Pengaruh citra destinasi pariwisata Waduk Sermo terhadap minat wisatawan berkunjung ulang.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG ULANG

Y Galih Handawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja citra destinasi parwisata Waduk Sermo dan apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi parwisata Waduk Sermo tersebut menurut persepsi dari wisatawan usia 16 – 30 tahun dan wisatawan usia 31 – 40 tahun, serta untuk mengetahui apakah citra destinasi parwisata Waduk Sermo dapat mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung kembali. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap penelitian yaitu tahap pertama dilakukan dengan metode wawancara dengan tiga responden yang memiliki kompetensi dalam bidang pariwisata untuk mengetahui secara jelas citra destinasi parwisata Waduk Sermo. Hasil dari penelitian tahap pertama digunakan sebagai dasar untuk membuat kuesioner yang akan digunakan pada penelitian tahap kedua. Pada penelitian tahap kedua dilakukan dengan metode kuesioner dengan pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling dan disebar sebanyak 100 responden.

Pada penelitian tahap pertama, digunakan metode content analysis dan

common theme approach untuk menganalisa hasil dari wawancara. Kemudian

pada penelitian tahap kedua, digunakan analisis data yaitu uji beda (Independent

Sample Test) untuk mengetahui perbedaan persepsi kelompok usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun dan regresi linear sederhana untuk mengetahui citra destinasi pada minat wisatawan berkunjung ulang dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 16.

Hasil dari penelitian ini bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi pariwisata Waduk Sermo antara wisatawan usia 16 – 30 tahun dengan wisatawan usia 31 – 40 tahun, dan persepsi citra destinasi pariwisata Waduk Sermo berpengaruh positif terhadap minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke Destinasi Pariwisata Waduk Sermo.


(2)

xvi

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERMO RESERVOIR DESTINATION

IMAGE TOWARDS INTENTION TO RE-VISIT

Y Galih Handawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This study aims to find out (1) the image of destinations Sermo Reservoir; (2) whether there are differences in the perception of the image of the destination according to the perception of tourists aged 16-30 years and tourists aged 31-40 years, (3) to determine whether the image of the destination, the tourism Sermo Reservoir influence interest of tourists to re-visit. This research was done in two stages, namely the first stage of research conducted by interview with three respondents who have competence in the field of tourism to know clearly the image of eco-tourism destinations Sermo Reservoir. Results from the first phase is used as a basis to develop a questionnaire that will be used in the second phase of the study. In the second phase of the research distributed questionnaires with a sample taken using a convenience sampling technique to as many as 100 respondents.

In the first phase of the study, the study used common theme and content analysis approach to analyze the results of the interview. Then in the second phase, the study used different test (Independent Sample Test) to determine differences in the perception of the age group 16-30 years and 31-40 years old and simple linear regression to determine the image of destinations to tourists to re-visit using the program IBM SPSS Statistics 16.

This study found that (1 )there were no differences in perception about the image of tourism destinations Sermo Reservoir between tourists aged 16-30 years with tourists aged 31-40 years, (2) the perception of the image of tourism destinations Sermo Reservoir influenced tourists to re-visit to the Tourism Destination of Sermo Reservoir


(3)

(4)

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA

WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN

BERKUNJUNG ULANG

Studi Kasus pada Wisatawan yang Pernah Berkunjung di Waduk Sermo, Kulon Progo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh: Y Galih Handawan

NIM: 112214044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

i

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA

WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN

BERKUNJUNG ULANG

Studi Kasus pada Wisatawan yang Pernah Berkunjung di Waduk Sermo, Kulon Progo

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh: Y Galih Handawan

NIM: 112214044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(6)

(7)

(8)

iv

Dr. H. Herry Maridjo, M.Si.

You have to die a few times before you can really

live.

(Charles Bukowski)

Do something instead of killing time. Because time is killing you

(Paulo Coelho)

We’ve gotten to live, no mater how many

skies have fallen.

(D. H. Lawrence)

YOU HAVE YOUR WAY. I HAVE MY WAY.

AS FOR THE RIGHT WAY, THE CORRECT WAY, AND THE ONLY WAY, IT DOES NOT EXIST.

(Friedrich Nietzsche)

Skripsi ini dipersembahkan kepada Ibuk dan Papa Mbak Nina, Mas Leo, Lita dan Jojo Yesus Kristus dan Bunda Maria


(9)

(10)

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan, kasih dan anugrahNya dari awal penulisan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini yang berjudul

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG ULANG” Skripsi ini ditulis dengan tujuan memenuhi salah satu persyaratan wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak bantuan dan campur tangan berbagai pihak atas terselesaikannya skripsi ini, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Herry Maridjo M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Lukas Purwoto S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. Diah Utari BR. selaku dosen pembimbing I, yang dengan sabar telah mengarahkan, membimbing dan mendukung penulis dengan kesungguhan hati.

4. Ibu Lucia Kurniawati S.Pd., M.S.M., selaku dosen pembimbing II, yang juga dengan sabar telah mengarahkan, menasihati dan membimbing penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.

5. Bapak Kuat Tri Utomo sebagai Kepala Seksi Obyek dan Sarana Prasarana Pariwisata, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo yang telah memberikan dukungan berupa informasi dan pengalamannya dibidang pariwisata dalam pelaksanaan penelitian ini

6. Bapak Sutanta sebagai Ketua Desa Wisata Sermo yang telah memberikan pengalaman yang sangat membantu dalam pelaksanaan wawancara di penelitian ini.


(12)

viii

7. Bapak Andri Berlianto sebagai Tour Operator Kulon Progo yang sangat membantu memberi nasihat dan berbagi pengalamannya di pariwisata DIY yang sangat berguna dalam penelitian ini dan memberikan motivasi bagi peneliti dalam cara berbisnis.

8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang banyak mendukung penelitian ini.

9. Untuk Ibuk saya Winarsih yang selalu memberi pemahaman tentang hidup dan motivasi dan Papa saya FX. Purwanto yang selalu memberikan nasehat ketika saya berbuat nekat. Semoga Ibuk dan Papa sehat selalu dan selalu bahagia. Beribu terimakasih untuk Ibuk dan Papa.

10. Untuk kakakku tersayang Mbak Na serta suaminya Mas Leo yang selalu memberi dukungan, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 11. Untuk Adikku dan Keponakan yang saya sayangi Lita dan Jojo yang

selalu memberikan semangat dalam usaha penyelesaian tugas akhir ini. 12. Teman-teman seperjuangan “bimbingan Bu Diah” yaitu Edwin, Binar,

Daniel, Steven, Yoga Andika, Leonardo, Novri, Anggoro dan bg Ucok yang menjadi teman seperjuangan.

13. Teman-teman dari Tim Peneliti tentang Pariwisata yaitu: Daniel Usfal, Melinda Kusuma, dan Yovita Hepi yang menjadi teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian ini untuk bersama-sama berkeliling mengurus segala macam tugas penelitian seperti perizinan dan pencarian data selama penelitian.

14. Sahabat-sahabat saya yang menjadi semangat dan motivasi bagi saya, Edwin, Antonio, Alfo, Jojo Despe, Binar, Daniel, Valen, Dian, Yoga dipa, Tasya, Vio, Yosi, Yovita, Enggrid, Sonia, Leni, Welem, Adhi S, Armin, Leo Gondes, Novri, Yoga Andika, Neo, Samuel, Ikhsan, Ismail, Ghofir, Ali, Setyo, Wawan, Dhika Cimol, Mas Harul, Vendri, Jojo13, Maten, Wili, Mas Bowo, Satria, Yosua, Putri terimakasih untuk

Support kalian dan sebagai teman tebaik yang pernah saya miliki, saya

bangga bisa berjuang bersama kalian dalam setiap hal yang patutu diperjuangkan.


(13)

(14)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMANPENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTARAN ISI ... x

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Citra Destinasi (Destination Image) ... 8

1. Pengertian Citra Destinasi ... 8

2. Pembentuk Citra Destinasi Pariwisata ... 10

3. Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata ... 12

B. Kunjungan Ulang ... 13

C. Perilaku Konsumen ... 14

B. Penelitian Sebelumnya ... 18

C. Kerangka Konseptual ... 21


(15)

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Pendahuluan ... 23

B. Penelitian Tahap I ... 24

C. Penelitian Tahap II ... 26

D. Operasionalisasi Variabel ... 29

E. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

F. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

G. Sumber Data ... 31

H. Teknik Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 33

J. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN . ... 40

A. Gambaran Umum Waduk Sermo ... 40

B. Daya Tarik Waduk Sermo ... 42

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Penelitian Tahap I ... 53

B. Penelitian Tahap II ... 57

C. Uji Instrumen Penelitian ... 63

D. Deskripsi Variabel Penelitian ... 67

E. Analisis Data ... 85

F. Pembahasan ... 96

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 99

A. Kesimpulan Penelitian ... 99

B. Saran ... 102

C. Implikasi Bagi Penelitian Lanjutan ... 104

D. Keterbatasan ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(16)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

V.1 Distribusi Frekuensi Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal ... 57

V.2 Distribusi Frekuensi Wisatawan Berdasarkan Jenis Kelamin... 58

V.3 Distribusi Frekuensi Wisatawan Berdasarkan Usia ... 59

V.4 Distribusi Frekuensi Bedasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

V.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 61

V.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengeluaran per Bulan ... 62

