Peranan Komisi Penyiaran Daerah (KPID) Provinsi Jawa Barat Melalui Pembinaan Pada Media Televisi Di Bandung Dalam Meningkatkan Kualitas Penyiaran

(1)

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Ilmu Humas

Oleh :

RUNTINI KRISNIYAWATI NIM. 41807153

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

v

ABSTRAK

PERANAN KOMISI PENYIARAN DAERAH ( KPID) PROVINSI JAWA BARAT

MELALUI PEMBINAAN PADA MEDIA TELEVISI DI BANDUNG DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PENYIARAN

Oleh:

RUNTINI KRISNIYAWATI

NIM. 41807153

Skripsi ini dibawah bimbingan

Rismawaty, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peranan KPID Provinsi Jawa

Barat Melaui Pembinaan Pada Media Televisi Di Bandung Dalam meningkatkan kualitas

penyiaran , ditinjau dari fungsi, proses, kegiatan, KPID Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data

yang diperoleh peneliti didapatkan dengan cara wawancara mendalam, observasi,

dokumentasi, studi kepustakaan dan internet searching. Adapun teknik analisa data yang

digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan,

evaluasi. .Subjek penelitian ini adalah Ketua KPID Jawa Barat Selain itu terdapat pula 2

orang dari media Televisi Bandung sebagai informan kunci.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa KPID Provinsi Jawa Barat dalam menjalankan

fungsinya. Berbagai proses dalam menjalankan fungsinya banyak dilakukan oleh KPID

Provinsi Jawa Barat sebagai upaya untuk membuat strategi guna dijadikan panduan dalam

kegiatan nyata. Banyak kegiatan nyata yang telah dilakukan KPID Provinsi Jawa Barat

guna mengoptimalkan fungsinya sebagai lembaga pengawasan dan pembina lembaga

penyiaran. Oleh karena itu, KPID Provinsi Jawa Barat telah menjalankan perannya dengan

baik dalam mengawasi dan membina isi siaran pada televisi lokal di Kota Bandung

Kesimpulan menunjukan bahwa KPID Provinsi Jawa Barat telah melakukan

peranannya sesuai dengan fungsinya yaitu melakukan pembinaan pada media televisi di

bandung..

Saran untuk kedepannya KPID Provinsi Jawa Barat harus lebih menambah

kerjasama dengan insitusi perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat strategis

dalam menjalankan peranannya.


(5)

v

ABSTRACT

BROADCASTING COMMISSION REGIONAL ROLE (KPID) WEST JAVA

PROVINCE THROUGH GUIDANCE IN THE MEDIA TELEVISION BROADCAST

QUALITY INCREASE IN BANDUNG

by:

RUNTINI KRISNIYAWATI

NIM. 41807153

This thesis under the guidance of :

Rismawaty, S.Sos., M.Si

His study aims to determine how the role of West Java Province KPID Through

Television Media Development in London in improving the quality of broadcasting, in

terms of functions, processes, activities, KPID West Java.

This study used a qualitative approach with descriptive methods. Researchers

obtained data obtained by in-depth interviews, observation, documentation, library

research and internet searching. The data analysis techniques used are data reduction,

data collection, data presentation, drawing conclusions, evaluation. . Subject of this study

is the Chairman of West Java KPID There are also two people from London Television

media as key informants.

The study explains that KPID West Java province in carrying out its functions.

Various processes in carrying out its functions carried out by KPID West Java province in

an attempt to create a strategy to serve as a guide in real activity. Many real events that

have been made KPID West Java province in order to optimize its function as watchdog

and adviser broadcasters. Therefore, KPID West Java province has been run well in his

role overseeing and developing the content broadcast on local television in the City of

London

The conclusion shows that KPID West Java Province has been doing the role

according to its function to provide guidance on the television media in bandung ..

Suggestions for future KPID West Java province should further increase

cooperation with university institutions and community groups in carrying out its role

stretgis.


(6)

vi

katnya sehingga Skripsi yang berjudul Peranan KPID Pro vins i Ja wa Barat

me-la lu i P e mb ina a n pa da M ed ia Te le v is i d i Ba ndu ng da me-la m me n ingk at ka n

kua lit a s pe nyia ra n dapat terselesaikan.

Tidaklah sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis temui dalam

me-nyelesaikan Skipsi ini. Namun berkat karunia dan anugerah Allah SWT serta

doron-gan dan bimbindoron-gan dari berbagai pihak Skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan Orang Tua

yang selalu mendukung dan memberikan dorongan pada penulis baik dalam bentuk

materil maupun moril serta kepada beberapa pihak lain yang telah membantu

dalam penyelesaian Skripsi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

sebanyak-banyaknya atas semua bimbingan dan bantuannya yang telah mereka berikan

ke-pada penulis.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada Yang Terhormat :

1. Prof. Dr.Samugyo Ibnu Redjo selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan

izinnya dengan mengeluarkan surat pengantar penelitian kepada penulis

un-tuk melaksanakan penyusunan Skripsi.


(7)

vii

Dosen Wali di Universitas Komputer Indonesia, yang telah menyetujui ter

laksanakannya penyusunan Skripsi.

3. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si selaku sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi

dan

Public Relations

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.

4. Rismawaty, S.Sos., M.Si

,

selaku dosen pembimbing yang telah membimbing,

memberikan arahan dan motivasi yang sangat baik, serta meluangkan waktunya

se-hingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar.

Kesabaran dan ketulusannya sangat berarti.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada penulis.

6. Staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik di Universitas Komputer Indonesia, yang telah membantu segala

keper-luan-keperluan penulis selama penyusunan sripsi ini.

7.

Ibu Neneng Athiatul Faiziyah

selaku Ketua KPID Provinsi Jawa Barat yang telah

memberikan pengarahan-pengarahan dan waktunya kepada penulis sehingga

ter-selesaikannya Skripsi ini.

8. Seluruh Anggota dan karyawan KPID provinsi Jawa Barat yang telah membantu

pe-nulis dalam pengumpulan data penelitian ini.


(8)

viii

10.

Tri ajib,

yang telah memberikan kasih sayang,semangat, dukunganya, doanya dalam

setiap sujudmu.

11. Shendi Hendi Herdarlin , yang telah memberikan perhatian, semangat dan tempat

bertukar pikiran bagi penulis.

12. Mamat, yang senatiasa membantu, memberikan arahan,dorongan, motivasi penulis

dalam menyelesaikan Skripsi.

13. Sahabat-sahabatku, Gabriella , Wieke, Indah, dewi, mayang, aps , R at ih, ind a h

wa h yu n i, a a s, g ina, ma s yo no terimakasih atas kebersamaannya selama ini,

semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap abadi selamanya dan tak

ter-pisahkan oleh jarak dan waktu. Aamiin

14. Teman-teman IK Humas 1, IK Humas 2 dan IK Jurnal 2007 & 2008 lainnya yang

tidak dapat penulis sebutkan satu - persatu, semoga persahabatan dan

persauda-raan kita tetap terjalin


(9)

ix

masukan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua

pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pun bagi para

pembaca yang lainnya. Apabila terdapat kekurangan penulis mohon maaf

sebesar-besarnya. Akhir kata, penulis berharap semoga apa yang telah penulis sajikan

da-lam seminar usulan penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan

re-ferensi untuk rekan-rekan dan pembaca sekalian.

Bandung, Juli 2012


(10)

x

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

PERNYATAAN ...

iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ……….. v

KATA PENGANTAR ………... vi

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ...

xiii

DAFTAR GAMBAR ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2

Rumusan Masalah ...

16

1.2.1 Pertanyaan Makro ...

16

1.2.2 Pertanyaan Mikro ...

16

1.3

Maksud dan Tujuan ...

