Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

(1)

PENGARUH PROGRAM PENGUATAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL WARGA BINAAN YAYASAN SOS

DESA TARUNA MEDAN DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Diajukan oleh:

Pera Susilabeka Andreana Keliat 100902032

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Pera Susilabeka Andreana Keliat

NIM : 100902032

ABSTRAK

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Keluarga merupakan unit terpenting dalam masyarakat sebagai fondasi utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan sosial keluarga. Namun lemahnya kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan banyak anak yang terlantar. Oleh karena itu, melalui program penguatan keluarga Yayasan SOS Desa Taruna Medan membantu keluarga kurang beruntung untuk menjadikan keluarga yang berkualitas dan mandiri dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Anom yang terdaftar sebagai anggota binaan program penguatan keluarga dengan jumlah 22 orang. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.

Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data bahwa terdapat pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan yang ada di Desa Tanjung Anom. Peningkatan kesejahteraan sosial ditunjukkan oleh seluruh responden melalui pelaksanaan program penguatan keluarga tersebut baik di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Pera Susilabeka Andreana Keliat

NIM : 100902032

ABSTRACT

The Influence of the Family Strengthening Program of the Social Welfare of Inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village

Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang

Family is the most important unit in society as the main foundation for building quality human resources, thus strengthening the family is needed to support of social welfare family. However weak economic conditions resulted in many children displaced. Therefore, through the family strengthening programs, SOS Children’s Village Foundation helps disadvantaged families to make quality and independent family in the long run. This study aims to determine whether there is the influence of the family strengthening programs of the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang.

This type of research used in this research is descriptive research type to describe whether there is the influence of the family strengthening programs. The resident population is urban research Village Tanjung Anom are listed as members of the family strengthening program , amounting to 22 people. Meanwhile , the data analysis techniques in this study is description using a single table.

The conclusion of the analysis of the data that there are significant family strengthening program for the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom village. Increased social welfare indicated by all respondents through the family strengthening program implementation in the fields of economy, education, and health.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan skripsi ini. Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesepurnaan hikmat dan berkatNya berupa kesehatan, kesabaran, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul“Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU beserta jajarannya.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih Pak, sudah membimbing dan membagi ilmu kepada saya.

3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

4. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pegawai administrasi FISIP USU.


(5)

5. Pimpinan dan staff di yayasan SOS Children’s Village Medan, terima kasih atas izin penelitian beserta bantuannya dalam melakukan penelitian ini hingga selesai.

6. Kepada kader program penguatan keluarga dan warga binaan Desa Tanjung Anom yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.

7. Kepada Ibu terkasih, Alce Mogendo, yang telah memberikan doa dan motivasi untuk mendukung pendidikan saya di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU ini.

8. Kepada saudara-saudara terkasih, Pince Keliat yang tidak pernah lelah mendukung hingga skripsi ini dapat selesai. Terima kasih juga kepada Peni Keliat, Deni Keliat, Lilis Suryani, Retha Keliat, Nanda Keliat, serta segenap keluarga besar Keliat dan Mogendo yang telah memberikan semangat dan nasehat kepada saya.

9. Sahabat-sahabat terkasih semasa kuliah “Militia Christy”, Yohanna Purba, Josua Hutabarat, Juwita Girsang, Foniah Saragih, Erlince Situmorang, Sintong Simanjuntak, yang sudah sama-sama berjuang serta setia menghibur dan memotivasi saya. Thank you for everything, pals!

10. Teman satu doping lainnya, Intan, Riada, Maya, Wenny, Juwita, Kristin, Elva, Eni, Septi, Meimei, Fauziah, Debora, Bang Teja, yang selama pengerjaan skripsi juga selalu memberikan semangat dan berjuang bersama-sama. Terima kasih teman-teman, semangat ya!

11. Keluarga besar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2010, sahabat-sahabat seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga ... 12

2.1.1 Pengertian Keluarga ... 12

2.1.2 Peranan Keluarga ... 16

2.1.3 Bentuk-bentuk Keluarga ... 16

2.1.4 Fungsi Keluarga ... 18

2.1.5 Kesejahteraan keluarga ... 21

2.1.6 Keluarga dan Masyarakat ... 25

2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 26

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 26

2.2.2 Tahap-tahap Pemberdayaan ... 28

2.2.3 Strategi Pemberdayaan ... 31

2.2.4 Pendekatan Pemberdayaan ... 33

2.2.5 Prinsip Pemberdayaan ... 35

2.2.6 Tugas Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan ... 36

2.3 Program Penguatan Keluarga ... 37

2.4 Kesejahteraan Sosial ... 42

2.4.1 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 46

2.4.2 Sasaran Kesejahteraan Sosial ... 47


(7)

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 51

2.6.1 Defenisi Konsep ... 51

2.6.2 Defenisi Operasional ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Populasi Penelitian ... 56

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.5 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Yayasan SOS Desa Taruna ... 58

4.2 Visi dan Misi Yayasan SOS Desa Taruna ... 60

4.3 Prinsip-prinsip Yayasan SOS Desa Taruna ... 62

4.4 Letak Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 63

4.5 Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 64

4.6 Sumber Dana Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 66

4.7 Struktur Organisasi Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 67

4.8 Program Yayasan SOS Desa Taruna Medan... 71

4.9 Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar ... 80

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 82

5.2 Karakterisitik Umum Responden ... 83

5.2.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 83

5.2.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84

5.2.3 Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 84

5.2.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 85

5.2.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 86

5.2.6 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan... 87


(8)

5.3.1 Variabel Bebas (Program Penguatan Keluarga)... 88

5.3.1.1 Program Penguatan Ekonomi Keluarga ... 88

5.3.1.2 Program Pendidikan ... 99

5.3.1.3 Program Kesehatan ... 106

5.3.2 Variabel Terikat (Kesejahteraan Sosial) ... 114

5.3.2.1 Kesejahteraan Ekonomi ... 114

5.3.2.2 Kesejahteraan Sosial ... 125

5.3.2.3 Kesejahteraan Fisik ... 132

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 136

6.2 Saran ... 138


(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

2. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 3. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama 4. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa

5. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

7. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis Pelatihan Diikuti

8. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pelatihan yang Diikuti

9. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penguasaan Keterampilan dari Pelatihan yang Diikuti

10. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Meminjam Melalui Koperasi Simpan Pinjam

11. Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Total Pinjaman Melalui Koperasi Simpan Pinjam

12. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Total Simpanan dalam Koperasi Simpan Pinjam

13. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Menjadi Anggota Koperasi terhadap Sikap Hidup Hemat 14. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Anak

Menerima Bantuan Pendidikan


(10)

Pendidikan yang Pernah Diterima Anak

16. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengajar Guru dalam Kegiatan Kelompok Belajar Bersama

17. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penyuluhan Kesehatan Diikuti dalam Setahun

18. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Kesehatan terhadap Kesadaran Sikap Hidup Sehat

19. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kesehatan Gratis Diikuti

20. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan Yang Pernah Diikuti

21. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata Pencaharian Pokok

22. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per Bulan dari Mata Pencaharian Tambahan

23. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tabungan Per Bulan

24. Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menyimpan Tabungan

25. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah yang Ditempati

26. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah


(11)

27. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Kontrak Rumah Yang Ditempati

28. Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah Anak 29. Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Belajar Rutin

Yang Diikuti Anak

30. Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas untuk Menunjang Pendidikan Anak

31. Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian Pokok

32. Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian Tambahan

33. Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rata-rata Anak Sakit dalam Setahun

34. Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat jika Sakit


(12)

DAFTAR BAGAN 1. Bagan 2.1 Tahap-tahap Pemberdayaan 2. Bagan 2.2 Bagan Alur Pikir


(13)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Angket/ Kuesioner

2. Cover ACC Seminar Proposal 3. Cover ACC Lapangan

4. Surat Izin Penelitian

5. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian 6. Surat Keputusan Komisi Pembimbing 7. Surat Balasan Penelitian


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Pera Susilabeka Andreana Keliat

NIM : 100902032

ABSTRAK

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom

Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

Keluarga merupakan unit terpenting dalam masyarakat sebagai fondasi utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan sosial keluarga. Namun lemahnya kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan banyak anak yang terlantar. Oleh karena itu, melalui program penguatan keluarga Yayasan SOS Desa Taruna Medan membantu keluarga kurang beruntung untuk menjadikan keluarga yang berkualitas dan mandiri dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang.

Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Anom yang terdaftar sebagai anggota binaan program penguatan keluarga dengan jumlah 22 orang. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.

Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data bahwa terdapat pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan yang ada di Desa Tanjung Anom. Peningkatan kesejahteraan sosial ditunjukkan oleh seluruh responden melalui pelaksanaan program penguatan keluarga tersebut baik di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.


(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Pera Susilabeka Andreana Keliat

NIM : 100902032

ABSTRACT

The Influence of the Family Strengthening Program of the Social Welfare of Inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village

Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang

Family is the most important unit in society as the main foundation for building quality human resources, thus strengthening the family is needed to support of social welfare family. However weak economic conditions resulted in many children displaced. Therefore, through the family strengthening programs, SOS Children’s Village Foundation helps disadvantaged families to make quality and independent family in the long run. This study aims to determine whether there is the influence of the family strengthening programs of the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang.

This type of research used in this research is descriptive research type to describe whether there is the influence of the family strengthening programs. The resident population is urban research Village Tanjung Anom are listed as members of the family strengthening program , amounting to 22 people. Meanwhile , the data analysis techniques in this study is description using a single table.

The conclusion of the analysis of the data that there are significant family strengthening program for the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom village. Increased social welfare indicated by all respondents through the family strengthening program implementation in the fields of economy, education, and health.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di desa-desa terpencil sampai saat ini masih belum dapat dikatakan memiliki kondisi kehidupan yang layak.Pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan tertinggal dalam akses informasi tegnologi dan komunikasi. Kondisi daerah mereka yang sulit dijangkau oleh alat transportasi membuat mereka diabaikan dalam hal pengembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek dalam kehidupan, seperti hak untuk terpenuhinya pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagainya.Mereka memiliki kualitas hidup yang rendah sebagai akibat dari terbatasnya segala akses, terbatasnya kecukupan mutu pangan, terbatasnya mutu layanan pendidikan, serta rendahnya mutu layanan kesehatan.Selain itu, masyarakat juga belum memahami pentingnya hal-hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan mereka.

Potret kehidupan masyarakat Indonesia terlihat dari data penduduk miskin yang telah dicatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) berikut ini, pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) mencapai 28,07 juta orang (11,37%), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yaitu sebesar 28,59 juta orang (11,66%). Selama periode September 2012-


(17)

Maret 2013, jumlah penduduk miskin di perkotaan berkurang hingga 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013). Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang yaitu dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013.

Namun pada September 2013, BPS mencatat kembali jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47%) atau meningkat 0,48 juta orang dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yang tercatat 28,07 juta orang (11,37%). Perinciannya, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 0,30 juta orang dari 10,33 juta orang pada Maret 2013 menjadi 10,63 juta orang pada September 2013. Dan di daerah perdesaan naik sebanyak 0,18 juta orang dari 17,74 juta orang pada Maret 2013 menjadi 17,92 juta orang pada September 2013. Selama periode Maret-September 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik menjadi 8,52% dan di daerah perdesaan menjadi 14,42% pada September 2013 15.50 WIB).

Terdapat beberapa faktor penyebab peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia periode Maret-September 2013. Kepala BPS, Suryamin, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta mengatakan bahwa hal tersebut terjadi pertama karena selama periode Maret-September 2013 terjadi inflasi sekitar 5,02% yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang dieksekusi pada Juni 2013. Kedua, secara nasional, rata-rata harga beras mengalami peningkatan dari Rp. 10.748 per kg pada Maret 2013 menjadi Rp. 10.969 per kg pada September 2013. Ketiga, harga eceran beberapa


(18)

komoditas bahan pokok mengalami kenaikan yang signifikan. Terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25%, mengalami peningkatan dibandingkan TPT pada Februari 2013 yaitu 5,92% dan

pada Agustus 2012 6,14%

Khususnya di Sumatera Utara, BPS menyampaikan bahwa jumlah penduduk miskin bertambah atau mencapai 1.390.800 orang hingga September 2013 yang dipicu karena tingginya inflasi.Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Sumut, Ateng Hartono di Medan, mengatakan bahwa terjadi kenaikan penduduk miskin sejumlah 51.600 orang di September 2013 dari 1.339.200 orang di Maret 2013. Pertambahan penduduk miskin di Sumut terjadi di perdesaan dan perkotaan diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 21.50 WIB).

Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang baik merupakan sisi penting dalam membangun kesejahteraan individu dan keluarga.Namun berdasarkan data penduduk miskin yang telah disajikan sebelumnya, hal tersebut masih sulit tercapai.Kemiskinan tersebut berdampak terhadap kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan, padahal hal tersebut merupakan hal yang sangat penting. Menteri Kesehatan (Menkes) RI periode tahun 2009-2014, Prof. Dr. Endang Rahayu Sedianingsih mengatakan bahwa masyarakat yang tingkat ekonominya rendah cenderung tidak peduli dan menganggap biasa hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sehingga mengakibatkan kualitas kesehatan


(19)

masyarakat Indonesia semakin menurun saat ini, selain itu pengetahuan masyarakat tentang penyakit juga renda pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 18.54 WIB).

Selain kesehatan, pendidikan juga merupakan hal yang diabaikan oleh masyarakat dengan ekonomi lemah.Padahal pembangunan pendidikan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.Bagaimana masyarakat mendapatkan pendidikan yang merata jika untuk makan pun bersusah payah? Melihat biaya pendidikan yang semakin lama semakin tinggi, masyarakat pun lebih memilih bertahan dengan kondisi sebelumnya sehingga cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum masih tetap cita-cita.

Sampai saat ini kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sudah lebih baik dari masa sebelumnya.Kondisi tersebut disebabkan oleh karena tidak ada jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berwujud kebijakan-kebijakan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Proses pembangunan yang dilakukan hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek semata dan bukannya menggarap sumber daya manusianya. Satu sisi pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap proses pembangunan adalah negara karena negara merupakan lembaga formal yang memiliki mandat dari masyarakat melalui cara-cara tertentu yang dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku untuk memenuhi kepentingan publik, dan di sisi lainnya kenyataan yang berkembang adalah semakin meningkatnya jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat,


(20)

menuntut konsekuensi logis pihak swasta atau masyarakat untuk terlibat dalam pelayanan publik atau proses pembangunan.

Salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan pembangunan nasional di berbagai bidang antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian semua pihak, khususnya pemerintah terhadap kesejahteraan keluarga. Perhatian dan treatment

yang terfokus pada keluarga sebagai basis dan sistem pemberdayaan yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara, relatif belum menjadi komitmen bersama dan usaha yang serius dari banyak pihak.Seharusnya pembangunan nasional memandang penting keluarga sebagai fokus pemberdayaan karena keluarga memiliki makna sentral dan sebuah realitas sosial.Selain itu, masyarakat yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang melalui lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas pula pukul 17.53 WIB).