V.7 Hasil Uji Validitas Variabel Citra Destinasi ... 64

V.8 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Kunjung Ulang... 65

V.9 Hasil Uji Reliabelitas Variabel Citra Destinasi dan Minat Kunjung Ulang ... 66

V.10 Hasil Intepretasi Rata-rata Respon dari Responden ... 68

V.11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi Waduk Sermo Menurut Wisatawan Usia 16 – 30 Tahun (n=50) ... 68

V.12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi Waduk Sermo Menurut Wisatawan Usia 31 – 40 Tahun (n=50) ... 70

V.13 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi Waduk Sermo Berdasarkan kelompok Responden ... 73

V.14 Perbandingan Jawaban Responden Mengenai Citra Destinasi Waduk Sermo Berdasarkan Rata-rata Nilai ... 74

V.15 Ranking Citra Destinasi Waduk Sermo dari Tertinggi Hingga Terendah Berdasarkan Jumlah ... 78

V.16 Ranking Citra Destinasi Waduk Sermo secara Keseluruhan ... 83

V.17 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 85

V.18 Hasil Uji Beda (Independent Sample Test) ... 88

V.19 Hasil Uji Beda (Independent Sample Test) ... 88


(17)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Construction of the primary image (adapted from lubbe, 1998) ... 11

II.2 Factors influencing the formation of the image of tourism destination (adapted from Stabler, 1988) ... 12

II.3 Model penelitian ... 21

IV.1 Camping Ground Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 44

IV.2 Gendis Resto Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 45

IV.3 Sanggar Tari Anak Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 47

IV.4 Omah Gulo Jowo Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 48

IV.5 Jathilan Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 50

IV.6 Perahu Wisata Destinasi Pariwisata Waduk Sermo ... 52

V.1 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 86


(18)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

I Daftar Pertanyaan dan Hasil Penelitian Tahap I ... 108

II Kuesioner ... 114

III Deskripsi Responden ... 119

IV Hasil Tabulasi Data pada Penelitian Tahap II ... 126

V Output Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 135

VI Outout Uji Asumsi Klasik ... 141

VII Hasil Output Uji Statistik Deskriptif ... 146

VIII Hasil Output Uji Independent Sample Test dan Uji Analisis Regresi Sederhana ... 153

IX Surat-surat yang berhubungan dengan Pelaksanaan Penelitian ... 162


(19)

xv

ABSTRAK

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN BERKUNJUNG ULANG

Y Galih Handawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja citra destinasi parwisata Waduk Sermo dan apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi parwisata Waduk Sermo tersebut menurut persepsi dari wisatawan usia 16 – 30 tahun dan wisatawan usia 31 – 40 tahun, serta untuk mengetahui apakah citra destinasi parwisata Waduk Sermo dapat mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung kembali. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap penelitian yaitu tahap pertama dilakukan dengan metode wawancara dengan tiga responden yang memiliki kompetensi dalam bidang pariwisata untuk mengetahui secara jelas citra destinasi parwisata Waduk Sermo. Hasil dari penelitian tahap pertama digunakan sebagai dasar untuk membuat kuesioner yang akan digunakan pada penelitian tahap kedua. Pada penelitian tahap kedua dilakukan dengan metode kuesioner dengan pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling dan disebar sebanyak 100 responden.

Pada penelitian tahap pertama, digunakan metode content analysis dan

common theme approach untuk menganalisa hasil dari wawancara. Kemudian

pada penelitian tahap kedua, digunakan analisis data yaitu uji beda (Independent

Sample Test) untuk mengetahui perbedaan persepsi kelompok usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun dan regresi linear sederhana untuk mengetahui citra destinasi pada minat wisatawan berkunjung ulang dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 16.

Hasil dari penelitian ini bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi pariwisata Waduk Sermo antara wisatawan usia 16 – 30 tahun dengan wisatawan usia 31 – 40 tahun, dan persepsi citra destinasi pariwisata Waduk Sermo berpengaruh positif terhadap minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke Destinasi Pariwisata Waduk Sermo.


(20)

xvi

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF SERMO RESERVOIR DESTINATION

IMAGE TOWARDS INTENTION TO RE-VISIT

Y Galih Handawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

This study aims to find out (1) the image of destinations Sermo Reservoir; (2) whether there are differences in the perception of the image of the destination according to the perception of tourists aged 16-30 years and tourists aged 31-40 years, (3) to determine whether the image of the destination, the tourism Sermo Reservoir influence interest of tourists to re-visit. This research was done in two stages, namely the first stage of research conducted by interview with three respondents who have competence in the field of tourism to know clearly the image of eco-tourism destinations Sermo Reservoir. Results from the first phase is used as a basis to develop a questionnaire that will be used in the second phase of the study. In the second phase of the research distributed questionnaires with a sample taken using a convenience sampling technique to as many as 100 respondents.

In the first phase of the study, the study used common theme and content analysis approach to analyze the results of the interview. Then in the second phase, the study used different test (Independent Sample Test) to determine differences in the perception of the age group 16-30 years and 31-40 years old and simple linear regression to determine the image of destinations to tourists to re-visit using the program IBM SPSS Statistics 16.

This study found that (1 )there were no differences in perception about the image of tourism destinations Sermo Reservoir between tourists aged 16-30 years with tourists aged 31-40 years, (2) the perception of the image of tourism destinations Sermo Reservoir influenced tourists to re-visit to the Tourism Destination of Sermo Reservoir


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalahan

Wilayah Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi wisata yang beraneka ragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata religi, desa wisata, wisata kuliner dan sebagainya. Keanekaragaman potensi wisata ini yang selama ini menarik minat wisatawan dari berbagai daerah untuk berkunjung di Kulon Progo. Tidak sedikit wisatawan yang pernah berkunjung ke Kulon Progo merasa puas dengan sajian panorama alam yang menyejukkan mata. Salah satu destinasi wisata yang terkenal di Kulon Progo yang menyajikan keasrian alamnya adalah Waduk Sermo.

Waduk Sermo, Adalah sebuah Waduk (Danau) yang berada di perbukitan “Bukit Menoreh”, tepatnya di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo, sekitar 5 km di sebelah barat kota Wates Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto, Waduk Sermo menjadi penyangga air bagi pertanian di bawahnya sekaligus menjadi obyek wisata lokal yang sangat menarik dan membanggakan bagi kulon Progo. Panorama alam yang disajikan Waduk


(22)

Sermo sangat indah diselimuti hawa yang sejuk dan angin yang berhembus semribit menambah kenikmatan bersantai di pinggir Waduk Sermo.Waduk Sermo sendiri menurut Pemkab Kulonprogo memiliki luas genangan kurang lebih 157 Ha dengan keadaan air yang jernih membiru serta bentuknya yang berkelok-kelok menyerupai jari tangan manusia dengan latar belakang perbukitan Menoreh yang hijau.

Menurut Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2009 tentang pengelolaan kawasan Waduk Sermo, keberadaannya diperuntukan sebagai penyedia air irigasi, penyedia air baku kebutuhan rumah tangga, sarana pembelajaran, pengendali banjir, pendukung sarana pariwisata dan pendukung sarana lain yang bernilai ekonomi. Pemandangan yang elok nan asri disertai view pegunungan Menoreh yang menjulang hijau dengan hutan-hutannya serta sejuknya udara menjadi nilai jual wisata bagi waduk ini.

Meskipun memiliki pemandangan yang indah, namun fasilitas yang ditawarkan di waduk ini sangat minim. Meskipun akses jalan menuju ke waduk ini sudah bisa dikatakan baik, namun bila kita sudah sampai di atas, kita hanya akan bisa menikmati pemandangan indah tersebut hanya dari parkiran yang ada. Fasilitas seperti gardu pandang yang nyaman memang disediakan namun keadaannya sudah tidak layak pakai. Fasilitas lain seperti tempat makan juga kurang diperhatikan. Di Waduk Sermo ini hanya ada beberapa warung mie ayam yang sangat sederhana. Meskipun Waduk Sermo ini memiliki panorama yang


(23)

menarik namun bila fasilitas pendukungnya kurang memadahi maka akan membuat para pengunjung merasa enggan untuk berkunjung lagi ke Waduk Sermo.

Dalam Draft RAPERDA Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 - 2017 tidak dirumuskan pengembangan dan pembangunan kawasan wisata Waduk Sermo. RPJMD DIY merumuskan empat arahan pembangunan Kulon Progo yaitu pembangunan bandara baru di Kulon Progo, pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto di pesisir selatan, pengembangan kawasan industry berbasis baja di Kulon Progo dan pengembangan kawasan industri Sentolo. Hal ini menunjukan bahwa sampai tahun 2017 tidak akan ada pembangunan yang berarti di kawasan Waduk Sermo.

Disisi lain, dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025 Pasal 15 Ayat (3) huruf l, Arah kebijakan pembangunan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi pengembangan kawasan Pegunungan Menoreh dan sekitarnya sebagai kawasan wisata berbasis tirta, religi, alam dan desa wisata. Kemudian diperjelas dalam Pasal 17 ayat (16) huruf a, Strategi pengembangan kawasan Pegunungan Menoreh dan sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf l, dengan cara mengembangkan Waduk Sermo sebagai area wisata


(24)

air, wisata luar ruangan dan olahraga. Lalu mengenai fasilitas kepariwisataan dijelaskan dalam Pasal 18 huruf o, arah kebijakan pembangunan fasilitas kepariwisataan meliputi pembangunan fasilitas kepariwisataan dalam mendukung perintisan pengembangan kawasan pegunungan Menoreh dan sekitarnya sebagai wisata berbasis tirta, religi, alam dan desa wisata.