17

1.3.1 Maksud Penelitian ...

17

1.3.2 Tujuan Penelitian ...

17

1.4 Kegunaan Penelitian ...

17

1.4.1

Kegunaan Teoritis ...

18

1.4.2

Kegunaan Praktis ...

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan tentang Komunikasi ………

22

2.1.1 Pengertian Komunikasi ………

22

2.1.2 Proses Komunikasi ………

27

2.1.3 Tujuan Komunikasi ………...

28


(11)

xi

2.3 Tinjauan tentang Televisi ……….. 47

2.3.1 Sejarah Televisi ……….

47

2.3.2 Siaran Televisi di Indonesia ……….... 48

2.3.3 Fungsi Televisi ……….... 49

2.3.4 Stasiun Televisi Lokal di Kota Bandung ………...

51

2.4 Tinjauan tentang Penyiaran ………... 51

2.4.1 Pedoman Perilaku Penyiaran ………... 51

2.4.2 Standar Program Siaran ………..

53

2.5 Tinjauan tentang Peranan ………... 54

2.6 Tinjauan Tentang Peranan KPID Jawa Barat ………... 58

2.7 Kerangka Pemikiran ………... 64

2.7.1 Kerangka Teoritis ………... 64

2.7.2 Kerangka Konseptual ………... 69

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ………. …...

75

3.1.1 Sejarah KPID ………...

75

3.1.2 Profil KPID Jawa Barat ………..…………...

77

3.1.3 Visi dan Misi KPID Jawa Barat ………..

78

3.1.4 Spirit KPID Jawa Barat………....

79

3.1.5 Tugas dan Wewenang KPID ………...

80

3.1.6 Strategi KPID ………..

81

3.1.7 Orientasi Kerja dan Struktur Anggota KPID Jawa Barat …....

82

3.2 Metode Penelitian ………...

86

3.2.1 Desain Penelitian………..

86

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ………... 89

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ………

92


(12)

xii

3.3.2 Waktu Penelitan ...

98

3.4 Sistematika Penulisan ...

100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Informan...

103

4.1.2 Deskripsi Data Informan Kunci ………

104

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….

106

4.2.1 Fungsi KPID Provinsi Jawa Barat ...

106

4.2.2 Proses Pelaksanaan Fungsi KPID Provinsi Jawa Barat ... 124

4.2.3 Kegiatan KPID Provinsi Jawa Barat ...

135

4.4 Hasil Pembahasan ………...

141

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………

147

5.2 Saran-Saran ………..

148

5.2.1 Saran Akademik ………...

148

5.2.2 Saran Praktis ………..

148

DAFTAR PUSTAKA ...

150

LAMPIRAN- LAMPIRAN ……….

152


(13)

xiii

Tabel 1.1 Perbandingan Karakteristik Media Massa ...

5

Tabel 3.1 Informan Penelitian ...

78

Tabel 3.2 Key Informan ...

78

Tabel 3.3 Rencana Penelitian ...

83

Tabel 4.1 Fungsi KPID Provinsi Jawa Barat dalam Pembinaan

terhadap TV Lokal di Kota Bandung...

118


(14)

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...

64

Gambar 3.1 Stuktur organisasi KPID...

66

Gambar 3.2 Teknik analisis data ...

81

Gambar 4.1 Ketua kpid provinsi Jawa Barat ... 103

Gambar 4.2 Komisioner bidang pembinaan ... 104

Gambar 4.3 Direktur IM TV dan ketua jabar media club ... 104


(15)

xv

Hal

LAMPIRAN 1

: Surat permohonan penelitian ………

153

LAMPIRAN 2

: Surat persetujuan pembimbing ………

154

LAMPIRAN 3

: Surat balasan penelitian ………

156

LAMPIRAN 4

: Berita acara bimbingan ……….

157

LAMPIRAN 5

: Pertanyaan Penelitian ……….. .

158

LAMPIRAN 6

:Surat pengantar dan pedoman wawancara …

163

LAMPIRAN 7

: Dokumentasi Penelitian ...

175


(16)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak sepuluh tahun terakhir ini, jumlah stasiun televisi lokal di Kota

Bandung terus bertambah. Saat ini tercatat terdapat delapan stasiun televisi lokal

yang eksis di Kota Bandung, yakni PJTV, STV, Bandung TV, Chanel TV,

Kompas TV, MQTV, Spacetoon-TV, dan TVRI Bandung. Bahkan, ke depan

diprediksikan jumlah televisi lokal di Kota Bandung akan terus bertambah.

Keberadaan televisi lokal di Kota Bandung merupakan bagian dari

menjamurnya media massa, baik media cetak maupun media eletronik pasca

pembatasan kebebasan pers pada era Orde Baru. Pada era itu, televisi di Indonesia

hanya satu, TVRI. Namun, ketika angin reformasi bergulir dan di antaranya juga

terjadi reformasi pada media massa dengan lahirnya kebijakan Pemerintah yang

memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mendirikan media massa, maka

jumlah stasiun televisi pun terus bertambah. Yang tadinya hanya TVRI, di tingkat

nasional lahir juga stasiun televisi lainnya, seperti RCTI, SCTV, Indosiar,

AN-TV, Tran-AN-TV, Tran-7, dan stasiun televisi nasional lainnya. Kelahiran stasiun

televisi nasional itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya stasiun-stasiun televisi

lokal di Kota Bandung.

Makin banyaknya stasiun televisi, baik televisi lokal maupun televisi

nasional mendorong makin pesatnya perkembangan dunia penyiaran yang


(17)

berfungsi utama sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum.

Penyiaran telah menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang sangat penting.

Dari beragam media massa (surat kabar, majalah, radio, televisi),

televisilah yang memiliki keunggulan lebih, dalam menyampaikan pesan kepada

khalayak. Televisi dalam menyampaikan pesannya bersifat audio visual dapat

dilihat dan didengar dan juga “datang langsung” ke rumah-rumah. Dengan segala

kemudahan, masyarakat, dengan tidak harus meninggalkan rumah dan sambil

santai bersama keluarga dapat menikmati hiburan beraneka ragam, informasi yang

serba cepat dan memuaskan (dapat didengar, dipandang, dan dibaca).

Televisi tidak mengenal pembatas daratan dan lautan, gunung-gunung, dan

lembah-lembah. Bahkan, batasan negara pun bukan merupakan penghalang bagi

masuknya siaran televisi. Di beberapa wilayah yang terjangkau, kita dapat

menyaksikan siaran-siaran dari negara lain. Apalagi jika dilengkapi dengan

teknologi yang lebih muktahir, semua siaran televisi dunia dapat disaksikan di

rumah.

Karena kemampuan daya sebar dan daya pikat itulah, pada era ini,

khalayak (masyarakat) lebih besar perhatiannya terhadap televisi, daripada media

massa lainnya. Bahkan dari sisi usia khalayak, televisi dapat menyerap perhatian

semua segmen pasar. Mulai anak-anak, remaja, dewasa, sampai pada orang tua

dapat menyaksikan semua acara televisi dengan tidak perlu memiliki kemampuan

khusus, seperti halnya kehadiran media cetak yang memerlukan kemampuan

membaca.


(18)

Kuatnya daya pikat dan daya pengaruh televisi, melimpahnya jumlah

stasiun televisi, munculnya sejumlah insan pers pengelola televisi yang kurang

memiliki kematangan visi, dan terbukanya kran kebebasan pers untuk berekpresi

diduga berngaruh buruk televisi terhadap perilaku masyarakat. Indikasi itu bukan

tidak beralasan kuat, karena kajian-kajian telah banyak dilakukan dan hampir

semua mengarah pada kesimpulan bahwa pengaruh televisi terhadap menurunnya

moral bangsa, khususnya kenakalan remaja cukup besar (Hikmat,2011:73).

