan negatif dengan daya batasan nilai yang telah diperoleh sebagai berikut :

Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 =negatif

Respon dengan nilai -0,33 samapi dengan 0,33 = netral


(51)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Latar Belakang Berdirinya UPTD Dharma Asih

Jumlah lanjut usia di indonesia pada umumnya makin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk.demikian juga semakin baiknya derajat kehidupan dan penghidupan yang diakibatkan berhasilnya pembangunan di segala bidang sehingga secara tidak langsung mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya tingkat kematian pada gilirannya jumlah para lanjut usia akan meningkat pula. Sesuai dengan budaya masyarakat pada umumnya para lanjut usia menikmati hari tuanya dilingkungan keluarga akan tetapi karena sesuatu sebab maka mereka tidak mungkin tinggal dilingkungan keluarganya. Untuk itu dalam hal ini dibutuhkan suatu lembaga kesejahteraan sosial yang dapat menampung lanjut usia yang manyandang masalah tersebut.

Melalui dasar hukum juga yaitu:

1. Surat keputusan menteri sosial RI. Nomor 07/HUK/KEP/II/84 tentang pola dasar pembangunan bidang kesejahteraan sosial.

2. Keputusan menteri sosial RI.Nomor 41/HUK/KEP XI/79 Tanggal 1 Nopember 1979 tentang kedudukan dab fungsi susunan organisasi , tugas dan tata kerja panti dilingkungan departemen sosial RI.


(52)

3. Keputusan menteri sosial RI. NO 32/HUK/KEP/V/82 tentang pembentukan panti sosial .


(53)

4.1.2 VISI dan Misi

A. VISI UPTD Dharma Asih

Terwujudnya lansia sejahtera dan bahagia di hari tua.

B. MISI UPTD Dharma Asih.

1. Meningkatkan pelayanan fisik lanjut usia melalui pemenuhan kebutuhan sandang.

2. Menumbuhkan sikap kemandirian, kesetaraan. kebersamaan dan memberikan perlindungan kepada lanjut usia.

3. Meningkatkan hubungan yang harmonis antara sesama lansia, lansia dengan pegawai dan lansia dengan masyarakat.

4.1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

A. TUGAS POKOK

1. Melaksanakan observasi,identifikasi,seleksi,dan penerimaan calon klien 2. Melaksanakan konsultasi,pengungkapan dan pemahaman masalah serta

penyusunan rencana pelayanan rehabilitasi terhadap lanjut usia.

3. Melaksanakan penampungan, pengasramaan, perawatan dan penyediaan bahan pangan bagi lanjut usia.

4. Melaksanakan pembinaan fisik, mental dan sosial secara individu dan kelompok bagi lanjut usia.


(54)

B. FUNGSI

1. Sebagai salah satu pusat informasi, pelayanan keejahteraan sosial lanjut usia(lansia) yang bermasalah dan dari keluarga yang kurang mampu.

2. Sebagai salah satu unit pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia .

4.2. TUJUAN UPTD Dharma Asih.

1. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia kurang mampu/dari keluarga yang kurang mampu melalui pemberian pelayanan dan perawatan baik jasmani maupun rohani dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup secara wajar. 2. Tumbuhnya kemandirian lanjut usia.

3. Terciptanya rasa aman dan ketentraman lanjut usia sehingga menikmati hidup secara wajar.

4.2.1 PROGRAM UPTD Dharma Asih

1. Bimbingan Kesehatan

Bimbingan kesehatan yang diberikan oleh UPTD Dharma Asih dalam mewujudkan program kesehatan lanjut usia adalah

a. Senam pagi 2 (dua) kali seminggu b. Gotong royong 2 (dua) kali seminggu


(55)

2. Bimbing Rohani

Mengikuti cerama agama dimesjid kompleks Dharma Asih Binjai 2 (dua) kali seminggu

3. Bimbingan Sosial

a. Peningkatan gizi secara berkala b. Konseling

4. Bimbingan Keterampilan Pertanian

a. Pembibitan rambutan b. Pembibitan Cokelat

4.2.2 UPAYA YANG TELAH DILAKSANAKAN ATAU DICAPAI OLEH UPTD Dharma Asih

1. Pembinaan Bagi Warga Binaan Sosial

Seluruh Warga Binaan telah dibina secara maksimal sesuai dengan anggaran yang telah diterima oleh UPTD Dharma Asih Binjai yaitu berupa pembinaan mental rohani dan fisik jasmani seperti:

a. Penyuluhan kesehatan dan pengobatan b. Senam pagi

c. Kuliah agama, bimbingan sosial

d. Menyalurkan warga binaan sosial yang masih produktif sesuai dengan bakat yang ada


