PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS

WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh YUNIAR

Latar Belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menemukan gagasan utama wacana. Tujuan penelitian dari tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama dalam wacana.

Penelitian ini adalah peneletian tindakan kelas, yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan observasi dan refleksi dilaksanakan dua siklus. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar.

Hasil dari penelitian menunjukkan dalam peningkatan kemampuan menemukan gagasan, siklus I rata-rata 65,43 meningkat pada sukus II rata-rata 84,29. Kata kunci: Menemukan gagasan, teknik diskusi.


(2)

(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS

WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Oleh

YUNIAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 21


(7)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ……...xv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Rumusan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Proses blajaran ... 6

2.2. Aktivitas Belajar ... 7

2.3. Pembelajaran Bahasa ... 8

2.4. Konsep Dasar Kemampuan Membaca ... 8

2.5 Wacana ... 10

2.6. Kemampuan Menemukan Ide ... 12

2.7. Konsep Dasar Diskusi ... 13

2.8. Macam-macam Diskusi ... 15

2.9. Langkah-langkah Diskusi ... 15

2.10 Kelebihan dan keterbatasan Diskusi ... 17

2.11 Hipotesis Tindakan ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 21

3.2. SetingPenelitian ... 22

3.3. Subjek Penelitian ... 23

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5. Teknik Analilsis Data... 23

3.6. RencanaPenelitian Tindakan Kelas ... 26

3.7. Pengumpulan Data ... 33

3.8. Teknik Analilsis Data... 33

3.9. Indikator ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 36

4.2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 37


(8)

xiii BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 61 5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA


(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran :

1. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dekan FKIP Unila ……….. 65

2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Sekolah …. 66 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 67

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 70

5. Lembar Kerja Siswa Siklus I ……….. 73

6. Lembar Kerja Siswa Siklus II ……….. 74

7. Soal Tes ……… 75

8. Lembar Kerja Siswa ……… 77

9. Lomba Menulis Cerita ………. 78

10. Soal Tes ………. 79

11. Aktivitas Siswa Siklus I ……… 81

12. Aktivitas Siswa Siklus I ……… 83

13. Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ……….. 85

14. Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ………. 87

15. Nilai Siswa Siklus I ……….. 89

16. Aktivitas Siswa Siklus II ……….. 90

17. Aktivitas Siswa Siklus II ……… 92

18. Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ……….... 94

19. Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II ……….. 96


(10)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

3.1 Instrumen data Observasi sikap demokrasi siswa dalam pembelajaran …… 24

3.2 Lembar Data Observasi Kegiatan Guru Dalam Pembelajaran ... 24

3.3 Tulok Ukur Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Wacana ... 35

3.4 Indikator Menemukan Gagasan Utama Wacana …………... 35

4.1 Rekapitulasi Karya Dalam Penemuan Gagasan Siswa ... 39

4.2 Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 ………... 40

4.3 Rekapitulasi Karya Dalam Penemuan Gagasan Siswa Siklus I Pertemuan 2 ………... 41

4.4 Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 ………... 42

4.5 Frekwensi Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siklus I …... 43

4.6 Rekapitulasi Karya Dalam Penemuan Gagasan Siswa Siklus I ... 50

4.7 Rekapitulasi Karya Dalam Penemuan Gagasan Siswa Siklus II ... 51

4.8 Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ………... 52

4.9 Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ……….... 53

4.10 Frekuensi Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Siklus I …... 55


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul ” Peningkatan Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Dengan Teknik Diskusi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung tahun 2011-2012” ini momen dapat diselesaikan tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan studi di FKIP Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd Ketua Program Studi S1 PGSD yang telah memberi kesempatan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd. dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan telah bersedia meluangkan waktu serta mencurahkan pikirannya dalam membimbing penulis selama menyusun tugas akhir ini.

5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd, dosen Pembahas yang telah banyak memberikan masukan, arahan dan pembahasan pada tugas akhir ini.


(12)

xi

5. Bapak A. Kholid, S.Pd. Kepala SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung, yang telah bersedia memberikan waktu serta izin dalam penyelesaian Skripsi ini.

6. Dewan Guru SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung yang telah memberikan banyak bantuaan dan dorongan kepada penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan motivasi dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Alloh SWT senantiasa membalas kebaikan mereka dan kiranya skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Wasssalmkum wrh wbr.

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis

Yuniar


(13)

viii

MOTO

Sesungguhnya Allah Tidak Merubah

Sesuatu Kaum Sehingga Mereka Merubah

Keadaan Yang Ada pada Diri Mereka

Sendiri”.


(14)

(15)

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhanaku ini, kepada :

1. Kedua orang tuaku, yang selalu mendoakan dan memberi nasehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Suamiku yang tercinta yang selalu menyayangi dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu berdoa demi keberhasilan penulis.

3. Anak-anaku tersayang yang selalu sabar dan penuh rasa cinta selalu mendo’akan serta menyemangati penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(16)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yuniar lahir di Tanjung Karang 15 Oktober 1962, sebagai anak pertama dari Tiga bersaudara pasangan bapak Kifli DP (Alm) dan ibu Aisyah . Pendidikan yang pernah penulis tempuh yaitu :

1. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 23 Tanjung Karang Tahun 1975 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Tanjung Karang

Tahun 1979

3. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) diselesaikan di SPGN 1 Tanjung Karang 4. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program S1 PGSD dalam jabatan.

Penulis diterima sebagai PNS pada tahun 1983 dan mengajar di SDN Bakung Kecamatan Teluk Betung Barat.