Melalui peran dan fungsinya, keluarga sangat penting bagi kehidupan individu dan keluarga itu sendiri maupun bagi kelangsungan masyarakat, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan keluarga.Khususnya di Indonesia penguatan keluarga sangat penting dilakukan melihat jumlah keluarga miskin yang bertambah setiap tahunnya. Pentingnya penguatan keluarga, karena secara teoritis keluarga merupakan institusi utama pembangunan sumber daya manusia dan di dalam keluargalah aktivitas utama individu berlangsung sehingga keberfungian, ketahanan, kesejahteraan keluarga, akan menentukan kualitas individu.


(21)

Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”, maka salah satu upaya upaya untuk mereduksi kemiskinan adalah dengan mendirikan panti-panti atau yayasan sosial. Panti-panti atau yayasan sosial ini dikelola oleh pemerintah melalui Dinas Sosial dan lembaga non-pemerintah atau yang biasa disebut juga Non Government Organization (NGO).Berdasarkan target pertama dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia terbebas dari kemiskinan pada tahun 2015, namun hal tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan hal tersebut, maka bukan hanya pemerintah saja yang berperan menekan angka kemiskinan, namun masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama agar tidak terjadi gejolak sosial yang semakin

parah

Sumatera Utara, khususnya di Medan, terdapat banyak lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang ikut berjuang menekan angka kemiskinan. Salah satu organisasi masyarakat non pemerintah tersebut adalah yayasan SOS Children’s Village Medan atau juga disebut dengan SOS Desa Taruna Medan. Lembaga ini sudah berdiri sejak tahun 1949 dan ada di 132 negara, Indonesia salah satunya.Yayasan SOS Children’s Village sudah ada sejak tahun 2007 di Kota Medan.Lembaga ini menerapkan pelayanan sosial berbasis keluarga.Pelayanan tersebut dilakukan dengan membuat program penguatan keluarga atau Family Strengtening Program (FSP).Program penguatan keluarga ini mempunyai misi yaitu membantu membangun keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara ekonomi dan sosial untuk dapat mendiri dalam lingkungan masyarakatnya, sehingga diharapkan setelah


(22)

mandiri, orang tua dan keluarga tersebut dapat menjaga dan memelihara anak-anak mereka.

Fokus utama program penguatan keluarga adalah peningkatan kesejahteraan sosial keluarga, karena kesejahteraan keluarga tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan anak dan perkembangan anak secara optimal dapat dicapai dalam keluarga yang sejahtera.Program ini dilakukan dengan pendampingan anak dan keluarga yang merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan membuat pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada (Draft terjemahan Family Strengthening Programmes Manual Working Paper, 2007).

Pelayanan sosial berbasis keluarga yang diterapkan oleh yayasan SOS Desa Taruna Medan ini dilakukan dalam lingkup keruangan berbasis desa. Pemilihan desa yang akan menjadi desa binaan untuk menjalankan program penguatan keluarga ini dilakukan dengan melihat kondisi keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan sosial di desa tersebut, yang menyebabkan anak-anak beresiko kehilangan perawatan dari keluarga dan tidak mendapat perlindungan serta terpenuhi hak-hak sebagai anak. Keluarga yang menjadi anggota program penguatan keluarga ini disebut dengan warga binaan. Sampai saat ini di kota Medan ada 4 desa yang menjadi binaan yayasan SOS Desa Taruna, yaitu Desa Namo Gajah, Ladang Bambu, Sidumulyo, dan Tanjung Anom.

Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu adalah salah satu desa binaan yang menjadi sasaran program penguatan keluarga.Program ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 di Desa Tanjung Anom.Desa ini menjadi salah satu


(23)

desa binaan karena sebagian besar warganya termasuk dalam keluarga miskin, rawan kecukupan ekonomi, kesehatan, serta pendidikan. Secara umum, mereka bekerja sebagai buruh kasar dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap minimnya perhatian akan kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga. Tingkat ekonomi yang rendah serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pendidikan, khususnya bagi anak, dikuatirkan anak-anak mereka terabaikan secara jasmani dan rohani. Mereka akan terlantar dan kehilangan haknya sebagai seorang anak. Melihat kondisi tersebut, program penguatan keluarga menjadi perpanjangan tangan SOS Desa Taruna Medan untuk membantu setiap keluarga agar dapat mandiri di lingkungan masyarakat.

Sejak tahun 2007, di desa Tanjung Anom telah diberikan berbagai macam pelayanan sosial untuk mendukung penguatan keluarga. Adapun pelayanan yang diberikan melalui program penguatan keluarga ini adalah, program pendukung pendidikan baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan mendirikan PAUD dan membentuk kelompok belajar bersama bagi anak setelah pulang sekolah, program peningkatan ekonomi keluarga dengan membentuk koperasi simpan pinjam, dan program kesehatan dengan memberikan makanan tambahan di kegiatan posyandu. Ketiga jenis pelayanan yang diberikan ini merupakan kebutuhan masyarakat yang saling berhubungan dan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.Kebutuhan tersebut menjadi modal utama untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang baik dan sehat.

Dalam pelaksanaan program penguatan keluarga ini, masyarakat diminta agar bersikap aktif dan partisipatif dengan terlibat secara langsung.Keterlibatan


(24)

langsung masyarakat ini bertujuan agar mereka tidak hanya bergantung pada pelayanan yang diberikan SOS Desa Taruna Medan, namun masih mau berusaha berdasarkan kemampuan mereka.Program pemberdayaan ini tidak dirancang untuk memanjakan masyarakat, tetapi berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial dan kemandirian bagi tiap keluarga sehingga mereka pun dapat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh mereka sendiri.

Melalui pelaksanaan program penguatan keluarga ini, diharapkan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.Program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kemandirian bagi setiap keluarga yang ada di Desa Tanjung Anom. Masyarakat menjadi mampu menganalisis serta memberi solusi atas permasalahan mereka sendiri serta mengetahui kebutuhan apa yang menjadi prioritas dalam kehidupan mereka.

Terlaksananya program penguatan keluarga ini membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh program tersebut terhadap kesejahteraan sosial warga binaan SOS Desa Taruna Medan. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh program


(25)

penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Desa Taruna Medan.

2. Pengembangan model pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:


(26)

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan, dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses (Khairuddin, 1997: 4).

Para ahli filsafat telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang terdiri dari keluarga, karya etika dan moral yang tertua menerangkan bahwa masyarakat akan kehilangan kekuatannya jika anggotanya gagal dalam melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Keluarga dan masyarakat dapat dikatakan berkaitan erat, di mana keluarga mampu berfungsi sebagai sarana pemecahan masalah sosial yang sudah kronis.

Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, di samping agama, yang secara resmi telah berkembang di semua lapisan masyarakat.keikutsertaan dalam aktivitas keluarga mempunyai segi yang menarik, yaitu bahwa meskipun tidak didukung oleh hukuman resmi yang biasanya mendukung banyak kewajiban


(28)

lainnya, tetapi setiap orang mengambil bagian. Misalnya, anggota keluarga wajib ikut serta dalam kegiatan yang ekonomis atau produktif jika tidak ingin mengambil pilihan dengan kelaparan

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan suatu kesatuan yang khusus.Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan orang tua dan pemeliharaan anak. Menurut Iver dan Page, ciri-ciri umum keluarga meliputi: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yan sengaja dibentuk dan dipelihara

3. Suatu sistem tata norma termasuk perhitungan garis keturunan

4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 23).

