Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Wilayah Kota Bandung

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kinerja Account Representative

Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan adalah bergantung pada kinerja sumber daya manusia yang secara langsung atau tidak langsung memberi kontribusi pada perusahaan, yang meliputi pemangku kepentingan eksternal (stakeholder) dan kepentingan internal (karyawan) yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk memperoleh kinerja optimal dari keberadaan karyawan dalam perusahaan, maka perusahaan perlu menetapkan strategi yang tepat, yaitu dengan memikirkan bagaimana mengelola karyawan agar mau mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena ditopang oleh kinerja sumber daya manusia. Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang gagal karena faktor kinerja sumber daya manusia. Dengan demikian, ada kesesuaian antara keberhasilan organisasi atau kinerja organisasi dengan kinerja individu atau sumber daya manusia.

Pengertian kinerja menurut Hersey and Blanchard dalam Tb. Sjafri Mangkuprawira menyatakan bahwa:

“Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan

untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan

dan bagaimana mengerjakannya”.


(2)

Tb. Sjafri Mangkuprawira berpendapat bahwa:

“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebihdahulu

dan disepakati bersama.”

(2008 : 218)

Sehubungan dengan itu, kinerja adalah kesediaan seorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak munkin dapat diketahui karena tidaka ada tolok ukurnya.

Menurut pengertian Account Representative di lingkungan Direktorat jendral Pajak adalah:

”Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang diberi kepercayaan,

wewenang, dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan, pembinaan, dan pengawasan secara langsung kepada Wajib Pajak tertentu”.

(DJP: 2008)

Account Representative menurut KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 98/KMK.01/2006 Tanggal 20 Februari 2006 adalah:

“Pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah


(3)

14 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Sedangkan Menurut Ricard Burton dalam Siti Resmi Account Representative:

”Secara khusus petugas pajak dengan sebutan AR lebih fokus pada

pekerjaan berupa: a) menganalisa dan memonitor kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya (semacam Tax peyer profile/ company profile); b) membantu mempercepat proses permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; c) memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan proses keberatannya; dan d) menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan

perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.”

(2008:239)

Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam menganalisa dan memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui penyampaian SPT yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak dan berwenang untuk memberikan respon yang efektif, tepat dan benar atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya, memberikas edukasi kepada Wajib Pajak, asistensi secara langsung, serta mendorong, memofitasi dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawab Account Representative.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja Account Representative adalah hasil tingkat keberhasilan dari tugas-tugas yang di lakukan oleh pegawai pajak yang ditujuk oleh Dirjen Pajak yang bekerja pada kantor pelayanan pajak yang sudah menerapkan sistem perpajakan modern.


(4)

2.1.2 Indikator Kinerja Account Representative 2.1.2.1Kode Etik Pegawai

Penunjukan Account Representative merupakan karakeristik utama penerapan sistem administrasi perpajakan modern sejak reformasi perpajakan tahun 2002. Penerapan admnistrasi perpajakan yang modern salah satunya memberikan pelayanan yang baik kepada wajib pajak dengan menyiapkan tenaga ahli yang memadai.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang Account Representative harus menaati kode etik sebagai pegawai pajak. Kode Etik atau Code of Conduct mempunyai pengertian, a code outlining the responsibilities of or best practice for an individual or organization, such as a set of principles of good corporate behavior adopted by a business (wiktionary).

Adapun kode etik pegawai pajak antara lain:

1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain. 2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel.

3. Mengamankan data dan atau informasi yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak.

4. Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain dalam pelaksanaan tugas dengan sebaik-baiknya.

5. Mentaati perintah kedinasan.

6. Bertanggung jawab dalam penggunaan barang inventaris milik Direktorat Jenderal Pajak.

7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor.


(5)

16 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

perpajakan.

9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan. Larangan bagi Pegawai adalah sebagai berikut:

1. Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 2. Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik;

3. Menyalahgunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung;

4. Menyalahgunakan fasilitas kantor;

5. Menerima segala pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun tidak langsung, dari Wajib Pajak, sesama Pegawai, atau pihak lain, yang menyebabkan Pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya;

6. Menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan;

7. Melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatkan gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi milik Direktorat Jenderal Pajak;

8. Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat Direktorat Jenderal Pajak.

Sanksi terhadap pelanggaran kode etik yaitu, sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau pernyataan penyesalan, yang disampaikan secara tertutup atau terbuka; dan/atau hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 dalam hal terjadi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.


(6)

2.1.2.2Tanggung Jawab Account Representative

Account Representative yang juga disebut staf pendukung pelaksana dalam setiap kantor pelayanan pajak modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan profesional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Secara khusus adapun tanggungjawa Account Representative adalah sebagai berikut:

a. Menangani sejumlah kecil Wajib Pajak tertentu

b. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan c. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan

Account Representative memiliki beberapa tanggung jawab lebih terperinci sebagai berikut:

Memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.