(56)

Seluruh personil yang ada telah dibina sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada

a. Mengusulkan kenaikan gaji berkala b. Pembinaan mental spiritual

c. Pembianaan olahraga seperti: senam jantung sehat, volliball, tennis meja dan catur

d. Penegakan disiplin pegawai e. Rapat staff secara berkala

f. Pendidikan dan latihan (diklat) PNS

4.2.3 KEGIATAN YANG DILAKUKAN DI UPTD Dharma Asih

1. Pemberian makanan 3 (tiga) kali sehari (pagi, siang dan malam) dengan menu 4 sehat dan 5 sempurna sesuai dengan dana yang tersedia juga diberikan snack berupa kue dan bubur, setiap hari sekitar jam 3 sore. Sistem penyedian makanan adalah melalui dapur umum, jadi setiap warga lansia mengambil sendiri jatah makanan yang tersedia

2. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan dilaksanakan setiap hari 24 jam oleh seorang perawat (tenaga honor) yang tinggal di dalam komplek panti. Sedangkan pemerikasaan kesehatan oleh dokter dan perawat dari puskesmas yang dilaksanakan 2 (dua) kali seminggu setiap hari senin dan kamis.

3. Bimbingan mental diberikan 2 (dua) kali seminggu yaitu hari rabu dan jumat oleh seorang ustad. Bimbingan fisik juga diberikan setiap hari


(57)

sabtu serta bimbingan sosial yaitu berupa pengarahan dan konseling setiap hari senin oleh peksos di lingkungan UPTD Dharma Asih. 4. Pengisian waktu luang, para lansia diarahkan sesuai dengan kemauan

dan kemampuan para lansia seperti:

a. Berkebun menanam samiroto, kacang tanah, kacang hijau dan sayur-sayuran

b. Membuat kerajinan tangan: membuat udang-udangan dari bambu

c. Beternak lembu

d. Berjualan bandrek dan makanan ringan

5. Pelayanan pendampingan dilakukan dengan mengadakan konsultasi kepada para lansia sesuai dengan kebutuhan para lansia tersebut oleh staff di lingkungan UPTD dan khusus oleh peksos

6. Setiap lansia yang meninggal dunia apabila tidak diambil oleh keluarganya maka pemakaman dilaksanakan oleh UPTD sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh lansia yang dilaksanakan oleh petugas yang terlatih dimulai dengan memandikan, mengkapani sampai pada pemakaman, bagi yang beragama islam dan bagi yang beragam kristen protestan proses penguburan dilakukan sesuai aturan agamanya, semua dilakukan oleh staff panti (peksos) bekerjasama dengan tokoh agama setempat


(58)

4.2.4 SARANA DAN PRASARANA NO . KOMPONEN PANTI STANDART LUAS STANDART BERDASARK AN MASTER PLAN

KEADAAN S/D TGL.31

DESEMBER

TAHUN 2009

KETERANGAN

M, M2, M3 M, M2, M3

1 2 3 4 5

1. 2. 3. 4. 5. 6. Unit Kantor Unit Asrama/Wisma

Unit Dapur Umum

Unit Poliklinik

Unit Rumah Jaga

Unit Rumah Jabatan

a. Rumah Kepala

b. Rumah Ka sub/Kasie

a. Rumah Staff Panti

180 m2

2050 m2

100 m2

70 m2

6 m2

90 m2

45 m2

45 m2

180 m2

2050 m2

100 m2

70 m2

6 m2

50 m2

45 m2

36 m2

2 unit 17 unit Perlu diperluas 2 unit 1 unit 2 unit 2 unit


(59)

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

b. Rumah Staff

Unit Gudang

Unit KM/WC

Unit Garasi

Unit MIX farming

a. Lahan pertanian

b. Lahan peternakan

Lapangan Olahraga

Lapangan Upacara

Unit Air Bersih

Halaman Parkir

Rumah Ibadah

Jalan Dalam Komplek

Unit Taman

Pagar Dalam Komplek

Unit Komunikasi

45 m2

70 m2

39 buah

24 m2

18.000 m2

-

500 m2

200 m2

8 unit

600 m2

200 m2

1.500 m

2.000 m2

901,17 m

1 unit

2000 m

36 m2

70 m2

39 buah

24 m2

18.000 m2

500 m2

200 m2

5 unit

315 m2

100 m2

1.045 m

2.000 m2

901,17 m

1 unit

1.026,22 m

Perlu

Penambahan

Untuk 1 unit

2 unit

2 sumur bor


(60)

20.