Konsep yang lain dari keluarga dapat diartikan sebagai unit dasar dalam masyarakat yang merupakan segala bentuk hubungan kasih sayang antara manusia. Keluarga merupakan gabungan antara dua orang yang membentuk satu


(29)

kesatuan pada keluarga, atau berarti kesatuan dua keluarga menjadi keluarga besar yang biasanya disebut sebagai keluarga besar yang dikarenakan hubungan darah atau perkawinan.

Setiap keluarga merasakan dua dorongan yang sangat kuat yaitu cinta kepada orang tua yang telah membesarkannya dan kasih sayang untuk kakak dan adiknya dan berani berkorban untuk kakek, nenek, paman, bibi, dan orang-orang dalam hidupnya.Emosi, dorongan perasaan untuk selalu bersama orang-orang yang dicintai dan menjaga mereka (keluarga), tetapi keinginan untuk selalu bersama-sama diimbangi dengan keinginan untuk sendiri, bebas berpetualanng,

assertive, dan mencari jati diri sendiri.

Konsep mengenai keluarga ini begitu luas. Defenisi keluarga menurut Chilman (dalam Su’adah, 2005: 26) adalah ekspresi seksual atau hubungan antar anak dan orang tua, sebagai patokan dimana orang hidup bersama dengan komitmen dan di dalam hubungan yang intim serta anggota-anggotanya memandang identitas mereka sebagai bagian penting yang mengikat kepada group tersebut dan group tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Defenisi tersebut dianggap lebih tepat dipakai saat ini daripada defenisi pengamat sosial dahulu. Contohnya yang diberikan oleh Ernest Burgess dan Harvey Locke di dalam bukunya The Family, keluarga sebagai sekelompok manusia yang disatukan oleh jalinan perkawinan, darah, atau adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga, berinteraksi dan berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami dan istri, ayah dan ibu, kakak dan adik), dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur.


(30)

1. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak

2. Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi

3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan rasa tanggung jawab

4. Fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa

sosial

diakses pada tanggal 9 Maret 2014 pukul 17.02 WIB).

Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1992 pengertian keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami isteri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Menurut Goldenberg pengertian keluarga tidak hanya sebagai sekumpulan kumpulan individu yang bertempat tinggal dalam satu ruang fisik dan psikis yang sama saja, tetapi merupakan sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaaan bersama, mematuhi peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, tatacara negosiasi serta tatacara penyelesaian masalah bersama, yang memungkinkan pelbagai tugas dapat dilaksanakan secara efektif 2014 pukul 16.30 WIB).


(31)

2.1.2 Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual(Khairuddin, 1997: 7).

2.1.3 Bentuk-bentuk Keluarga

Ada dua tipe keluarga yang utama, yaitu keluarga inti dan keluarga besar.Keluarga inti atau kecil yang terdiri dari seorang ayah dan ibu serta


(32)

anak-anak, sangat populer di negara-negara maju.Sedangkan keluarga besar yang terdiri dari paman, sepupu, kakek, nenek, dan biasanya tiga generasi dalam satu atap populer di negara-negara terbelakang.Ada juga kelompok-kelompok keluarga yang biasanya disebut kinship (pertalian keluarga), clan (suku/ marga), dan

lineage (garis keturunan).

Kebanyakan orang-orang di dunia ini mengikuti silsilah leluhurnya hanya dari satu orang tua saja, sedangkan kelompok minoritas menganut garis keturunan dari ibu (matrilineal) yaitu status anak ditentukan atau mengikuti status ibu. Keluarga barat dan negara-negara maju mengikuti garis keturunan ayah (patrilineal) dimana status anak mengikuti status ayah dan nama ayah mengikuti nama anak-anaknya. Adapun bentuk-bentuk keluarga, yaitu:

1. Nuclear Family (Keluarga Inti)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak kandung yang belum dewasa atau belum menikah.

2. Extended Family (Keluarga Besar)

Di samping suami, istri, dan anak kandung yang belum menikah, juga terdiri dari sanak saudara lainnya baik menurut garis vertikal maupun horizontal yang berasal dari pihak suami ataupun pihak istri.

3. Blended Family (Keluarga Campuran)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak kandung dan anak tiri. 4. Common Law Family (Menurut Hukum Umum)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.


(33)

Terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama

6. Commune Family (Keluarga Hidup Bersama)

Terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

7. Cohabitation Family (Keluarga Tinggal Bersama)

Terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

8. Serial Family (Keluarga Serial)

Terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkkin telah mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.

9. Composite Family (Keluarga Gabungan)

Terdiri dari suami yang memiliki beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dengan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama diakses pada tanggal 9 Maret 2014 pukul 17.48 WIB)

2.1.4 Fungsi Keluarga

Seperti sudah dipaparkan sebelumnya bahwa keluarga adalah agen penting dalam masyarakat untuk mengembangkan setiap individu, khususnya anak-anak.Bagi anak-anak, keluarga adalah suatu fakta penting yang berguan untuk


(34)

membentuk kepribadiannya.Keluarga dapat memberikan identitas dalam kelompok, membawa persetujuan dari teman-temannya dan mengajarkan kepadanya untuk mengetahui perasaan untuk saling memberi dan menerima.Keluarga mengajarkan kebiasaan kepada anak untuk terampil menjalin komunikasi dengan lingkungannya, di mana hal tersebut sangat penting bagi masa depannya.

Namun, pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok, yaitu fungsi biologis antara lain melahirkan anak, fungsi afeksi yaitu hubungan kasih sayang, dan fungsi sosialisasi yaitu interaksi sosial dalam keluarga dalam pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangannya.

Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga meliputi:

1. Fungsi pengaturan seksual, keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

2. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi keluarga untuk menghasilkan keturunan 3. Fungsi afeksi, salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kasih sayang dan

keluarga adalah lembaga pertama yang berfungsi memenuhi kebutuhan tersebut.

Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi 8 (delapan).Fungsi keluarga yang dikemukakan oleh BKKBN tersebut senada dengan fungsi keluarga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994. Fungsi-fungsi tersebut adalah:


(35)

1. Fungsi keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak serta anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan di dunia ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

2. Fungsi sosial budaya, dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi cinta kasih, diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang, rasa aman, serta perhatian kepada sesama anggota keluarga.

4. Fungsi melindungi, bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa aman dan terlindngi. 5. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi yang bertujuan untuk meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga.

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.

7. Fungsi ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang.

8. Fungsi pembinaan lingkungan, fungsi ini dilakukan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan hidup, mencipatakan lingkungan hidup yang bersih,


(36)

sehat, aman, dan indah WIB)

2.1.5 Kesejahteraan Keluarga

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera memberikan batasan mengenai keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Taraf kesejahteraan sosial dapat dilihat dari ukuran-ukuran berikut ini:

1. Economical well-being, yaitu kesejahteraan ekonomi. Indikator yang digunakan adalah pendapatan yaitu, pendapatan per bulan, nilai asset.

2. Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial. Indikator yang digunakan yaitu prestasi pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, pendidikan non formal paket A, B, C, melek aksara atau buta aksara), jenis pekerjaan (white collar= elit/ professional dan blue collar= proletar/ buruh pekerja, memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran).