Memberikan penyuluhan tentang kebijakan perpajakan yang berlaku. Memberikan bimbingan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

Melakukan pengawasan kepatuhan formal dan material Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

Mencari, menggumpulkan dan merekam data dan informasi yang diperoleh ke dalam system informasi perpajakan.


(7)

18 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Melaksanakan dan menyelesaikan seluruh kegiatan yang tercantum pada menu pengawasan alur kerja.

2.1.2.3Tugas Account Representative Berhubungan Langsung Dengan Wajib Pajak

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Account Representative mempunyai tugas: (1) melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, (2) bimbingan/himbauan/konsultasi teknik perpajakan kepada Wajib Pajak, (3) penyusunan profil Wajib Pajak, (4) analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi, dan (5) melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku Account Representative yang juga disebut staff pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan professional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Adapun tugas Account representative yang berhubungan dengan wajib pajak antara lain:

Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak

Melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada Wajib Pajak

Memberikan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak Membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak


(8)

Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP

Membuat konsep usulan Wajib Pajak / PKP Fiktif dan Wajib Pajak Patuh Menganalisis SPT yang diberikan wajib pajak

Menginfirmasikan Perubahan peraturan perpajakan yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2.1.2.4Tugas Account Representative Berhubungan Dengan Penunjangan Tugas Fungsional Pemeriksa

Tugas dari Account Representative yang berhubungan dengan penunjangan tugas fungsional pemeriksa dilakukan melalui mekanisme pengawasan (terhadap) Wajib Pajak

(1) Account Representative melakukan pengawasan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak melalui sistem informasi perpajakan dan menindaklanjuti dengan penerbitan Surat teguran dan/atau Surat Tagihan Pajak apabila terdapat kewajiban formal yang tidak atau belum dipenuhi oleh Wajib Pajak.

(2) Account Representative melakukan pengawasan terhadap keputusan material Wajib Pajak dan menindaklanjutinya dengan mengusulkan secara tertulis kepada Kepala Kantor dengan tembusan Kepala Seksi Pemeriksaan agar terhadap Wajib pajak dilakukan pemeriksaan pajak apabila Wajib Pajak tersebut tidak atau belum memenuhi kewajiban material.

(3) Mencari, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dan/atau informasi eksternal yang bersumber dari unit/instansi taerkait antara lain Pemerintah


(9)

20 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Daerah, Direktorat Jendral Bea Cukai, PLN, Telkom, Indosat, Deperindag, Bapepam, Pasar Bursa, Notaris, Imigrasi, Internet dan Media Masa.

(4) Mengetahui ruang lingkup usaha Wajib Pajak secara menyeluruh meliputi melalui Prosedur Pemutakhiran (update) Data Wajib Pajak.

2.1.3 Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (Moh.Zain:2004) dalam Siti Kurnia Rahayu adalah sebagai:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban

perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang tertuang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

(2009:138)

Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, menyatakan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam

pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan

perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”

(2006:112)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar.

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano menjelaskan mengenai jenis-jenis kepatuhan, menyatakan bahwa:


(10)

“Ada dua macam kepatuhan yaitu: (1). Kepatuhan formal adalah

suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. (2). Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang

Perpajakan”.

(2006:110)

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajiban formal jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan

Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban formalnya.”

(2009:138)

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.”

(2008:21) Pengertian Wajib Pajak Badan Menurut Siti Resmi dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menyatakan bahwa:

“Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha yang meliputi : perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”


(11)

22 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Dari pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepatuhan merupakan suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang berbentuk sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan usaha sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

2.1.4 Indikator Kepatuhan Formal Wajib Pajak 2.1.4.1Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu Wajib Pajak telah menjalankan kewajiban formal jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban

formalnya.”

(2009:138)

Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.

2.1.4.2Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan keuangan dari WP Badan tersebut.


(12)

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati :

“Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan untuk waktu penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.

(2009: 46)

2.1.4.3Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely suhayati :

“Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau

lebih bayar”.

(2009: 46)

Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan kewajibannya walaupun dengan keterlambatan waktu, namun dapat dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.

2.1.5 Hubungan Kinerja Account Representative dengan Kepatuhan Wajib Pajak Badan

Account representative merupakan petugas pajak yang memiliki peranan yang kuat dalam membina Wajib Pajak dalam menjalani kewajibannya sehingga dapat menuju kepada kepatuhan yang diharapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Adapun Teori Penghubung Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan


(13)

24 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Menurut Aditya Wibisono menyatakan bahwa:

”Adanya modernisasi administrasi yang telah dimulai DJP seharusnya mendukung tumbuhnya kepatuhan sukarela dari WP, apalagi dengan ditunjang dengan peranan Account Representative (AR) yang terus membina WP agar selalu patuh dan mengingatkan hak dan kewajibannya.”