Menurut Mulyana (2008:12), melalui penggunaan bahasa dan gambar

sebagai sistem simbol yang utama, para pengelola televisi mampu menciptakan,

memelihara, mengembahkan, dan bahkan meruntuhkan suatu realitas. Ketika

menyimak suatu wacana TV, terkadang penonton tanpa sadar digiring oleh

definisi yang ditanamkan media massa tersebut. Secara tidak langsung hal itu

membuat penonton mengubah definisi mengenai realitas sosial atau memperteguh

asumsi yang dimiliki sebelumnya.

Pengaruh media massa terhadap komunikan/audien terdiri dari efek

kognitif, efek emosional, dan efek konatif/behavioral. Ketiga komponen inilah

yang nantinya membentuk suatu sistem yang disebut sikap komunikan (

mass

behavior

). Steven M. Chaffee (dalam Rakhmat,1999: 218) mengemukakan bahwa

jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa adalah

perubahan perasaan atau sikap dan perubahan tingkah laku, atau dengan istilah

lain, perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Jadi, efek pesan media massa

meliputi efek kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada

perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini


(19)

berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau

informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,

disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannnya dengan emosi,

sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati;

yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.

Sebagaimana disampaikan di atas, di antara banyak media massa,

televisilah yang dianggap paling kuat mempengaruh masyarakat, baik pada

perubahan kognitif, afektif, maupun behavioral. Hal itu sejalan dengan isi Teori

Kultivasi yang dikemukakan Gerbner. Menurut Ardianto dkk (2007:66),

pandangan utama Teori Kultivasi (

cultivation theory

) adalah televisi secara

independen akan berkontribusi dalam membentuk konsepsi penontonnya dalam

menilai realitas sosial. Menurut Gebner, orang yang lebih banyak “hidup dalam

dunia televisi” akan memiliki gambaran tentang “kehidupan nyata” sebagaimana

yang dilihatnya dalam televisi itu. Orang yang menonton televisi dalam jumlah

waktu yang banyak akan menumbuhkan pandangan terhadap masyarakat dan

dunia sebagaimana pola yang disajikan oleh realitas semu televisi (

television’s

pseudo-reality

).

Televisi akan memiliki pengaruh besar terhadap pecandunya (

heavy

viewers

) daripada terhadap penonton sekadarnya (

light viewers

). Pengaruh televisi

ini lebih pada aspek sikap (

attitude)

ketimbang perilaku (

behavior

) khalayak. Bagi

pecandu televisi, dalam dirinya akan tertanam sikap yang konsisten (sejalan)

dengan apa yang ditontonnya dalam acara televisi ketimbang persepsinya dengan

dunia nyata. Menonton televisi akan menghasilkan

mindset

tentang kejahatan,


(20)

misalnya, ketimbang perilaku kejahatan (Hikmat,2011:88).

Ardianto dkk (2007) “membandingkan” karakteristik antara surat kabar,

majalah, radio, dan televisi sebagai media massa utama sebagai berikut:

Tabel 1.1

Perbandingan Karakteristik Media Massa

Surat Kabar

Majalah

Radio Siaran

Televisi

Publisitas: Pesan

tersebar pada

khalayak tersebar

Depth Writing

:

Pengajian lebih

mendalam

Auditori: pesan

komunikasi melalui

pendengaran

Audiovisual: Acaranya

dapat didengar

sekaligus dilihat

Perodesitas:

Keteratuaran terbit

(harian, mingguan,

bulanan)

Aktualitas: Nilai

aktualitasnya lebih

lama daripada surat

kabar

Radio is the Now:

Informasi sangat aktual

ketimbang media massa

lain

Think in picture

:

Berpikir dalam

Gambar; keselarasan

pikiran dengan gambar

yang disampaikan

Universalitas: Isinya

beranekaragam dan

dari seluruh dunia

Gambar/foto lebih

banyak dari surat

kabar

Imajinatif: mengajak

komunikan berimajinatif

(mengkhayalkan)

Pengoperasion Lebih

Kompleks: sistem

penyelenggaraan

memerlukan banyak

orang dan

higt

technology

.

Aktualitas: Masih

hangat, terkini, baru

(konteks berita)

Cover menjadi daya

tarik utama

Akrab: terjalin hubungan

“intim” dengan

pendengar karena dapat

dinikmati dalam tempat

dan suasana sangat

pribadi


(21)

Terdokumetasikan:

Dapat

didokumentasikan/di

arsipkan dalam

bentuk kliping

Convensatuoinal Style

:

informasi disampaikan

dengan gaya percakapan

Menjaga Mobilitas:

Mendengarkan informasi

radio tidak mengganggu

aktivitas

Sumber: [Andranto dkk,2007:68]

Disatu pihak media massa mencerminkan realitas sosial. Di pihak lain,

media massa memiliki kemampuan untuk membentuk realitas sosial melalui

pemilihan. Selektivitas untuk mengangkat suatu permasalahan. Oleh karena itu,

media massa memiliki kekuasaan untuk mengembangkan dan mengarahkan

pemikiran yang saling bertentangan yang ada dalam masyarakat. Jadi, khalayak

yang heterogen terutama dalam sikap dan pemikiran, lebih banyak dikendalikan

oleh media.

Dengan demikian, khalayak membentuk citra realitas sosial berdasarkan

realitas kedua yang ditampilkan media. Media massa juga berfungsi memberikan

status, misalnya, orang yang tidak dikenal mendadak terkenal karena diungkap

besar-besaran dalam media massa. Media massa juga mampu menciptakan

streotip, misalnya, dalam media massa wanita sering ditampilkan cengeng, seksi,

lemah, dan bodoh. Penampilan seperti itu jika ditampilkan terus-menerus akan

menciptakan streotip pada khalayak komunikasi massa tentang wanita.

(Rakhmat,1998:225).

Peran yang dimainkan media massa, selain membentuk citra khalayak ke

arah yang dikehendaki media tersebut, juga mempertahankan citra yang sudah


(22)

dimiliki khalayak. Artinya, media massa mencerminkan citra khalayak dan

khalayak memproyeksikan citranya pada pengajuan media massa. Khalayak juga

bisa secara aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya.

Anggota audien secara individual, dalam ukuran tertentu, memilih secara sadar

dan termotivasi di antara berbagai pokok isi media.

Landasan hukum yang mengatur tentang media massa pun terus dikuatkan

oleh Pemerintah selaras dengan perkembangan teknologi informasi. Tentang

media televisi, pada 28 Desember 2002 Pemerintah melahirlah Undang-Undang

No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang di dalamnya tidak hanya mengatur

tentang hal-hal yang harus ditaati oleh televisi, tetapi juga mengatur tentang

lembaga yang bertugas mengawasi televisi. Lembaga itu diberinama KPI (Komisi

Penyiaran) di tingkat nasional dan KPID (Komisi Penyiaran Daerah) di tingkat

provinsi.

Di Jawa Barat, sejak 2004 KPID Provinsi Jawa Barat sudah dibentuk dan

menjalankan peranannya sebagaimana amanah peraturan perundang-undangan

tentang penyiaran. Yang menjadi obyek pembinaan KPID Provinsi Jawa Barat

adalah seluruh lembaga penyiaran, baik televisi maupun radio, termasuk stasiun

televisi lokal yang ada di Kota Bandung.