3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik. Indikator yang digunakan adalah status gizi, status kesehatan (Puspitawati, 2012: 7).

Untuk menentukan suatu keluarga digolongkan sejahtera secara material didasarkan atas pendapatan yang dibandingkan dengan garis kemiskinan.Garis


(37)

kemiskinan selalu diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum.Suatu keluarga yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan material sehingga digolongkan pada keluarga miskin.BPS menghitung angka kemiskinan lewat tingkat konsumsi penduduk atas kebutuhan dasar.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat suatu kriteria kesejahteraan sosial keluarga yang didasarkan atas:

a. Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan, sandang, papan, dan kesehatan.

b. Kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal dan eksternal.

c. Kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari variabel tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap informasi. Sedangkan klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011), yaitu:

a. Keluarga pra sejahtera (Pra-KS) sering dikelompokkan sebagai “sangat miskin”, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

1. Indikator ekonomi:

a. Makan dua kali atau lebih dalam sehari

b. Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya untuk di rumah, bekerja/ sekolah, dan bepergian)


(38)

2. Indikator non-ekonomi: a. Melaksanakan ibadah

b. Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan

b. Keluarga sejahtera I (KS-I) sering dikelompokkan sebagai “miskin”, adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator meliputi:

1. Indikator ekonomi:

a. Paling sedikit sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telur

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakain baru

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni 2. Indikator non-ekonomi:

a. Ibadah teratur

b. Sehat tiga bulan terakhir c. Mempunyai penghasilan tetap

d. Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin e. Usia 6-15 tahun bersekolah

f. Mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

c. Keluarga sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat


(39)

4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

7. Menggunakan sarana transportasi

d. Keluarga sejahtera III (KS-III) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator yang meliputi:

1. Memiliki tabungan keluarga

2. Makan bersama sambil komunikasi 3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat 4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali) 5. Meningkatkan pengetahuan agama

6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan majalah

7. Menggunakan sarana transportasi

Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi: 1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur 2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan

e. Keluarga sejahtera III Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:

1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur

2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan


(40)

2.1.6 Keluarga dan Masyarakat

Salah satu defenisi keluarga pada awalnya adalah a union of families, yang berarti masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga-keluarga.Awal dari masyarakat pun dapat dikatakan berasal dari hubungan antar individu, kemudian kelompok yang lebih membesar lagi menjadi satu kelompok besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat.Jadi dapat dikatakan bahwa keluarga adalah inti dari masyarakat, dimana setiap keluarga adalah sentral dari seluruh masyarakat.Karena keluarga ini pada hakekatnya mempunyai hubungan yang menjurus ke segala arah dalam masyarakat yang disebut tetangga untuk yang terdekat, kemudian kampong, daerah, negara, dan dunia.

Sebagai sentral sekaligus anggota masyarakat, keluarga mempunyai inter-relasi dengan masyarakat di luarnya.Hubungan yang baik antar keluarga merupakan hubungan yang baik pula bagi masyarakat.dan keluarga sebagai satu unit, setiap anggotanya, dapat merupakan wakil dari keluarga tersebut dalam kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial, keluarga tidak terlepas dari kondisi-kondisi yang ada dalam masyarakat, baik nilai dan norma yang berlaku. Pada dasarnya nilai dan norma dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang akan dijalankan oleh keluarga. Nilai dan norma tersebut bersifat mengikat, sehingga keluarga harus dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku tersebut (Su’adah, 2005: 110-111).


(41)

2.2 Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pembardayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat.Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2005: 5-6).

Kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 2009: 210-224) :

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung (lfe,1995).

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan


(42)

bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Parsons,et.al.,1994)

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin, 1987).

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya (Rappaport,1984).

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto,2009:57-60).

2.2.2 Tahap-tahap Pemberdayaan

Pada hakekatnya, pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih menekankan proses. Dalam kaitannya dengan proses, maka partisipasi atau


(43)

keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Adi (2003: 70-75) bahwa pemberdayaan menekankan pada process goal, yaitu tujuan yang berorientasi pada proses yang mengupayakan integrasi masyarakat dan dikembangkan kapasitasnya guna memecahkan masalah mereka secara kooperatif atas dasar kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai prinsip demokratis. Dengan menekankan pada proses, maka pemberdayaan pun memiliki tahap-tahap sebagai berikut:

1. Penyadaran

Pada tahap ini, dilakukan sosialisasi terhadap komunitas agar mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help).

2. Pengkapasitasan

Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan dalam mengelolanya.Tahap ini sering disebut sebagai capacity building, yang terdiri atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan sistem nilai. 3. Pendayaan

Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya.

Tahapan program pemberdayaan masyarakat atau pengembangan masyarakat merupakan sebuah siklus perubahan yang berusaha mencapai taraf kehidupan yang lebih baik. Secara lebih jelas, tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:


(44)

Bagan 2.1 Tahap-tahap Pemberdayaan

Berdasarkan bagan 2.1 tersebut, tahap-tahap pemberdayaan dibagi ke dalam tujuh tahap, yaitu tahap persiapan (intake process), assesment, perencanaan partisipasi, proses intervensi, monitoring dan evaluasi, serta terminasi. Pada tahap

intake ,terdapat dua sasaran yang dituju yaitu klien aktual dan klien potensial. Klien aktual merujuk pada klien yang akan diintervensi, sementara klien potensial adalah klien yang memiliki potensi untuk diintervensi. Kedua klien tersebut memperoleh sosialisasi dan melalui tahap assesment untuk kemudian direncanakan sebuah rencana aksi untuk kegiatan pendampingan.Dalam setiap tahap, terutama tahap pendampingan, monitoring dan evaluasi diperlukan. Kemudian akhirnya tahap terminasi atau pelepasan merupakan tahap terakhir dari proses pemberdayaan dimana komuntas sasaran telah mampu mandiri dan berberdaya. Berikut tahap-tahap pemberdayaan :

Sosialisasi Actual Client

Interventio n Process Participation

Planning Assesment

Intake Process

Monitoring & Evaluasi Potential

Client


(45)

1. Tahap Persiapan

Tahap ini mencakup tahap penyiapan petugas dan tahap penyiapan lapangan.Penyiapan petugas dalam hal ini (community worker) merupakan prasyarat suksesnya suatu pengembangan masyarakat.

2. Tahap Pengkajian (assesment)

Proses assesment dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki oleh klien.

3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan dan Tahap Pemformulasian Rencana Aksi

Pada tahap ini, agen perubah (community worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

4. Tahap capacity building dan networking

Tahap ini mencakup :

a. Melakukan penelitian, workshop, dan sebagainya untuk membangun kapasitas setiap individu masyarakat sasaran agar siap menjalankan kekuasaan yang diberikan kepada mereka.

b. Masyarakat sasaran bersama-sama membuat aturan main dalam menjalankan progam, berupa anggaran dasar organisasi, sistem, dan prosedurenya.

c. Membangun jaringan dengan pihak luar seperti pemerintah daerah setempat yang dapat mendukung kelembagaan lokal.


(46)

5. Tahap pelaksanaan dan pendampingan

Tahapan ini mencakup : Melaksanakan kegaitan yang telah disusun dan direncanakan bersama masyarakat sasaran.

6. Tahap Evaluasi

Tahapan ini mencakup :

a. Memantau setiap tahapan pemberdayaan yang dilakukan.

b. Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari tahapan pemberdayaan yang dilakukan.

c. Mencari solusi atas konflik yang mungkin muncul dalam setiap tahapan pemberdayaan.

