Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai

(1)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM

KETERAMPILAN PERTANIAN BAGI WARGA BINAAN

SOSIAL OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUNGAI

SEJAHTERA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Diajukan Oleh :

NORA JUNIARTI SINAGA

060902042

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY SOCIAL AND POLITIC SCIENCE FACULTY

SCIENCE OF SOCIAL PROSPERITY

NAME :NORA JUNIARTI SINAGA

REGISTER NUMBER : 060902042

ABSTRACT (This thesis consists of 6 chapter, 113 pages, 27 table, 7 appendices and 30

references)

This thesis is submitted to the Science of Social Prosperity of North Sumatera University in Partial fulfillment of the requirement for the Degree of Sarjana Sosial, which is the title : “The Effectiveness of Application Agriculture Skill Program For Constructed Social Society by UPTD Pungai Sejahtera Binjai”. This study was aimed at finding out the effectiveness of application agriculture skill program, and the impact for the constructed social society in UPTD Pungai Sejahtera Binjai. The problem of the study in this thesis was how is the application of agriculture skill program for the homeless drifter and beggar, and the people who are close with the poverty problem. The

effectiveness of application agriculture skill program in this thesis was observed in three indicators, they are: quality level, quantity level and time level.

This study was an evaluative research, which the sample was all the constructed social society, which followed the agriculture skill program were 38 persons and two program organizer. The instrument of data analysis used in this study was questioner, interview and data tabulation by using cross tabulation and singular tabulation and completed by life story which consisted of two program organizer and two receiver program.

From the data analysis, the result of the analysis shown that agriculture skill program in UPTD Pungai Sejahtera Binjai is effective. It is showed from three indicators in observed the effectiveness of the program, they are : quality level, which the

constructed social society experienced the structure changing in their daily life by applying the agriculture activity used the scheduled time, the skill of constructed social society in mastering the important steps in agriculture (in corn variety, water melon and vegetables), and they were be able to use the agriculture tools and machines. Quantity level, shown from the capital which was received by constructed social society, about Rp. 150.000,-/400m2 and the harvest result was Rp. 600.000,-/ 400m2 and saving deposits to the cooperation is about 70%. Time level, in applying the agriculture skill program, the constructed social society only needed two years. Based on this research, the writer concluded that Agriculture Skill Program in UPTD Pungai Sejahtera Binjai is an effective program for the ex homeless drifter and beggar, and people who are close with the poverty problem comes from Social and Welfare Official North Sumatera Province. The agriculture skill program is able to make the constructed social society become

independent to open new effort by using their skill and they can be able to socialize with the society.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : NORA JUNIARTI SINAGA

NIM : 060902042

ABSTRAK (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 113 halaman, 27 tabel, 7 lampiran, serta 30

kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian, serta dampaknya bagi warga binaan sosial yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan program keterampilan pertanian ditujukan bagi para gelandangan dan pengemis, serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan yang menjadi warga binaan sosial. Efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian dalam penelitian ini, dilihat melalui 3 indikator, yaitu: tingkat kualitas, tingkat kuantitas dan tingkat waktu.

Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang bersifat formatif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua warga binaan sosial yang mengikuti program keterampilan pertanian, yaitu sebanyak 38 orang dan 2 orang pengelola program. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan data tunggal, serta dilengkapi dengan life story, yang terdiri dari 2 pengelola program dan 2 penerima program.

Melalui analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Program Keterampilan Pertanian UPTD Pungai Sejahtera Binjai telah efektif. Hal itu terlihat dari 3 indikator dalam melihat efektifias suatu program, yaitu terdiri dari: tingkat kualitas, dimana warga binaan sosial telah mengalami perubahan struktur dalam kehidupan sehari-hari, dengan pelaksanaan kegiatan pertanian sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan keterampilan warga binaan sosial dalam menguasai tahap-tahap penting dalam pertanian, baik pada varietas jagung, semangka dan sayur-mayur, serta

keterampilan dalam menggunakan alat dan mesin pertanian. Tingkat kualitas, dilihat dari modal yang diterima sebagian besar warga binaan sosial yaitu sebesar Rp.150.000,-/rante dan hasil panen sebesar Rp.600.000,-/rante, serta jumlah penyimpanan ke koperasi yaitu sebesar 70%. Tingkat waktu dalam pelaksanaan program keterampilan pertanian sebagian besar warga binaan sosial adalah 2 tahun. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa program keterampilan pertanian yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang berasal dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah program yang efektif bagi para eks gelandangan dan pengemis, serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan. Program keterampilan ini telah mampu mementaskan warga binaan sosial untuk membuka usaha baru dengan keterampilan yang dimiliki dan dapat kembali ketengah-tengah masyarakat.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah : “ EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM KETERAMPILAN PERTANIAN BAGI WARGA BINAAN

SOSIAL OLEH UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUNGAI

SEJAHTERA BINJAI “.

Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus kepada Ayahanda tersayang B. Sinaga dan Ibunda H. Nainggolan, yang sudah mendidik dan membesarkan

penulis, serta semua keluarga yang telah mendukung selama penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, dan secara khusus penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :


(5)

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Mi’raj Harahap, S.Ag selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Drs. Umur Ginting selaku Kepala UPTD Pungai Sejahtera Binjai, beserta semua pegawai dan Instruktur Pertanian yang telah membantu penulis dalam penelitian.

6. Seluruh warga binaan sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang menjadi responden dalam penelitian penulis.

7. Kepada Kakanda Vera Agustina Sinaga, S.Pd yang telah memberikan motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk adinda, Paulus Salvatore Sinaga, Margaretha Sinaga dan Adventus Bonaventura Sinaga yang selalu mendoakan penulis dan menjadi penyemangat untuk setiap permasalahan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Sahabat penulis Yomeini, Nova, Hertati, Faramita dan Marianti yang selalu menjadi sahabat yang baik untuk mendukung dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Kepada teman-teman Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 2006 yang telah menjadi teman yang baik.


(6)

10. Kepada semua dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti perkulihaan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat-Nya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ibu, saudara/i sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2010

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN...xiii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Perumusan Masalah...12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian...12

1.3.2 Manfaat Penelitian...13

1.4 Sistematika Penulisan...14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektifitas 2.1.1 Pengertian Efektifitas...16

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas...18

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektifitas...20

2.2 Warga Binaan Sosial...23


(8)

2.3.1 Tujuan Pekerja Sosial...26

2.3.2 Fungsi Pekerja Sosial...26

2.3.3 Metode Pekerja Sosial...28

2.4 Program Keterampilan Pertanian...29

2.5 Kesejahteraan Sosial...33

2.6 Kerangka Pemikiran...35

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep...40

2.7.2 Defenisi Operasional...45

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...50

3.2 Lokasi Penelitian...50

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi...51

3.3.2 Sampel...51

3.4 Teknik Pengumpulan Data...52

3.5 Teknik Analisa Data...54

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya UPTD Pungai Sejahtera Binjai...55


(9)

4.2.1 Visi dan Misi Departemen Sosial RI...58

4.2.2 Visi dan Misi Dinas Kesejahteraan dan Sosial...58

4.3 Fungsi dan Tugas UPTD Pungai Sejahtera Binjai...59

4.4 Tahapan Rehabilitasi Sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai...61

4.5 Dasar Hukum Berdirinya UPTD Pungai Sejahtera Binjai...62

4.6 Keadaan Warga Binaan Sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai 4.6.1 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia...63

4.6.2 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Agama dan Suku Bangsa...66

4.6.3 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Pendidikan Terakhir...67

4.7 Sarana dan Prasarana UPTD Pungai Sejahtera Binjai...68

4.8 Struktur Organisasi UPTD Pungai Sejahtera Binjai...70

BAB V : ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Responden...73

5.2 Identitas Responden 5.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...73

5.2.2 Data Responden Berdasarkan Usia dan Agama ...74

5.2.3 Data Responden Berdasarkan Suku Bangsa dan Asal Daerah ...75

5.2.4 Data Responden Berdasarkan Jumlah Dalam Keluarga ...77 5.3 Data Dasar Kehidupan Responden


(10)

5.3.1 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir, Penyebab

Menjadi Gepeng dan Lama Menjadi Gepeng ...78

5.3.2 Data Responden Berdasarkan Penyebab Masuk UPTD dan Lama Tinggal di UPTD...81

5.4 Informasi Tentang Jawaban Responden 5.4.1 Kualitas Program Keterampilan Pertanian 5.4.1.1 Waktu Pelaksanaan Keterampilan Pertanian dan Pelaksanaan Menurut Jadwal...83

5.4.1.2 Perubahan Struktur Kehidupan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pertanian...84

5.4.1.3 Tingkat Keterampilan Yang Dikuasai 5.4.1.3.1 Tingkat Keberhasilan Pada Tahap Awal ...85

5.4.1.3.2 Tingkat Penguasaan 5 Tahap Penting Dalam Pertanian..89

5.4.1.3.3 Tingkat Penguasaan Alat dan Mesin Pertanian...92

5.4.2 Tingkat Kuantitas Program Keterampilan Pertanian 5.4.2.1 Varietas Jagung...94

5.4.2.2 Varietas Semangka...98

5.4.2.3 Varietas Sayur...99

5.4.2.4 Penyimpanan Hasil Panen Ke Koperasi...100

5.4.3 Tingkat Waktu Program Keterampilan Pertanian...101


(11)