21.

22.

23.

24.

25.

Unit Drainase

Unit Paving Block

Unit Gapura / Gerbang

Ruang Peksos

Jaringan Listrik

Aula

540 m

10 m

70 m

17.950 KVA

200 m

540 m

10 m

70 m

17.950 KVA

200 m

1 unit

1 unit


(61)

Daftar nama-nama yang bertugas pada UPTD Dharma asih Binjai

Nama Pangkat Jabatan

Dra.Tama surbakti.

Dra.Asmah

Renti manullang

Zuriani

Dra. Aida sinaga

Rahayu purwanti Reselina sitorus Marka tarigan Aspita nainggolan Relly simarmata Erwin Zuhri Sri sumini Norlia Harun Nurhasim

Pembina, IV /a

Penata TK.I,III/d

Penata muda TK I,III/b

Penata muda TK I,III/b

Penata TK I,III/d

Penata TK I,III/d

Penata muda TK I,III/b

Penata muda TK I,III/.b

Penata muda TK I,III/b

Penata muda TK I,III/b

Penata III/a

Pengatur TK I,II/d

Pengatur TK I,II/d

Pengatur TK I.II/d

Kepala UPTD

Kepala tata usaha

Staf tata usaha

Staf tata usaha

Kepala PENRAM Staf penram Staf panti Staf Staf Staf Staf Staf Staf Staf


(62)

BAB V

ANALISA DATA

Pada bab ini akan dibahas data -data yang diperoleh dari lapangan, data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalaui observasi, wawancara dan melalui kuesioner. Menganalisa data merupakan suatu upaya untuk mendata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden, analisa yang dimaksud adalah suatu interpensi langsung yang berdasarkan data informasi yang diperoleh dari lapangan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

Pada bagian ini penulis mencoba menganalisa data-data yang telah diperoleh di lapangan, terutama yang diperoleh dari hasil kuesioner, yang diajukan kepada para responden yaitu warga binaan UPTD Dharma Asih yang ada di Binjai kecamatan cengkeh turi yang diwakili 40 orang . Data yang dianalisis pada bab ini adalah


(63)

5.1 Identitas Responden

Tabel 5.1

Disrtibusi Responden Berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1

2

Laki-laki

Perempuan

10

30

25,00

75,00

Jumlah 40 100,00

Sumber: kuesioner , 2010

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang diwawancarai serta yang menjawap kuesioner di dominasi oleh perempuan yang jumlah persentasenya sebayak 75,00% (30 orang) sedangkan responden laki-laki sebayak 25.00% (10 orang), dimana wargabinaan yang menjadi responden adalah lansia yang msih produktif atau masih bisa menjawap pertanyaan dan dapat mengisi angket.


(64)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase

1

2

3

60-65 Tahun

66 – 72 tahun

72 Tahun ke atas

18 orang

9 orang

13 orang

45,00%

22,50%

32,50%

Jumlah 40 100,00

Sumber: Kuesioner, 2010

Tabel 5.2 menggambarkan bahwa umur atau usia yang paling muda adalah 60 tahun dan yang paling tua adalah 78 tahun. Hal ini disebabkan karena responden dalam penelitian adalah hanya lansia yang masih bisa menjawap pertanyaan dan mampu berbicara dengan baik. Faktor tersebut karena bayak para lansia yang sudah tidak mampu lagi untuk berbicara dan mendengar dengan baik. Sehingga di anggap tidak mampu dalam menjawap pertanyaan yang akan ditanyakan.