Tahap evaluasi akhir dilakukan setelah semua tahap dijalankan.Tahap evaluasi akhir menjadi jembatan menuju tahap terminasi (phasing out strategy).

7. Tahap Terminasi

Tahap terminasi dilakukan setelah program dinilai berjalan sebagaimana yang diharapkan.Dengan berakhirnya tahap terminasi ini, maka fasilitator menyerahkan kontinuitas program kepada masyarakat sasaran sebagai bagian dari kegiatan keseharian mereka.

2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif menurut Parson (dalam Adi, 2003: 81). Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses pemberdayaan terjadi dalam relasi antara pekerja sosial dan klien dalam setting pertolongan perseorangan. Dalam beberapa situasi,strategi pemberdayaan


(47)

dapat dilakukan secara individual,meskipun pada gilirannya straegi ini pun berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga cara pemberdayaan yaitu:

1. Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui bimbingan,konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).

2. Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar ( large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.


(48)

2.2.4 Pendekatan Pemberdayaan

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu : Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto, 1997:218-219)

1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural menghambat.

2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mamu menumbuh kembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarkat yang menunjang kemandirian mereka.

3. Perlindungan : melindungi masyarkat terutama kelompok-kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. 4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat

mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpingirkan.


(49)

5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.

Dubois dan Miley (dalam Suharto, 1997: 211) memberi beberapa cara atau teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu :

a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati, menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri ( self-determination), menghargai perbedaaan dan keunikan individu, menekankan kerjasama klien.

b. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, menjaga kerahasiaan klien.

c. Terlibat pemecah masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien, merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar, melibaatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: ketaatan terhadap kode etik profesi; keterlibatan dalam pengembangan profesional,riset, dan perumusan kebijakan; penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi kedalam isu-isu publik; penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.


(50)

2.2.5 Prinsip Pemberdayaan

Pelaksanaan pendekatan pemberdayaan berlandaskan pada pedoman dan prinsip pekerjaan sosial.Ada beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial (Suharto, 1997:216-217).

1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Oleh karena itu, pekerja sosial dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.

2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.

3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan.

4. Kompetensi diperoleh melalui pengalaman hidup, khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat.

5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam dan menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut.

6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang.

7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri. Tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan sendiri.

8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi peubahan.


(51)

9. Pemberdayaan melibatkan askes terhadap sumber-sumber dan kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara efektif.

10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif,permasalahan selalu memiliki beragam solusi.

11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara paralel.

2.2.6 Tugas Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan

Dalam Konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000,

International Federation of Social Workers (IFSW)mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai berikut: “Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayan dan pembebasan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik atau situasi dimana orang berinteraksi dengan lingkungannya.Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial.”

Schwartz (1961:157-158), mengemukakan lima tugas yang dapat dilaksanakan oleh pekerja sosial :

1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang dihadapi mereka

2. Mendeteksi dan menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghambat banyak orang dan membuat frustasi usaha-usaha orang untuk


(52)

mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-orang yang berpengaruh terhadap mereka.

3. Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang tidak dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka dalam menghadapi realitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka.

4. Membagi visi dengan masyarakat, harapan dan aspirasi pekerjaan sosial merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan masyarakat dan bagi kesejahteraan individu dan sosial.

5. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan mana sistem relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk. Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi kontrak kerja yang mengikat masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut juga mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat dan pekerja sosisal menjalankan fungsi masing-masing.

2.3 Program Penguatan Keluarga

Keluarga adalah jantung dari masyarakat dan tempat perlindungan bagi setiap anggota keluarga, khusunya anak.Program penguatan keluarga adalah salah satu program pelayanan yang bertujuan untuk mencegah anak-anak dari kehilangan perawatan keluarga mereka.Melalui program ini, masyarakat diberikan bantuan, khususnya bagi keluarga-keluarga yang kurang beruntung atau termasuk dalam kategori miskin.

Program ini dilakukan dengan memberdayakan keluarga, untuk memperkuat kapasitas mereka dalam melindungi dan memelihara anak-anak


(53)

mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak yang rentan dan keluarga mereka dalam masyarakat bagi anak-anak yang telah kehilangan perawatan keluarga biologis mereka, disediakan perawatan atau pola pengsuhan anak berbasis keluarga.Ada 4 prinsip pengasuhan yang dijalankan, yakni adanya ibu, keluarga yang terdiri dari kakak, adik, rumah, dan desa.Melalui hal tersebut, anak-anak diharapkan dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang nyaman dan dengan dukungan sarana dan prasarana memadai.

Layanan program ditujukan untuk keluarga dengan anak-anak di bawah usia 18 tahun, yang jatuh dalam kelompok sasaran. Layanan ditujukan bagi seluruh anggota keluarga, termasuk semua anak-anak dan pengasuhnya dalam sebuah keluarga.Anak-anak yang beresiko kehilangan perawatan keluarga biologis mereka juga termasuk dalam kelompok sasaran program penguatan keluarga ini.

Adapun pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah: 1. Kegiatan pendidikan

Kegiatan dalam program pendidikan iniyaitu melihat kebutuhan anak agar dapat mengikuti pendidikan formal dasar dengan melakukan pembayaran SPP bulanan, melengkapi perlengkapan sekolah, seperti seragam sekolah dan buku tulis, pembayaran buku paket, dan pembentukan kelompok belajar bersama di lingkungan.

2. Kegiatan penguatan ekonomi keluarga

Berpikiran bahwa banyak orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan dasar anak-anak mereka dikarenakan kemampuan finansial yang terbatas, maka program-program yang diharapkan nantinya akan memberikan


(54)

kontribusi kepada kemandirian keluarga-keluarga tersebut secara finansial. Adapun program-program tersebut adalah:

a. Mengadakan pelatihan-pelatihan penunjang

Pelatihan-pelatihan penunjang ini diberikan untuk membantu anggota binaan mengembangakan ekonomi keluarga dengan membentuk bidang usaha sesuai dengan pelatihan-pelatihan yang telah diberikan.

b. Pembentukan koperasi simpan pinjam

Koperasi simpan pinjam dibentuk di setiap desa binaan untuk memberikan kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan bunga yang ringan.Tujuan koperasi simpan pinjam adalah:

1. Membantu keperluan kredit para anggotanya yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat ringan

2. Mendidik para anggota agar giat menyimpan secara teratur sehingga dapat membentuk modal sendiri

3. Mendidik anggota untuk hidup hemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka

4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian

Koperasi simpan pinjam bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada anggota dengan cara mudah, cepat,dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan (Anoraga & Widiyanti, 2007: 23).

3. Kegiatan kesehatan

Melihat kurang pedulinya orang tua akan kesehatan terhadap anak-anak, diri sendiri, dan lingkungan, maka melalui program ini diberikan penyuluhan


(55)

secara aktif dengan melibatkan dinas terkait di daerah seperti puskesmas atau posyandu. Para orang tua diberikan dorongan dan motivasi agar menghadiri program posyandu sehingga masyarakat sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Dalam kegiatan ini anak-anak mendapat makanan tambahan berupa bubur dan susu, selain itu warga binaan juga mendapat layanan periksa kesehatan secara gratis.

a. Tujuan Program Penguatan Keluarga

Membuat agar anak-anak yang beresiko kehilangan perawatan keluarga mereka dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh perhatian. Berkarya secara langsung dengan keluarga dan masyarakat untuk memberdayakan mereka agar secara efektif melindungi dan memelihara anak-anak mereka, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan penyedia layanan lainnya.

b. Prinsip-prinsip Program Penguatan Keluarga

1. Tempat terbaik anak untuk tumbuh adalah keluarga biologis mereka

Keluarga adalah inti dari masyarakat dan lingkungan alam untuk perkembangan yang sehat dan kesejahteraan anak-anak.Anak-anak memiliki hak untuk tumbuh dalam keluarga biologis mereka, mereka dapat menikmati lingkungan yang penuh perhatian, dengan cinta, hormat, dan keamanan.