Kesungguhan pemerintah dalam membangun Waduk Sermo sangat tercermin pada Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2025. Namun pada kenyataannya, pembangunan daya tarik wisata kawasan Waduk Sermo tidak terlihat oleh mata. Wisatawan tidak pernah diberikan pengalaman baru setelah mereka berkunjung ke Waduk Sermo. Akibatnya Waduk Sermo yang memiliki potensi destinasi pariwisata yang besar hanya menjadi destinasi pariwisata yang biasa-biasa saja. Apabila pemerintah serius dalam membangun danau besar ini, Waduk Sermo akan menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan di Kulon Progo dan masyarakat di sekitar waduk juga akan terangkat perekonomiannya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil penelitian

yang berjudul “PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA

WADUK SERMO TERHADAP MINAT WISATAWAN


(25)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana citra destinasi pariwisata Waduk Sermo dalam persepsi golongan usia 16 tahun – 30 tahun dan usia 31 tahun – 40 tahun ? 2. Apakah terdapat perbedaan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo

yang dipersepsikan oleh usia 16 tahun – 30 tahun dan usia 31 tahun – 40 tahun ?

3. Apakah citra destinasi pariwisata berpengaruh pada minat wisatawan berkunjung ulang ke Waduk Sermo Kulon Progo ?

C.Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan meneliti mengenai citra destinasi pariwisata. namun penelitian ini hanya akan membahas pengaruh citra destinasi pariwisata Waduk Sermo terhadap minat wisatawan berkunjung ulang.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengacu pada perumusan masalah, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana citra destinasi pariwisata Waduk Sermo dalam persepsi golongan usia 16 tahun – 30 tahun dan usia 31 tahun – 40 tahun.


(26)

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo yang dipersepsikan oleh usia 16 tahun – 30 tahun dan usia 31 tahun – 40 tahun

3. Untuk mengetahui bagaimana citra destinasi pariwisata berpengaruh pada minat wisatawan berkunjung ulang ke Waduk Sermo Kulon Progo.

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi

a. Hasil penelitian dapat dijadikan gambaran tentang keadaan dan kemampuan sumberdaya yang ada, juga untuk kemungkinan pengembangan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh suatu bidang yang sedang dikelola oleh instansi yang bersangkutan.

b. Hasil penelitian dapat memberikan masukan serta bahan pertimbangan dalam membuat sebuah keputusan ataupun menyusun strategi bagi instansi yang bersangkutan.

2. Bagi Penulis

Penulisan skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian, juga untuk menerapkan teori-teori yang telah di dapat selama kuliah.


(27)

3. Bagi Masyarakat pada Umumnya

Penelitian ini dapat sebagai nilai tambah bagi mereka yang membacanya serta akan menambahkan wawasan mereka di bidang


(28)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Citra Destinasi (Destination Image) 1. Pengertian Citra Destinasi

Menurut Echner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;13) citra

destinasi sebagai “kesan tempat” atau “persepsi area”. Lalu, menurut

Hunt (dalam Jørgensen, 2004;13) mendeskripsikan bahwa citra destinasi yang positif menghasilkan peningkatan kunjungan dan berdampak besar pada wisatawan.

Menurut Echtner & Ritchie (dalam Jørgensen, 2004;15) citra destinasi didefinisikan tidak hanya sebagai atribut destinasi tetapi juga kesan menyeluruh yang ditampilkan oleh destinasi. Citra destinasi terdiri dari karakteristik fungsional yang mennyangkut aspek nyata dari destinasi dan karakteristik psikologis yang menyangkut aspek tidak berwujud. Selain itu citra destinasi dapat diatur secara kontinum mulai dari ciri-ciri yang dapat digunakan untuk membandingkan semua destinasi yang unik menjadi sangat sedikit .

Lawson dan Baud Bovy (dalam Lopes, 2011;307-308) mendefinisikan konsep citra destinasi sebagai ekspresi dari semua pengetahuan obyektif, prasangka, imajinasi dan pikiran emosional seorang individu atau kelompok tentang lokasi tertentu. Kemudian


(29)

Kotler, Haider dan Rein (dalam Lopes, 2011;307-308) mendefinisikan citra sebagai jumlah dari semua keyakinan, ide dan kesan bahwa seseorang terkait dengan sebuah destinasi.

Lopes (2011;307) juga menuliskan pedoman terbaru untuk pemasaran pariwisata mengakui bahwa pengembangan citra tujuan wisata didasarkan pada rasionalitas konsumen dan emosionalitas, dan sebagai hasil dari kombinasi dari dua (2) komponen utama atau dimensi, yaitu:

a. Perceptual dan cognitive: kepentingan utama dan nilai yang

diberikan dari setiap atribut destinasi. Dengan kata lain, citra destinasi dievaluasi oleh atribut sumber daya (resources) dan daya Tarik (attractions) (Stabler, 1995) yang mana akan memotivasi seseorang untuk mengunjungi sebuah destinasi pariwisata (Alhemoud dan Armstrong, 1996, Schneider dan Sönmez, 1999; Gallarza, Saura dan Garcia, 2002; Beerli dan Martin, 2004; Govers dan Go, 2005)

b. Affective: mengaju pada perasaan dan emosi yang diberikan oleh

destinasi pariwisata. (. Keller, 1993; Rial et al, 2000; Rial, Garcia dan Varela, 2008). Komponen emosional ini juga sangat dipengaruhi oleh motivasi wisatawan (Beerli dan Martin, 2004).

Keseluruhan citra destinasi adalah kombinasi dari komponen kognitif dan afektif (Mazursky & Jacoby, 1986, Stern & Krakover,, 1993), sedangkan menurut Beerli dan Martin (2004) pengalaman nyata


(30)

berlibur di sebuah destinasi wisata berpengaruh penting dalam citra destinasi dari kognitif dan pandangan emosional (dalam Lopes, 2011;307).

2. Pembentuk Citra Destinasi Pariwisata

Dalam bukunya yang berjudul Destination Image: Origins,

Developments and Implication, Lopes (2011;308) menuliskan bahwa

faktor psikologis seperti motivasi wisatawan dan nilai-nilai budaya sangat mempengaruhi pembangunan citra destinasi pariwisata bahkan sebelum wisatawan mengunjunginya (San Martin & Rodriguez, 2008)

Oleh karena itu, citra adalah konsep yang paling penting untuk menafsirkan pilihan yang dibuat oleh wisatawan (Mayo, 1973; Govers dan Go, 2003). Disisi lain govers dan Buka (2003) memperingatkan bahwa sulit bagi wisatawan untuk mendapatkan citra yang jelas tentang destinasi pariwisata tanpa mengunjunginya terlebih dahulu (dalam Lopes, 2011;308)


(31)

Lopes (2011) mengusulkan kerangka kerja yang menjelaskan pembangunan citra utama destinasi pariwisata yang diadaptasi dari Lübbe (1998), sebagai berikut:

Gambar II.1. Construction of the primary image (adapted from lubbe, 1998)

a.Push (dorongan

melakukan perjalanan). Psikologis Keamanan

Cinta dan memiliki Harga diri

Aktualisasi diri

b.Pull (ketertarikan

melakukan perjalanan). Statis

Motivasi perjalanan

Gambaran utama (Construction)


(32)

Lopes juga mengadaptasi faktor pengaruh pembentukan citra destinasi pariwisata dari Stabler (1988) (dalam Lopes, 2011;309), sebagai berikut:

Gambar II.2. Factors influencing the formation of the

image of tourism destination (adapted from Stabler, 1988)

3. Pengaruh Citra Destinasi Pariwisata

Lim dan O'Cass (dalam Lopes, 2011;311) menyatakan bahwa tujuan dengan citra yang kuat lebih mudah dibedakan dari para pesaingnya dan destinasi wisata dengan citra yang kuat dan lebih


(33)

bercitra positif, lebih mungkin terpilih pada proses pengambilan keputusan akhir. Kemudian menurut Fakeye dan Crompton (1991) destinasi pariwisata dengan citra yang kuat dan terkonsolidasi memiliki jaminan dan kesejahteraan di pasar.

Dengan demikian, citra menjadi salah satu asset utama destinasi pariwisata dan yang paling memberikan pengaruh terhadap keputusan wisatawan ketika memilih destinasi wisata.

B.Kunjungan Ulang

Menurut Ajzen and Fishbein (dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42) keinginan untuk melakukan perjalanan di masa depan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap pengalaman masa lalunya. Sementara menurut Krause (dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42) teori reasoned action dan planned behavior merupakan model yang paling sering digunakan untuk memprediksi perilaku sejak awal 1980, hasil yang konsisten menjunjukan bahwa sikap, norma subjektif dan kontrol menjelaskan variasi keinginan kunjungan di masa depan. Sedangkan menurut Quellette dan Kayu (dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42) dari sudut pandang manajerial, pengukuran sikap, norma dan control bisa menjadi sangat sulit dan mahal, sementara pengukuran perilaku masa lalu dapat dicapai dengan pencatatan yang sederhana. Selanjutnya, perilaku masa lalu dari sikap, norma dan kontrol dapat dirasakan.


