Prosedur Penagihan Pajak Penagihan Pajak .1 Pengertian Penagihan Pajak

Adapun pendapat lain menurut Rusjdi 2007:33 Surat Paksa sebagai berikut : “Perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Berdasarkan pengertian diatas bahwa surat paksa diterbitkan karena penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya dan kepadanya telah dikeluarkan surat teguran. Menurut Mardiasmo 2009:121 mepaparkan bahwa Surat paksa diterbitkan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : “1. Penanggung pajak tidak dilunasi uatng pajak dan kepadanya diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. 2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus atau. 3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak ”. 4. Penyitaan Menurut Mardiasmo 2009:122 mendefinisikan Penyitaan sebagai berikut: “Tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan ”. Berdasarkan pengertian diatas bahwa penyitaan merupakan tindakan untuk menguasai barang penanggung pajak yang digunakan sebagai jaminan untuk melunasi utang pajaknya. 5. Lelang Menurut Mardiasmo 2009:124 mendefinisikan Lelang sebagai berikut : “Setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli ”. Berdasarkan pengertian tersebut bahwa lelang merupakan usaha untuk melakukan penjualan barang hasil sita dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon pembeli. Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran sampai dengan pelaksanaan lelang, dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Jangka Waktu Penagihan No Tindakan Penagihan Waktu Penelitian Implikasi 1 Surat Teguran 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran seperti tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, atau STP telah lewat Diberikan jangka waktu 21 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya 2 Surat Paksa 21 hari sejak penerbitan surat teguran telah lewat Diberikan jangka waktu 2 x 24 jam kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajak dan biaya penagihan 3 Surat Perintah Melaksanakan penyitaan 2 x 24 jam sejak penerbitan surat teguran telah lewat Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan 4 Pengumuman Lelang 14 hari sejak penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan telah lewat Diberikan jangka waktu 14 hari kepada wajib pajak untuk segera melunasi utang pajaknya dan biaya penagihan 5 Lelang 14 hari sejak penerbitan pengumuman lelang telah lewat Pejabat dapat segera menggunakan, menjual, dan memindahkanbukukan barang-barang wajib pajak yang disita sebagai pelunasan biaya penagihan dan utang pajak Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan

2.1.1.4 Indikator Penagihan Pajak

Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu 2006:173 menyatakan bahwa : “Surat Tagihan Pajak adalah untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda”. 2.1.2 Kepatuhan Wajib Pajak 2.1.2.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Siti Kurnia, 2010:138 Menurut Norman D Nowak 2007:31 dikutip oleh Mohammad Zain Kepatuhan Wajib Pajak sebagai berikut : “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan perundang-undangan perpajakan, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, mengitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, dan membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”. Kepatuhan Wajib Pajak menurut Safri Nurmantu yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu 2010:138 sebagai berikut : “Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”. Menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu 2006:110 mendefinisikan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai berikut : “Rasa bersalah dan rasa malu, persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah ”. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang sadar pajak, paham hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak, yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hak perpajakannya.

2.1.2.2 Macam-macam Kepatuhan

Menurut Siti Kurnia Rahayu 2010:138 kepatuhan terbagi menjadi dua macam kepatuhan sebagai berikut : 1. Kepatuhan Formal Kepatuhan Formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan 2. Kepatuhan Material Kepatuhan Material adalah suatu keadaan dimana Wajib pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.

2.1.2.3 Kriteria Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Erly Suandy 2001:103 ukuran kepatuhan wajib pajak itu sendiri sebagai berikut : 1. Patuh terhadap kewajiban intern, yakni dalam pembayaran atau laporan masa, SPT masa, SPT PPN setiap Bulan. 2. Patuh terhadap ketentuan material, yakni norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak, siapa yang dikenakan pajak dasar pengenaan pajak, hapusnya piutang pajak. 3. Patuh terhadap ketentuan yuridis formal, yakni saat dan tempat terutangnya pajak, hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak, menyelnggarakan pembukuan sebagaimana mestinya. Kemudian merujuk pada kriteria Wajib Pajak Patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544KMK.042000, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah : 1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir. 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak. 3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. 4. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5. 5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit ileh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.