BAB V : PENUTUP

6.1 Kesimpulan...112 6.2 Saran...113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin

Dan Usia...64

Tabel 4.2 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Agama dan Suku Bangsa ...66

Tabel 4.3 Komposisi Warga Binaan Sosial Berdasarkan Pendidikan Terakhir...67

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana UPTD Pungai Sejahtera Binjai...68

Tabel 5.5 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...73

Tabel 5.6 Data Responden Berdasarkan Usia dan Agama ...74

Tabel 5.7 Data Responden Berdasarkan Suku Bangsa dan Asal Daerah...75

Tabel 5.8 Data Responden Berdasarkan Jumlah Dalam Keluarga...77

Tabel 5.9 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir, Penyebab Menjadi Gepeng, dan Lama Menjadi Gepeng ...78

Tabel 5.10 Data Responden Berdasarkan Penyebab Masuk UPTD dan Lama Tinggal Di UPTD...81

Tabel 5.11 Data Responden Berdasarkan Waktu Pelaksanaan Keterampilan Pertanian dan Pelaksanaan Menurut Jadwal...83

Tabel 5.12 Data Responden Berdasarkan Perubahan Struktur Kehidupan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pertanian...84

Tabel 5.13 Data Responden Berdasarkan Yang Memberi Keterampilan Pertanian...85

Tabel 5.14 Data Responden Berdasarkan Bentuk Penjelasan Program Keterampilan Pertanian...86


(13)

Tabel 5.15 Data Responden Berdasarkan Lamanya Pendampingan

Instruktur Pertanian dan Lama Menguasai Tahap Awal...87 Tabel 5.16 Data Responden Berdasarkan Varietas Yang Dipilih dan

Luas Lahan ...89 Tabel 5.17 Data Responden Berdasarkan Berapa Lama Menguasai

5 Tahap ...91 Tabel 5.18 Data Responden Berdasarkan Yang Memberikan

Keterampilan Pertanian...92 Tabel 5.19 Data Responden Berdasarkan Alat dan Mesin Pertanian

Yang Dikuasai ...93 Tabel 5.20 Data Responden Berdasarkan Jenis Produksi Yang

Dihasilkan Pada Varietas Jagung ...94 Tabel 5.21 Data Responden BerdasarkanJumlah Modal Per Rante

Yang Digunakan ...95 Tabel 5.22 Data Responden Berdasarkan Darimana Modal Diterima ...96 Tabel 5.23 Data Responden Berdasarkan Hasil Penjualan

Panen Jagung...97 Tabel 5.24 Data Responden Berdasarkan Hasil Hasil Semangka ...98 Tabel 5.25 Data Responden Berdasarkan Hasil Panen Sayur...99 Tabel 5.26 Data Responden Berdasarkan Penggunaan Hasil Penjualan

dan Penyimpana Ke Koperasi...100 Tabel 5.27 Data Responden Berdasarkan Waktu Pelaksanaaan Program


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Kerangka Pemikiran...39 Bagan Struktur Organisasi UPTD Pungai Sejahtera Binjai...70


(15)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY SOCIAL AND POLITIC SCIENCE FACULTY

SCIENCE OF SOCIAL PROSPERITY

NAME :NORA JUNIARTI SINAGA

REGISTER NUMBER : 060902042

ABSTRACT (This thesis consists of 6 chapter, 113 pages, 27 table, 7 appendices and 30

references)

This thesis is submitted to the Science of Social Prosperity of North Sumatera University in Partial fulfillment of the requirement for the Degree of Sarjana Sosial, which is the title : “The Effectiveness of Application Agriculture Skill Program For Constructed Social Society by UPTD Pungai Sejahtera Binjai”. This study was aimed at finding out the effectiveness of application agriculture skill program, and the impact for the constructed social society in UPTD Pungai Sejahtera Binjai. The problem of the study in this thesis was how is the application of agriculture skill program for the homeless drifter and beggar, and the people who are close with the poverty problem. The

effectiveness of application agriculture skill program in this thesis was observed in three indicators, they are: quality level, quantity level and time level.

This study was an evaluative research, which the sample was all the constructed social society, which followed the agriculture skill program were 38 persons and two program organizer. The instrument of data analysis used in this study was questioner, interview and data tabulation by using cross tabulation and singular tabulation and completed by life story which consisted of two program organizer and two receiver program.

From the data analysis, the result of the analysis shown that agriculture skill program in UPTD Pungai Sejahtera Binjai is effective. It is showed from three indicators in observed the effectiveness of the program, they are : quality level, which the

constructed social society experienced the structure changing in their daily life by applying the agriculture activity used the scheduled time, the skill of constructed social society in mastering the important steps in agriculture (in corn variety, water melon and vegetables), and they were be able to use the agriculture tools and machines. Quantity level, shown from the capital which was received by constructed social society, about Rp. 150.000,-/400m2 and the harvest result was Rp. 600.000,-/ 400m2 and saving deposits to the cooperation is about 70%. Time level, in applying the agriculture skill program, the constructed social society only needed two years. Based on this research, the writer concluded that Agriculture Skill Program in UPTD Pungai Sejahtera Binjai is an effective program for the ex homeless drifter and beggar, and people who are close with the poverty problem comes from Social and Welfare Official North Sumatera Province. The agriculture skill program is able to make the constructed social society become

independent to open new effort by using their skill and they can be able to socialize with the society.


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : NORA JUNIARTI SINAGA

NIM : 060902042

ABSTRAK (Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 113 halaman, 27 tabel, 7 lampiran, serta 30

kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Sosial, dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian, serta dampaknya bagi warga binaan sosial yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana pelaksanaan program keterampilan pertanian ditujukan bagi para gelandangan dan pengemis, serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan yang menjadi warga binaan sosial. Efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian dalam penelitian ini, dilihat melalui 3 indikator, yaitu: tingkat kualitas, tingkat kuantitas dan tingkat waktu.

Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang bersifat formatif, dimana sampel dalam penelitian ini adalah semua warga binaan sosial yang mengikuti program keterampilan pertanian, yaitu sebanyak 38 orang dan 2 orang pengelola program. Instrumen analisa data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, serta tabulasi data yang tertuang dalam tabel silang dan data tunggal, serta dilengkapi dengan life story, yang terdiri dari 2 pengelola program dan 2 penerima program.

Melalui analisa data yang dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa Program Keterampilan Pertanian UPTD Pungai Sejahtera Binjai telah efektif. Hal itu terlihat dari 3 indikator dalam melihat efektifias suatu program, yaitu terdiri dari: tingkat kualitas, dimana warga binaan sosial telah mengalami perubahan struktur dalam kehidupan sehari-hari, dengan pelaksanaan kegiatan pertanian sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan keterampilan warga binaan sosial dalam menguasai tahap-tahap penting dalam pertanian, baik pada varietas jagung, semangka dan sayur-mayur, serta

keterampilan dalam menggunakan alat dan mesin pertanian. Tingkat kualitas, dilihat dari modal yang diterima sebagian besar warga binaan sosial yaitu sebesar Rp.150.000,-/rante dan hasil panen sebesar Rp.600.000,-/rante, serta jumlah penyimpanan ke koperasi yaitu sebesar 70%. Tingkat waktu dalam pelaksanaan program keterampilan pertanian sebagian besar warga binaan sosial adalah 2 tahun. Dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa program keterampilan pertanian yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang berasal dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah program yang efektif bagi para eks gelandangan dan pengemis, serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan. Program keterampilan ini telah mampu mementaskan warga binaan sosial untuk membuka usaha baru dengan keterampilan yang dimiliki dan dapat kembali ketengah-tengah masyarakat.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial, karena kemiskinan telah menjadi sebuah persoalan dalam kehidupan manusia. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai, seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, serta yang berhubungan erat dengan kualitas hidup (http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan/ diakses 20 September 2009 pukul 15.32 WIB). Kemiskinan juga bisa berarti kelaparan, kekurangan gizi, pakaian dan kesulitan dalam menghadapi perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer.

Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia pada 1996-2009 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 13,96 juta karena krisis ekonomi, yaitu dari 34,01 juta pada 1996 menjadi 47,97 juta pada 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,47 persen menjadi 23,43 persen pada periode yang sama. Pada 2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 38,70 juta pada 2000 menjadi 35,10 juta pada 2005. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 19,14 persen pada 2000 menjadi 15,97 persen pada 2005. Namun pada 2006, terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis, yaitu


(18)

dari 35,10 juta orang (15,97 persen) pada Februari 2005 menjadi 39,30 juta (17,75 persen) pada Maret 2006.

Peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama Februari 2005-Maret 2006 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik. Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin. Terjadi penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang cukup signifikan pada Maret 2007-Maret 2008, dari 37,17 juta (16,58 persen) pada 2007 menjadi 34,96 juta (15,42 persen) pada 2008. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. (http://bps.go.id/files/beritaresmistatistik/No.43/07Th.XII.01juli2009,pdf/ diakses 21/10/09 pukul 11.36 WIB).

Berdasarkan data BPS 2009, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu fenomena yang kompleks dan dapat ditelusuri dari adanya kesenjangan antara kelas sosial dan ekonomi, ketidaklengkapan (inadequancy), hubungan desa dan kota, dan perbedaan antara suku, agama, dan daerah. Pada dasarnya kemiskinan bukan hanya terletak pada permasalahan ekonomi, tetapi lebih bersifat multidimensi. Dimensi dari defenisi kemiskinan tersebut terdiri dari: (i). Dimensi material kekurangan pangan, lapangan pekerjaan dengan

muaranya adalah kelaparan dan kekurangan makanan.

(ii). Dimensi psikologi seperti ketidakberdayaan, ketidakmampuan berpendapat, ketergantungan, rasa malu dan rasa hina.


(19)

(iv). Dimensi aset atau milik, tidak memiliki aset sebagai modal untuk menyelenggarakan hidup secara layak.

Kondisi miskin di Indonesia secara langsung telah berdampak semakin meningkatnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di masyarakat, yang tentunya membutuhkan penanganan yang serius dan terpadu. Salah satu jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah gelandangan dan pengemis. Gelandangan dan pengemis tampaknya menjadi rona tersendiri dan tidak pernah pupus mencoreng wajah perkotaan tidak terkecuali di kota Medan. Sampai saat ini para gelandangan dan pengemis belum banyak tersentuh program-program yang bertujuan untuk mensejahterahkan rakyat. Mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Demikian juga dalam pasal 34, tercantum bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Dengan demikian jelaslah bahwa negara harus memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar, dimana dalam hal ini negara bukan hanya unsur pemerintahan, tetapi seluruh unsur masyarakat, termasuk LSM, organisasi keagamaan, dan organisasi sosial masyarakat lainnya.

Sejumlah tempat di kota Medan, ibu-ibu selalu melibatkan anak balita dalam aksi mengemis di berbagai tempat, terutama di perempatan jalan, seperti di Jalan Sisingamangaraja, Gatot Subroto, Iskandar Muda, dan Ir Juanda. Anak-anak dibawah setahun biasanya digendong saat mengemis, sedangkan anak-anak berusia antara dua sampai lima tahun dibiarkan mengemis sendiri pada tubuh jalan yang cukup membahayakan keselamatan dan kesehatan mereka. Kondisi ini terkadang cukup meresahkan, dan lebih meresahkan lagi ketika meminta sedekah,


(20)

para gelandangan pengemis itu sampai memaksa, menggores mobil jika tidak diberi. Bahkan ada pula yang berdalih membawa agama untuk meminta sumbangan. Kalaupun kita harus memberi, hendaknya untuk orang-orang yang patut disedekahi, misalnya kepada orangtua yang sakit-sakitan, panti jompo ataupun panti asuhan, sedangkan untuk orang-orang cacat yang benar-benar tidak mampu sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk membinanya, dengan menggunakan anggaran negara.

Gepeng yang melakukan praktik mengemis secara mandiri biasanya adalah yang benar-benar miskin, tidak mempunyai rumah tempat berteduh dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan gepeng yang melakukan praktik secara bergerombol adalah gepeng yang melakukan aktivitas di bawah koordinasi orang-orang tertentu yang disebut sebagai bos pengemis. Hasil dari mengemis yang diperoleh gepeng biasanya di bawah pengawasan sang bos, sehingga mereka yang melakoni pekerjaan sebagai gepeng dapat dikatakan hanya sebagai mesin uang bagi tuannya. Tidak jarang kita melihat mereka terutama di pagi hari, sekelompok gepeng turun dari pick up yang dikomandoi orang tertentu seperti di Pajak Ikan Lama, Pajak Aksara, kawasan Jalan Juanda, Terminal Amplas, Petisah, kemudian pada sore hari mereka menanti jemputan pada lokasi yang sama. Kondisi ini berjalan secara rutin tanpa ada usaha yang maksimal dari Pemerintah Daerah Sumatera Utara atau instansi terkait untuk memutus rantai yang membelenggu kehidupan gepeng tersebut.

Berdasarkan cara praktik yang dilakonkan gepeng tersebut menunjukkan bahwa di antara mereka ada yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan lain


(21)

kecuali sebagai pengemis dan tidak memiliki rumah hunian. Karena itu sewajarnya mereka mendapat bantuan dan perhatian serius dari pemerintah sesuai dengan yang diamanatkan dalam pasal 34 UUD 1945. Sedangkan bagi mereka yang menjadikan gepeng sebagai pekerjaan untuk memperkaya diri dan memanfaatkan mereka, sudah sepantasnya diberikan sanksi yang tegas, terutama bagi orang yang mengeksploitasi secara terang-terangan pada beberapa lokasi pasar yang ada di kota Medan dan pada beberapa kota lainnya.

Gelandangan dan pengemis semakin mudah ditemukan di berbagai tempat strategis di kota Medan. Untuk mengatasinya, Dinas Sosial yang sekarang bernama Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja kota Medan menggagas pembangunan rumah penampungan dan rehabilitasi sendiri. Dalam setiap aksi penertiban yang dilakukan, gepeng dan anak jalanan itu biasanya dikirim ke rumah penampungan milik Dinas Kesejahteraan dan Sosial Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Kota Binjai dimana penelitian dilakukan.

Sebelumnya Pemerintah Kota Medan pernah mendapat tawaran dari Departemen Sosial Republik Indonesia untuk membangun panti rehabilitasi. Pemko Medan diminta menyediakan lahannya, sedangkan pembangunan fisiknya dari Departemen Sosial Republik Indonesia. Namun Pemko Medan belum dapat melakukannya dengan alasan anggaran. Pemko Medan menilai jumlah alokasi anggaran yang diberikan sangat minim, karena sebagian besar dana sudah habis untuk menutupi belanja rutin. Alokasi anggaran untuk mengatasi jumlah gepeng


(22)

Kesejahteraan dan Sosial sudah habis untuk menutupi belanja rutin seperti belanja pegawai, belanja barang dan biaya pemeliharaan barang kesekretariatan. Misalnya dari sekitar Rp. 28 milliar dana yang dianggarakan pada APBD 2009, Rp. 21 milliar lebih diantaranya sudah habis untuk belanja rutin. Hanya sekitar Rp. 7 milliar sisanya yang bisa dialokasikan untuk program seperti untuk gelandangan dan pengemis. Akibat minimnya anggaran tersebut, tindakan proaktif dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial maupun kabupaten atau kota untuk mengatasi persoalan gepeng di perkotaan sangat kurang (http://www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468/ diakses 20 Oktober 2009 pukul 11.05 WIB).

Pemda Sumut terus berusaha untuk memberantas gelandangan dan pengemis yang sering kali memunculkan permasalahan baru di bidang kehidupan sosial masyarakat. Lahirnya pemikiran untuk membahas Ranperda yang lebih keras untuk melarang praktik gelandangan dan pengemis terutama yang berkeliaran di pinggir jalan dan tempat-tempat keramaian lainnya merupakan bukti keseriusan untuk meminimalkan populasi mereka. Rancangan Peraturan Daerah berupa pemberian denda Rp. 6 juta bagi masyarakat yang memberikan uang kepada gelandangan dan pengemis dinilai sangat tepat, bahkan pelaksanaannya mendesak segera diberlakukan. Menurut anggota Komisi E DPRD Sumut, Drs. Mursito Kabukasuda, pemberlakuan Perda itu diharapkan sekaligus menghilangkan mental-mental pengemis yang belakangan seakan semakin populer dan sudah semakin menjamur masyarakat Sumut yang bermental pengemis(http://timkoordinasipenanggulangankemiskinan/profilkemiskinandIndo nesiaMaret2009/13juli2009/ diakses 21 September 2009 pukul 11.36 WIB).


(23)

Melihat permasalahan tersebut, maka Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melalui UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang merupakan salah satu pihak yang harus bertanggung jawab dalam memberikan pembinaan dan rehabilitasi kepada para gelandangan pengemis, agar mereka mampu berfungsi secara sosial.

Warga sinaan Sosial yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai terdiri dari para gelandangan dan pengemis yang dirazia Satpol Pamong Praja dan orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan, yang datang dengan kemauan sendiri, diserahkan oleh keluarga, mengungsi dan adanya bencana alam. Pada awalnya warga binaan sosial diproses oleh para pegawai UPTD Pungai Sejahtera Binjai, yaitu dengan melengkapi syarat administrasi, berupa pengisian data diri secara lengkap. Setelah data diperoleh, warga binaan sosial langsung ditempatkan di Zal Penampungan Razia untuk sementara waktu. Tujuannya untuk melihat sejauh mana perkembangan mental dan spiritual yang dimiliki sebelum memasuki tahap rehabilitasi dan bimbingan.