(34)

Penelitian di bidang pariwisata menunjukkan bahwa pengalaman perjalanan masa lalu ke tujuan tertentu meningkatkan niat untuk melakukan perjalanan ke sana lagi (Mazursky 1989; Perdue 1985; Sonmez dan Graefe 1998). Alasan yang mendasari di balik hubungan ini adalah bahwa setelah tujuan telah dikunjungi, wisatawan lebih mungkin untuk memahami destinasi pariwisata dengan resiko kecil dan merasa lebih aman dalam memilih itu di masa depan (Sonmez dan Graefe 1998). Menurut Gitelson dan Crompton (dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42), faktor yang paling umum memprediksi mengapa wisatawan mengulangi pengalaman liburan adalah pengalaman masa lalu yang baik dengan resiko yang kecil (dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42)

C.Perilaku Konsumen

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor kultural, sosial, dan personal. Banyak yang beranggapan faktor kultural yang memberikan pengaruh paling besar terhadap perilaku mereka. Berikut ini dalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Adisaputro (2010:79)

a. Faktor-faktor Cultural

Kultur merupakan penentu fundamental terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Seorang anak yang sedang tumbuh dewasa akan memperoleh satu set nilai-nilai,


(35)

persepsi-persepsi, preferensi-preferensi dan perilakunya melalui perilaku orang tua dan keluarganya dan berbagai lembaga penting lainnya, misalnya lembaga pendidikan yang diikutinya, setiap kultur terbentuk dari subkultur yang lebih kecil yang menyajikan identitas dan sosialisai yang lebih spesifik bagi masing-masing anggota mereka. Subkultur termasuk di dalamnya kebangsaan, agama, kelompok ras, dan kawasan geografik. Sekelompok orang juga menunjukan stratifikasi sosial misalnya dalam bentuk kasta (masyarakat India dan Hindu Bali). Masing-masing strata sosial menunjukan kelas sosial tertentu yang anggotanya menghormati nilai-nilai yang sama, perhatian, dan perilaku sosial. Suatu kelas sosial diindikasikan oleh sekelompok variable mata pencaharian, pendapatan, tingkat kesejahteraan, pendidikan, dan orientasi tentang nilai.

b. Faktor-faktor Sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, peran sosial, dan status masing-masing.

1) Kelompok referensi: terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (face to face) atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku anggota. Kelompok


(36)

yang memberikan pengaruh terhadap seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer seperti keluarga, teman-teman, tetangga, dan teman sekerja. Seseorang juga menjadi anggota kelompok sekunder seperti kelompok agama, kelompok profesional, serikat kerja, dan lain-lain. Demikian pula terdapat pengaruh dari kelompok sumber inspirasi sehingga seseorang berharap untuk dapat menjadi anggotanya atau kelompok disasosiatif di mana seseorang menolak nilai maupun perilaku dari kelompok itu.

2) Keluarga: merupakan organisasi pembelian oleh konsumen yang penting di dalam masyarakat, sehingga anggota keluarga menjadi kelompok referensi primer yang paling berpengaruh. Sehingga dikenal juga yang disebut dengan orientasi keluarga. Dari orang tuanya seseorang memperoleh orientasinya terhadap agama, politik, ekonomi, dan perasaan untuk menjadi sesuatu yang berharga (ambisi pribadi), dan juga cinta kasih. Pengaruh yang lebih bersifat langsung terhadap perilaku pembelian keseharian adalah keluarga paling dekat contohnya adalah suami atau istri seseorang dan anak-anaknya.


(37)

c. Faktor-faktor Personal

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik personal dirinya, misalnya:

1) Faktor usia dan tahap kehidupan seseorang. Cita rasa terhadap makanan, pakaian, furnitur dan jenis rekreasi sangat berhubungan dengan usia seseorang. Pola konsumsi juga dibentuk oleh tahap kehidupan berkeluarga, jumlah, usia, dan gender yang ada di dalam keluarga itu pada suatu saat. Pengalaman orang dewasa tertransformasi karena peristiwa perkawinan, kelahiran anak, kesehatan, perpindahan tempat tinggal, perceraian, perubahan karir seseorang, ataupun menjadi janda/duda akan sangat mempengaruhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

2) Masalah ekonomi dan mata pencaharian. Hal itu berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka. Misalnya, seorang buruh yang tak terdidik akan memiliki pola konsumsi yang berbeda dengan pekerja kantoran dalam hal pakaian, sepatu, makanan, alat transportasi yang dipilih, dan keanggotaan suatu kelompok.

3) Faktor personalitas dan konsep diri. Personalitas diartikan sebagai satu set tindakan psikologis manusia yang berbeda, yang mengakibatkan respon relative yang konsisten dari pengaruh stimulasi lingkungan. Hal itu terkait dengan


(38)

tingkat percaya diri, dominasi, kemampuan bersosialisai, dan kemampuan beradaptasi.

4) Gaya hidup dan nilai-nilai. Gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang diekspresikan terhadap aktivitas, perhatian, dan pendapat-pendapatnya.

D.Penelitian sebelumnya

1. Firdhaus Satria Simatupang (2014)

Firdhaus Satria Simatupang yang melakukan penelitian berjudul

PENGARUH PERSEPSI ANAK MUDA PADA MINAT

MENGUNJUNGI DESTINASI WISATA KOTAGEDE

YOGYAKARTA”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand image Kotagede dalam persepsi kelompok usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun. Penelitian ini juga ingin mengetahui apakah ada perbedaan

brand image Kotagede yang dipersepsikan oleh usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun, apakah brand image berpengaruh pada brand attitude dan apakah brand attitude berpengaruh pada minat berkunjung ke Kotagede. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wawancara dengan praktisi pariwisata dan memberikan kuesioner untuk diisi oleh responden.

Responden sebanyak 100 orang dengan menggunakan metode

purposive sampling untuk ketersedian anggota populasi. Teknis analisa

data melalui 2 tahap, Tahap I menggunakan metode content analysis dan common-theme approach untuk mendapatkan data yang akan


(39)

digunakan pada Tahap II, teknis analisa data pada Tahap II menggunakan uji beda rata-rata dua sampel independen untuk mengetahui perbedaan persepsi kelompok usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun dan menggunakan regresi linier sederhana untuk mengetahui

brand image pada brand attitude dan brand attitude pada minat

mengunjungi.

Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan persepsi dalam usia 16 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun, brand image berpengaruh positif pada brand attitude dan brand attitude tidak berpengaruh positif pada minat mengunjungi

2. YB. Gusti Adi Purbawisesa (2014)

YB. Gusti Adi Purbawisesa yang melakukan penelitian berjudul

CITRA DESTINASI WISATA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA : DALAM PERSEPSI WISATAWAN

NUSANTARA DAN PENDUDUK LOKAL”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apa saja citra destinasi wisata DIY dan apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi wisata DIY tersebut menurut persepsi dari wisatawan nusantara dan persepsi dari penduduk lokal DIY sendiri, serta untuk mengetahui apakah citra destinasi DIY dapat mempengaruhi minat wisatawan nusantara untuk berkunjung kembali dan minat penduduk untuk memberikan hospitality (keramah-tamahan) pada wisatawan. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap penelitian yaitu tahap pertama dilakukan dengan metode wawancara dengan tiga responden yang memiliki kompetensi dalam


(40)

bidang pariwisata untuk mengetahui secara jelas citra destinasi wisata DIY. Hasil dari penelitian tahap pertama digunakan sebagai dasar untuk membuat kuesioner yang akan digunakan pada penelitian tahap kedua. Pada penelitian tahap kedua dilakukan dengan metode kuesioner dengan pengambilan sampel menggunakan teknik convenience quota

sampling dan disebar sebanyak 200 responden yang dibagi menjadi 100

responden wisatawan nusantara dan 100 responden penduduk lokal yang berkunjung dan tinggal DIY.

Pada penelitian tahap pertama, digunakan metode content

analysis dan common theme approach untuk menganalisa hasil dari

wawancara. Kemudian pada penelitian tahap kedua, digunakan analisis data yaitu uji beda dan regresi linear sederhana dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20.

Hasil dari penelitian ini bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai citra destinasi DIY antara wisatawan nusantara dengan penduduk lokal DIY, dan persepsi citra destinasi DIY menurut wisatawan ternyata berpengaruh positif terhadap minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke DIY dan persepsi citra destinasi DIY menurut penduduk lokal berpengaruh positif terhadap minat penduduk untuk memberikan hospitality (keramah-tamahan) kepada wisatawan.


(41)

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian digunakan sebagai landasan untuk menjawab permasalahan penelitian (Supramono dan Haryanto, 2005:35). Landasan yang dimaksud berupa tinjauan literatur atas berbagai teori dengan hasil penelitian sebelumnya, berkenaan dengan masalah yang sedang diteliti. Menurut Supramono dan Haryanto, di dalam teori sendiri terdapat tiga elemen utama, yaitu:

1. Seperangkat konsep (konstrak) 2. Hubungan antar variabel

3. Tujuan untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena

Oleh sebab itu, kerangka teoritis juga memiliki konsep (variabel), hipotesis (proposisi) dan model. Untuk dasar penyusunan kerangka teoritis pada penelitian ini terlihat pada model serta penjelasan di bawah:

Gambar II.3. Model penelitian

Citra Destinasi Minat Berkunjung


(42)

F. Hipotesis

Dari landasan konseptual dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

: Ada perbedaan persepsi citra destinasi Waduk Sermo dalam kelompok usia.

: Citra destinasi berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang ke Waduk Sermo Kulon Progo.