Pembinaan

dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana seharusnya. Pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan. Menurut Pamudji (1985: 7), pembinaan berasal dari kata ”bina” yang berarti sama dengan ”bangun”, jadi pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan yaitu:


(23)

merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu: melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan dan menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

Selanjutnya, Hidayat (1979: 10) mengungkapkan, pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, berencana, teratur, dan terarah untuk meningkatkan sikap dan keterampilan anak didik dengan tindakan-tindakan, pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan stimulasi dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang. Pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

Dalam hal KPID, berlaku pembinaan pada sudut pengawasan agar media

penyiaran sesuai dengan peraturan yang berlaku. Secara umum, sebagaimana

terdapat dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, KPI/KPID memiliki

peranan dalam melakukan pembinaan terhadap lembaga penyiaran, di antara

terhadap televisi. Peran pembinaan KPI/KPID tersebut dijabarkan dalam bentuk

tugas dan wewenang KPI/KPI yang di antaranya membuat standar program

siaran, menyusun aturan dan menetapkan pedonan penyiaran, dan memberikan

sanki kepada lembaga pnyiaran, di antara televisi, jika terbukti melakukan

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan tentang penyiaran.


(24)

Peranan menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2006:751),

Tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa.” Sementara itu,

menurut Kamus Komunikasi (Effendy, 1989: 315), peranan adalah sesuatu yang

menjadi bagian atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu

peristiwa.

Soerjono Soekanto (1987: 221) mengemukakan definisi peranan lebih

banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi

tepatnya adalah bahwa seseorang/lembaga menduduki suatu posisi atau tempat

dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Lebih lanjut Soerjono Soekamto (1987: 53) mengemukakan aspek-aspek

peranan sebagai berikut: 1. Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan

dengan posisi seseorang/lembaga dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat

dilakukan oleh individu atau lembaga dalam masyarakat sebagai organisasi. 3.

Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu/lembaga yang penting

bagi penguatan struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan

definisi

tersebut

peranan

merupakan

perilaku

individu/lembaga yang diharapkan karena status yang diembannya. Peranan juga

merupakan suatu konsep perihal apa yang dilakukan oleh individu/lembaga dalam

masyarakat sebagai suatu organisasi. Peranan berfungsinya sesuatu atau seseorang

dalam suatu peristiwa secara menonjol di antara yang lainnya, sehingga

memberikan dampak yang berarti terhadap peristiwa tersebut. Dari pengertian


(25)

tersebut dijelaskan bahwa seseorang atau sesuatu dapat dikatakan berperan dengan

baik jika tindakan atau keterlibatan orang atau sesuatu itu dominan atau menonjol

di antara lainnya sehingga memberikan dampak yang besar terhadap sesuatu

peristiwa.

Ketika KPI/KPID menjalankan perannya melakukan pembinaan terhadap

media penyiaran, terjadinya hubungan timbal-balik antara KPID dengan pengelola

stasiun televisi. Hubungan timbal balik tersebut dapat dikategorikan sebagai

komunikasi. Karena KPID merupakan lembaga yang terdiri dari para komisioner,

anggota KPID berjumlah tujuh orang, sehingga dapat dikategorikan sebagai

organisasi. Para pengelola stasiun televisi pun merupakan organisasi. Oleh karena

itu, komunikasi yang terbangun adalah komunikasi organisasi.

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang

menciptakan dan saling menukar informasi di antara anggotanya atau di antara

organisasi dengan organisasi lainnya. Karena gejala menciptakan dan menukar

informasi ini berjalan terus menerus dan tidak ada hentinya, maka dikatakan

sebagai suatu proses komunikasi organisasi.

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin

organizare

, yang secara

harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling

bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga

yang menamakannya sarana.

Everet M.Rogers dalam bukunya

Communication in

Organization

, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari

mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang

kepangkatan, dan pembagian tugas.


(26)

KPID dan stasiun televisi lokal adalah organisasi karena keduanya

memenuhi ciri-ciri organisasi, yakni adanya struktur yang formal, adanya

pembagian tugas dan wewenang yang jelas, dan lahir berdasarkan

ketentuan-ketentuan yang memiliki legal formal. Oleh karena itu, komunikasi dalam

kerangka KPID menjalankan perannya melakukan pembinaan terhadap stasiun

televisi dapat dikategorikan sebagai komunikasi organisasi.

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah

proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang

saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau

yang selalu berubah-ubah. Secara umum, komunikasi organisasi dapat dibedakan

atas komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal salurannya

ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh

organisasi, tetapi timbul dari mulut ke mulut mengenai diri seseorang, pimpinan,

maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.

Komunuikasi organisasi, menurut Pace dan Faules (2000:32), sebagai

pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan

bagian dari siatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

komumikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang

lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Unit mendasar komunikasi

organisasi adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang disosialisasikan oleh

jabatan tertentu, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan

jabatan, pada saat yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan

suatu figur atau gambar yang sesuai dengan keadaan tersebut.


(27)

Dalam penelitian ini, KPID Provinsi Jawa Barat memiliki peranan penting

dalam melakukan pembinaan pada televisi lokal yang ada di Kota Bandung

ketika melakukan siaran. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2002,

penyiaran adalah kegiatan memancarluaskan siaran melalui sarana pemancaran

dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan

spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk

dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dan perangkat

penerima siaran. Sementara itu, lembaga penyiaran adalah penyelenggara

penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga

penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam

melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Kemudian, Komisi Penyiaran Indonesia

adalah lembaga Negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah

yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-undang sebagai wujud peran

serta masyarakat dalam bidang penyiaran.

Penyiaran

di

Indonesia

diselenggarakan

dengan

tujuan

untuk

memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jatidiri bangsa yang

beriman dan

bertakwa,

mencerdaskan kehidupan

bangsa,

memajukan

kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,

demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia

(Pasal 3). Penyiaran pun di Indonesia berfungsi sebagai kegiatan komunikasi

massa, sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan

perekat sosial (pasal 4).


(28)

Selain itu, yang penting mendapat perhatian dalam Undang-Undang No.

32 Tahun 2002 adalah tentang Pelaksanaan Siaran pada Bab IV. Dalam Pasal 36 :

1) Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan mamfaat

untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa,

menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya

Indonesia. 2) Isi siaran dari jasa penyiaran televisi yang diselenggarakan Lembaga

Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat

sekurang-kuranya 60% mata acara yang berasal dari dalam negeri. 3) Isi siaran wajib

memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu

anak-anak dan remaja dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan

lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi

khalayak sesuai dengan isi siaran. 4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak

boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. 5) Isi siaran dilarang : a.

bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong; b. menonjolkan unsur

kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika, dan obat terlarang atau; c.

mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar-golongan. 6) Isi siaran dilarang

memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai

agama, martabat manusia Indonesia atau merusak hubungan internasional.

Yang berperan atau memiliki peranan dalam mengawasi penyiaran di

Indonesia sebagaimana isi Pasal 4 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002

dibentuklah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan tingkat provinsi dibentukan

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID). Dalam Pasal 8 disebutkan KPI

mempunyai tugas dan kewajiban :

a. menjamin masyarakat untuk memperoleh


(29)

informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia; b. ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran; c. ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait; d. memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang; e. menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sang-gahan, serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penye-lenggaraan penyiaran; dan f. menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran.

Dalam ayat (2)-nya disebutkan pula bahwa KPID pun memiliki wewenang

sebagai berikut: a. menetapkan standar program siaran; b. menyusun peraturan

dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran; c. mengawasi pelaksanaan

peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran; d.

memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku

penyiaran serta standar program siaran; e. melakukan koordinasi dan/atau

kerjasama dengan Pemerintah, lembaga penyiaran, dan masyarakat.

Walaupun tidak menjelaskan secara rinci, undang-undang ini pun

memberikan petunjuk kepada KPI/KPID untuk membentuk Pedoman Perilaku

Siaran sebagaimana isi Pasal 48. Dalam ayat (4)-nya dipaparkan bahwa Pedoman

Perilaku penyiaran sekurang-kurangnya harus berkaitan dengan : a. Rasa hormat

terhadap pandangan keagamaan; b. Rasa hormat terhadap hal pribadi; c.