Pada tahun 2000 pindah mengajar ke SDN Perumnas Way Kandis Kecamatan Tanjung Seneng, Bandar Lampung sampai dengan sekarang.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tarigan (2008:1) mengemukakan bahwa bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.

Belajar bahasa berfungsi untuk mencapai keterampilan seseorang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu (a) keterampilan menyimak, (b) berbicara, (c) membaca, dan (d) menulis. Dilihat dari urutan pemerolehannya keterampilan membaca diperoleh pada urutan ketiga, hal ini menunjukkan bahwa membaca tidaklah mudah. Untuk itu pembelajaran membaca perlu dilatih dan ditingkatkan agar kita mampu menyerap dan memahami isi bacaan yang kita baca.

Salah satu keterampilan berbahasa yang penting diajarkan adalah keterampilan membaca sesuai dengan standar kompetensi (SK) Memahami teks dengan memahami teks percakapan, membaca cepat 75 kata / menit, dan membaca puisi. Kompetensi Dasar (KD) Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit.


(18)

2

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Kandis kelas IV semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, Kemampuan siswa untuk memahami wacana yang dibaca sangat rendah. Pembelajaran kemampuan menemukan gagasan utama wacana belum mencapai kreteria ketentuan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 62,00 dan siswa yang mencapai nilai 62,00 atau lebih harus di atas 75%. Rendahnya kemampuan siswa untuk menemukan gagasan utama wacana disebabkan (1) Pembelajaran kurang menarik perhatian siswa sehingga siswa malas mengikuti proses pembelajaran, (2) Penggunaan metode pembelajaran yang monoton, (3) Siswa tidak aktif, (4) Media kurang menarik.

Hal ini membuat tingkat pemahaman terhadap isi bacaan sangat rendah. Maka peneliti mencoba menggunakan metode diskusi dalam upaya mengaktifkan anak, sehingga siswa aktif tertarik mengikuti proses belajar mengajar. Dengan harapan siswa dapat menemukan gagasan utama pada suatu wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Rendahnya kemampuan menemukan gagasan utama wacana disebabkan oleh beberapa hal, seperti berikut.

a. Siswa tidak mempunyai motivasi belajar.

b. Siswa tidak terbiasa membaca wacana dan belum mampu mencari atau menemukan gagasan utama wacana.

c. Cara mengajar masih monoton dan siswa tidak banyak dilibatkan atau kurang kreatif.


(19)

3

d. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru.

e. Guru belum mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman siswa.

f. Sistem evaluasi tidak berorientasi pada proses, tetapi lebih menekankan pada hasil akhir.

Guru harus mempunyai kreativitas dalam pembelajaran keterampilan membaca, terutama teknik yang digunakan. Guru harus mampu memilih teknik atau metode yang tepat untuk proses pembelajaran di kelas, agar tidak membosankan. Dengan demikian proses pembelajaran di kelas menjadi hidup dan menyenangkan. Siswa lebih percaya diri untuk terampil membaca sehubungan dengan topik atau masalah yang ada dalam bacaan.

Pembelajaran bahasa, keterampilan membaca adalah menduduki urutan yang ketiga. Bila siswa sudah kehilangan motivasi dan kreativitas dalam belajar, kita akan kesulitan mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus kreatif dan dapat mencari solusi yang tepat untuk menghilangkan kejenuhan pada siswa. Guru harus mampu memvariasikan pembelajaran Bahasa Indonesia agar menarik dan menyenangkan.

Diskusi merupakan salah satu teknik pembelajaran yang digunakan guru di kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis. Dalam diskusi terjadi interaksi antar siswa untuk terlibat dalam tukar menukar pendapat atau pengalaman. Dalam proses diskusi siswa selalu aktif menyelesaikan masalah. Teknik diskusi bila dilaksanakan dengan baik dapat (1) mempertinggi partisipasi secara individual; (2) mempertinggi kegiatan di kelas sebagai keseluruhan dan


(20)

4

kesatuan; (3) mengembangkan jiwa sosial, karena bisa saling membantu dalam menyelesaikan masalah, mendorong rasa kesatuan dan mendorong saling mengungkapkan pendapat; (4) memperluas pandangan dan pengetahuan; (5) membantu mengembangkan jiwa kepemimpinan; (6) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan menggunakan bahasa.

Mengingat pentingya diskusi dalam pembelajaran, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang penggunaan teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama wacana.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan peneliti ini adalah

“Bagaimanakah meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama

wacana dengan teknik diskusi pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis tahun pelajaran 2013/2014? ”

1.4 Tujuan Penelitian

a. Memperbaiki proses pembelajaran membaca melalui teknik diskusi untuk menemukan gagasan utama wacana.

b. Meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama wacana dengan teknik diskusi.


(21)

5

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk siswa

- Meningkatkan aktivitas dan minat belajar siswa dalam menemukan gagasan utama wacana.

- Memotivasi siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar di kelas baik secara individu maupun kelompok.

2. Untuk Guru

- Guru dapat memperbaiki proses pembelajaran menemukan gagasan utama wacana di kelas.

- Guru dapat meningkatkan kinerjanya secara profesional dalam melaksanakan pembelajaran menemukan gagasan utama wacana.

- Guru dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran menemukan gagasan utama.

3) Untuk Sekolah

Memperoleh informasi dan pengalaman langsung dalam menerapkan teknik diskusi dalam peningkatan kemampuan menemukan gagasan utama wacana.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan akan terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pebelajar.