(43)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendahuluan

Metode penelitiaan adalah cara untuk mendapatkan data-data secara ilmiah untuk membantu proses penelitian. Penelitian merupakan usaha penyeledikan yang sistematis dan terorganisasi menunjukan bahwa untuk mencapai tujuannya, penelitian menggunakan cara-cara atau prosedur tertentu yang diatur dengan baik (metode-metode). Metode penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian. (Dr. Nur Indriantoro dan Drs. Bambang Supomo, 1999:3)

Penelitian tahap I dimaksudkan untuk mendapatkan atribut-atriut yang nantinya akan digunakan pada penelitian tahap II sebagai pengembangan data kuisioner untuk penelitian tahap II. Penelitian tahap I mencari atribut-atribut tentang citra destinasi pariwisata Waduk Sermo dalam persepsi golongan usia 16 tahun – 30 tahun dan usia 31 tahun – 40 tahun. Sedangkan untuk tahap II akan meneliti dan menjelaskan rumusan masalah dua dan tiga, penelitian tahap II menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei melalui kuisioner yang diukur dengan menggunakan modifikasi skala likert.


(44)

B.Penelitian Tahap I 1. Tujuan Penelitian

Penelitian tahap pertama dilakukan peneliti bertujuan untuk mendapatkan atribut-atribut yang relevan dengan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo yang nantinya akan digunakan di penelitian selanjutanya (penelitian tahap II).

2. Jenis Penelitian

Penelitian tahap pertama menggunakan metode kualitatif yang menjelaskan mengenai hal-hal yang akan berkaitan dengan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk peneliti tahap I yaitu wawancara. Wawancara dimaksud untuk menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta pembicaraan yang terarah. Komunikasi akan dilakukan secara informal, yaitu pewawancara hanya mengingat pertanyaan kunci yang digunakan untuk menggali informasi. kelebihan metode wawancara yaitu peneliti dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dan sedalam mungkin mengenai penelitian yang sedang diteliti.


(45)

4. Responden

Pada tahap pertama, peneliti akan menggunakan narasumber untuk membantu menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

“Citra destinasi pariwisata Waduk Sermo” dengan harapan memperoleh

informasi yang mendukung untuk melakukan penelitian tahap selanjutnya. Beberapa narasumber yang diyakini memiliki pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan bidang pariwisata. Peneliti mempunyai target sebagai narasumber, antara lain :

a. Dinas Pariwisata Kubupaten Kulon Progo.

b. Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. c. HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia)

d. ASITA (association of the Indonesian Tours and Travel

Agencies)

5. Teknik Analisis Data

Data yang dapat di analisis merupakan gagasan-gagasan yang dapat disimpulkan menjadi sebuah atribut penelitian, dengan metode

content analysis (atribut-atribut yang sering diucapkan secara

terus-menerus oleh narasumber) dan common-theme approach (Atribut-atribut yang diucapkan serupa dengan narasumber lain) yang bersumber dari hasil wawancara dengan narasumber.


(46)

C.Penelitian Tahap II 1. Tujuan Penelitian

Penelitian tahap kedua dapat dilakukan setelah mendapatkan hasil data dari penelitian tahap pertama, yaitu berbagai atribut penelitian (instrumen penelitian) yang akan digunakan dalam angket (kuesioner).

2. Jenis Penelitian

Penelitian tahap kedua menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menganalisis variabel-variabel apa saja yang berpengaruh pada pembentukan citra destinasi pariwisata Waduk Sermo.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Indrianto dan Supomo (1999:115) Populasi (population) yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi (population element). Penelitian ini sendiri mengambil populasi wisatawan yang sedang berkunjung ke Waduk Sermo Kulon Progo, D.I Yogyakarta. Serta orang yang pernah berkunjung di Waduk Sermo Kulon Progo, D.I Yogyakarta.


(47)

b. Sampel

Menurut Hermawan (2006;147) Sampel merupakan suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel. Dengan mengambil sampel peneliti ingin menarik kesimpulan yang akan digeneralisasi terhadap populasi.

Kita asumsikan bahwa tingkat variabilitas dalam populasi adalah 50% sehingga proporsinya adalah sebagai berikut: p= 50% dan q= 50%. Tingkat akurasi yang diinginkan (e) adalah persen (Tingkat akurasi rendah ditunjukan dengan presentase besar) dengan level of confidence 95% dengan nilai z (z value) 1.96

Rumus untuk menentukan jumlah sampel adalah :

N =

=

=

=


(48)

Di mana:

N = ukuran sampel (sampel zise)

z = standard error dikaitkan dengan level of confidence yang dipilih

p = variabilitas dalam populasi (estimated variability in the

population)

q = (100-p)

e = tingkat kesalahan yang dapat diterima.

Maka, jumlah sampel yang diambil untuk penelitian ini, sesuai dengan menggunakan rumus didapat sampel dengan jumlah 96. Untuk mempermudah pembagian kuesioner dibulatkan menjadi 100. Maka digunakan 100 responden wisatawan sebagai sampel. Dalam penelitian ini sampel adalah wisatawan yang sedang melakukan wisata di Waduk Sermo atau wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke Waduk Sermo Kulon Progo.


(49)

4. Teknik Pengambilan sampel

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non

probability sampling. Teknik yang digunakan pada penelitian adalah

convenience sampling. Peneliti telah menentukan kriteria untuk

ketersediaan anggota populasi untuk mendukung penelitian dan diharapkan sampel yang terkumpul memenuhi kriteria guna mendukung penelitian. Kriteria yang dimaksud adalah wisatawan yang sedang berkunjung atau pernah berkunjung ke objek wisata Waduk Sermo Kulon Progo.

D.Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel-variabel berdasar hipotesis yang telah ditentukan, yaitu :

1. Citra Destinasi (Destination Image)

Menurut Echner & Ritchie (1991) citra destinasi sebagai

“kesan tempat” atau “persepsi area” (dalam Jørgensen, 2004;13).

Variabel utama dalam penelitian ini, yang menjadikan obyek penelitian paling mendasar yang akan di uji.

2. Kunjungan Ulang

Menurut Ajzen and Fishbein (1980) keinginan untuk melakukan perjalanan di masa depan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap pengalam masalalunya(dalam Petrick, Morais dan Norman, 2001;42).


(50)

E.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang berfungsi sebagai sumber data yang memberikan informasi bagi penelitian ini. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah beberapa orang atau kelompok yang mempunyai hubungan dengan pariwisata, lebih spesifiknya yaitu wisatawan, pelajar dan masyarakat umum yang pernah berkunjung ke Objek Wisata Waduk Sermo. Alasannya, karena wisatawan, pelajar dan masyarakat umum yang sudah pernah berkunjung ke Waduk Sermo merupakan individu-individu yang sudah melangalami proses pembelian produk wisata tersebut.

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah merupakan data yang harus diukur dengan bantuan skala tertentu atau sering disebut variabel penelitian. Objek penelitian ini adalah citra destinasi pariwisata Waduk Sermo yang dapat mempengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ulang.


(51)

F. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi :

a. Tahap I – Dinas Pariwisata Kulon Progo, Dinas Pariwisata DIY, dan tempat-tempat yang menjadi lokasi (kesepakatan) untuk wawancara dengan responden yang menjadi narasumber dalam penelitian tahap I.

b. Tahap II – Penelitian ini mengambil lokasi destinasi pariwisata Waduk Sermo dan di daya tarik wisata dengan tingkat wisatawan yang tinggi salah satunya di Alun-alun kota Wates.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tahun 2015 dari bulan April hingga Juli. Dimulai dengan penelitian tahap 1 di bulan April hingga pertengahan bulan Mei serta penelitian tahap 2 di pertengahan bulan Mei bulan Juni kemudian akan dilakukan analisis data dan pengambilan kesimpulan pada pertengahan bulan Juli 2015. Serta editing dan finishing skripsi pada pertengahan hingga akhir bulan Juli 2015.

G.Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan model pengumpulan data. Peneliti ini menggunakan sumber data menurut Indrianto dan Supomo (1999:146)


(52)

sebagai berikut Data Primer (Primary Data) merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan peneliti. Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1) metode survey dan (2) metode observasi.

H.Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara (Interview)

Metode pengumpulan data primer yang dilakukan dengan cara komunikasi secara langsung (tatap muka) antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan responden yang menjawab pertanyaan secara lisan. Wawancara tatap muka dapat dilakukan di tempat bekerja responden, di rumah responden atau di tempat lain. 2. Kuesioner (Questionnaires)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui. Skala pengukuran menggunakan Modifikasi Skala Likert, dimana sangat setuju (SS) diberi nilai 4; setuju (S) diberi nilai 3; tidak setuju (TS) diberi nilai 2; sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1


(53)

I. Teknik Pengujian Instrumen

Hal pertama sebelum melakukan analisis data yang diperoleh, kuisioner yang telah dibagi akan dilakukan tes validitas dan reliabilitas dahulu. Instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Menurut Anwar Sanusi (2011:77) validitas instrument ditentukan dengan mengorelasikan antara skor yang diperoleh setiap butir pertanyaan atau pertanyaan dengan skor total. Skor total adalah jumlah dari semua skor pertanyaan atau pernyataan. Jika skor tiap butir pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan skor total pada tingkat alfa tertentu (misalnya 1%) maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur itu valid. Sebaliknya, jika korelasinya tidak signifikan, alat pengukur itu tidak valid dan tidak perlu dipakai untuk mengukur atau mengambil data. Validitas yang diperoleh dengan cara diatas dikenal dengan validitas konstruk (construct validity). Rumus yang digunakan untuk mencari nilai korelasi adalah korelasi Pearson Product Moment yang dirumuskan sebagai berikut.