(2007:60)

Sedangkan Menurut Siti Kurnia Rahayu bahwa:

”Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut, yaitu, pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal melalui konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative (AR), pemanfaatan IT secara maksima, SDM yang professional .”

(2009:133) Dari penjelasan diatas memberikan suatu ketegasan bahwa hal utama yang menjadi ciri modernisasi perpajakan di Indonesia yaitu dengan ditujuknya tenaga Account Representative untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak dan pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional.

Menurut Siti Kurnia Rahayu tentang pentingnya Kinerja Pelayanan bahwa:

”Kinerja pelayanan yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assesment untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan secara tidak langsung akan meningkatkan pula penerimaan pajak .”

(2009:135)

Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak melalui Account Representative berkewajiban memberikan konsultasi dan pengawasan untuk membantu segala permasalahan


(14)

yang dihadapi Wajib Pajak. Pentingnya memiliki Account Representative yang berkinerja akan dapat memberikan pelayanan yang lebih memadai sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan secara formal, yaitu melalui ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Account Representative yang berkinerja baik akan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja para Fungsional Pemeriksaan yang bertugas melakukan pemeriksaan guna menguji tingkat kepatuhan bagi Wajib Pajak yang diperiksa. Profil Wajib Pajak menjadi sarana yang dibutuhkan oleh Fungsiona Pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan guna mencapai target utama yang diharapkan yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak.

2.2 Kerangka Pemikiran

Setelah berkurangnya pendapatan minyak dan gas bumi, pajak menjadi sektor pendapatan Negara yang sangat penting. Mengingat pentingnya peranan Pajak yang merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menunjang penyelenggaraan negara menyebabkan pemerintah mulai mengoptimalkan penerimaan yang berasal dari pajak. Penerimaan pajak merupakan jumlah iuran yang dibayar oleh masyarakat dimana dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku yang diterima oleh negara dalam suatu masa yang nantinya digunakan oleh negara untuk membayar pengeluaran negara berupa pemeliharaan berbagai fasilitas untuk diggunakan umum.

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung,


(15)

26 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

DJP memiliki peranan yang penting dalam menjamin bahwa Wajib Pajak mengerti akan kewajiban perpajakannya. Peranan ini diserahkan secara langsung kepada para petugas yang berkompeten dalam menunjang suksesnya sistem kemandirian yang diberikan kepada Wajib Pajak Indonesia. Account Representaive dalah merupakan ciri utama dari Kantor Pajak Modern. Para petugas Account Representaive diharuskan mengetahui seluk beluk dari setiap Wajib Pajaknya mulai dari status, penghasilan, jenis usaha sampai dengan modus operandi yang digunakan dalam menghindari pajak. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini adalah Account Representaive menghadapi berbagai halangan salah satunya yaitu Wajib Pajaknya belum terbuka dan tingkat kepatuhannya masih rendah. Pentingnya meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak maka para Account Representative menggunakan strategi watching, sounding, dan conselling. Secara lebih khusus Account Representaive lebih fokus pada pekerjaan berupa menganalisa dan memonitoring kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya dengan menggunakan Tax Payer Profile/ Company Profile, membantu mempercepat proses permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak, memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan proses keberatannya, dan menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.


(16)

Para petugas Account Representative bekerja pada suatu bagian yaitu Seksi Waskon yaitu Pengawasan dan Konsultasi yang menguasai semua jenis pajak, misalnya untuk Wajib Pajak Badan. Dengan demikian petugas Account Representaive adalah petugas yang mengetahui dan menguasai seluruh jenis pajak dengan baik (all taxes in one hand). Agar self assessment system dapat berjalan secara efektif, maka keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum (low enforcement) merupakan hal yang esensial. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kepercayaan tersebut. Dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak. Hal utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan pajak yang mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa. Penting bagi DPJ untuk memiliki Fungsional Pemeriksa yang hadal dan tanggap dalam menjalankan tugasnya. Untuk menunjang kelancaran tugas dari Fungsional Pemeriksa tersebut sangatlah penting pula peranan dari Account Representative dalam membantu tugas Fungsional Pemeriksa terutama dalam melakukan Risk Based Audit terhadap Profil Wajib Pajak.

Menurut Aditya Wibisono menyatakan bahwa:

”Adanya modernisasi administrasi yang telah dimulai DJP seharusnya mendukung tumbuhnya kepatuhan sukarela dari WP, apalagi dengan ditunjang dengan peranan Account Representative (AR) yang terus membina WP agar selalu patuh dan mengingatkan

hak dan kewajibannya.”