Untuk menjadi seorang warga binaan sosial harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh UPTD adalah sebagai berikut :

1. Keluarga miskin dan harus mempunyai surat keterangan miskin dari Kelurahan setempat.

2. Tidak mempunyai keterikatan dengan Badan Hukum dan tidak menjadi tahanan.

3. Berusia produktif, 50 tahun kebawah.


(24)

5. Harus mempunyai KTP atau Kartu Keluarga.

Melalui tahap-tahap tersebut, pihak UPTD dapat mengetahui apakah para gepeng dapat menjadi warga binaan sosial yang nantinya dibina dan dibekali dengan beberapa keterampilan. Pada dasarnya, tidak semua gepeng mampu terbuka dalam mengungkapkan masalah mereka, bahkan terdapat pula gepeng yang tidak mau mengikuti pembinaan dan rehabilitasi serta mengganggap bahwa kegiatan tersebut tidak diperlukan, sehingga mereka akhirnya melarikan diri dan kembali melakukan kegiatan mengemis.

Gepeng yang telah melalui beberapa tahap tersebut, akhirnya dapat menjadi warga binaan sosial yang memperoleh bimbingan dan pembinaan. Pembinaan dan bimbingan yang dilakukan oleh UPTD Pungai Sejahtera Binjai kepada para warga binaan sosial adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan keagamaan

Pembinaan keagamaan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran dalam beribadah, sesuai dengan agama yang dianut oleh para warga binaan sosial. Pembinaan keagamaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan agama yang rutin agar warga binaan sosial menjadi orang-orang yang taat beribadah dan mental yang dimiliki terbentuk dengan baik. Dalam pembinaan keagamaan ini, para warga binaan sosial juga dibantu beberapa instansi keagamaan yang ada di Binjai dan bekerjasama dalam mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti kerjasama dengan Kantor Departemen Agama Kota Binjai, yaitu dengan mendatangkan


(25)

2. Bimbingan sosial

Kegiatan pembinaan dalam bentuk bimbingan sosial yang dilakukan oleh UPTD Pungai Sejahtera Binjai terdiri dari :

a. Pemberian bimbingan dalam bentuk pengarahan dari Kepala UPTD atau Kepala Seksi secara bergantian pada setiap pelaksanaan apel pagi setiap hari senin - jumat pada pukul 08.00 WIB. Semua warga binaan sosial wajib mengikuti kegiatan tersebut untuk dibina agar lebih disiplin.

b. Melaksanakan kerja bakti dengan membersihkan lingkungan kantor dan tempat tinggal warga yang biasa disebut dengan “kurvei”. Tujuannya agar lebih terlatih dalam menggerakkan badan dan mengurangi rasa malas serta menambah keakraban diantara warga binaan sosial.

c. Memberikan kepercayaan kepada warga binaan sosial laki-laki untuk melakukan ronda malam secara bergiliran sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Ronda malam dilakukan pada setiap malamnya oleh 10 orang warga binaan sosial (UPTD Pungai Sejahtera Binjai, 2007).

3. Pelayanan konsultasi pribadi

Untuk memudahkan pelayanan dan pembinaan, ditentukanlah Bapak dan Ibu asuh yang terdiri dari para pegawai di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Setiap warga maupun keluarga dapat berkonsultasi langsung kepada Bapak dan Ibu asuh masing-masing mengenai permasalahan-permasalahan


(26)

yang dihadapi individu maupun kelompok, termasuk juga masalah keterampilan yang diberikan. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu permasalahan yang sedang dialami oleh para warga binaan sosial.

4. Pelayanan kesehatan dan pelayanan kebutuhan dasar

Untuk menuju keluarga dan masyarakat yang sehat, UPTD Pungai Sejahtera Binjai bekerjasama dengan Puskesmas Sambirejo dalam penanganan warga binaan sosial yang memerlukan perawatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Binjai dengan membawa Surat Keterangan Sakit dari UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Warga binaan sosial yang menderita sakit ringan dapat dilayani di Poliklinik UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang dibuka setiap hari Jumat dengan mendatangkan Perawat atau Bidan. Untuk pelayanan kebutuhan dasar, UPTD Pungai Sejahtera Binjai memberikan makanan dan minuman, pakaian dan perumahan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga binaan sosial.

5. Pembinaan keterampilan

Dalam pembinaan bidang keterampilan, para warga binaan sosial diberikan pembinaan bidang keterampilan, diantaranya adalah keterampilan pertanian dan perternakan yang langsung mendapat bimbingan dari instruktur yang mahir, yang terdiri dari satu pegawai dari UPTD Pungai Sejahtera Binjai yaitu Bapak Stel Barus dan beberapa orang petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat.


(27)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik memilih UPTD Pungai Sejahtera Binjai sebagai tempat penelitian karena beberapa alasan yaitu :

a. Karena UPTD Pungai Sejahtera Binjai adalah satu-satunya pusat rehabilitasi, pelayanan dan bimbingan untuk para gelandangan dan pengemis serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan yang ada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

b. Karena UPTD Pungai Sejahtera Binjai memiliki program yang cukup menarik dan unik yaitu Program Keterampilan Pertanian, dimana program ini ditujukan bagi para gepeng dan orang-orang yang rentan terhadap kemiskinan, dan sebelumnya tidak mempunyai keterampilan dan pengetahuan apapun, khususnya bidang pertanian, menjadi terampil bahkan mandiri dan dapat kembali ketengah-tengah masyarakat.

c. Untuk mengetahui sejauh mana dampak dari program keterampilan pertanian bagi para warga binaan sosial dan mengevaluasi apakah pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian telah efektif, karena program tersebut merupakan program yang masih berjalan sampai saat ini.

Program Keterampilan Pertanian oleh UPTD Pungai Sejahtera Binjai menjadi latar belakang penulis tertarik mengadakan penelitian di daerah tersebut dengan judul “Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai”.


(28)

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting, karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan (Nazir, 2003: 111). Perumusan masalah harus jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai ?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai.

2. Untuk mengetahui dampak dari Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai.


(29)

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Memberikan sumbangan positif terhadap pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial secara nyata, khususnya dalam memberikan peranan yang dilakukan oleh para kelompok pekerja sosial fungsional terhadap penanganan masalah para gelandangan pengemis dan orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan.

2. Melatih diri dalam mengembangkan pemahaman atau cara berpikir dan menambah khasanah pengetahuan penulis mengenai Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian Bagi Warga Binaan Sosial Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Sebagai bahan masukan bagi peningkatan kualitas pelaksanaan program keterampilan pertanian di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai bagi warga binaan sosial.


(30)

1.4 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta dengan analisisnya.


(31)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektifitas

2.1.1 Pengertian Efektifitas

Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi. Sementara itu terdapat pengertian lain, yaitu “Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya(http://othenkplanet/pengertiantentangefektifitas/13november200 8/ diakses 20 Oktober 2009 pukul 11.00 WIB). Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat, 1986. http://blog.wordPress.com/defenisi dan pengertian efektifitas/28 Maret/2009/ diakses tanggal 21 Oktober 2009 pukul 12.33 WIB, yang menjelaskan bahwa :


(33)

“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.

Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon, 1986. http://othenkplanet/pengertian tentangefektifitas/13 november2008/ diakses tanggal 20 Oktober 2009 pukul 11.00 WIB adalah sebagai berikut:

“Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif ”.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1

a. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar

atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. b. Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang

daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai (http://blog.wordPress.com/defenisi dan pengertian efektifitas/28 Maret/2009/ diakses 21 Oktober 2009 pukul 12.33 WIB).

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut :


(34)

1. Keberhasilan program. 2. Keberhasilan sasaran. 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121).

2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektifitas

Pendekatan efektifitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang

berbeda dari lembaga damana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungannya. Pendekatan terhadap efektifitas terdiri dari :

1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektifitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi Official Goal dengan memperhatikan permasalahan yang


(35)

yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.

2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.

Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

Dalam mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektifitas. Secara sederhana efektifitas seringkali diukur dengan jumlah atau kuantitas berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan. Pengukuran efektifitas dengan pendekatan sumber ini mampu untuk memberikan alat ukur yang sama dalam mengukur


(36)

efektifitas berbagai lembaga yang jenis dan programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sasaran.

3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)

Pendekatan proses menganggap efektifitas sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara koordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan lembaga (Curnningham, 1978: 635).

2.1.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektifitas

Efektifitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktifitas dan laba. Pengukuran efektifitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan memberikan hasil daripada pengukuran efektifitas berdasarkan sasaran resmi dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :

1. Adanya macam-macam output

Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan pengukuran efektifitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan. Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan sasaran lainnya. Efektifitas tidak akan dapat diukur


(37)

pada suatu sasaran yang seringkali disertai dengan efektifitas yang rendah pada sasaran lainnya. Selain itu, masalah juga muncul karena adanya bagian-bagian dalam suatu lembaga yang menjadi sasaran yang berbeda-beda secara keseluruhan, sehingga pengukuran efektifitas sering kali terpaksa dilakukan dengan memperhatikan bermacam-macam secara simultan.

Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektifitas adalah profil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektifitas pada setiap sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan adalah frekuensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektifitas seperti yang dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal tersebut dalam pengukuran efektifitas adalah :

1. Adaptabilitas dan fleksibilitas 2. Produktifitas

3. Keberhasilan memperoleh sumber 4. Keterbukaan dalam komunikasi 5. Keberhasilan pencapaian program

6. Pengembangan program (Steers, 1985: 546).

2. Subjektifitas dalam adanya penilaian

Pengukuran efektifitas dengan menggunakan pendekatan sasaran seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasi sasaran yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang sebenarnya


(38)

dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila meninjau bahwa perlu masuk kedalam suatu lembaga untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar atau masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektifitas.

Untuk sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kualitatif, unsur subjektif itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara kuantitatif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada subjektifitas dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat R.M Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen kontekstual berpengaruh terhadap informasi lembaga dan menentukan tercapai tidaknya sasaran yang hendak dicapai. Karena itu perbedaan karakteristik faktor-faktor kontekstual ini perlu diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektifitas program yang terdapat pada lingkungan yang berbeda.

Dengan demikian, suatu usaha atau kegiatan dikatakan efektifitas apabila tujuan atau sasaran dapat dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan dapat memberikan manfaat yang nyata sesuai dengan kebutuhan (Steers, 1985: 558).


(39)

2.2 Warga Binaan Sosial

Warga binaan sosial adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

mendapat pelayanan dan pembinaan oleh suatu lembaga untuk meningkatkan kemandirian dan dapat menjalankan keberfungsian sosialnya. Dalam penelitian ini, warga binaan sosial yang ada adalah para gelandangan dan pengemis dan orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan, yang berasal dari berbagai tempat dan mereka datang dengan berbagai alasan untuk mendapat bimbingan dan pembinaan dalam bentuk keterampilan dari pihak Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai yang ditangani langsung oleh para pekerja sosial yang fungsional.

Terdapat tugas dan kewajiban warga binaan sosial di UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang harus dipatuhi yaitu sebagai berikut :

1. Setiap warga binaan sosial, baik laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa wajib mengikuti gotong royong kebersihan lingkungan mulai jam 08.00 – 09.00 WIB.

2. Setiap warga binaan sosial laki-laki yang dewasa wajib mengikuti jaga malam sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

3. Setiap warga binaan sosial yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai dilarang mengemis atau meminta sedekah diluaran.

4. Setiap warga binaan sosial yang keluar dari lokasi UPTD Pungai Sejahtera Binjai harus meminta izin dari pimpinan atau petugas satpam.


(40)

5. Setipa warga binaan sosial yang laki-laki dewasa wajib mengikuti shalat Jumat.

6. Setiap warga binaan sosial yang perempuan wajib mengikuti pengajian pada hari Rabu.

7. Setiap warga binaan sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai wajib mengikuti ceramah agama pada setiap hari Jumat.

8. Setiap warga binaan sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang mempunyai tamu yang menginap, harus melaporkannya ke pimpinan atau security UPTD Pungai Sejahtera Binjai paling lambat 1x24 jam.

9. Bagi warga binaan sosial yang sudah berkeluarga yakni yang suami istri harus tetap tinggal bersama di dalam kompleks/ lokasi UPTD Pungai Sejahtera Binjai.

10. Bagi suami yang selama ini tidak menjadi warga binaan sosial tidak dibenarkan menitipkan istri dan anak-anaknya di UPTD Pungai Sejahtera Binjai.

11. Bagi setiap warga binaan sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang tidak menaati tugas dan kewajiban tersebut diatas akan mendapat sanksi sesuai dengan pelanggaran yang diperbuatnya dari pimpinan UPTD Pungai Sejahtera Binjai.

12. Apabila ada warga binaan sosial UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang melanggar tugas dna kewajiban tersebut diatas, maka akan diberikan


(41)

13. Apabila ada warga binaan sosial yang melaksanakan pelanggaran berat, maka sewaktu-waktu pimpinan UPTD Pungai Sejahtera Binjai dapat mengeluarkan warga binaan sosial tersebut dari lokasi/ kompleks UPTD Pungai Sejahtera Binjai tanpa melalui surat peringatan I, II, dan III (UPTD Pungai Sejahtera Binjai, 2008).

Jumlah warga binaan sosial yang diberikan pelayanan, bimbingan dan rehabilitasi di UPTD Pungai Sejahtera Binjai adalah 215 orang. Tetapi dalam penelitian ini, warga binaan sosial yang mendapat Program Keterampilan Pertanian hanya berjumlah 38 orang, sedangkan bagi warga binaan sosial yang lainnya, mendapat bimbingan untuk program-program lain.

2.3 Pekerja Sosial

Pekerja sosial adalah aktifitas profesional, yang ditujukan untuk menolong orang, baik sebagai individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat, dalam rangka meningkatkan atau memperbaiki kemampuan berfungsi sosial mereka dan menciptakan kondisi atau lingkungan sosial yang memungkinkan orang tersebut mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian pekerja sosial berkepentingan menyediakan pelayanan sosial yang efektif dan manusiawi untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat agar dapat berfungsi dan meningkatkan kualitas hidupnya (Susantyo, 2008: 3).


(42)

2.3.1 Tujuan Pekerja Sosial

1. Membantu orang memperluas kompetensinya dan meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi serta memecahkan permasalahannya.

2. Membantu orang lain dalam memperoleh sumber-sumber

3. Membuat organisasi-organisasi yang responsif dalam memberikan pelayanan sosial.

4. Memberikan fasilitas interaksi antara individu dengan individu lain dalam lingkungan mereka.

5. Mempengaruhi interaksi antara organisasi-organisasi dengan institusi-institusi.

6. Mempengaruhi kebijakan sosial maupun kebijakan lingkungan (Susantyo, 2008: 5).

2.3.2 Fungsi Pekerja Sosial

1. Membantu orang meningkatkan dan meggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami.

2. Mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber dengan mengidentifikasi dan memberikan informasi tentang sistem


(43)

sumber yang ada, serta membantu orang mengatasi masalah-masalah praktis dalam memanfaatkan sistem-sistem sumber.

3. Memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber, yaitu dengan memberikan pelayanan konsultasi bagi sistem-sistem sumber kemasyarakatan dan bertindak sebagai advokat dari konsumen.

4. Memberikan fasilitas interaksi di dalam sistem-sistem sumber, yaitu dengan menyalurkan informasi dari satu bagian sistem kepada bagian sistem yang lain, serta membantu mengorganisasikan sub-sub sistem dan bertindak untuk merubah bagian-bagian sistem tersebut.

5. Mempengaruhi kebijakan sosial, yaitu mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang permasalahan dan kondisi yang perlu diubah melalui perubahan kebijakan sosial.

6. Memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material, yaitu dengan menentukan kebutuhan dan ketepatan sumber-sumber serta menetukan orang-orang yang memenuhi persyaratan untuk memanfaatkan sumber tersebut.

7. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial, yaitu mensupervisi orang yang bertingkah laku menyimpang serta memberikan lisensi kepada sumber-sumber yang memberikan fasilitas untuk menjamin pelayanan yang memadai bagi


(44)

orang-2.3.3 Metode Pekerja Sosial

1. Metode Social Case Work (Bimbingan Perseorangan)

merupakan suatu metode pokok yang dipergunakan untuk menolong individu-individu atau keluarga-keluarga yang mengalami kesukaran dalam fungsi sosialnya. Dalam pemberian pelayanan dengan menggunakan meode ini, hubungan pribadi ataupun relasi pekerja sosial dengan klien sangatlah mempengaruhi hasil yang dicapai.

2. Metode Social Group Work (Bimbingan Kelompok)

merupakan metode pekerjaan sosial untuk membantu atau melayani individu dalam suatu kesatuan kelompok atau untuk membantu individu-individu melalui kelompok. Metode ini menggunakan pendekatan yang beranekaragam untuk pencapaian sekumpulan tujuan antara lain perubahan tingkah laku, kesadaran diri sendiri dan pertumbuhan pribadi serta keterampilan untuk menciptakan hubungan dengan orang-orang lain.

3. Metode Community Organization and Community Developmnet (CO-CD)

merupakan metode dalam usaha kesejahteraan sosial yang menitikberatkan objek pembahasannya pada pemberian bantuan sosial bagi masyarakat. Fokus usaha tersebut dapat berupa lapangan-lapangan tertentu dalam bidang kesejahteraan sosial,


(45)

seperti aktifitas waktu luang, rekreasi dan daerah rukun tetangga desa, kota dan sebagainya (Muhidin, 1992: 10).

Dalam pelaksanaan pemberian pelayanan dan bimbingan, pekerja sosial yang merupakan pihak lembaga yang mempunyai tugas, fungsi dan dengan menggunakan metode sesuai dengan penjelasan diatas adalah berjumlah 4 orang, tetapi dalam pelaksanaan program keterampilan pertanian dilapangan, hanya ada 1 orang yang juga berperan sebagai instruktur pertanian di UPTD Pungai Sejahtera Binjai, dibantu dengan instruktur pertanian yang ada di Dinas Pertanian Kabupaten Langkat. Karena pihak lembaga tersebut sudah bersifat fungsional, yang telah memenuhi kriteria sebagai seorang pekerja sosial yang fungsional.