(54)

Di mana :

r = koefisien korelasi X = skor butir

Y = skor total butir

N = jumlah sampel responden.

Untuk menentukan instrumen itu valid atau tidak maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

a. Jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan valid.

b. Jika r hitung ≤ r tabel dengan taraf keyakinan 95%, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat pengukur menunjukan konsistensi hasil hasil pengukuran sekiranya alat pengukur itu digunakan oleh orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang berlainan. Reliabilitas ini mengandung objektivitas karena hasil pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya. (Anwar Sanusi, 2011:81).

Menurut Sugiono (2007:190) pengujian reliabilitas instrument dilakukan dengan internal consistency dengan Teknik Belah Dua (split

half) yang dikenal dengan rumus Spearman Brown yang dirumuskan


(55)

=

Di mana:

= reliabilitas internal seluruh instrument

= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

J. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Sugiyono (2007:206) yang dimaksud statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

2. Uji t

Uji statistic t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variable penjelas secara individu dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis nol ( ) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter ( ) sama dengan nol, atau:

artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel dependen. hipotesisi


(56)

alternatifnya ( ), parameter suatu variable tidak sama dengan nol, atau:

artinya, variael tersebut merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variable dependen.Untuk menguji kedua hipotesis ini digunakan statistic t. statistic t dihitung dari formula sebagai berikut:

t =

di mana S = standar deviasi, yang dihitung dari akar varians. Varians (variance), atau , diperoleh dari SSE dibagi dengan jumlah derajat kebebasan (degree of fredom). Dengan kata lain

Di mana:

N = Jumlah observasi

K = jumlah parameter dalam model, termasuk intercept

Cara melakukan uji t adalah dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel sebagai berikut: apabila nilai statistic t hasil perhitungan lebih tinggi disbanding nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternative, yang menyatakan bahwa suatu variable independen secara individual mempengaruhi variable dependen.


(57)

Regresi sederhana dapat digunakan untuk memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi, selain digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel, juga dapat menunjukan arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah:

Y = α + β1 X

Keterangan:

Y = Nilai Minat Kunjung Ulang

α = Konstanta, yaitu besarnya nilai Y ketika nilai X=0

β = Arah koefisien regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y apabila terjadi perubahan nilai X. Bila (+) maka arah garis akan naik, dan bila (-) maka nilai garis akan turun

X = variabel Citra Destinasi

ε = error term atau faktor pengganggu

Jika koefisien β bernilai positif, maka dapat diartikan bahwa

antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat korelasi positif atau searah. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan variabel bebas diikuti dengan kenaikan atau penurunan variabel terikat. Sedangkan jika


(58)

koefisien β bernilai negatif, maka menunjukan arah yang berlawanan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan variabel bebas akan diikuti dengan penurunan variabel terikat atau sebaliknya.

4. Uji Normalitas

Uji asumsi ini akan menguji data variable bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P-Plot, uji Chi Square,

Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorof Smirnov. Uji normalitas

yang akan digunakan adalah Uji P-Plot

5. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya. Artinya, setiap observasi mempunyai reliabilitas yang berbeda akibat perubahan dalam kondisi yang melatarbelakangi tidak terangkum dalam spesifikasi model. Gejala heteroskedastisitas lebih sering dijumpai dalam data silang tempat dari pada runtut waktu, maupun juga sering muncul dalam analisis yang menggunakan data rata-rata (Kuncoro, 2007;96).


(59)

Gejala heteroskedastistas diuji dengan metode Glejse dengan cara menyusun regresi antara nilai absolut residual dengan variable bebas. Apabila masing-masing variable bebas tidak terpengaruh signifikan terhadap absolut residual ( ) maka dalam model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.


(60)

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM DAN DAYA TARIK WADUK SERMO

A. Gambaran Umum Waduk Sermo 1. Sejarah Waduk Sermo

Proyek pembangunan Waduk Sermo merupakan salah satu komponen program IISP (Integreted Irrigation Sector Project) yang pembiayaannya berasal dari APBN murni dan bantuan ADB. Studi kelayakan Waduk Sermo dilakukan oleh Mac Donald tahun 1980, dilanjutkan oleh PT Indra Karya tahun 1985 dan 1991. Penelitian untuk mengetahui waduk sermo layak dibangun dari segi teknis dan ekonomis dilakukan oleh ELC – Electroconsult pada tahun 1992. Waduk Sermo ini dibuat dengan membendung Kali Ngrancah yang dapat menampung air 25 juta meter kubik. Pembangunannya diselesaikan dalam waktu dua tahun delapan bulan (1 Maret 1994 hingga Oktober 1996). Waduk Sermo ini diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto dan akhirnya resmi beroperasi pada tahun 1997. Pembangunan Waduk Sermo ini membuat Pemda Kulon Progo harus memindahkan 107 KK dengan bertransmigrasi ke Tak Toi Bengkulu, dan ke PIR kelapa sawit Riau.

Tujuan pembangunan waduk ini adalah untuk suplesi sistem irigasi daerah Kalibawang yang memiliki cakupan areal seluas 7.152


(61)

Ha. Sistem irigasi tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi, diantaranya Clereng, Pengasih, dan Pekik Jamal.

Pembangunan Waduk Sermo diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian melalui perluasan areal, effisiensi air irigasi dan peningkatan intensitas tanam, sehingga diharapkan dapat memperbaiki pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan kesempatan kerja di daerah tersebut (https://waduksermo.wordpress.com).

2. Letak Waduk Sermo

Waduk Sermo terletak di Kawasan Bukit Menoreh, tepatnya di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo atau kurang lebih lima km di sebelah barat kota Wates. Waduk yang mempunyai luas genangan kurang lebih 157 Hektar ini, menjadi penyangga air bagi pertanian di bawahnya sekaligus menjadi obyek wisata yang menarik.

Waduk Sermo ini terdiri dari bendungan utama yang merupakan tipe urugan batu berzona dengan inti kedap air. Waduk Sermo panjang 190.00 m, lebar 8,00 m, tinggi max 58,60 meter dan volume urugan 568,000 meter.


(62)

Perjalanan menuju Waduk Sermo ini, memang sedikit berkelok-kelok naik dan turun namun keadaan ini memberikan sensasi yang menyenangkan karena kita bisa menikmati alam perbukitan. Kondisi jalan yang kini sudah bagus dapat kita tempuh kurang lebih 15-20 menit dari kota Wates.

Ada dua jalur yang bisa kita gunakan untuk bisa mencapai waduk ini, jika menggunakan kendaraan pribadi, kita bisa melalui jalur Pengasih dan jalur Wates. Jalur ini, melewati RSUD Wates ke arah barat, selanjutnya ikuti saja papan petunjuk yang tersedia di sepanjang perjalanan. Apabila menggunakan transportasi umum, kita bisa memakai transportasi bus atau angkutan umum dari RSUD Wates menuju Kokap. Angkutan umum tidak bisa masuk sampai lokasi Waduk Sermo, sehingga harus turun sebelum pintu gerbang Waduk Sermo (https://waduksermo.wordpress.com).

B. Daya Tarik Waduk Sermo

Pengunjung atau wisatawan dapat menikmati keindahan Waduk Sermo ini dengan melewati jalan lingkar aspal sepanjang 21 km atau berkeliling menggunakan perahu wisata. Selain sekadar jalan-jalan menikmati keindahan waduk, pengunjung juga dapat melakukan kegiatan santai, seperti memancing, bersepeda, atau jogging. Untuk bisa bersantai ria sambil menikmati kesejukan perbukitan menoreh dan melihat


(63)

keindahan Waduk Sermo dari ketinggian, pengunjung bisa duduk santai di sebuah gardu pandang yang ada di sekitar waduk.

Waduk Sermo tidak hanya dijadikan sebagai tempat rekreasi saja tetapi bisa juga dijadikan irigasi yang digunakan untuk mengairi daerah sekitar. Pengunjung dapat mendatangi kantor pengelola/pelayanan jika ingin mengetahui banyak tentang sejarah maupun data statistik tentang Waduk Sermo.

Sebelum memasuki kawasan Waduk Sermo, dikenai retribusi masuk obyek wisata di pos TPR untuk mobil dikenai tarif Rp 3000, Rp 1000 untuk motor, Rp 5.000 untuk bus dan truk. Sedangkan tarif masuk pengunjung dikenakan biaya Rp 2.000 per orang.

Di area parkir, juga masih akan dikenai biaya Rp 1.500 untuk motor, Rp 3.000 untuk mobil dan Rp 5.000 untuk bus dan truk. Anda bisa berkeliling menggunakan perahu wisata jika anda ingin menikmati keindahan bendungan atau waduk sermo lebih dekat. Biaya sewa perahu wisata ini Rp 5.000 (Dewasa) dan Rp 3.000 (Anak). Perahu wisata ini akan diberangkatkan keliling waduk jika ada minimal lima orang penumpang dan maksimal 10 orang dengan durasi waktu sekitar 20 menit.

Selain semua fasilitas yang disediakan, wisata alam waduk sermo juga di lengkapi dengan TIM SAR. Tim SAR di sini mempunyai tugas


(64)

menjaga keamanan waduk, dan bersiaga apabila terjadi kecelakaan air di Waduk Sermo (https://waduksermo.wordpress.com/).

1. Camping Ground

Gambar IV.1.