(17)

28 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Adanya penerapan sistem modernisasi perpajakan dterutama dengan penunjukkan Account Representatve dalam membina dan melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak, maka DJP tidak menutup mata terhadap pentingnya pelayanan berkaitan dengan kulaitas pelayanan (umum). Kinerja pelayanan yang baik akan memungkinkan diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu langkah penting yang yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, pperaturan yang responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.


(18)

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Jurnal dengan Judul yang diteliti oleh Penulis No Pengarang/

Penyusun Judul Persamaan

Perbeda

an Hasil

1 OECD

Center For Tax Policy And Administration (2001)

Practice Note about Compliance

Measurement

(Pengukuran Kepatuhan)

Variabel yang diteliti adalah tentang kepatuhan WP

OECD menyimpulkan bahwa kepatuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu kepatuhan administrative (administrative compliance) dan kepatuhan teknis (technical compliance). Kepatuhan administrative mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan procedural, sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam

penghitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh WP. 2 OECD

Center For Tax Policy And Administration (2004) Compliance Measurement (Pengukuran Kepatuhan) Variabel yang diteliti adalah tentang kepatuhan wajib pajak, terutama WP perusahaan besar dalam menyampaikan SPT-nya. Perlunya pengelompokkan ketidakpatuhan secara efektif dan efisien dengan

menggunakan metode Siklus Manajemen Risiko. Pengelompokkanpenting menerapkan strategi yang berbeda bagi setiap kelompok ketidakpatuhan. OECD mengelompokkan ke dalam tiga kelompok berbeda yaitu rendah, menengah dan tinggi. Operasionalisasi

ketidakpatuhanndilakukan dengan presentase koreksi penghasilan netto. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku WP tidak patuh adalah Faktor Ekonomi dan Faktor Perilaku.

3 Wahyu Santoso Analisis

Ketidakpatuhan WP sebagai dasar Peningkatan Kepatuhan WP

Variabel Y, yaitu penigkatan kepatuhan WP Variabel X, yaitu Analisis Ketidak-patuhan Dengan menggunakan Analisis Manajemen Risiko, peneliti menyimpulkan bahwa kepatuhan WP berpengaruh atas dua jenis kepatuhan yaitu Kepatuhan administrative mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan procedural, sedangkan kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam

penghitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh WP 4 Wijayanti dan

Asti Kartika

The Evaluation Of Account

Representative

Variabel X, Kinerja

Account Representative

Variabel Y, Kepuasan Wajib Pajak

Penelitian bertujuan untuk mangevaluasi kinerja pelayanan AR, dimana


(19)

30 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Performance Concerning With Tax Payer In Modern tax office In Jakarta General tax Department

kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbedaan antara harapan (expectation) dan kenyataan (Reality). Hasil yang diperoleh menujukkan tingkat harapan WP lebih tinggi dibangingkan dengan kinerja AR.

Berdasarkan keempat penelitian diatas yang membedakan dengan penulis yaitu bahwa para peneliti sebelumnya menguji kepatuhan Wajib Pajak melalui beberapa analisa risiko untuk mengetahui tingkat risikonya apakah akan berpengaruh tinggi, cukup tinggi atau rendah terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak, namun pada penelitian-penelitian sebelunya dapat disimpulkan bahwa pentingnya mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak untuk dapat menjadi tolak ukur bagi kinerja DJP melaui Account Representative. Peranan Account Representative penting dalam penyelenggaraan pemeriksaan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa. Account Representative berperan terutama dalam melakukan analisis risiko terhadap profil Wajib Pajak terkait pemeriksaan khusus. Berbagai faktor menjadi latar belakang munculnya ketidakpatuhan oleh Wajib Pajak Badan di Wilayah Jawa Barat. Menurut dari OECD (2004) bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak Badan terhadap kewajiban perhitungan dan penyampaian SPTnya, yaitu faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Faktor ekonomi berhubungan secara langsung dengan beban keuangan yang akan dikeluarkan oleh Wajib Pajak Badan dalam penyelesaian kewajibannya. Sedangkan faktor non-ekonomi berhubungan pada perilaku Wajib Pajak, dimana setiap individu memiliki perilaku yang berbeda sesuai dengan latar belakang, tingkat pendidikan serta kepribadian. Pada saat


(20)

memiliki kesempatan untuk bisa menghindari kewajiban pajaknya, maka Wajin Pajak akan mengambil peluang tersebut demi mendukung faktor ekonomi yang melatarbelakangi.

