seperti kumpulan-kumpulan sanjak Taufiq Ismail Tirani, Benteng, kumpulan sanjak-sanjak W. Situmeang Kebangkitan, dan lain-lain. KBI dalam Keraf,
1980: 95.
7. Paragraf Contoh
Kalimat topik dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh sehingga kalimat topik menjadi jelas pengertiannya. Paragraf yang terbentuk dengan
cara ini disebut dengan paragraf contoh.
Contoh: Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Misalnya, kita ingin menilai
keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil: maju, mundur, belok, kencang, lambat, dan seterusnya. Contoh lain, menilai kecakapan memotong
rambut seseorang, lalu diamati bagaimana caranya memegang gunting, sisir, caranya memotong rambut, menyisirnya dan lain-lain. Selanjutnya, bila ingin
mengukur kemampuan menembak bola dari seorang pemain, maka orang tersebut diberikan kesempatan untuk menembakkan bola ke gawang dari
berbagai posisi.
8. Paragraf Perulangan
Kalimat topik dapat pula dikembangkan dengan bagian pengulangan katakelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting. Paragraf yang
terbentuk dengan cara ini disebut paragraf perulangan. Contoh:
Ada kaitan yang erat antara makan, hidup, dan berpikir pada manusia. Setiap manusia perlu makan, makan untuk hidup. Namun, hidup tidak hanya untuk
makan. Hidup manusia mempunyai tujuan tertentu. Tujuan hidup dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi ada pesamaannya, yakni,
salah satu diantaranya melangsukan keturunan. Keturunan sebagai penerus generasi bangsa, generasi yang lebih baik dan tangguh. Tangguh menghadapi
segala rintangan dan tantangan. Rintangan dan tantangan membuat manusia berpikir. Berpikir bukan sembarang berpikir tetapi, berpikir jernih untuk
memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan.
9. Paragraf Definisi
Suatu pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat maknanya ditangkap oleh
pembaca. Alat untuk memperjernih pengertian tersebut ialah serangkaian kalimat pengembang. Paragraf yang tersusun dengan cara ini disebut paragraf
definisi. Contoh:
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau gegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau
pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang membaca nyaring pertama-tama
haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Dia juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan penafsiran
atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup. Membaca nyaring
yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan
untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Dia juga harus dapat mengelompokan kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para
pendengar. Dengan kata lain, dia harus mempergunakan segala keterampilan yang telah dipelajari pada membaca dalam hati sebagai tambahan bagi
keterampilan lisan untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan pada orang lain.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang sesuai dengan tujuan penelitian, yakni untuk mendiskripsikan kemampuan menemukan
ide pokok paragraf pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pringsewu tahun pelajaran 20132014.
3.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Pringsewu tahun pelajaran 20132014 yang berjumlah 287 siswa yang tersebar dalam sembilan
kelas.
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMA Negeri Pringsewu Tahun Pelajaran 20132014
Kelas L
P Jumlah
X 1 14
18 32
X 2 12
20 32
X 3 13
18 31
X 4 15
17 32
X 5 12
20 32
X 6 13
19 32
X 7 13
19 32
X 8 9
23 32
X 9 13
19 32
114 173
287
3.3 Sampel
Dalam menentukan jumlah sampel, penulis berpedoman pada pendapat Sugiyono 2011: 118 yang menyatakan bahwa bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik sampling sistematis yaitu teknik pengambilan
sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu
diberi nomor urut, yaitu 1 sampai dengan 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan
tertentu. Dalam hal ini pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan memilih kelipatan dari bilangan tujuh, dan pengambilan sampel akan dilakukan berdasarkan nomor urut daftar hadir siswa. Maka yang diambil
sebagai sampel pada setiap kelas adalah siswa yang mempunyai nomor daftar hadir 1, 7, 14, 21, dan 28.