Camping Ground Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Saat ini di lokasi wisata Waduk Sermo juga sudah tersedia lokasi kemping (Camping Ground) yang dikelola oleh sejumlah aktivis muda di daerah Nggudang – Sermo Tengah. Camping ground sudah dilengkapi dengan instalasi air bersih, toilet/kamar mandi, dan pasokan listrik yang memberikan kemudahan bagi para peserta camping untuk melaksanakan kegiatan outdoor, tanpa direpotkan untuk hal-hal mendasar tersebut.

Untuk mencapai lokasi perkempingan, peserta dapat menggunakan sarana angkutan air dari dermaga Waduk, atau dengan menggunakan kendaraan darat menyusuri jalan aspal yang mengelilingi waduk Sermo.


(65)

Lokasi yang cukup landai, dengan halaman birunya air waduk sermo adalah pemandangan sempurna yang jarang ditemui di lokasi perkempingan lainnya. Dan suasana perkempingan malam akan semakin seru saat, para ibu-ibu warga setempat membakar ikan, jagung atau mbakmi (memasak mie godok khas Kulon Progo).

Dari areal perkempingan yang ada, peserta kemping dapat melaksanakan ragam kegiatan yang menggunakan media air waduk ataupun media alam pegunungan, semisal hiking ataupun jejak malam (http://waduksermo.com).

2. Gendis Resto Sermo

Gambar IV.2

Gendis Resto Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Selain menikmati pemandangan alam Waduk Sermo, para pengunjung juga dapat menikmati wisata kuliner dengan singgah di Gendhis Resto Sermo. Lokasi resto tersebut terletak pada lereng timur


(66)

waduk, berdekatan dengan dengan dermaga utama. Lokasi resto yang berada pada posisi tebing yang lebih tinggi, memberikan kesempatan pengunjung untuk mendapatkan titik pandang yang lebih luas ke seluruh waduk sambil menikmati suguhan kulinernya.

Menu makan utama yang disediakan adalah Ikan Bakar yang benar-benar 100% dibakar melalui teknik bakar-asap batok kelapa. Pengunjung akan menikmati ikan bakar yang sebenarnya, karena ikan menjadi matang, tidak berminyak dan rendah kolesterol; tidak seperti praktek pada umumnya dimana ikan digoreng dahulu sebelum dibakar guna mempercepat penyiapannya meski beresiko kurang bagus terhadap kesehatan. Sementara Dawet Legen adalah menu minuman yang harus dicoba, dimana pemanis dawet menggunakan air nira bunga kelapa yang telah dimasak yang disebut Legen. Selain menu Ikan Bakar dan Dawet Legen, Gendhis Resto sermo juga menyediakan makanan dan minuman pilihan lainnya.

Gendhis Resto Sermo juga dilengkapi fasilitas Mushola (praying

room), play-ground untuk anak-anak yang telah di design secara aman,


(67)

3. Sanggar Tari

Gambar IV.3

Sanggar Tari Anak Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Berdekatan dengan lokasi Camping Ground, juga berdiri sebuah bangunan rumah kayu Jawa model Limasan yang diperuntukkan sebagai Sanggar Tari Anak. Sebuah dedikasi untuk meneruskan budaya tari pegunungan yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Sermo, yang dengan bangga menyatakan sebagai wong

nggunung (orang dari pegunungan).

Sanggar Tari Anak ini menyuguhkan paket kursus kilat menari

‘Kuda Lumping Anak’ yang cukup sederhana gerakannya, dan sangat

mudah dipelajari dan dicerna oleh anak-anak.

Pada sesi pagi hari, anak-anak akan berlatih tari ‘Kuda Lumping

Anak’ dibawah didikan instruktur tari dengan didampingi para orang

tuanya. Setelah istirahat makan siang, saatnya pertunjukan tari ‘Kuda Lumping Anak’ dengan kostum penuh/komplit selayaknya penari kuda


(68)

lumping diiringi oleh penabuh gamelan langung, dan para orang tua serta pengunjung lainnya menjadi penonton. Inilah saatnya anak-anak memandang langit, berjingkrak, menari, dan melompat-lompat dengan kuda kepangnya.

Sebuah sertifikat akan diberikan, sebagai tanda kelulusan telah mengikuti kursus tari ‘Kuda Lumping Anak’ yang akan menjadi oleh-oleh yang berkesan saat kembali dari liburan untuk ditunjukkan kepada guru dan teman-temannya, sebelum dipajang didinding kamar tidurnya. (http://waduksermo.com).

4. Omah Gulo Jowo

Gambar IV.3

Omah Gulo Jowo Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Omah Gulo Jowo dalam bahasa Indonesia, berarti Rumah Gula Jawa, adalah salah satu tempat yang layak dikunjungi. Sermo selain menawarkan keindahan pemandangan alam-nya, juga menjadi rumah para pengrajin gula merah atau gula kelapa yang tetap mempertahankan


(69)

cara pengolahan gula secara tradisional dan tidak menggunakan zat kimia. Untuk mengentalkan dan mengeraskan adonan nira kelapa agar menjadi gumpalan gula mereka tetap menggunakan getah pohon manggis bukan zat kimia yang mulai umum dipakai. Maka ciri utama gula merah dari Sermo, adalah padat-kering tetapi mudah dipecah dengan jari-jari kita.

Di Omah Gulo Jowo pengunjung dapat menyaksikan film dokumenter berdurasi 30 menit kehidupan sehari-hari para keluarga pengrajin gula jawa, dan menyaksikan barang-barang perlengkapan yang dipakai untuk bekerja dan membuat gula jawa dari pengambilan nira bunga kelapa hingga proses memasak dan mencetaknya menjadi gumpalan gula Jawa.

Pengunjung juga dapat menyaksikan secara langsung proses memasak nira kelapa hingga menjadi gula merah di dapur Omah Gulo Jowo, yang terletak di bagian belakang dari rangkaian bangunan yang berbentuk rumah Joglo Jawa tersebut. Bagi yang tertarik untuk mencoba memasaknya sendiri, tentunya para pengrajin akan sangat gembira mengajarinya (http://waduksermo.com).


(70)

5. Jathilan

Gambar IV.5

Jathilan Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Jathilan merupakan kesenian rakyat tradisional yang berbentuk tarian. Kesenian ini merupakan salah satu kesenian paling tua di pulau

Jawa. Kesenian Jathilan ini sering disebut juga “Jaran Kepang”.

Kesenian Jathilan menceritakan tentang bagaimana kegagahan seorang Prajurit Perang dengan menunggangi kuda sambil menghunus sebuah pedang. Ketika pentas sang penari menggunakan sebuah kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit binatang. Penari biasanya di rias sedemikian rupa untuk memperindah wajah dan pakaian yang digunakan juga menggunakan pakaian khusus. Alat musik yang digunakan untuk mengiringi kesenian ini ada beberapa jenis gamelan diantaranya, Kendang, Saron, Bonang, Kempul, Gong, Slompret, Ketipung dll.


(71)

Pertunjukan Jathilan ini dilakukan atau diselenggarakan di tempat terbuka yang cukup luas karena membutuhkan tempat atau sarana yang luas untuk melakukan sebuah gerakan yang sangat dinamis. Salah satu yang menarik dari kesenian ini adalah adanya penari yang kerasukan mahluk halus berupa Roh Kuda ( in trance atau ndadi). Seiring dengan berjalannya waktu fungsi Jathilan yang dulunya ujntuk memanggil arwah binatang kini berubah fungsi menjadi tontonan masyarakat, Jathilan juga masih digunaka untuk beberapa jenis upacara untuk memeriahkan acara pernikahan, khitanan, dan selamatan bayi.

Saat ini kesenian Jathilan masih hidup dan berkembang terutama di wilayah desa Hargowilis ini. Di desa Hargowilis ini ada beberapa sanggar kesenian Jathilan yang masih menjaga tradisi dan warisan budaya nenek moyang mereka. Seperti contoh : Jathilan Prajono yang ada di dusun Clapar, Jathilan Taruno Kudo Budoyo yang ada di dusun Sidowayah, Wiji Laras Budoyo yang ada di dusun Sremo Tengah, dan Langen Kudo yang ada di dusun Tegal Rejo (http://waduksermo.com).


(72)

6. Perahu Wisata

Gambar IV.6

Perahu Wisata Destinasi Pariwisata Waduk Sermo

Destinasi pariwisata Waduk Sermo tidak terlepas dari wisata airnya yang sangat menarik. Di sana tersedia 5 perahu wisata yang dapat dipergunakan untuk mengelilingi waduk. Keberadaan perahu wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Bagi pengunjung yang ingin berkeliling waduk cukup dikenakan tarif sebesar Rp. 10.000. pengunjung akan dimanjakan dengan berkeliling di seputaran waduk menikmati pemandangan perbukitan menorah dan air yang tenang selama kurang lebih tiga puluh menit.

Berperahu wisata di Waduk Sermo menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan. Apalagi bagi mereka yang tidak pernah menikmati permainan air. Bahkan, bagi yang tidak terbiasa bisa pusing.