Pekerjaan membelajarkan siswa oleh guru memerlukan lebih banyak keaktifan siswa dibanding dengan guru yang memberikan pengajaran. Kunci keberhasilan penerapan proses pembelajaran adalah keaktifan guru untuk menjadikan siswa aktif melakukan tugas-tugas belajar menggunakan aneka sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pemaparan dari Sardiman (2001:16) sebagai berikut :

” Salah satu ciri interaksi belajar mengajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa dan sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan interaksi belajar mengajar, kalau siswa hanya pasif saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.”

Proses pembelajaran diarahkan dalam bentuk kegiatan siswa aktif yang mengutamakan perkembangan kemampuan peserta didik sebagai subjek utama, sehingga guru tidak lagi menjadi subjek utama yang menyajikan materi dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi guru memikirkan kegiatan yang dapat mengaktifkan kegiatan siswa disamping tetap membantu peserta didik.


(23)

7

2.2 Aktivitas belajar

Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sardiman (2001:93) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas siswa tidak hanya cukup mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Dalam proses pembelajaran, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Diedrich yang dikutip oleh Sardiman (2001 : 95) membuat suatu daftar yang bermacam-macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : (1) Visual activities, (2) oral activities, (3) Listening activities, (4) Writing activities, (5) Drawing activities, dan (6) Motor activities. Bila siswa menjadi partisipan yang aktif, maka ia akan memiliki pemahaman yang lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran ,perhatian siswa merupakan kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Hamalik (2002:74) berpendapat bahwa kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran bermanfaat bagi siswa yaitu siswa memperoleh pengalaman langsung, memupuk kerjasama, disiplin belajar, kemampuan berpikir kritis, dan suasana pembelajaran di kelas menjadi hidp dan dinamis. Siswa dikatakan aktif belajar jika dalam belajarnya mengerjakan yang sesuai dengan tujuan belajarnya. Memberikan tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi, dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan.


(24)

8

2.3 Pembelajaran Bahasa

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan empat aspek yaitu aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Dilihat dari urutan pemerolehannya, keterampilan membaca diperoleh pada urutan ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa membaca tidaklah mudah. Membaca pada hakekatnya merupakan penafsiran lambang-lambang bunyi bahasa tulis dalam bentuk ucapan. Kemampuan membaca gagasan secara logis dan sistematis sangat penting dikuasai oleh siswa. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca disebabkan oleh faktor teknik yang kurang tepat. Guru harus mampu memilih teknik pembelajaran bahasa Indonesia dengat tepat sesuai materi yang diajarkan.

2.4 Konsep Dasar Keterampilan Membaca

Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek, yaitu keterampilan berbicara,, mendengarkan, membaca, dan menulis. Setiap keterampilan berhubungan erat sekali dengan ketiga keterampilan lainnya. Begitu juga


(25)

9

keterampilan membaca sangat berhubungan dengan keterampilan berbicara, mendengarkan, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester ganjil untuk standar kompetensi membaca yaitu memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca cepat 75 kata / menit, dan membaca puisi. Kompetensi dasarnya yaitu menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit. Dalam pembelajaran ini teknik yang digunakan adalah teknik diskusi.

Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah tindakan yang terpisah-pisah (Sudarso.2001:4). Meliputi orang yang menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi amat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap anggota tubuh yang diperlukan untuk membaca. Membaca dapat didefinisikan pula sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan,2008:7). Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Anderson (1972:209-210) dikutip dalam Tarigan (2008:7) menjelaskan, dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyediaan kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyediaan (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa


(26)

10

lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.

Pada waktu anak belajar membaca, ia belajar mengenal kata demi kata, mengenalnya dan membedakannya dengan kata-kata lain. Setiap belajar, anak diajari membaca struktural, yaitu dari kiri ke kanan dengan mengamati tiap kata dengan saksama dengan susunan yang ada. Pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan berikut.

a. menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca b. menggerakkan kepala dari kiri ke kanan

c. menggunakan jari atau benda lain untuk menunjuk kata demi kata.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah memahami pola-pola bahasa dari gambaran yang tertulis.

Menurut Tarigan (2008:14) jenis-jenis membaca antara lain membaca nyaring dan membaca dalam hati, dan membaca dalam hati terdiri dari membaca ekstensif dan membaca intensif. Untuk lebih jelasnya , jenis-jenis membaca seperti , a. Membaca Nyaring, b. Membaca dalam Hati, c. Membaca Ekstensif

2.5 Wacana

Awalnya kata wacana dalam Bahasa Indonesia digunakan untuk mengacu pada bahan bacaan, percakapan, dan tuturan. Istilah wacana mempunyai acuan yang


(27)

11

lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase,, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya rangkaian kalimat membentuk wacana.

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato atau khotbah. Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk kesatuan. Pembahasan wacana memerlukan pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat.

Nurdin (2005:137) mengatakan, paragraf atau alinea adalah suatu kesatuan pikiran yang merupakan kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari berbagai kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dalam suatu paragraf gagasan tersebut menjadi lebih jelas oleh uraian-uraian tambahan untuk menampilkan pokok pikiran secara lebih jelas. Djago Tarigan (2005:13) mengatakan, paragraf adalah suatu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf merupakan seperangkat kalimat berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat-kalimat tersebut


(28)

12

disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas.