Kesopanan dan kesusilaan; d. Pembatasan adegan seks, kekerasan, dan sadisme; e.

Perlindungan terhadap anak-anak, remaja, dan perempuan; f. Penggolongan

program dilakukan menurut usia khalayak; g. Penyiaran program dalam bahasa

asing; h. Ketepatan dan kenetralan program berita; i. Siaran langsung; serta j.

Siaran iklan.


(30)

Provinsi Jawa Barat sudah dibentuk KPID, sehingga penyiaran televisi

yang ada di Jawa Barat pun diawasi dan dibina oleh KPID Provinsi Jawa Barat,

termasuk televisi lokal yang berada di Bandung. Oleh karena itu, bagaimanakah

peranan pembinaan KPID Provinsi Jawa Barat pada televisi lokal yang ada di

Bandung merupakan hal yang sangat penting untuk diungkap.

Kualitas penyiaran memang menjadi target atau

output

dari pembinaan

yang dilakukan oleh KPI/KPID. Kualitas adalah konsep yang cukup sulit untuk

dipahami dan disepakati. Dewasa ini kata kualitas mempunyai beragam

interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung pada

konteksnya. Menurut Ariani (2004: 3), terdapat dua segi umum tentang kualitas

yaitu, kualitas rancangan dan kualitas kecocokan. Lebih lanjut pengertian kualitas

mencakup: kualitas produk (product), kualitas biaya (cost), kualitas penyajian

(delivery), kualitas keselamatan (safety), dan kualitas moral (morale) atau sering

disingkat menjadi P-C-D-S-M (Bina Produktivitas Tenaga Kerja, 1998).

Dalam hal media penyiaran, kualitas yang dimaksud dapat dikategorikan

sebagai kualitas penyajian siaran, keselamatan siaran dalam hal ini baik

keselamatan bagi penonton maupun bagi pembuat siaran, bahkan sampai pada

kualitas moral. Kualitas dimaksud sebagaimana dipaparkan diawal bahwa media

penyiaran memiliki pengaruh besar terhadap penonton, baik pengaruh pada

koginitif, afektif, maupun konatif. Ketiga hal tersebut sangat bergantung dari

sajian siaran yang mempertimbangkan kualitas penyajian siaran, pertimbangan

keselamatan siaran, dan pertimbangan aspek-aspek yang dapat menurunkan moral

penonton.


(31)

Namun, dalam penelitian Peranan KPID Provinsi Jawa Barat Melalui

Pembinaan pada Media Televisi Lokal di Bandung dalam Meningkatkan Kualitas

Penyiaran, tidak memfokuskan pada kualitas penyiaran, tetapi pada peran

KPI/KPID-nya dalam melakukan pembinaan. Oleh karena itu, pembicaraan

kualitas penyiaran tidak dibahas mendalam.

Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan penelitian tentang Peranan

KPID Provinsi Jawa Barat Melalui Pembinaan pada Media Televisi Lokal di

Bandung dalam Meningkatkan Kualitas Penyiaran.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pertanyaan Makro

Peneliti merumuskan pertanyaan makro berdasarkan latar belakang

masalah yaitu

Bagaimanakah peranan KPID Provinsi Jawa Barat melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatakan

kualitas penyiaran?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, peneliti menyusun

pertanyaan mikro sebagai berikut :

1.

Bagaimana Fungsi KPID Provinsi Jawa Barat melalui pembinaan pada

media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan kualitas

penyiaraan?

2.

Bagaimana proses KPID Provinsi Jawa Barat melalui pembinaan pada

media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan kualitas

penyiaraan?


(32)

3.

Bagaimana kegiatan KPID Provinsi Jawa Barat melalui pembinaan

pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan kualitas

penyiaraan?

4.

Bagaimana peranan KPID Provinsi Jawa Barat dalam melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatakan

kualitas penyiaran?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji lebih dalam

tentang Peranan KPID Provinsi Jawa Barat dalam melalui pada televisi lokal di

Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui Fungsi KPID Provinsi Jawa Barat melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan

kualitas penyiaraan.

2.

Untuk mengetahui proses KPID Provinsi Jawa Barat melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan

kualitas penyiaraan.

3.

Untuk mengetahui kegiatan KPID Provinsi Jawa Barat melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatkan

kualitas penyiaraan.


(33)

4.

Untuk mengetahui peranan KPID Provinsi Jawa Barat melalui

pembinaan pada media televisi di kota Bandung dalam meningkatakan

kualitas penyiaran.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoretis peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memperluas

pengetahuan tentang peranan KPID pada media televisi sehingga dapat ikut serta

mendorong pengembangan serta pengetahuan tentang ilmu komunikasi,

khususnya komunikasi organisasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagi peneliti tentang

komunikasi massa, komunikasi organisasi, media massa, fungsi-fungsi televisi,

dan peranan KPID dalam menjalankan tugas dan fungsinya melakukan pembinaan

pada media televisi.

2. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan pengetahuan dan

referensi akademik, khususnya bagi Program Studi Ilmu Komunikasi, baik di

seluruh perguruan tinggi maupun di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Bagi masyarakat


(34)

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang

peranan yang dilakukan oleh KPID Provinsi Jawa Barat dalam hal pembinaan

pada media televisi lokal yang ada di Bandung dalam meningkatkan kualitas

penyiaran.


(35)

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan

Tentang Komunikasi

2.1.1

Pengertian Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan interaksi antara satu

dengan yang lain (Suprapto; 2006:1). Interaksi itu sering disebut komunikasi, yaitu

hubungan ketergantungan antar manusia baik secara individu maupun secara

kelompok. Karena itu di sadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian penting dari

kehidupan manusia.

Istilah komunikasi sudah menjadi bagian keseharian kehidupan manusia. Inti

komunikasi adalah manusia. Ketika manusia ada maka semua lini kehidupan manusia

tersebut adalah komunikasi. Dalam konteks inilah manusia dianggap sebagai mahluk

yang paling sempurna karena dapat melahirkan komunikasi; semua hal dapat

dipersepsi sebagai komunikasi jika manusia mempersepsikan sebagai komunikasi,

sehingga persepsi komunikasi ini selalu mengikuti aturan yang dibuat manusia. Oleh

karena itu, pola-pola komunikasi selalu mengikuti pola-pola keteraturan perilaku

manusia, bukan pola-pola hukum alam.

Dalam konteks keilmuwan, istilah komunikasi sudah mengalami perluasan.

Komunikasi sudah milik semua disiplin ilmu, tidak hanya Ilmu Sosial, tetapi

ilmu-ilmu eksakta pun sudah lekat dengan istilah komunikasi. Kita sekarang mengenal

komunikasi kesehatan, komuikasi fisika, komunikasi biologi, komunikasi


(36)

matematika, dan komunikasi-komunikasi lainnya. Hal tersebut menjadi landasan

yang kokoh bagi setiap ilmuwan untuk mempersepsikan definisi komunikasi sesuai

dengan pendekatan masing-masing. .

Menurut Etimologi Bahasa, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris

communication

berasal dari kata bahasa Latin

communicatio

dan bersumber dari kata

communis

yang berarti sama. Dalam persepsi umum, kata

sama

yang dimaksud di

sini adalah sama makna.

Kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk

perbincangan, komunikasi terjadi jika di antara dua orang tersebut terjadi kesamaan

makna mengenai hal yang diperbincangkan tersebut. Dalam konteks ini, Onong

Uchjana Effendi (2001) mengistilahkannya sebagai tindakan yang komunikatif atau

Deddy Mulyana (2001) menyebutnya komunikasi yang efektif.