2. Pengasuh/ orang tua bertanggung jawab atas perkembangan anak mereka Pemberi perawatan adalah orang yang memenuhi peran orang tua dalam kehidupan anak, dengan tanggung jawab utama untuk menciptakan lingkungan keluarga peduli yang dibutuhkan untuk perkembangan anak yang sehat.Peran ini dapat diberikan menurut komposisi keluarga sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat.


(56)

3. Masyarakat adalah sumber dukungan langsung bagi anak dan keluarganya Anak-anak dan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang lebih luas di mana mereka hidup. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak dan dapat memobilisasi sumber daya mereka sendiri untuk mengatasi masalah anak-anak pada resiko kehilangan perlindungan keluarga mereka. Masyarakat yang peduli dan kuat secara efektif dapat mendukung anak-anak dan keluarga mereka dan memberikan kontribusi untuk perkembangan mereka.

4. Tujuan dari pengembangan adalah realisasi hak asasi manusia

Anak dan pengasuh mereka, berhak atas semua hak sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian hak asasi manusia internasional, terutama konvensi PBB tentang Hak-hak Anak dan konvesi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. Pemerintah dan pihak lain yang terkait mempunyai kewajiban untuk mengakui, menghormati, melindungi, mempromosikan, dan memenuhi hak-hak ini.

c. Visi dan Misi Program Penguatan Keluarga

VisiFamily Strengthening Program (FSP) yaitu memperkuat keluarga dan masyarakat dimana anak yang beresiko ditelantarkan dan tidak terlindungi keberadaannya serta anak-anak yang beresiko kehilangan pengasuhan keluarga dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang menyayangi mereka.

MisiFamily Strengthening Program (FSP) adalah membantu membangun keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara ekonomi dan sosial untuk dapat mandiri dalam lingkungan masyarakatnya.


(57)

Sehingga diharapkan setelah mandiri secara sosial dan ekonomi, para orang tua dari keluarga tersebut dapat memelihara dan menjaga anak anak mereka.

d. Strategi Program Penguatan Keluarga

1. Memastikan setiap anak mendapatkan akses pelayanan-pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan

2. Setiap keluarga dibangun kemampuannya agar dapat menjaga dan memelihara anak-anak mereka

3. Memberikan bantuan bagi anak-anak dan keluarganya (Draft terjemahan

Family Strengthening Programmes Manual Working Paper, 2007)

2.4 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum.Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtera artinya aman, sentosa, makmur, selamat. Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentrataman, kesenangan hidup, dan kemakmuran.Di dalam kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial tertentu saja.Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal yang baru dalam wacana global dan nasional.PBB telah mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional.Di Indonesia sendiri, istilah kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia (Suharto, 2009: 1).


(58)

Menurut Walter A. Friedlander, kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat (Muhidin, 1992:1).

Dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia tentang Kesejahteraan Sosial, 2009).

PBB mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial

diakses pada


(59)

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera (Fahrudin, 2012: 36)

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari indikator-indikator, yang pertama jumlah dan pemerataan pendapatan.Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi usaha, dan faktor ekonomi lainnya.Penyediaan lapangan kerja mutlak dilakukan oleh semua pihak agar masyarakat memiliki pendapatan tetap untuk kelangsungan hidupnya.Adapun yang menjadi indikator dalam pendapatan adalah, jenis pekerjaan orang tua, jumlah pendapatan setiap bulan, tabungan, dan kepemilikan rumah.Indikator kedua adalah pendidikan.Pendidikan yang merata dan dapat diakses dengan mudah oleh setiap lapisan masyarakat dapat meningkatakan kualitas sumber daya manusia.Indikator ketiga adalah kesehatan. Menurut WHO, kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan yang sehat dari individu adalah hal yang diperlukan untuk mendapatkan pendapatan dan pendidikan. Masyarakat yang sakit akan sulit


(60)

memperjuangkan kesejahteraan diri dan keluarganya. Indikator kesehatan ini dapat diukur dari frekuensi makan setiap hari, kemampuan untuk berobat ke dokter, dan kemampuan untuk membeli obat-obatan.Ketiga hal tersebutlah yang menjadi faktor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan semua pihak dalam mencapai kesejahteraan diakses pada tanggal 11 April 2014 pukul 21.11 WIB).

Indikator kesejahteraan sosial keluarga juga tertuang dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, yaitu:

1. Kesejahteraan ekonomi, indikator yang digunakan adalah pendapatan per bulan dan nilai/ asset yang dimiliki

2. Kesejahteraan sosial, indikator yang digunakan adalah biaya pendidikan dan jenis pekerjaan (memiliki pekerjaan tetap atau pengangguran)

3. Kesejahteraan fisik, indikator yang digunakan adalah status gizi dan status kesehatan (Puspitawati, 2012: 7).

Biro Pusat Statistik Indonesia (2005) dalam Puspitawati (2012) mengemukakan bahwa untuk melihat tingkat kesejahteraan sosial masyarakat ada beberapa hal yang dapat dijadikan ukuran, yaitu:

1. Pendapatan

2. Konsumsi atau pengeluaran keluarga

3. Keadaan tempat tinggal, indikatornya adalah jenis atam rumah, dinding, status kepemilikan rumah, lantai, dan luas lantai


(1)

d. Tidak sesuai e. Sangat tidak sesuai

Alasan:……… 22. Apakah cara mengajar guru dalam kegiatan kelompok belajar bersama

tersebut menarik? a. Menarik

b. Sangat menarik c. Kurang menarik d. Sangat menarik e. Sangat tidak menarik

Alasan:………

A.3 Program Kesehatan

A.3.1 Memberikan Pelayanan Kesehatan a. Imunisasi

23. Berapa kali dalam setahun pemberian imunisasi dilakukan di lingkungan Bapak/ Ibu melalui program kesehatan ini?

(sebutkan)……… 24. Berapa kali dalam setahun anak Bapak/ Ibu mendapatkan imunisasi

melalui program kesehatan ini?

(sebutkan)………

b. Makanan tambahan berupa bubur dan susu

25. Berapa kali dalam setahun pemberian makanan tambahan dilakukan di lingkungan Bapak/ Ibu?

(sebutkan)……… 26. Berapa kali dalam setahun anak Bapak. Ibu mendapatkan makanan

tambahan berupa bubur dan susu tersebut?

(sebutkan)………

A.3.2 Memberikan Penyuluhan Kesehatan

27. Berapa kali dalam setahun diadakan penyuluhan tentang kesehatan di lingkungan Bapak/ Ibu?

(sebutkan)……… 28. Berapa kali dalam setahun Bapak/ Ibu mengikuti kegiatan penyuluhan


(2)

(sebutkan)……… 29. Bagaimana pengaruh kegiatan tersebut terhadap kesadaran sikap hidup

sehat anggota keluarga? a. Berpengaruh

b. Sangat berpengaruh c. Kurang berpengaruh d. Tidak berpengaruh e. Sangat tidak berpengaruh

Alasan:………

A.3.3 Pemeriksaan Kesehatan Gratis

30. Berapa kali pemeriksaan kesehatan gratis yang pernah dilakukan di lingkungan Bapak/ Ibu?

(sebutkan)……… …………...