2.6 Kemampuan Menemukan Gagasan Utama atau Ide Pokok

Suatu gagasan atau ide pokok bukanlah sekedar informasi dan gagasan utama harus lebih dari semata-mata suatu topik. Ahmadi (2004:72) mengatakan, suatu gagasan utama adalah suatu topik plus hubungan-hubungan informasi yang kuat, yang mengubah suatu informasi mengenai topik menjadi sesuatu yang berharga untuk dikatakan. Dengan demikian, suatu gagasan utama atau ide pokok harus menciptakan hubungan antara beberapa butir informasi. Gagasan utama atau ide pokok harus mencakup baik infomasi maupun hubungan-hubungan. Sementara Ramlan (1996) gagasan utama atau ide pokok adalah kalimat yang menjadi inti paragraf, biasanya gagasan ini masih umum dam diperlukan kalimat penjelas.

Ide pokok buku yang sedang kita baca ini mudah dikenali seperti yang tertera dalam (1) ikhtisar umum yang ada di awal buku, lalu tiap-tiap bab didahului dengan (2) ikhtisar bab, dan dirinci dalam (3) ikhtisar bagian bab, dan selanjutnya kita dapat mencari (4) ide pokok paragraf. Untuk memudahkan kita mendalami buku, hendaklah kita selalu menemukan ide pokok pada setiap buku.

Cara Membaca Gagasan Utama atau Ide Pokok.Untuk mendapatkan gagasan utama atau ide pokok dengan cepat sebagai berikut:

a. hendaklah kita membaca dengan mendesak; b. hendaklah membaca dengan cepat;


(29)

13

c. kita harus melecut diri untuk cepat mencari arti sentral;

d. kita harus ingat terhadap kefleksibelan sehingga cara membaca adakalanya diperlambat;

e. rasakan bahwa kita membaca lebih cepat daripada biasanya; f. cepat kita dapatkan buah pikiran pengarang; dan

g. kita perlu berkonsentrasi dengan cepat dan tepat.

2.7 Konsep Dasar tentang Teknik Diskusi

Menurut B. Suryobroto (1996:20), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang bergabung dalam suatu kelompok untuk bertukar pendapat tentang masalah atau bersama-sama mencari penyelesaian untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Teknik diskusi merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan cara guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah (Ahmadi, 1987:56). Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran tertentu melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah (Hasibuan, 2004:20). Diskusi adalah cara belajar mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi Lukman Ali, (2007:740). Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesempatan atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi


(30)

14

(Semi, 2008:10). Diskusi merupakan proses bertukar pikiran, pendapat, atau pengalaman antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan menyelesaikan suatu masalah (Djojosuwito, 1995:62). Berdiskusi adalah bertukar pikiran tentang masalah khusus dalam bentuk musyawarah (Rahardjo, 1990:6). Masalah yang didiskusikan adalah masalah yang menyangkut kepentingan bersama. Sebagai peserta diskusi kita harus ikut serta dalam pembicaraan dengan semangat kerja sama dan rasa persaudaraan yang tinggi, sebab hakikat diskusi bukan mengadu argumentasi tetapi memecahkan masalah dengan musyawarah dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat pakar KBBI, yaitu diskusi adalah cara belajar mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Percakapan dalam kelompok dapat dinamakan diskusi apabila memiliki persyaratan sebagai berikut.

a. Ada anggota kelompok yang akan terlibat dalam diskusi; b. Ada topik yang hendak dibicarakan;

c. Berlangsung dalam interaksi tatap muka;

d. Ada tujuan bersama yang hendak dicapai secara bersama-sama melalui sesuatu pertukaran pikiran; dan

e. Berlangsung dalam suatu proses yang sistematis, mulai dari pembukaan atau pendahuluan, pembahasan atau pertukaran pikiran, dan kesimpulan hasil diskusi.


(31)

15

2.8 Macam-Macam Teknik Diskusi

Kegiatan berdiskusi terdiri atas berbagai bentuk atau variasi bentuk. Setiap bentuk mempunyai cirri khas dan cara kerja masing-masing. Bentuk-bentuk teknik diskusi menurut J.J. Hasibuan (2004:20-21) yaitu sebagai berikut.

a. Whole Group b. Buzz Group c. Panel

d. Syndicate Group e. Brain Storming Group f. Simposium

g. Informal Debate h. Colloquium i. Fish Bowl

2.9 Langkah Penggunaan Teknik Diskusi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia terkadang dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan yang terbaik. Tambahan pula banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan- pembahasan oleh lebih satu orang saja. Dan jika demikian maka diskusilah yang memberi kemungkinan pemecahan yang terbaik. Abu Ahmadi ( 2004: 49-50). Langkah-langkah Penggunaan Teknik Diskusi sebagai berikut.


(32)

16

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Dalam hal ini, judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami oleh siswa. b. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih

pimpinan diskusi (ketua, sekretaris (pencatat), pelapor (kalau perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sasaran, dan sebagainya). Pemimpin diskusi yang dipilih sebaiknya siswa yang lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan, berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya, lancar dalam berbicara dengan menggunakan bahasa yang baik, dan dapat bertindak tegas, adil, demokratis.

Unsur-unsur penting dalam pelaksanaan diskusi adalah.

a) moderator atau pemandu diskusi atau pemimpin jalanya diskusi; b) notulis atau sekretaris yang tugasnya membuat notulen;

c) penyaji atau pemakalah atau pemrasaran; dan d) peserta diskusi.

Tugas pimpinan diskusi, yakni sebagai berikut: a) pengatur dan pengarah acara diskusi;

b) pengatur “lalu lintas” percakapan; dan


(33)

17

c. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus mengetahui bahwa memiliki hak bicara yang sama. Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut. Para siswa mencatat hasil diskusi, kemudian guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.