2.4 Program Keterampilan Pertanian

Pemberian keterampilan adalah usaha pengarahan pada penyesuaian diri, integritas pribadi dan pengembangan pribadi secara wajar dan bertanggung jawab, sedangkan pelayanan dan pembinaan keterampilan adalah pelayanan sosial dalam bidang peningkatan keterampilan, misalnya : bidang pertukangan, penjahitan, kerajinan tangan, peternakan dan pertanian (Suparlan, 1983: 91). Begitu juga dengan Program Keterampilan Pertanian adalah salah satu bentuk pelayanan dalam pembinaan untuk mengarahkan seseorang atau kelompok dengan tujuan untuk menambah dan meningkatkan keterampilan dalam bidang pertanian.

Program Keterampilan Pertanian merupakan salah satu program pembangunan pertanian yang berasal dari pemerintah, yang dalam hal ini adalah


(46)

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melalui UPTD Pungai Sejahtera Binjai sebagai Pelaksana. Dalam Program Keterampilan Pertanian ini selain harus mampu menguasai bagaimana cara menanam, memupuk, mengolah dan memanen, diharapkan juga para warga binaan sosial dapat mengikuti perkembangan alat dan mesin pertanian yang sudah modern dengan proses pengoperasiannya yang sedemikian teraturnya. Mesin-mesin pertanian harus dapat menggantikan pekerjaan tangan dengan standar hasil dan harus mendapatkan hasil maksimal yang dicapai dengan menggunakan tenaga manusia.

Program Keterampilan Pertanian adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk mengubah pengetahuan sikap dan keterampilan dalam bidang pertanian yang sasarannya adalah segenap warga binaan sosial yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Metode yang diterapkan dalam program keterampilan pertanian ini adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada warga binaan sosial untuk lebih giat dalam mempelajari dan menguasai keterampilan pertanian tersebut. Sedangkan pola komunikasi yang dikembangkan adalah komunikasi dua arah, yaitu melalui teori yang disampaikan secara lisan dan praktik secara langsung dilapangan serta dalam bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Program keterampilan pertanian ini harus mampu menumbuhkan cita-cita yang dilandasi untuk selalu berpikir kreatif dan dinamis yang mengacu pada kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi oleh para warga binaan sosial.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Program keterampilan pertanian adalah salah satu program keterampilan yang


(47)

gelandangan dan pengemis serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan, yang akan menjadi warga binaan sosial di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Program ini langsung didampingi oleh instruktur pertanian yang ada di UPTD Pungai Sejahtera. Selain itu, pemberian program keterampilan kepada para warga binaan sosial bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Langkat.

Program Keterampilan Pertanian ini terdiri dari beberapa varietas yaitu:

a. Keterampilan Pertanian Jagung, yang terdiri dari jagung yang diproduksi untuk makanan ternak dan jagung manis untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Keterampilan Pertanian Semangka.

c. Keterampilan Pertanian sayur mayur, seperti : bayam dan kangkung.

Sedangkan Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian di UPTD Pungai Sejahtera Binjai terdiri dari 2 tahap yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Awal

Pada tahap ini warga binaan sosial diberikan lahan binaan seluas 2 hektar. Disini mereka diberikan bimbingan awal dalam bidang pertanian, yang terdiri dari :

a. Memotong batang jagung sisa panen, dikarenan lahan pada tanaman jagung merupakan lahan pertanian yang paling luas yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Kemudian rumput dan sampah yang telah dibersihkan dibakar, tujuannya untuk membuka lahan baru untuk proses tanam selanjutnya. Dalam


(48)

kegiatan ini, warga binaan sosial diberikan upah layak sebesar Rp. 20.000,- per harinya dari pukul 09.00 – 16.00 WIB untuk memicu semangat mereka.

b. Melalui instruktur pertanian diberikan penjelasan dalam bentuk teori dan praktek mengenai tahap-tahap bagaimana cara mengolah lahan, menanam, mengurus tanaman, memupuk, membibit, sampai tahap memanen. Proses ini dapat berlangsung lama, karena para warga binaan sosial yang sebelumnya tidak mempunyai keterampilan dalam bidang pertanian harus benar-benar menguasainya.

c. Selain itu, diberikan bimbingan dalam keterampilan menggunakan alat-alat dan mesin pertanian. Tujuannya untuk mempermudah kinerja dari para warga binaan sosial dalam mengolah lahan mereka. Pada tahap ini diberikan juga penjelasan dalam menggunakan teknologi mesin pertanian, yang nantinya dapat berguna jika para warga binaan sosial membuka lahan di tengah-tengah masyarakat. Tetapi dalam proses ini, para warga binaan sosial yang baru saja mendapat keterampilan dibantu oleh warga binaan sosial yang telah mendapat keterampilan sebelumnya (UPTD Pungai Sejahtera Binjai, 2008).


(49)

2. Tahap Lanjut

Pada tahap ini warga binaan sosial yang telah mendapatkan keterampilan pada tahap awal yang dinyatakan telah lulus dan mampu dalam bidang pertanian, akan diberikan lahan seluas 14 hektar untuk diolah sebagaimana mestinya. Lahan tersebut harus mampu dipergunakan dalam mengolah tanaman jagung, semangka dan sayur-mayur. Pada tahap lanjut ini juga, para warga binaan sosial lebih mendapat pengawasan dari instruktur pertanian dari Dinas Pertanian Kabupaten Langkat.

Dalam lahan tersebut, para warga binaan sosial akan dituntut lebih kreatif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari varietas yang ditanamnya. Karena pada saat inilah para warga binaan sosial mendapatkan hasil tanaman yang akan dijual ke pasar ataupun perusahaan. Hasil tersebut akan menjadi simpanan para WBS untuk tabungan kedepan sebagai modal untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat (UPTD Pungai Sejahtera Binjai, 2009).

2.5 Kesejahteraan Sosial

Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu program yang terorganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan segala macam keterampilan ilmiah, merupakan suatu konsep yang relatif baru berkembang (Muhidin, 1992: 1). Di dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan kesejahteraan sosial adalah merupakan


(50)

tertentu saja. Kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam mengembangkan kepribadiannya secara sempurna (Suparlan, 1983: 53).

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu kondisi atau keadaan sejahtera, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya perbaikan-perbaikan penyakit-penyakit sosial tertentu saja. Kemudian pengertian tersebut disempurnakan menjadi suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka (Nurdin, 1989: 28).

Dalam UU No.11 Tahun 2009 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial Pasal 1, dijelaskan bahwa :

“Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual, dan sosial warga negara agar dapt hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya“.

Terdapat pula beberapa pengertian kesejahteraan sosial menurut para ahli, yaitu :

Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan (Friedlander dalam Rukninto, 1994: 5). Kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketenteraman dalam masyarakat (Wickenden


(51)

Melalui beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan pengertian kesejahteraan sosial adalah pemenuhan kebutuhan materil maupun spiritual yang meliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, program keterampilan pertanian yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai ini dapat dijadikan sebagai program kesejahteraan sosial bagi para gelandangan dan pengemis serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan, agar dapat berfungsi secara sosial sebagaimana mestinya. Dari defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu di bidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi maupun kehidupan spiritual.

2.6 Kerangka Pemikiran

Program rehabilitasi tuna sosial gelandangan dan pengemis, seperti yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai adalah merupakan program pembangunan bidang kesejahteraan sosial dan merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Berbagai upaya telah dilakukan instansi teknis bersama masyarakat melalui kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik dengan sistem penampungan


(52)

dalam panti maupun luar panti, namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal itu disebabkan beberapa faktor, antara lain; besarnya permasalahan gelandangan dan pengemis yang tidak seimbang dengan jangkauan pelayanan, keterbatasan SDM, dana, sarana dan prasarana. Selain itu, masyarakat masih simpati dengan memberikan sebagian rezekinya kepada mereka yang meminta-minta di persimpangan jalan dan di bawah lampu merah.

Menyikapi persoalan itu, Dinas Kesejahteraan dan Sosial Propinsi Sumatera Utara menetapkan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai sebagai salah satu lembaga pemerintah yang bertujuan untuk memberikan pelayanan, bimbingan dan rehabilitasi kepada para gelandangan dan pengemis agar mereka dapat memperoleh keterampilan yang nantinya dapat digunakan untuk kembali ketengah-tengah masyarakat.

UPTD Pungai Sejahtera Binjai telah menetapkan salah satu program yang dapat membantu para gelandangan dan pengemis serta orang-orang yang rentan terhadap masalah kemiskinan yang tidak memiliki keterampilan dan pendidikan sebelumnya. Program keterampilan pertanian ditetapkan sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang dan dianggap telah membuat suatu perubahan bagi para gelandangan dan pengemis sebagai warga binaan sosial untuk dapat lebih mandiri dan berfungsi secara sosial, sehingga dapat kembali ketengah-tengah masyarakat.