(65)

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7 Batak toba Karo Jawa Mandailing Padang Sunda Minang 6 orang 10 orang 12 orang 9 orang 1 orang 1 orang 1 orang 15,00 25,00 30,00 22,50 2.50 2,50 2,50

Jumlah 40 100,00

Sumber : Kuesioner ,2010

Warga binaan yang ada di UPTD Dharma Asih Binjai ini juga berasal dari suku bangsa yang berbeda –beda. Tabel 5.3 Menggambarkan responden daalm penelitian paling bayak berasal dari jawa yaitu sebesar 30,00%. Melalui wawancara, responden mengaku walaupun berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda namun responden tidak pernah mempermasalahkan suku bangsa tersebut, melainkan mereka menjadi tahu bahasa satu sama lain selain suku yang mereka anut. Walaupun mereka berbeda suku bangsa mereka tidaklah begitu kelihatan perbedaannya, yang mana orangnya suku batak toba atau suku yang lain sebab apabila mereka berkomunikasi satu sama lainnya dengan memulai


(66)

bisa nyambung untuk berkomunikasi padahal kita tau mereka saling berbeda suku, dari situlah mereka bisa saling memahami satu sama lain sehingga keakraban begitu terjalin di lingkungan tersebut.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase 1

2

3

4

5

Tidak tamat SD

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SMA

Tamat perguruan Tinggi

2 orang 15 orang 8 orang 5 orang 10 orang 5,00 37,50 20,00 12,50 25,00

Jumlah 40 100,00

Sumber: Kuesioner,2010

Keterlibatan warga selaku sumber daya manusia dalam pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan dan meningkatkan sumber daya pembangunan. Kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh yang meliputi tingkat kesehatan, ilmu pengetahuan, keterampilan memanfaatkan teknologi dan sikap mentalnya dalam pembangunan dan akan menentukan keberhasilan pembangunan itu sendiri, terutama dalam mengatasi


(67)

ketinggalan dari daerah lainnya. Tabel 5.4 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dapat dikatakan sudah merata dengan pendidikan orang-orang yang tidak tinggal di panti, hal ini terlihat dari adanya 25% yang sudah tamat perguruan tinggi. Lansia yang berada di UPTD Dharma Asih Binjai bukan saja orang – orang yang tidak mampu dari latar belakangnya, namun ada juga lansia yang sesudah pensiunan menjadi warga binaan karena faktor usia mereka yang tidak mampu lagi menghasilkan produktivitas yang baik.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak dari lansia

No Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi Persentase

1

2

3

4

1- 3 orang

4- 6 orang

7- 9 orang

10 orang ke atas

18 orang

10 orang

7 orang

5 orang

45,00

25,00

17,50

12,50

Jumlah 40 100,00


(68)

Ayah, ibu serta putera dan puteri merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama, disamping itu juga dapat dikatakan bahwa anggota keluarga merupakan sistem sosial kecil yang terdiri dari individu-individu yang berhubungan satu sama lainnya dengan alasan kasih sayang dan ikatan yang kuat. Anggota-anggota masuk melalui kelahiran, adopsi dan perkawinan lepas dari keanggotaan hanya disebabkan kematian. Tabel 5.5 diatas menjelaskan bahwa jumlah anggota keluarganya yang lebih dari 10 orang adalah 5 orang (12,50% ) hal ini dikarenakan adanya lansia yang menikah sampai 4 kali dengan wanita yang berbeda- beda sehingga mempunyai anak atau keturunan yang bayak pula.


(1)

Dari hasil data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa respon warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dapat dilihat dari tiga variable yaitu :

a. Persepsi

Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa respon memiliki persepsi yang positif terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan nilai 0,42.

b. Sikap

Sikap warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai adalah positif dengan nilai 0,52.

c. Partisipasi

Hasil analisa data menunjukkan responden memiliki partisipasi positif terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan nilai 0,72.

d. Maka dapat dilihat secara rata-rata responden warga binaan adalah positif dengan nilai (0,42 + 0,52 + 0,72)/ 3= 0,55


(2)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut saran yang dapat diberikan penulis sebagai masukan yaitu:

1. Diharapkan kepada lembaga agar lembaga tetap mempertahankan, menjaga, dan lebih lebih meningkatkan kualitas pelayanan lembaga terhadap program yang telah ada dan memaksimalkan seluruh sumber yang ada demi tercapainya tujuan program, adapun yang menjadi alasan saran ini karena respon dari warga binaan baik terhadap program ini juga dapat meningkatkan kehidupan para lansia yang lebih baik lagi di hari tuanya.

2. Disarankan agar pihak lembaga lebih giat lagi menggalang kerja sama dengan pihak pemerintah maupun swasta sebagai donatur yang telah bayak memperhatikan dan membantu kebutuhan para lansia.

3. Kepada warga binaan agar lebih berpartisipasi pada program-program yang ditawarkan oleh pihak UPTD Dharma Asih Binjai, karena partisipasi warga binaan adalah untuk meningkatkan wawasan masing-masing anggota warga binaan.