Esensinya, menurut Santoso Santropoetro (1987:7) adalah kesamaan

pengertian di antara mereka yang berkomunikasi. Suatu komunikasi dalam

kegiatannya berlangsung melalui suatu proses, yaitu jalan dan urutan kegiatan

sehingga terjadi/timbul pengertian tentang suatu hal di antara unsur-unsur yang saling

berkomunikasi. Komunikasi adalah kegiatan manusia untuk saling memahami atau

mengerti tentang suatu pesan yang dihadapi bersama, yaitu antara pemberi pesan

(komunikator) dengan penerima pesan (komunikan), pada umumnya berakhir dengan

suatu efek atau hasil. Efek komunikasi merupakan segala perubahan yang terjadi di

pihak komunikan sebagai akibat diterimanya suatu pesan oleh komunikan.


(37)

Carl I. Hovland menyatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah

perilaku orang lain (

communication in the process to modify the behavior of other

individuals

). Sementara itu, menurut William Albig (dalam Djoernasih,1991:16),

”Communication is the process of transmitting meaningful symbols bertween

individuals.

” (Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan

lambang-lambang yang mengandung makna di antara individu-individu) dan menurut Bernard

Berelson dan Barry A. Stainer (dalam Effendy,1992:48), komunikasi adalah

penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan

menggunakan bahasa, gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain.

Pengertian komunikasi menurut Diana K. Ivy dan Phil Backlund dalam buku

Ilmu Komunikasi

adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan

mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna. Selain itu, Stewart L. Tubbs dan

Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses pembentukan makna di

antara dua orang atau lebih. (Mulyana, 2007:76-77)

Sementara itu, Gode seperti yang dikutip oleh Arifin dalam bukunya

Ilmu

Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas

, merumuskan komunikasi sebagai suatu

proses yang membuat adanya kebersamaan bagi dua atau lebih orang yang semula

dimonopoli oleh satu atau beberapa orang. (Arifin, 2002:26)

Berbeda halnya dengan Dewi, dalam bukunya

Komunikasi Bisnis

, memandang

komunikasi berdasarkan sudut pandang dan dimensi yang berbeda-beda. Jika

dipandang sebagai proses, komunikasi merupakan kegiatan pengiriman dan

penerimaan pesan yang berlangsung secara dinamis. Secara simbolik, komunikasi


(38)

menggunakan berbagai lambang atau simbol yang dinyatakan dalam bentuk

nonverbal maupun verbal. Sementara sebagai sistem, komunikasi terdiri dari

unsur-unsur yang saling bergantung dan merupakan satu kesatuan intergratif. (Dewi,

2007:3)

Pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya dasariah, dalam arti

kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua

pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya

informative,

yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar

orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu

perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. (Effendy, 2006:9)

Menurut B. Aubrey Fisher (1986: 11) bahwa komunikasi dapat dipandang baik

atau efektif sejauh ide, informasi, dan sebagainya dimiliki bersama oleh atau

mempunyai kebersamaan arti bagi orang-orang yang terlibat dalam perilaku

komunikasi tadi.

Dari banyaknya definisi komunikasi tersebut, untuk lebih memahami

komunikasi para peminat komunikasi seringkali mengutif paradigma komunikasi

yang dikemukakan Harold Lasswell dalam karyanya

The Structure and Function of

Communication in Society

. Menurutnya, pendekatan yang tepat untuk memahami

komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan:

Who Says What In Which Channel

To Whom With What Effect?

Dalam paradigma Lasswel tersebut dijelaskan bahwa dalam upaya memahami

komunikasi harus dapat menjawab lima unsur dalam komunikasi, yakni :


(39)

Komunikator (

communicator, sender, source

), pesan (

message

), media (

channel)

,

komunikan (

communicant, communicate, receiver, recipient

), dan efek (

effect,

impact, influence)

.

Berdasarkan lima unsur tersebut, persepsi tentang komunikasi menurut

Lasswell adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan

melalui media yang akan menimbulkan efek tertentu. Bahkan, Mulyana (2001:121)

mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian pesan melalui media elektronik.

Lebih luas lagi ia menguraikan bahwa komunikasi adalah interaksi antara dua

makhluk hidup atau lebih, sehingga para peserta komunikasi ini mungkin saja

termasuk hewan, tanaman dan bahkan jin.

Dalam konteks keilmuwan pun istilah komunikasi sudah mengalami

perluasan. Komunikasi sudah milik semua disiplin ilmu, tidak hanya Ilmu Sosial,

tetapi ilmu-ilmu eksakta pun sudah lekat dengan istilah komunikasi. Kita sekarang

mengenal komunikasi kesehatan, komuikasi fisika, komunikasi biologi, komunikasi

matematika, dan komunikasi-komunikasi lainnya. Bahkan, Perspektif Pohon

Komunikasi yang digambarkan Nina Winangsih Syam (2002 dalam Hikmat,2010:32)

dalam

Rekonstruksi Ilmu Komunikasi

memaparkan dengan jelas bahwa terjadi

sinergitas di antara Ilmu Komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya yang ada di muka

bumi ini.

Memang secara umum, titik tekan pengertian komunikasi tidak dapat

melepaskan diri dari model komunikasi klasik yang pernah diungkapkan Aristoteles

bahwa inti dari komunikasi adalah adanya komunikator yang bertugas menyampaikan


(40)

pesan, sehingga pesan juga harus ada sebagai muatan dalam komunikasi, dan adanya

penerima pesan atau disebut komunikator. Adapun di antara komunikator, pesan, dan

komunikan itu muncul instilah-instilah lain sangat bergantung dari pendekatan

masing-masing ilmuwan termasuk tingkat khazanah berpikir para peminat ilmu

komunikasi.

2.1.2

Proses Komunikasi

Sebuah komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses. Oleh karena itu,

apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang

terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Rosady Ruslan (1999: 69) bahwa :

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “

transfer informasi

” atau pesan-pesan

(

messages

) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan

sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan (

feedback

) untuk

mencapai saling pengertian (

mutual understanding

) antara kedua belah pihak”.

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yaitu proses komunikasi secara

primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang

(

symbol

) sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam

situasi-situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa

kial (

gesture

)

,

yakni gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya.

(Effendy, 2003:33)


(41)

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media

kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media yang digunakan

adalah surat, telepon, surat kabar, radio atau televisi. (Effendy, 2006:16)

2.1.3

Tujuan Komunikasi

Tujuan mempelajari ilmu komunikasi, dapat di katagorikan kedalam dua hal,

yaitu; aspek umum dan aspek khusus. Aspek

pertama

bertujuan untuk memperoleh

pemahaman tentang ilmu yang terkait dengan proses komunikasi. Melalui

pemahaman ini para ilmuan dan pelaku komunikasi diharapkan akan dapat

melakukan komunikasi dengan baik dan selalu mengalami perubahan dan kemajuan

dalam berkomunikasi.

Aspek

kedua

diharapkan akan dapat menuntun manusia untuk dapat; a)

Merubah sikap

(to change the attitude),

b) mengubah opini/pendapat/pandangan

(to

change the opinion)

, c) mengubah perilaku (

to change the behavior

), d) mengubah

masyarakat (

to change the society

)

Komunikasi tidak saja berkutat pada persoalan pertukaran berita dan pesan,

akan tetapi juga melingkupi kegiatan individu dan kelompok terkait dengan tukar

menukar data, fakta dan ide Padje (2008:5). Bila dilihat dari makna ini, ada beberapa

fungsi yang melekat dalam proses komunikasi;

Pertama

, Informasi, pengumpulan,

penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan


(42)

komentar yang di butuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap

kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

Kedua, s

osialisasi (pemasyarakatan), penyedian sumber ilmu pengetahuan

yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang

efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.

Ketiga,

Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun

jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginannya,

mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan

di kejar.

Keempat,

Berdebatan dan diskusi, menyediakan dan saling menukar fakta

yang di perlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan

pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti relevan yang di

perlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan

masalah yang menyangkut kepentingan bersama.

