31
P anduan Ramadhan | Bekal M
er aih Ramadhan Y
ang P enuh Berkah
Yang Mendapatkan Keringanan Tidak Berpuasa
1. Orang yang sakit
Allah Ta’ala berfirman,
َرَخُأ ٍماَّيَأ ْنِم ٌةَّدِعَف ٍرَفَس َلَع ْوَأ اًضيِرَم َناَك ْنَمَو
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain.” QS. Al Baqarah: 185
Orang sakit yang boleh tidak puasa adalah jika mendapatkan mudarat dengan puasanya.
67
2. Orang yang bersafar
DalilseorangmusafirbolehtidakberpuasaadalahfirmanAllahTa’ala yang artinya, “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka
wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari- hari yang lain.” QS. Al Baqarah: 185.
Musafirpunyapilihanbolehtidakpuasaataukahtetapberpuasa.68
Dari Abu Sa’id Al Khudri dan Jabir bin ‘Abdillah, mereka berkata,
ُبيِعَي َاَف ُرِط ْف
ُم ْ
لا ُرِط ْف
ُيَو ُمِئا َّصلا ُمو ُصَيَف ملسو هيلع للا لص ِ َّللا ِلوُسَر َعَم اَن ْرَفاَس
ٍضْعَب َلَع ْ ُهُضْعَب
“Kami pernah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ada yang tetap berpuasa dan ada yang tidak berpuasa. Namun
mereka tidak saling mencela satu dan lainnya.”
69
Namun manakah yang lebih utama baginya, apakah berpuasa ataukah tidak? Di sini bisa dilihat pada tiga kondisi:
a. jika berat untuk berpuasa atau sulit melakukan hal-hal yang baik ketika itu, maka lebih utama untuk tidak berpuasa.
b. jika tidak memberatkan untuk berpuasa dan tidak menyulitkan untuk melakukan berbagai hal kebaikan, maka pada saat ini lebih utama
67. Lihat Al Majmu’, 6: 174, juga Manhajus Salikin, hal. 112.
68. Idem. 69.
HR. Muslim no. 1117.
32
P anduan Ramadhan | Bekal M
er aih Ramadhan Y
ang P enuh Berkah
untuk berpuasa. Alasannya karena lebih cepat terlepasnya beban kewajiban dan lebih mudah berpuasa dengan orang banyak daripada
sendirian. c. jika tetap berpuasa malah membinasakan diri sendiri, maka wajib
tidak puasa.
70
3. Orang yang sudah tua renta sepuh
Selain berlaku bagi orang tua renta sepuh yang tidak mampu puasa, juga berlaku untuk orang yang sakit yang tidak bisa sembuh sakit lagi dari sakitnya
tidak bisa diharapkan sembuhnya.
DalildarihaliniadalahfirmanAllahTa’ala,
ٍنِك ْسِم ُماَعَط ٌ
ةَي ْدِف
ُهَنوُقيِطُي َنيِ َّلا َلَعَو
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu: memberi makan seorang
miskin.” QS. Al Baqarah: 184.
Begitu pula yang mendukungnya adalah riwayat berikut,
ُن ْبا َلاَق ٍنِك ْسِم ُماَعَط
ٌ ةَي
ْدِف ُهَنوُقَّوَطُي َنيِ َّلا َلَعَو ُأَر
ْق َي ٍساَّبَع َن
ْبا َعِ َس ٍءاَطَع
ْن َع
، اَمو ُصَي ْنَأ ِنا
َعيِطَت ْسَي َا ُةَيِبَك
ْ لا ُةَأْرَم
ْ لاَو ُيِبَك
ْ لا ُخْيَّشلا َوُه ، ٍةَخو ُس
ْن َمِب
ْت َس
ْيَل ٍساَّبَع اًنيِك ْسِم ٍمْوَي ِّلُك َناَكَم ِناَمِع
ْ طُي
ْ لَف
Dari ‘Atho’, ia mendengar Ibnu ‘Abbas membaca firman Allah Ta’ala yang artinya, “ Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika
mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu: memberi makan seorang miskin “. Ibnu ‘Abbas berkata, “Ayat itu tidaklah mansukh
dihapus. Ayat itu berlaku untuk orang yang sudah sepuh dan wanita yang sudah sepuh yang tidak mampu menjalankan puasa. Maka
hendaklah keduanya menunaikan fidyah, yaitu memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari tidak berpuasa.”
71
4. Wanita hamil dan menyusui