Program Keterampilan Pertanian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu : Tahap Awal, yaitu tahap dimana warga binaan sosial mendapat bimbingan awal yang berupa memotong batang jagung dan rumput yang ada disekitar lahan kemudian


(53)

Melalui instruktur pertanian diberikan penjelasan bagaimana cara mengolah lahan, menanam, mengurus tanaman, memupuk, membibit, sampai tahap memanen. Selain itu, diberikan bimbingan dalam keterampilan menggunakan alat-alat dan mesin pertanian. Setelah melalui tahap awal dengan hasil yang baik, maka para warga binaan sosial yang bisa mengikuti tahap berikutnya, yaitu Tahap Lanjut. Pada tahap ini para warga binaan sosial akan diberikan lahan seluas 14 hektar untuk diolah sebagaimana mestinya. Dalam lahan tersebut, para warga binaan sosial akan dituntut lebih kreatif untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari varietas yang ditanamnya.

Keberhasilan Program Keterampilan Pertanian oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera Binjai bagi warga binaan sosial dapat dilihat dari warga binaan sosial yang telah mandiri dan kembali ketengah-tengah masyarakat dengan menggunakan segala keterampilan yang telah diperoleh yaitu sebagai berikut :

1. Telah memiliki tabungan yang sebelumnya disimpan di Koperasi UPTD Pungai Sejahtera Binjai sebesar 5 juta - 10 juta rupiah dalam jangka waktu 2 tahun.

2. Memiliki keterampilan dalam bidang pertanian yang telah diperoleh selama berada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai, yaitu pada pertanian jagung, semangka, dan sayur mayur.

3. Mampu membuka lahan sendiri sebagai sistem sumber yang kemudian dikembangkan, yang bertujuan sebagai mata pencaharian mereka dikemudian hari.


(54)

4. Terpenuhinya kebutuhan dasar mereka sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan indikator tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian dapat dilihat dari 3 indikator yang sesuai untuk mencapai keberhasilan dalam pencapaian sasaran dan tujuaan program dengan teori efektifitas adalah sebagai berikut:

1. Kualitas, merupakan mutu dari pelaksanaan program keterampilan pertanian, yaitu tingkat keberhasilan program yang dilihat dari perubahan struktur kehidupan dan kebiasaan sehari-hari, berupa kegiatan yang dilakukan oleh warga binaan sosial. Selain itu, dapat dilihat juga dari tingkat keterampilan yang telah dikuasai oleh warga binaan sosial selama mengikuti program keterampilan pertanian tersebut.

2. Kuantitas, merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh oleh warga binaan sosial selama mengikuti program keterampilan pertanian. Jumlah pendapatan ini merupakan modal awal mereka untuk mandiri.

3. Waktu, yang merupakan ketepatan waktu para warga binaan sosial dalam melaksanakan program keterampilan pertanian tersebut. Dimana telah ditetapkan bahwa para warga binaan sosial akan dibina selama 2 tahun.


(55)

Bagan Alur Kerangka Pemikiran

Unit Pelaksana Teknis Dinas Pungai Sejahtera

Binjai

Warga Binaan Sosial Efektifitas Pelaksanaan Program :

1.Kualitas, yaitu tingkat keberhasilan program yang dilihat dari perubahan struktur kehidupan/ kebiasaan sehari-hari, tingkat keterampilan yang telah dikuasai oleh warga binaan sosial.

2.Kuantitas, yaitu jumlah pendapatan yang dapat diperoleh oleh warga binaan sosial selama mengikuti program keterampilan pertanian tersebut.

3.Waktu yaitu merupakan ketepatan waktu para warga binaan sosial dalam melaksanakan program keterampilan pertanian tersebut. dibina selama 2 tahun.

Program Keterampilan Pertanian : 1. Tahap Awal yaitu : memotong batang jagung, membakar rumput untuk membuka lahan baru, pemberian teori dan praktek dalam mengolah lahan, menanam, mengurus tanaman, memupuk, membibit sampai tahap memanen, dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat pertanian.

2.Tahap Lanjut yaitu : tahap dimana WBS dituntut untuk bekerja pada lahan sendiri untuk menghasilkan produksi yang terbaik.


(56)

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989: 32).

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal-hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009: 112).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, terlihat bahwa faktor kemiskinan yang membuat para warga binaan sosial tersebut sebelumnya menjadi gelandangan dan pengemis. Apalagi dengan tidak memiliki keterampilan dan pendidikan yang membuat warga binaan sosial dapat hidup lebih baik lagi. Oleh sebab itu, ketika memulai kehidupan sebagai warga binaan sosial yang akan memperoleh bimbingan dan keterampilan, para eks gepeng sangat sulit untuk mengikuti setiap program yang diberikan. Hal itu dikarenakan para gelandangan dan pengemis tersebut sebelumnya tidak memiliki keterampilan, pengetahuan dan


(57)

keterampilan yang diberikan, warga binaan sosial akan sulit menerimanya. Diharapkan UPTD Pungai Sejahtera Binjai dan semua para pekerja sosial yang fungsional termasuk instruktur pertanian dan Dinas Pertanian Kabupaten Langkat mampu sebagai alat motivator bagi para warga binaan sosial untuk membantu mereka dalam mengubah kebiasaan dan struktur kehidupan sebagaimana mestinya dan akan lebih efektif.

Kerangka Konsep Penelitian :

1. Warga Binaan Sosial yang terdiri dari :

1.1 Gelandangan

Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak layak, tempat tinggal berpindah-pindah dan tidak mempunyai mata pencaharian tetap. Gelandangan adalah orang-orang yang relatif tidak mempunyai pekerjaan dan tempat tinggal tertentu menurut ketentuan-ketentuan umum (Suparlan, 1983: 37). Pengertian gelandangan menurut Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah orang yang hidup tidak sesuai norma masyarakat, tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan tetap. Ciri-cirinya antara lain :

a. Hidup menggelandang ditempat-tempat umum terutama di kota-kota.

b. Tempat tinggalnya tidak tetap, digubug liar, emperan toko, di bawah jembatan dan sejenisnya.


(58)

d. Miskin (Dinas Kesejahteraan dan Sosial, 2007).

1.2 Pengemis

Pengemis adalah seseorang yang meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain dengan mendapatkan uang ataupun barang. Pengemis adalah orang-orang yang hidupnya tergantung kepada pemberian atau belas kasihan orang lain (Suparlan, 1983: 105). Sedangkan menurut Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, pengemis adalah orang yang mendapat penghasilan dengan cara meminta-minta di tempat umum dan mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Ciri-cirinya antara lain :

a. Meminta-minta di rumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan (lampu lalu lintas), pasar, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya.

b. Pada umumnya bertingkah laku agar mendapatkan belas kasihan, berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan ayat-ayat suci, sumbangan untuk organisasi tertentu.

c. Anak sampai usia dewasa (laki-laki atau perempuan) yang berusia 18-59 tahun (Dinas Kesejahteraan dan Sosial, 2007).


(59)

2. Efektifitas Pelaksanaan Program

Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, dikatakan bahwa Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, maka dalam Program Keterampilan Pertanian ini, efektiftasnya dapat dilihat dari 3 aspek yaitu :

1. Kualitas, yaitu tingkat keberhasilan program yang dilihat dari perubahan struktur kehidupan dan kebiasaan sehari-hari, serta tingkat keterampilan yang telah dikuasai oleh warga binaan sosial.

2. Kuantitas, yaitu jumlah pendapatan yang dapat diperoleh oleh warga binaan sosial selama mengikuti program keterampilan pertanian tersebut.

3. Waktu yaitu merupakan ketepatan para warga binaan sosial dalam melaksanakan program keterampilan pertanian tersebut. dibina selama 2 tahun.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai definisi konsep untuk melihat efektifitas pelaksanaan program keterampilan pertanian bagi warga binaan sosial dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan


(60)

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan yaitu dari tingkat kualitas, kuantitas dan waktu.

2. Pelaksanaan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan atau digariskan dalam keputusan kebijakan (Jones, 1994 : 35).

3. Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Dengan program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan.

4. Program keterampilan pertanian adalah salah satu program keterampilan yang menjadi program sasaran kemandirian sosial yang ditujukan bagi para gelandangan dan pengemis yang menjadi warga binaan sosial di UPTD Pungai Sejahtera Binjai.

5. Pekerja sosial adalah keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.

6. Kesejahteraan sosial adalah keadaan yang sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang menyangkut keseluruhan syarat yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam mengembangkan kepribadiannya secara sempurna.


(61)

2.7.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang

memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 33). Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain.

Dalam penelitian ini, efektifitas program keterampilan pertanian bagi para gelandangan dan pengemis dapat diukur dari indikator sebagai berikut :

1. Program Keterampilan Pertanian yang merupakan program dari UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dalam bentuk bimbingan dan rehabilitasi kepada para gelandangan dan pengemis dan orang-orang yang sangat rentan dengan kemiskinan serta tidak mempunyai keterampilan dan pendidikan, sehingga pada akhirnya mereka dapat berfungsi secara sosial dan dapat mendiri untuk kembali ketengah-tengah masyarakat.