2.10 Kelebihan dan Keterbatasan Teknik Diskusi

1. Kelebihan Teknik Diskusi

Teknik diskusi yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas memiliki kelebihan. Kelebihan diskusi sebagai berikut.

a. Teknik diskusi yang melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.

c. Teknik diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.


(34)

18

d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi, diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri.

e. Meningkatkan kualitas moral, seperti mempererat persahabatan, tenggang rasa, mampu menahan emosi, dan terbinanya sikap saling memberi manfaat dan menerima.

f. Meningkatkan kemampuaan berkomunikasi dan kemampuan menggunakan bahasa.

2. Keterbatasan Teknik Diskusi

Teknik diksusi yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas memiliki keterbatasan. Keterbatasan diskusi sebagai berikut.

a. Suatu diskusi tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya, sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya.

b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

c. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang aktif dan berpikir kritis.

d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.


(35)

19

f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan pikiran, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

g. Sering terjadi dalam diskusi siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya.

h. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Untuk mengatasi beberapa keterbatasan tersebut Yusuf Djajadisastra (1982:102) mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.

a. Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus terdiri dari murid-murid yang pandai, yang pandai bicara dan kurang pandai bicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Di samping itu, harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya. b. Diskusi yang dilaksanakan agar tidak menimbulkan rasa bosan dalam

kelompok, ada baiknya bila untuk setiap diskusi dengan topik atau masalah baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian, semua murid akan pernah mengalami suasana bekerja


(36)

20

bersama-sama dalam I kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.

c. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku pelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

2.11 Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan teknik diskusi yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas maka akan terjadi peningkatan kemampuan dalam menemukan gagasan utama wacana dengan teknik disusi mata pelajran bahasa indonesia siswa kelas IV SD N 2 Perumnas Way Kandis .


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik (Kusuma, 2009:141). Dalam konsep PTK terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hubungan keempatnya dipandang sebagai siklus. Untuk jelasnya siklus kegiatan dengan rancangan PTK model Kusuma adalah sebagaimana gambar 3.1 di bawah ini :

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Siklus II dst

Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi dalam PTK Perencanaan

Pelaksanaan I Observasi

Refleksi

Perencanaan Pelaksanaan II

Observasi


(38)

22

Penelitian tindakan kelas ini bercirikan adanya perubahan yang secara terus menerus. Bila pembelajaran menemukan gagasan utama wacana dengan teknik diskusi belum meningkat pada siklus pertama, penulis merencanakan tindakan siklus kedua, dan seterusnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jumlah siklus tidak terikat dan tidak ditentukan sampai siklus tertentu.

Siklus disesuaikan dengan kebutuhan dalam peningkatan hasil pembelajaran. Jika ada peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka siklus dapat dihentikan meskipun masih dalam siklus kedua. Siklus juga dapat dihentikan apabila dirasa tidak ada peningkatan hasil belajar dalam setiap tahapan yang telah dilalui sehingga mencapai tingkat kejenuhan.

3.2Setting Penelitian

Setting penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi tempat penelitian dan tempat penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis Bandar Lampung

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013 / 2014 yang terhitung dari bulan Maret 2014. Pelaksanaan PTK sesuai


(39)

23

dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.3Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Perumnas Way Kandis Tahun Pelajaran 2013 / 2014 dengan jumlah 35 siswa yang terdiri atas 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik yang akan dignakan untuk mendapatkan data pembelajaran yaitu: 1. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan suatu objek yang difokuskan

pada prilaku tertentu. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengamati sikap demokrasi siswa serta kinerja guru dalam pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar panduan observasi.

2. Tes hasil, instrument ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai peningkatan hasil belajar siswa, dengan diberikan tes pada akhir pembelajaran.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan memberikan permasalahan penelitian, yaitu dta tentang kinerja guru, sikap demokrasi


(40)

24

siswa, dan interaksi pembelajaran, sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika hasil tes evaluasi setelah mengikuti proses pembelajaran.

1. Analisis Kualitatif

a. Data demokrasi siswa selama pembelajaran berlangsusng data diperoleh dengan menggunakan pengamatan secara langsung terhadap sikap demokrasi siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dekokrasi siswa selama pembelajarandilakukan dengan menggunakan lembar observasi sikap demokrasi siswa. Data diperoleh berdasarkan prilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran.

Tabel 3.1 Instrumen data observasi sikap demokrasi siswa dalam pembelajaran

No Sikap Demokrasi Skor

1 2 3 4 1 Perhatian siswa pada proses pemelajaran

2 Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok 3 Menyelesaikan tugas yang diberikan guru 4 Ketepatan mengumpulkan tugas

Keterangan: Rentang skor: 1. Sangat baik 2. Baik 3. Cukup baik 4. Kurang baik


(41)

25

Data kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas guru selama pembelajaran dilakukan dengan mengunakan lembar kegiatan observasi guru. Data kegiatan guru diperoleh berdasarkan prilaku dalam mengajar yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran

Tabel 3.2 Lembar data observasi kegiatan guru dalam pembelajaran

NO Aspek Yang Diamati Skor

1 Kemampuan Membuat Pelajaran 2 Sikap Guru dalam proses pembelajaran 3 Penguasaan Bahan Belajar (Materi Pelajaran) 4 Kegiatan Belajar Mengajar

