8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Citra Destinasi Destination Image
1. Pengertian Citra Destinasi
Menurut Echner Ritchie dalam Jørgensen, 2004;13 citra destinasi sebagai “kesan tempat” atau “persepsi area”. Lalu, menurut
Hunt dalam Jørgensen, 2004;13 mendeskripsikan bahwa citra destinasi yang positif menghasilkan peningkatan kunjungan dan
berdampak besar pada wisatawan. Menurut Echtner Ritchie dalam Jørgensen, 2004;15 citra
destinasi didefinisikan tidak hanya sebagai atribut destinasi tetapi juga kesan menyeluruh yang ditampilkan oleh destinasi. Citra destinasi
terdiri dari karakteristik fungsional yang mennyangkut aspek nyata dari destinasi dan karakteristik psikologis yang menyangkut aspek tidak
berwujud. Selain itu citra destinasi dapat diatur secara kontinum mulai dari ciri-ciri yang dapat digunakan untuk membandingkan semua
destinasi yang unik menjadi sangat sedikit . Lawson dan Baud Bovy dalam Lopes, 2011;307-308
mendefinisikan konsep citra destinasi sebagai ekspresi dari semua pengetahuan obyektif, prasangka, imajinasi dan pikiran emosional
seorang individu atau kelompok tentang lokasi tertentu. Kemudian
Kotler, Haider dan Rein dalam Lopes, 2011;307-308 mendefinisikan citra sebagai jumlah dari semua keyakinan, ide dan kesan bahwa
seseorang terkait dengan sebuah destinasi. Lopes 2011;307 juga menuliskan pedoman terbaru untuk
pemasaran pariwisata mengakui bahwa pengembangan citra tujuan wisata didasarkan pada rasionalitas konsumen dan emosionalitas, dan
sebagai hasil dari kombinasi dari dua 2 komponen utama atau dimensi, yaitu:
a. Perceptual dan cognitive: kepentingan utama dan nilai yang
diberikan dari setiap atribut destinasi. Dengan kata lain, citra destinasi dievaluasi oleh atribut sumber daya resources dan daya
Tarik attractions Stabler, 1995 yang mana akan memotivasi seseorang untuk mengunjungi sebuah destinasi pariwisata
Alhemoud dan Armstrong, 1996, Schneider dan Sönmez, 1999; Gallarza, Saura dan Garcia, 2002; Beerli dan Martin, 2004; Govers
dan Go, 2005 b.
Affective: mengaju pada perasaan dan emosi yang diberikan oleh destinasi pariwisata. . Keller, 1993; Rial et al, 2000; Rial, Garcia
dan Varela, 2008. Komponen emosional ini juga sangat dipengaruhi oleh motivasi wisatawan Beerli dan Martin, 2004.
Keseluruhan citra destinasi adalah kombinasi dari komponen kognitif dan afektif Mazursky Jacoby, 1986, Stern Krakover,,
1993, sedangkan menurut Beerli dan Martin 2004 pengalaman nyata
berlibur di sebuah destinasi wisata berpengaruh penting dalam citra destinasi dari kognitif dan pandangan emosional dalam Lopes,
2011;307.
2. Pembentuk Citra Destinasi Pariwisata
Dalam bukunya yang berjudul Destination Image: Origins, Developments and Implication, Lopes 2011;308 menuliskan bahwa
faktor psikologis seperti motivasi wisatawan dan nilai-nilai budaya sangat mempengaruhi pembangunan citra destinasi pariwisata bahkan
sebelum wisatawan mengunjunginya San Martin Rodriguez, 2008 Oleh karena itu, citra adalah konsep yang paling penting untuk
menafsirkan pilihan yang dibuat oleh wisatawan Mayo, 1973; Govers dan Go, 2003. Disisi lain govers dan Buka 2003 memperingatkan
bahwa sulit bagi wisatawan untuk mendapatkan citra yang jelas tentang destinasi pariwisata tanpa mengunjunginya terlebih dahulu dalam
Lopes, 2011;308
Lopes 2011 mengusulkan kerangka kerja yang menjelaskan pembangunan citra utama destinasi pariwisata yang diadaptasi dari
Lübbe 1998, sebagai berikut:
Gambar II.1. Construction of the primary image adapted from lubbe, 1998
a.
Push dorongan melakukan
perjalanan.
Psikologis Keamanan
Cinta dan memiliki Harga diri
Aktualisasi diri
b.
Pull ketertarikan melakukan
perjalanan.
Statis Motivasi
perjalanan Gambaran utama
Construction
Lopes juga mengadaptasi faktor pengaruh pembentukan citra destinasi pariwisata dari Stabler 1988 dalam Lopes, 2011;309,
sebagai berikut:
Gambar II.2. Factors influencing the formation of the
image of tourism destination adapted from Stabler, 1988
3. Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata
Lim dan OCass dalam Lopes, 2011;311 menyatakan bahwa tujuan dengan citra yang kuat lebih mudah dibedakan dari para
pesaingnya dan destinasi wisata dengan citra yang kuat dan lebih
bercitra positif, lebih mungkin terpilih pada proses pengambilan keputusan akhir. Kemudian menurut Fakeye dan Crompton 1991
destinasi pariwisata dengan citra yang kuat dan terkonsolidasi memiliki jaminan dan kesejahteraan di pasar.
Dengan demikian, citra menjadi salah satu asset utama destinasi pariwisata dan yang paling memberikan pengaruh terhadap keputusan
wisatawan ketika memilih destinasi wisata.
B. Kunjungan Ulang