H berharap untuk pemilihan legislatif 5 tahun mendatang perlu adanya kerjasama dari berbagai elemen guna melakukan pengamanan atau penyelamatan suara.
Pengamanan atau penyelamatan harus dilakukan ketika kotak suara di TPS hingga di KPU. Dengan demikian, suara masyarakat yang telah mendukung caleg
tertentu tidak mengalami perubahan. Untuk itu, para petugas diharapkan dapat bekerja secara lebih profesional dan konsisten.
B. Analisis Penelitian
1. Caleg Perempuan Sebagai Pemersatu Kaum Perempuan Feminis
Jumlah perempuan yang terjun dalam ranah publik atau politik memang masih sangat minim. Akan tetapi secara aplikasi masyarakat sangat membutuhkan
perempuan dalam mengambil kebijakan penting. Kebijakan yang diambil tersebut akan membentuk suatu keseimbangan fungsi dan peran dari berbagai aspek
kepentingan-kepentingan yang ada di dalam institusi, terutama kepentingan kaum perempuan. Hal ini senada dengan pernyatan H bahwa pada dasarnya masyarakat
senang ketika terdapat perempuan yang terjun berpolitik atau menjadi caleg, karena akan mewakili eksistensi perempuan itu sendiri.
Keterlibatan perempuan di bidang politik akan menjadi penyeimbang pembentukan kebijakan pemerintah. Kebijakan-kebijakan tersebut akan memberi
ruang positif bagi pemerataan kehidupan masyarakat yang beradab, adil dan makmur tanpa membedakan SARA. Hal ini senada dengan pernyataan Ritzer
2007: 455 berikut ini:
Riset Feminis menunjukkan bahwa perempuan dan kelompok nondominan lainnya tidak mengalami kehidupan sosial sebagai gerakan
diantara peran-peran yang terpisah. Sebaliknya, mereka terlibat dalam menyeimbangkan
peran, sebuah
penggabungan orientasi
dan kepentingan yang berkaitan dengan peran dan melalui penggabungan
ini, mereka terlibat dalam mengaitkan institusi-institusi sosial Ritzer 2007:455.
Lovenduski 2008: 106 mengungkapkan bahwa kaum perempuan dibedakan atas penggunaan dua strategi utama, strategi dari dalam internal strategy dan strategi
dari luar external strategy. Strategi dari dalam internal strategy berjalan baik ketika gerakan kaum perempuan yang otonom berada di sistem dan aktif
memahami permasalahannya. Kaum perempuan feminis mengambil strategi- strategi institusional, bekerja di dalam partai-partai dan menerima peraturan-
peraturan permainan yang ada. Strategi dari luar external strategy merupakan penerapan strategi yang digunakan untuk meningkatkan perwakilan politik
perempuan.
Caleg perempuan dapat memanfaatkan persamaan gendernya guna menarik simpati kaum perempun itu sendiri, seperti yang dikemukakan informan H. Ketika
caleg perempuan mampu melakukan pendekatan persuasif yang baik, maka atas nama persamaan gender, kaum perempuan tentu akan membantu pencalonannya
tersebut. Strategi ini dilakukan oleh seluruh caleg perempuan yang menjadi informan.
Dukungan masyarakat atas keberadaan perempuan sebagai bagian terpenting dalam mengambil kebijakan terlihat dari jumlah perolehan suara perempuan. B
dan D menjadi kandidat terpilih sebagai anggota legislatif di Kabupaten Lampung Selatan dari Dapil 6 Kecamatan Natar. Mengalahkan rekan-rekan sejawatnya dari
satu partai yang didominasi laki-laki. Informan E, F, G dan H memang tidak terpilih sebagai anggota legislatif. Akan tetapi, sebagai caleg perempuan suara
politik mereka secara perorangan sangat membanggakan. E mampu mengalahkan para caleg laki-laki dan menduduki urutan suara terbanyak ke-4 empat. Suara
politik F hanya berbeda tipis dengan D, suara F 896 dan suara D 911, keduanya terpaud 15 suara. Suara politik G sebanyak 250, cukup besar untuk seorang caleg
yang tidak begitu berambisi untuk menjadi anggota legislatif. Sedangkan suara H sebanyak 950, hanya saja suara partai dan suara rekan sejawatnya yang tidak bisa
bergerak secara maksimal.
2. Peran Partai Politik Dalam Membantu Pembentukan Dan Penerapan