5 Kemampuan menggunakan Media pembelajaran 6 Evaluasi Pembelajaran

7 Kemampuan Menutup kegiatan Pembelajaran 8 Tindak lanjut/Follow Up

Jumlah Perolehan Skor Jumlah Skors maksimal Keterangan :

Kategori aktivitas siswa

Rentang Persentase Kategori

85% - 100% 70 % - 84% 55% - 69% 40% - 54% 0% - 35%

Sangat Aktif Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Sangat Kurang Aktif Sumber: Arikunto, (2006:210)

Keterangan

a.Siswa dikatakan sangat kurang aktif jika rentang persentasenya 0%-40% b.Siswa dikatakan kurang aktif jika rentang persentasenya 40%- 54%


(42)

26

c.Siswa dikatakan cukup aktif jika rentang persentasenya 55%- 69% d.Siswa dikatakan aktif jika rentang persentasenya 70%- 84%

e.Siswa dikatakan sangat aktif jika rentang persentasenya 85%- 100% Jumlah Perolehan Skor

Nilai Kinerja Guru = X 100 Jumlah Skors maksimal

b. Analisis Kwalitatif

Dari hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskritif, yaitu sebagai berikut:

No Nama Siswa Skor

1 2 3

Jumlah Skor Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terrendah

3.6 Rencana Penelitian Tindakan Kelas

Rencana penelitian tindakan kelas yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan daur ulang atau siklus. Peneliti merencanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan inti, yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan pertama penelitian didahulukan dengan menemukan masalah dan berupaya mencari solusi berupa perencanaan perbaikan (perenungan). Dilanjutkan dengan tindakan yang telah direncanakan sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya pada siklus-siklus berikutnya.


(43)

27

1. Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan dilakukan dalam tahap perencanaan adalah.

Perencanaan (planning)

Setelah ditetapkan untuk menerapkan metode dsksi, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapakan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, dimana proses belajar mengajar dilaksanakan dua kali pertemuan.

Proses perencanaan yang dilakukan meliputi:

a. Menetapkan dan mendiskusikan dengan guru mitra, rancangan pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa.

b. Menyiapkan silabus.

c. Membuat rencana pembelajaran untuk tindakan siklus I.

d. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanan proses pembelajaran di kelas.

e. Membuat/menyediakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan dan dapat berguna untuk memudahkan siswa.

f. Membuat alat evaluasi yang berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan pada siswa tiap pertemuan sebagai upaya membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi.

g. Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus 1. h. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera.


(44)

28

b. Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dalam tiga kali pertemuan (6 x 35 menit) dengan menggunakan langkah-langkah berikut.

1) Kegiatan awal

a. Guru mengondisikan kelas

b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

c. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

2) Kegiatan inti

a. Guru menjelaskan pengertian wacana, paragraf, gagasan utama, kalimat, dan teknik diskusi.

b. Siswa bertanya jawab tentang wacana, paragraf, gagasan utama, dan kalimat dalam proses diskusi.

c. Guru menjelaskan bagaimana menemukan gagasan utama wacana dengan cepat dan tepat melalui proses diskusi.

3) Kegiatan akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk dijadikan bahan perencanaan tindakan berikutnya.


(45)

29

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa dan guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik diskusi yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun guru sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba teknik diskusi untuk menemukan gagasan utama wacana, maka peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Data-data yang diperoleh, dipilih yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kekurangan, sehingga memperoleh hasil lebih baik pada siklus berikutnya.


(46)

30

2. Siklus 2

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan dilakukan dalam tahap perencanaan adalah. Perencanaan (planning)

Prosedur penelitian pada siklus II juga diawali dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara guru dan peneliti seperti pada perencanaan siklus I, kemudian membuat rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan metode diskusi seperti siklus sebelumnya dengan persiapan yang lebih matang. Dimana proses belajar mengajar dilaksanakan dua kali pertemuan.

Proses perencanaan yang dilakukan meliputi:

1. Membuat rencana pembelajaran untuk tindakan siklus II.

2. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama pelaksanan proses pembelajaran di kelas.

3. Membuat/menyediakan alat bantu pembelajaran yang diperlukan dan dapat berguna untuk memudahkan siswa memahami konsep matematika yang diajarkan.

4. Membuat alat evaluasi yang berupa LKS 5. Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus II. 6. Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera.


(47)

31

b. Pelaksanaan Tindakan

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dalam tiga kali pertemuan (6 x 35 menit) dengan menggunakan langkah-langkah berikut.

a. Kegiatan awal

1. Guru mengondisikan kelas

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

3. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

b. Kegiatan inti

1. Guru menjelaskan pengertian wacana, paragraf, gagasan utama, kalimat, dan teknik diskusi.

2. Siswa bertanya jawab tentang wacana, paragraf, gagasan utama, dan kalimat dalam proses diskusi.

Guru menjelaskan bagaimana menemukan gagasan utama wacana dengan cepat dan tepat melalui proses diskusi.

c. Kegiatan akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk dijadikan bahan perencanaan tindakan berikutnya.


(48)

32

C. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, baik terhadap siswa dan guru dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.

Observasi dilakukan secara kolaborasi bersama teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pengamatan difokuskan pada proses pembelajaran menggunakan teknik diskusi yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun guru sebagai peneliti. Setelah data diperoleh dari uji coba teknik diskusi untuk menemukan gagasan utama wacana, maka peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat tentang data yang didapat. Diskusi meliputi keberhasilan, kegagalan, dan hambatan yang dijumpai pada saat melakukan tindakan. Data-data yang diperoleh, dipilih yang benar-benar dibutuhkan dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun laporan hasil penelitian.