31. Berapa kali Bapak/ Ibu pernah mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis tersebut?

(sebutkan)……… …………...

32. Periksa kesehatan apa yang pernah Bapak/ Ibu ikuti? a. Periksa gigi

b. Periksa mata c. Lainnya,

sebutkan………

B. Variabel Terikat

B.1 Kesejahteraan Ekonomi B.1.1 Pendapatan Per Bulan

33. Berapakah jumlah pendapatan Bapak/ Ibu per bulanya dari mata pencaharian pokok?

Sebelum Program Sesudah Program

(sebutkan) (sebutkan)

34. Berapakah jumlah pendapatan Bapak/ Ibu per bulannya dari mata pencaharian tambahan?


(3)

(sebutkan) (sebutkan)

35. Berapakah rata-rata jumlah tabungan Bapak/ Ibu per bulan? Sebelum Program Sesudah Program

(sebutkan) (sebutkan)

36. Dimanakah Bapak/ Ibu menyimpan tabungan?

Sebelum Program Sesudah Program a. Rumah

b. Koperasi c. Bank

a. Rumah b. Koperasi c. Bank

B.1.2 Nilai/ Asset yang Dimiliki

37. Apa tipe rumah yang Bapak/ Ibu tempati?

Sebelum Program Sesudah Program a. Permanen

b. Semi permanen c. Tidak permanen

a. Permanen b. Semi permanen c. Tidak permanen 38. Apa status kepemilikan rumah yang Bapak/ Ibu tempati?

Sebelum Program Sesudah Program a. Rumah milik sendiri

b. Rumah kontrakan

c. Rumah kontrakan bergabung dengan beberapa keluarga lainnya dalam satu rumah

a. Rumah milik sendiri b. Rumah kontrakan

c. Rumah kontrakan bergabung dengan beberapa keluarga lainnya dalam satu rumah

39. Bagaimana sistem kontrak tempat tinggal yang Bapak/ Ibu tempati? Sebelum Program Sesudah Program a. Kontrak per bulan

b. Kontrak per enam bulan c. Kontrak per tahun

d. Lainnya, sebutkan………...

a. Kontrak per bulan b. Kontrak per enam bulan c. Kontrak per tahun

d. Lainnya, sebutkan…………... 40. Apa bentuk asset/ kepemilikan harta benda lainnya yang Bapak/ Ibu

punya?


(4)

Nama barang Tipe Nama barang Tipe 1. Televisi

2. Kulkas 3. Sepeda motor 4. Perhiasan emas 5. Lainnya…………..

1. Televisi 2. Kulkas 3. Sepeda motor 4. Perhiasan emas 5. Lainnya………….

B.2 Kesejahteraan Sosial B.2.1 Prestasi

41. Apakah jenis sekolah anak Bapak/ Ibu?

Sebelum Program Sesudah Program Jenis sekolah Jumlah

anak

Jenis sekolah Jumlah anak 1. SD negeri/

swasta 2. SMP negeri/

swasta 3. SMA/ SMK

negeri/ swasta 4. PT negeri/

swasta

1. SD negeri/ swasta 2. SMP negeri/

swasta 3. SMA/ SMK

negeri/ swasta 4. PT negeri/

swasta

42. Pernahkan anak Bapak/ Ibu mendapatkan prestasi atau kendala pendidikan seperti di bawah ini? Jika pernah, di tingkat sekolah apa?

Sebelum Program Sesudah Program Jenis Tingkat

sekolah

Jenis Tingkat sekolah 1. Ranking

kelas/ sekolah 2. Sertifikat 3. Tidak lulus 4. Tidak naik

kelas

1. Ranking kelas/ sekolah

2. Sertifikat 3. Tidak lulus 4. Tidak naik


(5)

5. Putus sekolah 5. Putus sekolah

43. Kegiatan belajar rutin apa yang diikuti oleh anak Bapak/ Ibu di luar sekolah?

Sebelum Program Sesudah Program a. Mengikuti bimbingan belajar

b. Mengikuti les tambahan yang dibuat oleh SOS

c. Les komputer d. Lainnya,

sebutkan………

a. Mengikuti bimbingan belajar b. Mengikuti les tambahan yang

dibuat oleh SOS c. Les kmputer d. Lainnya,

sebutkan……….

44. Fasilitas apa yang Bapak/ Ibu berikan untuk menunjang pendidikan anak?

Sebelum Program Sesudah Program a. Buku pelajaran tambahan di

luar buku pelajaran sekolah b. Les privat

c. Jaringan internet di rumah d. Tidak ada

a. Buku pelajaran tambahan di luar buku pelajaran sekolah b. Les privat

c. Jaringan internet di rumah d. Tidak ada

B.2.2 Jenis Pekerjaan

45. Apa sumber mata pencaharian pokok Bapak/ Ibu?

Sebelum Program Sesudah Program a. Petani

b. Buruh c. Pedagang

d. Lainnya, sebutkan…………

a. Petani b. Buruh c. Pedagang

d. Lainnya, sebutkan………

46. Apa sumber mata pencaharian tambahan Bapak/ Ibu?

Sebelum Program Sesudah Program


(6)

B.3 Kesejahteraan Fisik B.3.1 Status Gizi

47. Berapa kali dalam seminggu Bapak/ Ibu dapat memberikan jenis makanan seperti di bawah ini kepada anggota keluarga?

Sebelum Program Sesudah Program Jenis makanan Frekuensi Jenis makanan Frekuensi 1. Daging

2. Telur 3. Ikan 4. Sayur 5. Buah 6. Susu

1. Daging 2. Telur 3. Ikan 4. Sayur 5. Buah 6. Susu

48. Berapa kali dalam seminggu Bapak/ Ibu dapat memberikan menu makanan 4 sehat 5 sempurna (nasi, daging/ ikan, sayur, buah, susu) kepada anggota keluarga?

Sebelum Program Sesudah Program

(sebutkan) (sebutkan)

B.3.2 Status Kesehatan

49. Berapa kali rata-rata anak Bapak/ Ibu sakit dalam satu tahun? Sebelum Program Sesudah Program

(sebutkan) (sebutkan)

50. Jika ada anggota keluarga yang sakit, pertolongan pertama apa yang Bapak/ Ibu berikan?

Sebelum Program Sesudah Program a. Beli obat dari warung

b. Beli obat dari toko obat c. Beli obat dari apotik

d. Berobat ke puskesmas/ rumah sakit

a. Beli obat dari warung b. Belli obat dari took obat c. Beli obat dari apotik

d. Berobat ke puskesmas/ rumah sakit


Dokumen yang terkait

Respon Orang Tua Terhadap Program Kids Club Yayasan Fondasi Hidup Indonesia Di Desa Baru Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

2 76 108

Analisis Pemasaran Jambu Biji (Studi kasus di Desa Sembahe Baru, Tanjung Anom, Durin Jangak, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara)

3 78 88

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

0 27 83

Karateristik Tersangka Penderita Rabies Di Puskesmas Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

1 29 100

RESPON ORANG TUA TERHADAP PROGRAM KIDS CLUB YAYASAN FONDASI HIDUP INDONESIA DI DESA BARU KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 15

HARMONISASI INTERAKSI ANTAR ETNIS DI DESA BARU, KECAMATAN PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 9

Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang

0 0 11