Kunjungan Ulang Perilaku Konsumen

bercitra positif, lebih mungkin terpilih pada proses pengambilan keputusan akhir. Kemudian menurut Fakeye dan Crompton 1991 destinasi pariwisata dengan citra yang kuat dan terkonsolidasi memiliki jaminan dan kesejahteraan di pasar. Dengan demikian, citra menjadi salah satu asset utama destinasi pariwisata dan yang paling memberikan pengaruh terhadap keputusan wisatawan ketika memilih destinasi wisata.

B. Kunjungan Ulang

Menurut Ajzen and Fishbein dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42 keinginan untuk melakukan perjalanan di masa depan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap pengalaman masa lalunya. Sementara menurut Krause dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42 teori reasoned action dan planned behavior merupakan model yang paling sering digunakan untuk memprediksi perilaku sejak awal 1980, hasil yang konsisten menjunjukan bahwa sikap, norma subjektif dan kontrol menjelaskan variasi keinginan kunjungan di masa depan. Sedangkan menurut Quellette dan Kayu dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42 dari sudut pandang manajerial, pengukuran sikap, norma dan control bisa menjadi sangat sulit dan mahal, sementara pengukuran perilaku masa lalu dapat dicapai dengan pencatatan yang sederhana. Selanjutnya, perilaku masa lalu dari sikap, norma dan kontrol dapat dirasakan. Penelitian di bidang pariwisata menunjukkan bahwa pengalaman perjalanan masa lalu ke tujuan tertentu meningkatkan niat untuk melakukan perjalanan ke sana lagi Mazursky 1989; Perdue 1985; Sonmez dan Graefe 1998. Alasan yang mendasari di balik hubungan ini adalah bahwa setelah tujuan telah dikunjungi, wisatawan lebih mungkin untuk memahami destinasi pariwisata dengan resiko kecil dan merasa lebih aman dalam memilih itu di masa depan Sonmez dan Graefe 1998. Menurut Gitelson dan Crompton dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42, faktor yang paling umum memprediksi mengapa wisatawan mengulangi pengalaman liburan adalah pengalaman masa lalu yang baik dengan resiko yang kecil dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42

C. Perilaku Konsumen

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor kultural, sosial, dan personal. Banyak yang beranggapan faktor kultural yang memberikan pengaruh paling besar terhadap perilaku mereka. Berikut ini dalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Adisaputro 2010:79 a. Faktor-faktor Cultural Kultur merupakan penentu fundamental terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Seorang anak yang sedang tumbuh dewasa akan memperoleh satu set nilai-nilai, persepsi- persepsi, preferensi-preferensi dan perilakunya melalui perilaku orang tua dan keluarganya dan berbagai lembaga penting lainnya, misalnya lembaga pendidikan yang diikutinya, setiap kultur terbentuk dari subkultur yang lebih kecil yang menyajikan identitas dan sosialisai yang lebih spesifik bagi masing-masing anggota mereka. Subkultur termasuk di dalamnya kebangsaan, agama, kelompok ras, dan kawasan geografik. Sekelompok orang juga menunjukan stratifikasi sosial misalnya dalam bentuk kasta masyarakat India dan Hindu Bali. Masing-masing strata sosial menunjukan kelas sosial tertentu yang anggotanya menghormati nilai-nilai yang sama, perhatian, dan perilaku sosial. Suatu kelas sosial diindikasikan oleh sekelompok variable mata pencaharian, pendapatan, tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi tentang nilai. b. Faktor-faktor Sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, peran sosial, dan status masing-masing. 1 Kelompok referensi: terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung face to face atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku anggota. Kelompok yang memberikan pengaruh terhadap seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan teman sekerja. Seseorang juga menjadi anggota kelompok sekunder seperti kelompok agama, kelompok profesional, serikat kerja, dan lain-lain. Demikian pula terdapat pengaruh dari kelompok sumber inspirasi sehingga seseorang berharap untuk dapat menjadi anggotanya atau kelompok disasosiatif di mana seseorang menolak nilai maupun perilaku dari kelompok itu. 2 Keluarga: merupakan organisasi pembelian oleh konsumen yang penting di dalam masyarakat, sehingga anggota keluarga menjadi kelompok referensi primer yang paling berpengaruh. Sehingga dikenal juga yang disebut dengan orientasi keluarga. Dari orang tuanya seseorang memperoleh orientasinya terhadap agama, politik, ekonomi, dan perasaan untuk menjadi sesuatu yang berharga ambisi pribadi, dan juga cinta kasih. Pengaruh yang lebih bersifat langsung terhadap perilaku pembelian keseharian adalah keluarga paling dekat contohnya adalah suami atau istri seseorang dan anak-anaknya. c. Faktor-faktor Personal Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik personal dirinya, misalnya: 1 Faktor usia dan tahap kehidupan seseorang. Cita rasa terhadap makanan, pakaian, furnitur dan jenis rekreasi sangat berhubungan dengan usia seseorang. Pola konsumsi juga dibentuk oleh tahap kehidupan berkeluarga, jumlah, usia, dan gender yang ada di dalam keluarga itu pada suatu saat. Pengalaman orang dewasa tertransformasi karena peristiwa perkawinan, kelahiran anak, kesehatan, perpindahan tempat tinggal, perceraian, perubahan karir seseorang, ataupun menjadi jandaduda akan sangat mempengaruhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. 2 Masalah ekonomi dan mata pencaharian. Hal itu berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka. Misalnya, seorang buruh yang tak terdidik akan memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan pekerja kantoran dalam hal pakaian, sepatu, makanan, alat transportasi yang dipilih, dan keanggotaan suatu kelompok. 3 Faktor personalitas dan konsep diri. Personalitas diartikan sebagai satu set tindakan psikologis manusia yang berbeda, yang mengakibatkan respon relative yang konsisten dari pengaruh stimulasi lingkungan. Hal itu terkait dengan tingkat percaya diri, dominasi, kemampuan bersosialisai, dan kemampuan beradaptasi. 4 Gaya hidup dan nilai-nilai. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan terhadap aktivitas, perhatian, dan pendapat-pendapatnya.

D. Penelitian sebelumnya

Dokumen yang terkait

PENGARUH CITRA DESTINASI KEBUN RAYA CIBODAS SEBAGAI DESTINASI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG.

12 42 50

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN : Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

0 2 58

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN :Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

13 39 49

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA KABUPATEN BELITUNG TERHADAP PERILAKU PASCA BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA.

6 32 67

ANALISIS PLACE BRANDING UNTUK MENINGKATKAN CITRA KABUPATEN PURWAKARTA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN MENGUNJUNGI DESTINASI PARIWISATA: Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Purwakarta.

5 18 77

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

1 3 10

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 1 8

PENGARUH EVENT PARIWISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei pada Wisatawan Domestik yang Berkunjung ke Event Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi)

1 6 10