Setelah mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang dijumpai, maka langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kekurangan, sehingga memperoleh hasil lebih baik pada siklus berikutnya.


(49)

33

3.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung dengan pengamatan dan evaluasi atau tes. Pengamatan dan evaluasi atau tes ini digunakan untuk mengumpulkan data nilai siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil kemampuan menemukan gagasan utama wacana sebelum dan sesudah menggunakan teknik diskusi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Perumnas Way Kandis.

Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data diperoleh melalui langkah-langkah berikut.

Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Yang diamati kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis, selain menyampaikan materi pembelajaran dan melakukan pengamatan selama diskusi berlangsung, peneliti juga mengamati prilaku siswa selama proses pembelajaran. Pedoman observasi atau pengamatan ini adalah diskusi selama pembelajaran berlangsung dengan cara memberi tanda cek (√) pada setiap aspek yang diamati sesuai kategori (keadaan di kelas) apakah termasuk kurang sekali, kurang cukup, baik, atau baik sekali.

3.8Teknik Analisis Data

Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini yaitu aktivitas siswa menemukan gagasan utama wacana dalam proses diskusi dan aktivitas guru. Aspek aktivitas siswa, meliputi perhatian, kerja sama dalam diskusi, menghargai pendapat, dan keterampilan siswa membaca wacana. Indikator keterampilan menemukan gagasan utama wacana meliputi ketepatan menemukan gagasan


(50)

34

utama, diksi atau pilihan kata, keefektifan kalimat, dan ketepatan menggunakan ejaan. Aspek aktivitas guru meliputi penyajian dan pembimbingan.

Langkah-Langkah Menganalisis Data

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Setiap kelompok dibagikan teks atau wacana dan mencari gagasan utamanya.

b. Penulis melakukan penilaian tentang ketepatan menemukan gagasan utama wacana, kemampuan menggunakan diksi atau pilihan kata, keefektifan kalimat, dan ketepatan menggunakan ejaan.

c. Menjumlahkan skor menemukan gagasan utama wacana dengan berpedoman pada tolok ukur pada tabel 3.1.

d. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama wacana pada setiap indicator.

e. Menentukan tingkat kemampuan siswa menemukan gagasan utama wacana dengan tolok ukur di bawah ini.

Skor yang diperoleh

Nilai akhir = x 100 Skor maksimal


(51)

35

Tabel 3.3

Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Wacana

Nilai Tingkat Kemampuan

86 – 100 71 – 85 56 – 70 41 – 55 0 – 40

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali ( Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399

3.9 Indikator

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan menemukan gagasan utama wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada setiap siklusnya

Tabel 3.4

Indikator Menemukan Gagasan Utama Wacana

No Indikator Tempat Indikator Kriteria Skor

1 Ketepatan Menemukan Gagasan Utama 100 % 80% 60% 40% 20% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik 5 4 3 2 1


(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas siswa kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis T.P. 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Penerapan teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan gagasan utama wacana. Proses pembelajaran menemukan gagasan utama wacana pada setiap siklus menerapkan teknik penelitian secara kelompok dan dibimbing oleh peneliti dan kolaborator. Teknik diskusi dapat memotivasi siswa lebih kreatif, aktif, dan berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Hasil penelitan pada siklus I, nilai rata-rata siswa 65,43 dan pada siklus II, nilai rata-rata siswa 84,29 mengalami peningkatan .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut.

a. Untuk Siswa

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.


(53)

62

3) Siswa harus terlatih untuk cepat menemukan gagasan utama dari wacana atau berita-berita yang dibaca.

4) Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Untuk Guru

1) Teknik diskusi dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa berlatih dan belajar untuk cepat menemukan gagasan utama wacana.

2) Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Guru juga sanggup dan bersedia memberikan motivasi, nasihat, dan bimbingan kepada siswa.

c. Untuk Sekolah

1) Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan teknik-teknik pembelajaran, khususnya diskusi pada materi pembelajaran tertentu.

2) Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Indonesia.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Deduktif Metodik. CV. Toha Putra. Semarang Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Membaca. Universitas Terbuka. Jakarta Ali, Lukman. 2007. Kamus Besar Baha Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Anderson. 1972. Pembelajaran, pengajaran dan assesmen. Pustaka Pelajar, . Yogya Djajadisastra, Yusuf. 1982. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar.

Rineka Cipta. Jakarta

Djojosuwito, Subandio.1995. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yudistira. Jakarta

Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Antariksa. Jakarta.

Hasibuan, J.J. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta Nurcholis, Hanif. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta Nurdin. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bina Akasara. Jakarta

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE. Yogyakarta

Purwadarminta.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta

Rahardjo, Sri H. 1990. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. PT Intan Pariwara. Semarang

Ramlan.1996. Sintaksis. Bina Aksara. Jakarta

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman. 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Raja Grafindo Persada. Semi, M. Atar. 2008. Terampil Berdiskusi dan Berdebat. Titian Ilmu. Bandung 64


(55)

Sudarso. 2001. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Suparni.1996. Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Aditya. Bandung

Suryobroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta

Suyanto, Edi. 2005. Penerapan Model Permainan Tematis dalam Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Tarigan.2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung Tarigan, Djago.2005.Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.

Angkasa. Bandung

Utomo,Muhajir.2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universtas Lampung. Bandar Lampung

Wahono. 2007. Bahasa Indonesia. CV Gita Perdana. Bandar Lampung


(1)

menggunakan ejaan. Aspek aktivitas guru meliputi penyajian dan pembimbingan.