Ketidakpatuhan ini telah menjadi pekerjaan rumah yang wajib diselesaikan oleh Dirjen Pajak karena ketidakpatuhan Wajib Pajak akan berpengaruh pada pendapatan Negara yang menjadi sumber dana pembangunan dan pemeliharaan saran publik bagi masyarakat. Untuk itu pentingnya melihat peningkatan pengawasan dari DJP terhadap semua Wajib Pajak melalui petugas yang telah dibebankan yaitu para Account Representative. Petugas Account Representaive dalam menjalankan tugas utamanya dalam memberikan pelayanan bagi Wajib Pajak memiliki andil yang kuat dalam menganalisa setiap Wajib Pajak yang ditugasi untuk menghindari terjadinya tindakan penghindaran kewajiban atau ketidakpatuhan. Account Representaive dalam akan memberikan mulai dari consoling terhadap Wajib Pajak mengenai peraturan perundang-undangan pajak sampai pada memberikan supporting pada bagian Fungsional Pemeriksaan untuk menindaklanjuti Wajib Pajak yang dicurigai malakukan Tax Avoidance. Pemeriksaan akan dilakukan atas anjuran dari Account Representative sehingga dalam pelaksanaanya petugas Fungsional Pemeriksa tidak mengalami kesulitan karena Account Representaive lebih mengenal Wajib Pajaknya daripada petugal Fungsional Pemeriksa. Pentingnya tugas Account Representative dapat dilihat dalam pemeriksaan khusus, dimana Account Representative bertugas melakukan analisis risiko (risk based audit) atas profil Wajib Pajak dimana profil Wajib Pajak hukumnya wajib dalam pemeriksaan, jika profil Wajib Pajak belum dibuat, SP2 tidak boleh terbit.


(21)

32 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Pelayanan dan tugas Account Representative menjadi penting bagi kelanjutan Citra DJP yang mulai diperbaiki sejak diadakan Reformasi Modernisasi Perpajakan. Pentingnya meningkatkan kinerja Account Representative sehingga dalam menjalankan tugasnya sehari-hari terhadap Wajib Pajak yang telah dipercayakan kepadanya untuk diawasi dan dibina tidak mendapati keadaan dimana Account Representative tidak bisa menjawab dan atau salah menjawab apabila ditanyakan oleh Wajib Pajak. Jika hal ini sampai terjadi maka Wajib Pajak akan kehilangan kepercayaannya terdapa Account Representative nya dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap citra DJP di mata masyarakat. Penurunan kinerja Account Representative akan berpengaruh secara langsung terhadap kinerja Fungsional Pemeriksa dalam melakukan kegiatan pemeriksaan yang menjadi sarana utama dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak.

Dari pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa kepatuhan merupakan kesadaran yang timbul dalam diri Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dalam penyampaian surat pemberitahuan sesuai undang-undang yang berlaku.

Menurut Siti Kurnia Rahayu bahwa:

”Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut, yaitu, pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal melalui konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative, pemanfaatan IT secara maksima, SDM yang professional .”

(2009:133) Dari penjelasan diatas memberikan suatu ketegasan bahwa hal utama yang menjadi ciri modernisasi perpajakan di Indonesia yaitu dengan ditujuknya tenaga Account Representative untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada


(22)

Wajib Pajak dan pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional.

Menurut Siti Kurnia Rahayu tentang pentingnya Kinerja Pelayanan bahwa:

”Kinerja pelayanan yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsure-unsur self-assesment untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan secara tidak langsung akan meningkatkan pula penerimaan pajak .”

(2009:135)

Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak melalui Account Representaive berkewajiban memberikan konsultasi dan pengawasan untuk membantu segala permasalahan yang dihadapi Wajib Pajak. Pentingnya memiliki Account Representative yang berkinerja akan dapat memberikan pelayanan yang lebih memadai sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan secara formal, yaitu melalui ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Account Representative yang berkinerja baik akan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja para Fungsional Pemeriksaan yang bertugas melakukan pemeriksaan guna menguji tingkat kepatuhan bagi Wajib Pajak yang diperiksa. Profil Wajib Pajak menjadi sarana yang dibutuhkan oleh Fungsiona Pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan guna mencapai target utama yang diharapkan yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkatkepatuhan dari Wajib Pajak.

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(23)

34 Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Bagan 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Kepatuhan formal WP:

-Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat waktu

-Menyampaiakan SPT Tahunan PPh Terlambat (Permohonan

perpanjangan waktu)

-Menyampaikan SPT tahunan PPh Pembetulan

Kinerja Account Representative

-Kode etik

-Tanggungjawab AR

-Tugas AR yang berhubungan dengan WP

-Tugas AR yang berhubungan dengn fungsional pemeriksa

Kepatuhan WP Restrukturisasi organisasi Sistem Administrasi Perpajakan Modern Teori penghubung:

”Adanya modernisasi administrasi yang telah dimulai DJP seharusnya mendukung tumbuhnya kepatuhan sukarela dari WP, apalagi dengan ditunjang dengan peranan Account Representative yang terus membina WP agar selalu patuh dan mengingatkan hak dan kewajibannya.” (Aditya Wibisono: 2007)

”Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut, yaitu, pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal melalui konsep One Stop Service yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative,

pemanfaatan IT secara maksima, SDM yang professional .”