(3)

Dari hasil data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa respon warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dapat dilihat dari tiga variable yaitu :

e. Persepsi

Berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa respon memiliki persepsi yang positif terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan nilai 0,42.

f. Sikap

Sikap warga binaan terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai adalah positif dengan nilai 0,52.

g. Partisipasi

Hasil analisa data menunjukkan responden memiliki partisipasi positif terhadap program kesejahteraan di hari tua oleh UPTD Dharma Asih Binjai dengan nilai 0,72.

h. Maka dapat dilihat secara rata-rata responden warga binaan adalah positif dengan nilai (0,42 + 0,52 + 0,72)/ 3= 0,55


(4)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut saran yang dapat diberikan penulis sebagai masukan yaitu:

4. Diharapkan kepada lembaga agar lembaga tetap mempertahankan, menjaga, dan lebih lebih meningkatkan kualitas pelayanan lembaga terhadap program yang telah ada dan memaksimalkan seluruh sumber yang ada demi tercapainya tujuan program, adapun yang menjadi alasan saran ini karena respon dari warga binaan baik terhadap program ini juga dapat meningkatkan kehidupan para lansia yang lebih baik lagi di hari tuanya.

5. Disarankan agar pihak lembaga lebih giat lagi menggalang kerja sama dengan pihak pemerintah maupun swasta sebagai donatur yang telah bayak memperhatikan dan membantu kebutuhan para lansia.

6. Kepada warga binaan agar lebih berpartisipasi pada program-program yang ditawarkan oleh pihak UPTD Dharma Asih Binjai, karena partisipasi warga binaan adalah untuk meningkatkan wawasan masing-masing anggota warga binaan.


(5)

Muhidin, syarief. 1992. Pengantar kesejahteraan sosial, Bandung: sekolah tinggi kesejahteraan sosial.

Nawawi, hadari. 1994. Metode penelitian Bidang Sosial,Yogjakarta: Gajahmada University Pres.

Nurdin, Fadhil. 1989. Pengantar kesejahteraan sosial, Bandung. PT. Angkasa. Soeharto, Irawan. 2004. Metode penelitian sosial, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode penelitian survei, Jakarta: LP3ES

Sarwono, Wirawan, Sarlito. 1982. pengantar umum psikologi, Jakarta: Bulan bintang.

UPTD , 2009, Laporan kegiatan lansia di Dharma Asih Binjai. William, j . Goode, 1997. sosiologi keluarga, jakarta :Bumi Aksara.

Wirawan, Sarlito, 1995. Teori-teori psikologi sosial, Jakarta: Raja Grafindo.


(6)

SUMBER LAIN:

http://www. Yakita. Or. Id/konseling keluarga. Html. Diakses tanggal 27 april 2010 pukul 22.00 wib

http://batavia. Co. Id detailberita kesejahteraan para lanjut usia. Diakses tanggal 3 juni 2010 pukul 16.00 wib

http://depsos. Go. Id/modules. Php? Neme= news dan file. Diakses pada tanggal 3 mei 2010 pukul 16.00 wib

http://kabar.in//search/jumlah lansia di indonesia. Diakses pada tanggal 3 juni 2010 pukul 21,00 wib

www.depsos.go.id//UU.kessos.no112009. diakses pada tanggal 7 juli 2010 pukul 18.30wib.

http://depsos.go.id// Pelayanan kesejahteraan sosial . diakses pada tanggal 20 juni 2010 pukul 17.30 wib


Dokumen yang terkait

Respon Warga Binaan Dusun Partukkoan Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

1 78 120

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

1 96 170

Respon Warga Binaan Terhadap Program Panti Sosial Karya Wanita Parawasa Berastagi

1 115 108

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kebersihan Diri Penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai Tahun 2010

0 44 84

Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai

0 16 131

Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

0 33 120

Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Uptd) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

1 71 120

Respon Warga Binaan Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara di Desa Sionom Hudon Selatan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan

0 7 108

TANGGAPAAN WARGA BINAAN TERHADAP GAYA PACARAN MASA SEKARANG (STUDI PADA WARGA BINAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL ANAK REMAJA JL. INDUSTRI-TANJUNG MORAWA).

1 2 27

Respon Warga Binaan Dusun Partukkoan Desa Salaon Dolok Kecamatan Ronggur Nihuta Kabupaten Samosir Terhadap Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

0 0 13