Langkah-Langkah Menganalisis Data

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 siswa. Setiap kelompok dibagikan teks atau wacana dan mencari gagasan utamanya.

b. Penulis melakukan penilaian tentang ketepatan menemukan gagasan utama wacana, kemampuan menggunakan diksi atau pilihan kata, keefektifan kalimat, dan ketepatan menggunakan ejaan.

c. Menjumlahkan skor menemukan gagasan utama wacana dengan berpedoman pada tolok ukur pada tabel 3.1.

d. Menghitung skor rata-rata kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama wacana pada setiap indicator.

e. Menentukan tingkat kemampuan siswa menemukan gagasan utama wacana dengan tolok ukur di bawah ini.

Skor yang diperoleh

Nilai akhir = x 100


(2)

35

Tabel 3.3

Tolok Ukur Penilaian Kemampuan Menemukan Gagasan Utama Wacana

Nilai Tingkat Kemampuan

86 – 100 71 – 85 56 – 70 41 – 55 0 – 40

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali ( Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399

3.9 Indikator

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan menemukan gagasan utama wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada setiap siklusnya

Tabel 3.4

Indikator Menemukan Gagasan Utama Wacana

No Indikator Tempat Indikator Kriteria Skor

1 Ketepatan Menemukan Gagasan Utama 100 % 80% 60% 40% 20% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik 5 4 3 2 1


(3)

5.1Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas siswa kelas IV SD Negeri 2 Perumnas Way Kandis T.P. 2011/2012, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Penerapan teknik diskusi dapat meningkatkan kemampuan siswa menemukan gagasan utama wacana. Proses pembelajaran menemukan gagasan utama wacana pada setiap siklus menerapkan teknik penelitian secara kelompok dan dibimbing oleh peneliti dan kolaborator. Teknik diskusi dapat memotivasi siswa lebih kreatif, aktif, dan berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Hasil penelitan pada siklus I, nilai rata-rata siswa 65,43 dan pada siklus II, nilai rata-rata siswa 84,29 mengalami peningkatan .

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut.

a. Untuk Siswa

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.


(4)

62

3) Siswa harus terlatih untuk cepat menemukan gagasan utama dari wacana atau berita-berita yang dibaca.

4) Siswa harus banyak berlatih untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.

b. Untuk Guru

1) Teknik diskusi dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk memotivasi siswa berlatih dan belajar untuk cepat menemukan gagasan utama wacana.

2) Guru harus lebih cepat tanggap terhadap kesulitan-kesulitan belajar siswa yang dihadapi dalam menerima materi pembelajaran yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menurun. Untuk mengatasi hal tersebut guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, dianjurkan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik pembelajaran yang bervariasi. Guru juga sanggup dan bersedia memberikan motivasi, nasihat, dan bimbingan kepada siswa.

c. Untuk Sekolah

1) Memberikan motivasi kepada guru untuk memanfaatkan teknik-teknik pembelajaran, khususnya diskusi pada materi pembelajaran tertentu.

2) Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media pembelajaran bahasa Indonesia.


(5)

Ahmadi, Abu. 2004. Deduktif Metodik. CV. Toha Putra. Semarang Akhadiah, Sabarti, dkk. 1997. Membaca. Universitas Terbuka. Jakarta Ali, Lukman. 2007. Kamus Besar Baha Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

Anderson. 1972. Pembelajaran, pengajaran dan assesmen. Pustaka Pelajar, . Yogya Djajadisastra, Yusuf. 1982. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar.

Rineka Cipta. Jakarta

Djojosuwito, Subandio.1995. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yudistira. Jakarta

Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Antariksa. Jakarta.

Hasibuan, J.J. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Kusuma, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT Indeks. Jakarta Nurcholis, Hanif. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta Nurdin. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bina Akasara. Jakarta

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE. Yogyakarta

Purwadarminta.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Erlangga. Jakarta

Rahardjo, Sri H. 1990. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. PT Intan Pariwara. Semarang

Ramlan.1996. Sintaksis. Bina Aksara. Jakarta

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Sardiman. 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Raja Grafindo Persada. Semi, M. Atar. 2008. Terampil Berdiskusi dan Berdebat. Titian Ilmu. Bandung 64


(6)

Sudarso. 2001. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Suparni.1996. Materi Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Aditya. Bandung

Suryobroto, B. 1996. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta

Suyanto, Edi. 2005. Penerapan Model Permainan Tematis dalam Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Tarigan.2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung Tarigan, Djago.2005.Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya.

Angkasa. Bandung

Utomo,Muhajir.2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universtas Lampung. Bandar Lampung

Wahono. 2007. Bahasa Indonesia. CV Gita Perdana. Bandar Lampung


Dokumen yang terkait

ENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM MENYAMPAIKAN PENDAPAT DAN GAGASAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD NEGERI SUMBEREJO 10 KECAMATAN AMBULU

0 5 11

KORELASI ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA SISWA KELAS VIII SMP RAUDLATUL HIKMAH TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 96

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN TEKNIK MIND MAPPING PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PAHOMAN

0 14 20

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 11 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 4 68

PENINGKATAN KEMAMPUAN PARAFRASA MELALUI TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS VI-A SD NEGERI 4 TALANGPADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 12 69

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI I WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI 2 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 63

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETRAMPILAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR KELAS II SD N 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012-2013

0 10 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA WACANA DENGAN TEKNIK DISKUSI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PERUMNAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 55