Tabel 3.2 Jumlah dan Sampel Penelitian Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf Kelas X SMA Negeri 2 Pringsewu
Tahun Pelajaran 20132014 Kelas
Jumlah Siswa
Nomor Kelipatan
Jumlah Sampel
X1 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X2 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X3 31
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X4 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X5 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X6 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X7 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X8 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
X9 32
1, 7, 14, 21, dan 28 5
Jumlah 287
45
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah teknik tes objektif. Teknik ini digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam menemukan ide
pokok paragraf. Siswa diberi soal berjumlah 40 soal dengan alokasi waktu 2x45 menit, yang terdiri atas soal di awal paragraf berjumlah 10 soal, di tengah
paragraf berjumlah 7 soal, di akhir paragraf berjumlah 11 soal, di awal dan akhir berjumlah 6 soal, di seluruh paragraf berjumlah 6 soal. Soal untuk ide pokok di
awal paragraf dan di akhir paragraf lebih banyak dari yang lain karena ide pokok di awal paragraf dan di akhir paragraf lebih sering digunakan pengarang dan
ditemukan oleh pembaca dibandingkan dengan ide pokok yang lain. Pelaksanan tes dilakukan dengan menyebarkan instrumen tes kepada siswa.
Adapun langkah-langkah dalam mengerjakan soal sebagai berikut. 1.
Soal tes dikerjakan secara individu. 2.
Waktu yang disediakan adalah dua jam pelajaran 2x45 menit. 3.
Tugas dikerjakan pada kertas yang telah disediakan.
Tabel 3.3 Rincian Instrumen Soal Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun
Pelajaran 20132014
No. Indikator
Nomor Soal Jumlah Soal
1 Ide pokok di awal
paragraf 8, 11, 12, 13, 15, 17, 24, 26,
32, 34 10
2 Ide pokok di tengah
paragraf 3, 5, 6, 20, 21, 27, 31
7 3
Ide pokok di akhir 4, 9, 18, 19, 23, 28, 29, 30,
11
paragraf 33, 37, 40
4 Ide pokok di awal dan
akhir paragraf 1, 7, 25, 35, 38, 39
6 5
Ide pokok di seluruh paragraf
2, 10, 14, 16, 22, 36 6
Jumlah 40 Soal
Instrumen telah diujucobakan pada tanggal 12 November 2013 kepada 27 siswa,
dan dari ujicoba tersebut diperoleh data sebagai berikut. Kriteria tingkat kesukaran ≤ 0,24 tergolong sukar berjumlah 15 soal 37,5, tingkat kesukaran 0,25‒ 0,75
tergolong sedang berjumlah 20 soal 50, dan tingkat kesukaran ≥ 0,76 tergolong mudah berjumlah 5 soal 12,5. Sedangkan kriteria daya pembeda
≤ 0,19 harus diganti berjumlah 4 soal, criteria daya pembeda ≥ 0,40 digunakan
berjumlah 33 soal. Diketahui besar reabilitas tes adalah 1,039. Skor r
tt
melebihi skor taraf signifikan 1 yaitu 0,403, jadi dapat disimpulkan bahwa instrument layak digunakan
sebagai instrument pengumpul data penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh secara lengkap, data tersebut akan dianalisis dengan cara: 1.
membaca setiap jawaban yang dibuat siswa; 2.
mengoreksi hasil tes siswa; 3.
memberi skor pada hasil tes siswa; 4.
menghitung skor yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut
NS = Jumlah jawaban yang benar x 100
Jumlah soal
Tabel 3.4 Indikator Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pringsewu
Tahun Pelajaran 20132014
No Indikator
Jumlah Soal
Deskriptor Skor Per
Butir Skor
Maksimal
1 Ide pokok di awal
paragraf 10
Jika jawaban mengenai ide
pokok di awal paragraf yang
dipilih benar 1
10
2 Ide pokok di
tengah paragraf 7
Jika jawaban mengenai ide
pokok di tengah paragraf yang
dipilih benar 1
7
3 Ide pokok di akhir
paragraf 11
Jika jawaban mengenai ide
pokok di akhir paragraf yang
dipilih benar 1
11
4 Ide pokok di awal
dan di akhir paragraf
6 Jika jawaban
mengenai ide pokok di awal
dan di akhir paragraf yang
dipilih benar 1
6
5 Ide pokok di
seluruh paragraf 6
Jika jawaban mengenai ide
pokok di seluruh paragraf yang
dipilih benar 1
6
Jumlah 40
100
Tabel 3.5 Tolok Ukur Penilaian Kelas Interval
Keterangan
85 ‒ 100
Baik Sekali 69
‒ 84 Baik
57 ‒ 68
Cukup 44
‒ 56 Kurang
≤40 Gagal
Nurgiantoro, 2001: 281