Kelima,

Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong

perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan

kemahiran yang di perlukan pada semua bidang kehidupan.

Keenam,

Memajukan

kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan

warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan memperluas horizon

seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan

estetiknya.


(43)

Ketujuh,

Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imaji dari drama,

tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga, kesenangan, kelompok, dan individu.

Kedelapan,

Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan

untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling

kenal dan mengerti serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.

Menurut Onong Uchjana Effendy, tujuan dari komunikasi adalah :

1.

Perubahan sikap (

attitude change

)

2.

Perubahan pendapat (

opinion change

)

3.

Perubahan perilaku (

behavior change

)

4.

Perubahan sosial (

social change

) (Effendy, 2003:8)

Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut Cangara Hafied dalam

bukunya

Pengantar Ilmu Komunikasi

adalah mengandung hal-hal sebagai berikut :

1.

Supaya yang disampaikan dapat dimengerti

Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima)

dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang

dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).

2.

Memahami orang

Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa

yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.


(44)

3.

Supaya gagasan dapat diterima oleh orang lain

Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain

dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan

kehendak.

4.

Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu

Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. (Hafied,

2002:22)

2.1.4

Fungsi Komunikasi

Mudjoto dalam teknik komunikasi yang di kutip oleh Widjaya (1986)

menyatakan bahwa fungsi komunikasi itu meliputi; 1. Komunikasi merupakan alat

suatu organisasi sehingga seluruh kegiatan organisasi itu dapat diorganisasikan

(dipersatukan ) untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Komunikasi merupakan alat

untuk mengubah perilaku para anggota dalam suatu organisasi. 3. Komunikasi

adalah alat agar informasi dapat di sampaikan kepada seluruh anggota organisasi.

Berdasarkan fungsi komunikasi itu, maka komunikasi memegang peranan

penting dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan.

Di tempat berbeda, Deddy Mulyana (2002) dalam bukunya Ilmu Komunikasi

Suatu Pengantar menyebutkan bahwa fungsi komunikasi ada empat bagian yaitu:

1.

Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun kensep diri kita, aktualisasi diri,


(45)

untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan

dan ketegangan antar lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk

hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota

masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan

negara secara keseluruhan)

2.

Komunikasi Ekspresif

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang

dapat di lakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif

tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh

komunikasi tersebut menjadi insatrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan

(emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama di komunikasikan melalui

pesan-pesan nonverbal, perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,

prihatin dan benci dapat di ungkapkan melalui kata-kata namun terutama lewat

perilaku nonverbal.

3.

Komunikasi Ritual

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual yang

biasanya di lakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan

upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang di sebut para

antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang

tahun, pertunangan, pernikahan dan masih banyak lagi. Dalam acara-acara itu orang

mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat

simbolik. Ritus ritus lain seperti berdoa (sholat, sembahyang, misa), membaca kitab


(46)

suci, naik haji, upacara bendera, upacara wisuda, perayaan lebaran, natal juga

termasuk komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi

ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga,

suku, bangsa, negara, ideologi atau agama mereka.

4.

Komunikasi Instrumental

Komunikasi

instrumental

mempunyai

beberapa

tujuan

umum:

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, dan keyakinan, dan

mengubah perilaku, atau menggerakkan tindakan dan juga untuk menghibur. Bila di

ringkas maka kesemua tujuan tersebut dapat di sebut membujuk (bersifat persuasif).

Komunikasi yang bersifat memberitahukan atau menerangkan (to inform)

mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan

pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang di sampaikannya akurat

dan layak untuk diketahui. Sebagi instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan

untuk menciptakan dan membangun hubungan , namun juga untuk menghancurkan

hubungan tersebut. Study komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi

yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan

orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen

untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan. Baik tujuan jangka pendek

ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh

pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati dan sebagainya.

Sedangkan jangka panjang dapat di raih lewat keahlian komunikasi, misalnya

keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing, ataupun keahlian menulis. Kedua


(47)

tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengelolaan kesan itu

secara kumulatif dapat di gunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa

keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,

penghormatan sosial dan kekayaan.

2.2

Tinjauan tentang Komunikasi Kelompok Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi di antara organisasi dengan

organisasi lainnya, termasuk komunikasi di antara orang-orang yang ada dalam

organisasi tersebut selama mereka mewakili organisasi tersebut atas manah jabatan

yang mereka miliki.

Komunuikasi organisasi, menurut Pace dan Faules (2000:32), sebagai

pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan

bagian dari siatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit

komumikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang

lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Unit mendasar komunikasi organisasi

adalah seseorang dalam suatu jabatan. Orang disosialisasikan oleh jabatan tertentu,

menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat

yang sama jabatan tersebut dipersonalisasikan, menghasilkan suatu figur atau gambar

yang sesuai dengan keadaan tersebut.

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses

penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling

tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang


(48)

selalu berubah-ubah. Pengertian tersebut mengandung konsep-konsep sebagai

berikut:

1.

Proses

, Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang

menciptakan dan saling menukar informasi diantara anggotanya. Karena

gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan

tidak ada hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.

2.

Pesan,

yang dimaksud pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang

orang , obyek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain.

Dalam komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan

dalam seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut

beberapa klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang

dimaksud, metode difusi, dan arus tujuan dari pesan. Pengklasifikasian pesan

menutut bahasa dapat dibedakan pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal

dalam organisasi misalnya; surat, memo, pidato, dan percakapan. Sedangkan

pesan nonverbal dalam organisasi terutama sekali yang tidak diucapkan atau

ditulis seperti; bahasa gerak tubuh, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah, dll.

3.

Jaringan,

organisasi terdiri dari satu seri orng yang tiap-tiapnyamenduduki

posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaandan pertukaran pesan

dari orang-orang ini sesamanya terjadimelewati suau set jalan kecil yang

dinamakan jaringankomunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin

mencakuphanya

dua

orang,

beberapa

orang

atau

keseluruhan

organisasi.Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak


(49)

faktorantara laii; hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus

pesan, dan isi dari pesan.

4.

Keadaan Saling Tergantung

, Konsep kunci komunikasiorganisasi keempat

adalah keadaan yang saling tergantung satubagian dengan bagian lainnya. Hal

ini telah menajadi sifat darisuatu organisai yang merupakan suatu sistem

terbuka. Bila suatubagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan

berpengaruh kepada bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem

organisasi. Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus

memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara

menyeluruh.

5.

Hubungan,

Konsep kunci yang kelima dari omunikasi organisasi adalah

hubungan. Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem

kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada

manusia yang ada dalam organisasi. Dengan kata laian jaringan melalui mana

jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh

karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada

tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubungan perlu

dipelajari. Sikap, skill, moral dari seseorang, mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh hubungan yang bersifat organisasi. Hubungan manusia dalam organisasi

berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan diantara dua orang sampai

kepada hubungan yang kompleks. Jadi dalam organisasi terjadi hubungan

yang sifatnya individual, kelompok, dan hubungan organisasi.


(50)

6.

Lingkungan,

yang dimaksud lingkungan adalah semua totalitas secara fisik

dan faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai

individu dalam suatu sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah

personal/anggota, tujuan, produk, dll. Sedangkan lingkungan eksternal adalah;

langganan, saingan, teknologi, dll. Komunikasi organisasi terutama bekenaan

dengann transaksi yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang

terdiri dari organisasi dan kulturnya, dan antar organisasi dengan lingkungan

ekternalnya. Yang dimaksud dengan kultur organisasi adalah pola

kepercayaan dan harapan dari anggota organisasi yang menghasilkan

norma-norma yang membentuk tingkah laku individu dan kelompok dalam

organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi dengan

lingkungan eksternal seperti; teknologi, ekonomi, undang-undang, dan faktor

sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah, maka organisasi memerlukan

informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi perubahan dalam

lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan baik secara internal

dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum secara

eksternal.