(Siti Kurnia Rahayu: 2009)

Aspek ketatalaksanaan Penyempurnaan MSDM Account Representativ

-Menganalisis SPT

-Mengawasi kepatuhan perpajakan

-Melakukan pencatatan profil WP

-Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru

Hipotesis

“Adanya pengaruh kinerja account representative

terhadap tingkat kepatuhan formal WP


(24)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah penulis berhipotesis bahwa :

“Kinerja Account Representative berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan formal Wajib Pajak Badan.”


(25)

36 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif.

Objek penelitian menurut Sugiyono pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

(2008:13)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian. Dimana yang menjadi objek penelitian yaitu Kinerja Account Representative dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono mendefinisikan bahwa :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.


(26)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah.

Metode Deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

“Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

(2005:21) Sedangkan Metode Verifikatif menurut Mashuri menyatakan bahwa :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah

yang serupa dengan kehidupan .”

(2008:45) Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X (kinerja AR) terhadap Y (tingkat kepatuhan WP) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Pengertian Desain Penelitian menurut Husein Umar, menyatakan bahwa :

“Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.


(27)

38 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Menurut Sugiyono menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.

(2007:46) Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Membuat identifikasi masalah, sehingga didapat judul dengan masalah yang dihadapi.

2. Perumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis.


(28)

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Administrasi perpajakan modern terhadap penerimaan pajak.

5. Metode penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian kuantitatif ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif .


(29)

40 Bab III Objek dan Metode Penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan kinerja Account Representative (variabel indepandent (X)) dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (variabel dependent (Y)) digunakan korelasi pearson product moment, sedangkan untuk menguji adanya pengaruh kinerja Account Representative (variabel indepandent (X)) dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (variabel dependent (Y)) digunakan koefisien determinasi. 7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Desain penelitian yang lebih sederhana lagi akan dijelaskan dalam bentuk tabel di bawah ini:


(30)

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon

T – 1 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan

divisi Cross Sectional

T – 2 Descriptive Descriptive dan Survey

Individu dan divisi

Cross Sectional

T – 3 Descriptive dan Verificative

Descriptive and Explanatory

Survey

Individu Cross Sectional Sumber: Umi Narimawati (2007:85)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel adalah suatu cara untuk mengukur konsep dan bagaimana caranya sebuah konsep harus diukur sehingga terdapat variabel – variabel yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, yaitu variabel yang dapat menyebabkan masalah lain dan variabel yang situasi dan kondisinya tergantung oleh variabel lain.

Adapun pengertian menurut Sugiyono menerangkan bahwa:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

(2006:31) Untuk meneliti bagaimana pengaruh kinerja Account Representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan, penulis menentukan operasionalisasi variabel sebagai berikut :


(31)

42 Bab III Objek dan Metode Penelitian

1. Variable Independent atau variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dan merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (terikat). Data yang menjadi variabel independent (Variabel X) adalah kinerja Account Representative.

2. Variable Dependent atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Data yang menjadi variabel dependent (Variabel Y) adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variable Konsep Dimensi Indikator Skala No.Quesi

oner Kinerja account representative (variable x) “Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebihdahulu dan disepakati bersama.” Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008:218) “Account Representative menurut KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 98/KMK.01/2006 Tanggal 20 Februari 2006 adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi

Kode etik pegawai pajak tentang kewajiban pegawai pajak Tanggung jawab AR 1.menghormati agama 2.bekerja secra professional 3memberikan pelayanan 4.mengamnakan data DJP 5.menaati perintah kedinasan 6.menaati ketentuan jam kerja

7. bertutur kata sopan

1.Menangani wajib pajak 2.menginformasikan perubahan peraturan 3.merespon pertanyaan dan permintaan Ordinal 1-4 5-7


(32)

Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementas ikan Organisasi Modern.” Tugas account representativ e yang berhubungan dengan wajib pajak Tugas account representativ e yang berhubungan dengan fungsional pemeriiksa 1.membuat dan memukthtahirkan profil WP

2. Pengawasan dan bimbingan

3.menganalisis kinerja WP melalui analisis SPT 4.menginformasikan perubahan perpajakan 1.Melakukan pengawasan melalui penindaklanjutan STP dan thdp keputusan material dengan mengusulkan pemeriksaan 2. mengetahui ruang lingkup usaha wp 3.melakukan analisis resiko atas profil wp

8-11 12-15 Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan (variable y)

“Ada dua macam

kepatuhan yaitu: (1). Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Perpajakan. (2). Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang

Perpajakan”. Siti Kurnia Rahayu dan Sony Devano

(2006:110) “Wajib Pajak

adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar

pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban

Aspek Formal

1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu 2. Menyampaikan

SPT Tahunan PPh terlambat/lewat waktu (Permohonan Perpanjangan penyampaian SPT) 3. Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan


(33)

44 Bab III Objek dan Metode Penelitian

perpajak an sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

perpajakan.” Siti Resmi (2008:21)

Dalam operasionalisasi variabel ini variabel indepandent (X) menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indriantoro dan Bambang adalah:

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya

menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct

yang diukur.”