2. Efektifitas Pelaksanaan Program Keterampilan Pertanian dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu sebagai berikut :


(62)

2.1 Tingkat kualitas program terdiri dari :

a. Perubahan struktur kehidupan dan kebiasaan sehari-hari, yaitu bagaimana para warga binaan sosial dapat lebih giat dalam melaksanakan program keterampilan pertanian ini setiap harinya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

a.1 Efektif, jika para warga binaan sosial melakukan kegiatan ini dilakukan setiap hari sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh UPTD Pungai Sejahtera Binjai.

a.2 Tidak efektif, jika para warga binaan sosial malas untuk melakukan kegiatan program keterampilan pertanian ini setiap harinya.

b. Keterampilan yang dimiliki dan dikuasai, yaitu bagaimana para warga binaan sosial menjadi berbakat atau tidak berbakat dalam bidang pertanian.

b.1 Berbakat ( efektif ) :

b.1.1 Berhasil melalui tahap awal dalam lahan binaan dan kemudian melanjutkan program ke tahap lanjut pada lahan warga binaan sosial.


(1)

Suhertini mendapat Keterampilan Pertanian dengan varietas jagung dengan produksi jagung manis untuk dikonsumsi dan jagung untuk makanan ternak dengan luas lahan 10 rante. Dengan dibantu oleh anaknya, Suhertini mampu mengolah lahannya sendiri.

Instruktur Pertanian setiap hari mendampingi Suhertini dalam mengolah lahannya. Pada pukul 09.00 WIB Suhertini sudah memulai kegiatan pertaniannya. Dari tahap awal sampai tahap panen, Suhertini mampu menguasai tahap-tahap tersebut dalam jangka waktu yang cukup singkat dan dibantu oleh Pak Stel Barus melalui teori dan praktek.

Melalui wawancara yang dilakukan dengan ibu Suhertini, beliau mengatakan bahwa dengan adanya Program Keterampilan Pertanian, terdapat perubahan dan manfaat bagi kehidupan keluarganya. Begitu pula dengan hasil yang telah didapatkan oleh Ibu Suhertini, selama 3 tahun tinggal di UPTD Pungai Sejahtera Binjai, Ibu Suhertini sudah menghasilkan Rp.10.000.000,-. Oleh sebab itu, beberapa bulan kedepan Ibu Suhertini akan keluar dari UPTD Pungai Sejahtera Binjai dan kembali ketengah-tengah masyarakat.


(2)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data, maka dapat disimpulkan :

1. Program Keterampilan Pertanian adalah salah satu program yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai yang ditujukan bagi warga binaan sosial eks gelandangan pengemis dan orang-orang yang rentan terhadap kemiskinan. Responden yang mengikuti program ini berjumlah 38 orang, dengan kategori bahwa responden yang mengikuti program ini adalah orang-orang yang telah memenuhi syarat dari instruktur pertanian untuk mengikuti bentuk-bentuk keterampilan pertanian. Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh bahwa Program Keterampilan Pertanian telah efektif, yang dapat dilihat dari : tingkat kualitas program yaitu para warga binaan sosial yang mengikuti program ini mengalami perubahan dalam kehidupan mereka sehari-hari, penguasaan dari tahap awal sampai pada tahap lanjut khususnya 5 tahap penting pertanian, serta bagaimana responden menguasai alat-alat pertanian dan mesin-mesin pertanian yang dapat membantu proses pertanian yang mereka lakukan. Begitu juga dengan tingkat kuantitas program yaitu dilihat dari modal yang mereka perlukan dan hasil penjualan yang mereka dapatkan. Serta tingkat waktu program yang


(3)

sebagian besar responden mampu menguasai Program Keterampilan Pertanian selama 2 tahun, bahkan ada pula responden yang mampu menguasainya dalam waktu kurang dari 2 tahun.

2. Program Keterampilan Pertanian yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai telah berdampak positif bagi warga binaan sosial yang mengikuti program ini. Hal itu dapat terlihat dari beberapa hal, yaitu : perubahan sikap dan perilaku warga binaan sosial, keterampilan dalam bidang pertanian yang mereka miliki, serta simpanan berupa tabungan yang dimiliki sebagai modal untuk kembali kemasyarakat.


(4)

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka yang menjadi saran penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Disarankan kepada Pimpinan UPTD Pungai Sejahtera Binjai agar menambahkan beberapa orang yang berkompeten dalam bidang pertanian yang akan membantu instruktur pertanian dalam memberikan penjelasan keterampilan pertanian kepada warga binaan sosial.

2. Disarankan kepada instruktur pertanian agar menambahkan beberapa varietas-varietas pertanian, karena lahan yang ada di UPTD Pungai Sejahtera Binjai sangat luas dan sangat cocok untuk pertanian lainnya.

3. Disarankan agar pihak koperasi lebih mengkoordinir mengenai penyimpanan dari hasil pendapatan panen warga binaan sosial, sehingga warga binaan sosial tidak terus-menerus menggunakan hasil penjualannya dengan hal-hal lain. Sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi mereka ketika ingin memulai usaha baru di masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Cambel, J P. 1989. Riset Dalam Efektifitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga.

Cunningham, J. Barton. 1978. Suatu SumberPendekatan Sumber Daya Dalam Evaluasi dan Keefektifitasan Organisasi. Human Relations.

Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. 2007. Kondisi dan Permasalahan Sosial Gelandangan dan Pengemis di Provinsi Sumatera Utara.

Jones, Charles. 1994. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Muhidin, Syarif. Pengantar Kesejahteraan Sosial. 1992. STKS Press:Bandung. Nawawi, Hadari. 1998. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM

Press.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurdin, M Fadhi. 1989. Pengantar Studi Kesejhateraan Sosial. Bandung : Angkasa.

Rukminto, Isbandi. 1994. Psikologi, Pekerja Sosial, dan Ilmu Kesejahteraan Sosial Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung; PT. Refika Aditama. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Steers, M. Richard. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Suparlan, Y.B. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka pengarang.

Susantyo, Badrun. 2008. Community Development Dalam Praktik Pekerja Sosial. Bandung: STKS Press.

UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Laporan Tahunan Anggaran 2006. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Laporan Tahunan Anggaran 2007. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.


(6)

UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Laporan Tahunan Anggaran 2008. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

UPTD Pungai Sejahtera Binjai. Laporan Tahunan Anggaran 2009. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Waseso, Mulyadi Guntur. 1984. Penelitian Untuk Mengevaluasi Efektifitas Program-Program Kemasyarakatan. Surabaya: Usaha Nasional. Sumber lain :

(http://id.wikipedia.org/wiki/kemiskinan/ diakses tanggal 20 September 2009 pukul 15.32WIB).

(http://bps.go.id/files/berita resmi statistik/No.43/07Th.XII.01 juli2009, pdf/ diakses tanggal 21 September 2009 pukul 11.36 WIB).

(http://timkoordinasipenanggulangankemiskinan/profilkemiskinandiIndonesiaMar et2009/13juli2009/ diakses tanggal 21 September 2009 pukul 11.36).

(http://www.indovop.org.memahami masalah kemiskinan Indonesia/08 januari 2009/ diakses tanggal 21/ September 2009 pukul 11.52 WIB).

(http://schoolofuniverse.kemiskinanIndonesiagakmungkindihapuskan/ diakses tanggal 21 September 2009 pukul 12.29 WIB).

(http://infoIndonesia/beberapalangkahmengurangikemiskinan/15/01/08/ diakses tanggal 21 Sepetember 2009 pukul 12.42 WIB).

(http://yayasan-kksp.blogspot.com/2008/04/gepeng-anjal-95791-orang-di-sumut/ diakses tanggal 15 Oktober 2009 pukul 10.30 WIB).

(http://www.pemkomedan.go.id/news-detailphp218-2468/ diakses tanggal 20 Oktober 2009 pukul 11.05 WIB).

(http://blog.wordPress.com/defenisi dan pengertian efektifitas/28 Maret/2009/ diakses tanggal 21 Oktober 2009 pukul 12.33 WIB)

(http://othenkplanet/pengertian tentangefektifitas/13 november2008/ diakses tanggal 20 Oktober 2009 pukul 11.00 WIB).


Dokumen yang terkait

Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pematang Siantar

4 96 133

Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services (Pelayanan Harian Lanjut Usia) Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan

4 94 116

Respon Warga Binaan Terhadap Program Kesejahteraan Di Hari Tua Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Dharma Asih Binjai

0 26 98

Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

0 33 120

Peranan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Uptd) Balai Pungai Sejahtera Binjai Dalam Meningkatkan Fungsi Sosial Keluarga Warga Binaan

1 71 120

EVALUASI HASIL PROGRAM BIMBINGAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BAGI BEKAS WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN (BWBP) OLEH DINAS SOSIAL KABUPATEN JEMBER

0 3 5

TANGGAPAAN WARGA BINAAN TERHADAP GAYA PACARAN MASA SEKARANG (STUDI PADA WARGA BINAAN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL ANAK REMAJA JL. INDUSTRI-TANJUNG MORAWA).

1 2 27

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 23

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

0 0 2

Efektivitas Pelaksanaan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Latihan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Dairi

4 11 18