7.

Ketidakpastian,

adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan informasi

yang diharapkan. Misalnya; organisasi Karang Taruna memerlukan informasi

tentang Undang-undang tentang NAPZA untuk disosialisaikan kepada

anggotanya, kalau informasi tersebut didapatkan maka tidak maslah, tetapi

kalau informaasi itu tidak didapatkan maka terjadi ketidak pastian. Untuk


(51)

mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar

pesan diantara anggotaa, melakukan suatu penelitian pengembangan

organisasi, dan mengahapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi yang

tinggi. Ketidak pastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh terjadinya

banyak informasi yang diteima daripada sesungguhnya diperlukan untuk

menghadapi lingkungan meeka. Jadi ketidakpastian dapat disebabkan oleh

terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena terlalu banyak yang

diterima.

Kajian terhadap komunikasi organisasi memiliki arti penting mengingat

bahwa komunikasi organisasi merupakan suatu disiplin studi yang dapat mengambil

sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Dalam arti pengkajian akan memberikan

manfaat tidak hanya bagi siapa saja yang ingin memahami perilaku organisasi secara

lebih baik, tapi juga memiliki aspek pragmatis bagi orang-orang yang ingin

memperbaiki kinerjanya sebagai peserta/anggota suatu organisasi.

Studi komunikasi organisasi dapat memberikan landasan kuat bagi karier

dalam manajemen, pengembangan sumber daya, dan komunikasi perusahaan, serta

tugas-tugas lainnya yang berorientasikan kepada manusia dalam organisasi (Pase and

Faules, 2000:25)

2.2.1 Organisasi dan komunikasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin

organizare

, yang secara harafiah

berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di

antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya


(52)

sarana. Everet M.Rogers dalam bukunya

Communication in Organization

,

mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian

tugas. Robert Bonnington dalam buku

Modern Business: A Systems Approach

,

mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan

sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas

dan wewenang.

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada

peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai

tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang

berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa

yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan

sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk

bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu

organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup

organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi

dilancarkan.

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah

sebagai berikut:

Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem

pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu

organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih

baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap

anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.


(1)

150

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Bonner, Hubert.1953. Social Psychology, dalam Jalaluddin Rahmat.2003, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Cal W. Downs.2007. Journal of Intercultural Communication, ISSN 1404-1634. Editor: Prof. Jens Allwood, URL: http://www.immi.se/intercultural/.

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remadja Karya Hikmat, Mahi M. 2011. Etika dan Hukum Pers. Bandung: Batic ICMI ... 2011. Metode Penelilitian. Yogyakarta: Graha Ilmu

Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penetian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Mulyana, Dedd. 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya: Bandung ... 2008. Komunikasi Massa. Bandung: Widya Padjadjaran

Rakhmat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada Sugiono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Tommy, Suprapto. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Media Presindo, Jogjakarta Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Pace, R. Wayne et al. 1979 Techniques for Effective Communication, Addison Westley Publishing Company, Massachusetts-ontario

... and Don F. Faules. 2000. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia No. 2/P/KPI/12/2009 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran


(2)

Peraturan Menteri Informasi dan Komunikasi No.29/P/M/Kominfo/9/2008 tentang Tatacara Pendaftaran Perijinan Penyiaran

Widjaya, H.A.W, 1986, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Bina aksara: Jakarta

Lain-Lain:

Nota Kesepahaman Bersama antara KPI dengan Polri Nota Kesepahaman Bersama antara KPI dengan KPU Nota Kesepahaman Bersama antara KPI dengan Bawaslu Nota Kesepahaman Bersama antara KPI dengan MUI Nota Kesepahaman Bersama antara KPI dengan LSF

Nota Kesepahaman Bersama antara KPI Jawa Barat dengan Unisba Nota Kesepahaman Bersama antara KPI Jawa Barat dengan PRSSNI

Nota Kesepahaman Bersama antara KPI Jawa Barat dengan Asosiasi Penyiaran Jawa Barat Profile Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat Tahun 2012.

Hasil Wawancara dengan Ketua KPID Provinsi Jawa Barat Hj. Neneng Athiatul,S.Am.,M.Ikom. Hasil Wawancara dengan Direktur IM TV dan Ketua Jabar Media Club Eris Munawar,S.E. Hasil Wawancara dengan Produser News BandungTV Dadan Firmansyah,S.I.P.


(3)

183

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA

PRIBADI

Nama Lengkap

: Runtini.krisniyawati

Tempat/Tgl. Lahir

: Cirebon, 16 November 1988

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status

: Belum menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia

No. Telepon/HP

: 0857.2037.3637

E-mail

: [email protected]


(4)

PENDIDIKAN FORMAL

1995 2001

SD Negeri 1 Suranenggala kulon (Lulus Berijazah)

2001 2004

SLTP Negeri 3, Cirebon Utara (Lulus Berijazah)

2004 2007

SMK-SMIP Mandiri

Cirebon (Lulus Berijazah)

2007 sekarang

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas komputer

Indonesia, Bandung (sedang menempuh skripsi)

PENDIDIKAN NON FORMAL

2006

Kursus Bahasa Inggris Prima English Course, Cirebon

2007

Bimbingan Belajar Ganesha Operations, Cirebon

PELATIHAN/SEMINAR/WORKSHOP

September 2007

: Peserta pengenalan IK & PR

Maret 2008

: Ceramah Umum agama Islam di Unikom

27 Mei 2008

: Pelatihan

Master of Ceremony

18 Maret 2009

: Muslimah

Exihibition

27 Mei 2009

:

Personal Development & Brain Management

Mei 2009

: Kunjungan ke Media massa

26 Februari 2011

:

Workshop Journalism for Public Relations

1 Mei 2011

: Seminar Keamanan Informasi


(5)

PENGALAMAN ORGANISASI / KEPANITIAAN

1998-2001

: anggota Paskibra SD Suranenggala kulon, Cirebon

2000-2003

: Wakil Ketua Paskibra SMPN 3 Cirebon


(6)

Dokumen yang terkait

Peranan komisi penyiaran Indonesia (KPI) pusat terhadap tayangan infotaimen di Televisi

1 36 103

Strategi Komunikasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat Dalam Menerapkan Pedoman Perilaku Penyiaran Dan Standar Program Siaran (P3&SPS) Di Stasiun Televisi Lokal Di Bandung

0 2 1

Sistem Informasi Perizinan Penyiaran Pada Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Barat

2 20 123

SKRIPSI PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM PERAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA DALAM MENANGGULANGI SIARAN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI.

0 2 10

Strategi Komunikasi KPID Provinsi Jawa Tengah Strategi Komunikasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah Dalam Meminimalisasi Pelanggaran Isi Siaran Lembaga Penyiaran Swasta Di Jawa Tengah Agustus 2014.

0 2 13

Strategi Komunikasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Strategi Komunikasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah Dalam Meminimalisasi Pelanggaran Isi Siaran Lembaga Penyiaran Swasta Di Jawa Tengah Agustus 2014.

0 0 13

PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah Dalam Meminimalisasi Pelanggaran Isi Siaran Lembaga Penyiaran Swasta Di Jawa Tengah Agustus 2014.

0 4 30

Pengaruh Kpid Jawa Barat Award 2009 Terhadap Peningkatan Kualitas Isi Siaran Lembaga Penyiaran.

0 0 2

Gaya komunikasi kepemimpinan KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Timur dengan stakeholder televisi dan radio.

0 2 117

PRAKTEK KERJA DIVISI MEDIA MONITORING DI KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH (KPID) JAWA TIMUR DALAM MENGAWASI TELEVISI LOKAL

0 2 13