(2002:98) Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Skala likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

(2006:86) Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung


(34)

pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Skala Likert Untuk Kuesioner Positif

Sumber : Sugiyono, 2007:87

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Skala Likert Untuk Kuesioner Negatif

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 1

Setuju 2

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 4

Sangat Tidak Setuju 5

Sumber : Sugiyono, 2004:87

Sedangkan pada variabel dependent (Y) menggunakan skala ukur rasio. Menurut Bambang Jatmiko menyatakan bahwa:

“Rasio adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk

menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar

tingkatkan sudah jelas dan memiliki nilai 0 (nol) yang mutlak”.

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 2


(35)

46 Bab III Objek dan Metode Penelitian

(2008:41) Skala ukur pada penelitian ini menggunakan data berupa angka yang di dapat dari laporan penerimaan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal pajak.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel akan diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert.

Skala Likert menurut Sugiyono adalah sebagai berikut :

“Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

(2009:93) Skala dimulai dari angka 1 sampai dengan 5, yang menunjukkan tingkat sikap dan pendapat responden. Angka 1 menunjukkan nilai ukur sebesar 1, dan selanjutnya sampai dengan angka 5 menunjukkan nilai ukur sebesar 5.

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek baik dari informasi maupun pihak lain, maka penulis dalam melakukan penelitian ini jenis data primer yang digunakan adalah menggunakan kuesioner dan informasi data lain yang diperoleh dari pihak yang terkait.

Data primer dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diberikan kepada Bagian Pengawasan dan Konsultasi di 5 (lima) KPP di wilayah Kota Bandung. Selain itu pula data-data lain yang diperoleh dari 5 (lima) KPP adalah berupa data statistik jumlah Wajib Pajak yang Badan, jumlah statistik Wajib Pajak Badan


(36)

yang menyampaikan SPT PPh Tahunan: tepat waktu, terlambat dan Pembetulan serta informasi umum lain yang bersangkutan dengan kelima KPP.

3.2.3.2Teknik Penarikan Populasi dan Sample 1. Populasi

Pengertian populasi menurut Sugiyono mengemukakan mengenai populasi yaitu:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

(2009:80) Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Account Representative di 5 (lima) KPP di wilayah Bandung sebanyak 88 Account Representative. 2. Sampel

Menurut Sugiyono tentang pengertian sampel yaitu :

”Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut”.

(2009:81) Kesimpulan dari pengertian sampel yaitu sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar dan memungkinkan peneliti tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan


(37)

48 Bab III Objek dan Metode Penelitian

sampel yang diambil dari populasi itu. Karena dengan menggunakan sampel dari populasi tersebut sudah dapat mewakili data yang ada pada populasi, dan membantu penulis dalam melakukan perhitungan. Karena pada penelitian ini jumlah Kantor Pelayanan Pajak yang ada di wilayah Kota Bandung hanya ada 5 Kantor Pelayanan Pajak maka semuanya diteliti atau menggunakan sensus, dengan jumlah responden 17 orang di setiap KPP.

3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:

3.2.4.1Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sampel untuk mengetahui tanggapan tentang penelitian yang sedang diteliti, baik dari informasi maupun pihak lain yang terkait.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian yang berasal dari literatur, artikel dan berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan berupa data-data kepatuhan Wajib Pajak melalui data penyampaian SPT.


(38)

3.2.4.2Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan

peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diambil langsung dari perusahaan).

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut:

a. Metode pengamatan atau Observasi adalah pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung.

b. Metode wawancara atau Interview adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang penulis teliti. Pada penelitian ini interview di lakukan pada Kepala Kantor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung

c. Kuesioner

Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah responden di bagian fungsional, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.


(39)

50 Bab III Objek dan Metode Penelitian

d. Studi Pustaka (Library Research), merupakan data sekunder penelitian yang dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literature lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan.