(73)

53

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Penelitian Tahap I

Berikut adalah narasumber-narasumber yang dipilih peneliti untuk menggali berbagai informasi yang berhubungan dengan citra destinasi Waduk Sermo:

1. Bapak Kuat Tri Utomo sebagai Kepala Seksi Obyek dan Sarana Prasarana Pariwisata, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo. Dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 Mei 2015 pukul 14. 00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB bertempat di Kantor Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo Jl. Sugiman No. 12 Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Bapak Sutanta sebagai Ketua Desa Wisata Sermo. Dilaksanakan pada hari Kamis 7 Mei 2015 pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB bertempat di Angkrigan Mami Sur

3. Bapak Andri Berlianto sebagai Tour Operator Kulon Progo. Dilaksanakan pada hari Selasa 12 Mei 2015 pukul 17.00 WIB sampai dengan 19.00 WIB bertempat di Angkrigan Mami Sur

Waktu pelaksanaan penelitian tahap pertama ini dilakukan dari tanggal 5 Mei 2015 hingga 12 Mei 2015. Analisis data yang digunakan pada penelitian tahap pertama ini menggunakan metode Content Analysis


(74)

dan Common-Theme Approach. Maka hasil dari wawancara tersebut sebagai berikut :

1. Citra destinasi Waduk Sermo (Content Analysis)

a. Citra destinasi yang disampaikan oleh responden pertama yaitu:

i. Wisata alam buatan ii. Wisata air

iii. Wisata edukatif/ pendidikan iv. Wisata keluarga

v. Wisata positif

vi. Pemandangan danau terhijau di Indonesia vii. Wisata minat khusus

viii. Akses jalan yang baik

ix. Fasilitas penginapan yang masih kurang x. Fasilitas rumah makan yang masih kurang xi. Desa wisata

xii. Wisata petualangan xiii. Aman dan tentram xiv. Pagelaran seni/ event

xv. Tempat kumpul komunitas xvi. Bersih

xvii. Terkenal.


(75)

i. Satu-satunya danau di Yogyakarta ii. Waduk terindah di Indonesia iii. Pemandangan alam

iv. Desa wisata v. Kesejukan udara vi. Keramah-tamahan vii. Wisata air

viii. Home stay

ix. Wisata edukasi

x. Kurang gardu pandang xi. Tempat kumpul komunitas xii. Pagelaran seni tradisional.

c. Citra destinasi yang disampaikan oleh responden ketiga yaitu: i. Waduk di ketinggian

ii. Foto udara berbentuk alien iii. Ikan red devil

iv. Waduk terindah di Indonesia v. Air yang tenang

vi. Wisata motor vii. Wisata sepeda viii. Wisata perahu

ix. Ketenangan x. Wisata keluarga


(76)

xi. Aman dan ramah

xii. Sedikitnya gardu pandang xiii. Bersahaja

xiv. Bersih xv. Wisata air

xvi. Kurang pengembangan xvii. Rumah makan yang minim xviii. Wisata positif

xix. Penginapan yang kurang tersedia

2. Citra destinasi Waduk Sermo (Common-Theme Approach) a. Pagelaran seni tradisional

b. Tempat kumpul komunitas c. Wilayah yang Aman d. Masyarakat yang ramah

e. Memiliki fasilitas rumah makan

f. Pemandangan danau terhijau di Indonesia g. Desa wisata

h. Memiliki fasilitas penginapan i. Wisata positif

j. Wisata keluarga k. Wisata air l. Wisata edukatif


(77)

n. Wilayah yang Bersih o. Ketersedian gardu pandang p. Daerah yang sudah terkenal

B. Penelitian Tahap II

1. Hasil Data Karakteristik Responden

Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang dengan ketentuan responden yang sudah ditentukan oleh peneliti. Adapun identitas responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Daerah Asal Wisatawan

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan daerah asal dibagi menjadi dua yaitu penduduk luar DIY dan penduduk DIY. Berikut adalah hasil karakteristik partisipan berdasarkan daerah asal wisatawan:

Tabel V.1

Distribusi Frekuensi Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal

Asal Daerah Frekuensi Persentase

Penduduk Luar DIY 40 40%

Penduduk DIY 60 60%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Juli 2015

Berdasarkan tabel V.1, persentase wisatawan dari penduduk DIY lebih besar yaitu sebesar 60% atau 60 orang


(78)

dibandingkan dengan wisatawan dari penduduk luar DIY yang memliki persentase lebih kecil yaitu sebesar 40% atau 40 orang.

b. Jenis Kelamin Wisatawan

Deskripsi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Berikut adalah hasil karakteristik partisipan berdasarkan jenis kelamin:

Tabel V.2

Distribusi Frekuensi Wisatawan berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 46 46%

Perempuan 54 54%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Juli 2015

Berdasarkan tabel V.2, persentase wisatawan perempuan lebih besar yaitu sebesar 54% atau 54 orang dibandingkan dengan persentase wisatwan laki-laki yang memiliki persentase lebih kecil yaitu sebesar 46% atau 46 orang.


(79)

c. Usia Wisatawan

Karakteristik responden berdasarkan usia dikelompokkan menjadi dua kelompok dengan rentang usia 16-30 tahun dan usia 31-40 tahun. Berikut adalah hasil karakteristik responden berdasarkan usia:

Tabel V.3

Distribusi Frekuensi Wisatawan berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

16 tahun - 30 tahun 50 50%

31 tahun - 40 tahun 50 50%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Juli 2015

Berdasarkan tabel V.3, persentase wisatawan berusia antara 16-30 tahun yaitu sebesar 50% atau 50 orang dan sisanya berusia antara 31-40 tahun sebesar 50% atau 50 orang.

d. Tingkat Pendidikan Wisatawan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan wisatawan dikelompokan menjadi enam (6) kelompok, yaitu kelompok Sekolah Dasar, SLTP/SMP Sederajat, SLTA/SMA Sederajat, sarjana (S1), Pasca Sarjana (S2 dan S3) dan Lain-lain. Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan wisatawan:


(80)

Tabel V.4

Distribusi Frekuensi Bedasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

Sekolah Dasar. 0%

SLTP/SMP Sederajat. 5 5%

SLTA/SMA Sederajat. 58 58%

Sarjana (S1) 28 28%

Pasca Sarjana (S2 dan S3) 2 2%

Lain-lain 7 7%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Juli 2015

Berdasarkan tabel V.4 wisatawan berpendidikan terakhir SLTA/SMA Sederajat memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 58% atau 58 orang disusul oleh persentase wisatawan berpendidikan terakhir Sarjana (S1) sebesar 28% atau 28 orang, lalu persentase wisatawan berpendidikan terakhir Lain-lain sebesar 7% atau 7 orang, kemudian persentase wisatawan berpendidikan terakhir SLTP/SMP Sederajat sebesar 5% atau 5 0rang dan yang terakhir adalah persentase wisatawan berpendidikan terakhir Pasca Sarjana (S2 dan S3) sebesar 2% atau 2 orang. Sedangkan untuk wisatawan yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar tidak dijumpai dalam penelitian ini.

e. Jenis Pekerjaan Wisatawan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yang sedang dilakukan sekarang dibagi menjadi delapan (8) kelompok, yaitu kelompok Pelajar, Pegawai Swasta, Pegawai


(81)

Negeri Sipil, Wiraswasta, Ibu Rumah Tangga, Profesional, TNI/Polri dan kelompok Lain-lain.

Tabel V.5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Sekarang Frekuensi Persentase

Pelajar 39 39%

Pegawai Swasta 18 18%

Pegawai Negeri Sipil 5 5%

Wiraswasta 23 23%

Ibu Rumah Tangga 2 2%

Profesional 2 2%

TNI/Polri 4 4%

Lain-lain 7 7%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data primer yang diolah, Juli 2015

Berdasarkan tabel V.5 wisatawan dengan status pekerjaan Pelajar memiliki persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 39% atau 39 orang, disusul oleh persentase wisatawan dengan status pekerjaan Wiraswasta sebesar 23% atau 23 orang, lalu persentase wisatawan dengan status pekerjaan Pegawai Swasta sebesar 18% atau 18 orang, kemudian persentase wisatawan dengan status pekerjaan Lain-lain sebesar 7% atau 7 orang, selanjutnya persentase wisatawan dengan status pekerjaan Pegawai Negeri Sipil sebesar 5% atau 5 orang, kemudian persentase wisatawan dengan status pekerjaan TNI/Polri sebesar 4% atau 4 orang dan yang terakhir adalah persentase wisatawan dengan status pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Profesional yang masing-masing memiliki persentase 2% atau 2 orang.


(1)

162

LAMPIRAN

IX

Surat-Surat yang

Berhubungan dengan

Pelaksanaan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

164 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

166

LAMPIRAN

X

Dokumentasi Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH CITRA DESTINASI KEBUN RAYA CIBODAS SEBAGAI DESTINASI WISATA ALAM TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG.

12 42 50

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN : Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

0 2 58

PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE KABUPATEN BELITUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA KEPULAUAN :Survey pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Belitung.

13 39 49

PENGARUH CITRA DESTINASI PARIWISATA KABUPATEN BELITUNG TERHADAP PERILAKU PASCA BERKUNJUNG WISATAWAN NUSANTARA.

6 32 67

ANALISIS PLACE BRANDING UNTUK MENINGKATKAN CITRA KABUPATEN PURWAKARTA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN MENGUNJUNGI DESTINASI PARIWISATA: Survei terhadap Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke Kabupaten Purwakarta.

5 18 77

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

1 3 10

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 0 1

PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP INTENSI BERKUNJUNG KEMBALI WISATAWAN DENGAN KEPUASAN TERHADAP SPORT EVENT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING - Repositori Universitas Andalas

0 1 8

PENGARUH EVENT PARIWISATA TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei pada Wisatawan Domestik yang Berkunjung ke Event Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi)

1 6 10