3.2.5 Teknik Penentuan Data

Dalam melakukan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan untuk mencapai suatu kesimpulan penelitian yang peneliti lakukan menggunakan proses analisis sebagai berikut:

3.2.5.1Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk memenuhi taraf kesesuaian dan kecepatan alat ukur (instrumen) dalam menilai suatu objek. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan diinginkan dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam uji validitas yaitu dengan menggunakan analisis korelasi Pearson Product Moment. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r kritis = 0,3 jadi, apabila korelasi antara butir pernyataan dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dari hasil pengolahan diperoleh nilai validitas untuk masing-masing butir pernyataan yaitu:


(40)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Kinerja Account Representative

Butir Pernyataan

Indeks

validitas Nilai kritis Keterangan

Item 1 0,560 0,30 Valid

Item 2 0,563 0,30 Valid

Item 3 0,458 0,30 Valid

Item 4 0,619 0,30 Valid

Item 6 0,646 0,30 Valid

Item 7 0,665 0,30 Valid

Item 8 0,580 0,30 Valid

Item 9 0,723 0,30 Valid

Item 10 0,646 0,30 Valid

Item 11 0,621 0,30 Valid

Item 12 0,437 0,30 Valid

Item 13 0,453 0,30 Valid

Item 14 0,488 0,30 Valid

Item 15 0,456 0,30 Valid

Sumber: Lampiran 5

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai koefisien korelasi setiap butir pernyataan lebih besar dari 0,30 sehingga hasil ini menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan pada variabel kinerja Account Representative valid dan layak digunakan pada analisis selanjutnya.

Untuk mempercepat dan mempermudah dalam penelitian ini pengujian validitas instrumen dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan Software SPSS 12.0 For Windows dengan metode korelasi Pearson Product Moment yang rumusnya adalah sebagai berikut:

n ∑ x y - ∑x ∑y Rxy =


(41)

52 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Keterangan:

rs = Koefisien korelasi Pearson Product Moment

n = Total jumlah sampel

∑ x = Total Skor Variabel X

∑ y = Total Skor Variabel Y

∑ x2

= Total Skor Kuadrat Variabel X

∑ y2

= Total Skor Kuadrat Variabel Y

3.2.5.2Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten, apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih. Jadi, dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teknik Belah Dua (split half method) yang dianalisis dengan rumus Pearson Product Moment Brown. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan ganjil atau genap). Cara kerja Teknik Belah Dua (split half method) menurut Sugiyono dalam bukunya adalah sebagai berikut:

“1. Butir-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan genap.

2. Skor data tiap kelompok disusun sendiri. Skor butir kelompok dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total.

3. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap di cari korelasinya.

4. Koefisien korelasi selanjutnya dimasukan dalam rumus Spearman Brown”.


(42)

Untuk menghitung angka reliabilitas maka digunakan rumus Spearman Brown, yaitu:

Keterangan:

ri = angka reliabilitas

rb = koefisien korelasi antara belahan ganjil dan genap

Dari hasil pengolahan diperoleh hasil sebesar 0,852 dimana nilai reliabilitas butir pertanyaan pada kuesioner yang diuji lebih besar dari 0,70, hal menunjukan bahwa butir kuesioner memiliki keandalan yang tinggi untuk mengukur kinerja Account Representative.

3.2.6 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.6.1Rancangan Analisis

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif dan Metode Verifikatif.

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

1. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh administrasi perpajakan terhadap penerimaan pajak.


(43)

54 Bab III Objek dan Metode Penelitian

2. Penelitian Verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variable dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1) Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

2) Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

3) Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

4) Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

5) Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:


(44)

Skor aktual Keterangan :

n = jumlah sampel yang diambil (dalam penelitian ini ada 30) m = jumlah alternatif jawaban tiap item (5 alternatif)

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah

responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:

% skor aktual = X 100% Skor ideal

Keterangan :

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan.

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden diadopsi dari buku Metode Penelitian Bisnis karangan Sugiyono dengan kriteria pengklasifikasian sebagai berikut:

N (m – 1) RS =


(45)

56 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Tabel 3.6

Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual No Persentase Skor Kategori Skor

1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah/ Tidak Baik 2 36,01 – 52,00 Rendah/Kurang Baik 3 52,01 – 68,00 Cukup Tinggi/Cukup Baik 4 68,01 – 84,00 Tinggi/Baik

5 84,01 – 100 Sangat tinggi/Sangat Baik

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

2. Metode Analisis Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode pengolahan data berbentuk angka. Karena data variabel independent (X) (kinerja Account Representative) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum di olah dan dipasangkan dengan data variabel dependent (Y) (tingkat kepatuhan WP badan) berbentuk rasio, data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).

Menurut Syarifudin Hidayat pengertian Method of Successive Interval adalah :

”Metode Successive Interval adalah metode penskalaan untuk

menaikan skala pengukuran ordinal ke skala pengukuran interval”.

(2005:55) Successive Interval dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(46)

1. Perhatikan nilai jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner

2. Untuk setiap pertanyaan tersebut, lakukan perhitungan ada berapa responden yang menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5 = frekuensi ( f )

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya n responden dan hasilnya = proporsi ( p )

4. Kemudian hitung proporsi kumulatifnya ( pk )

5. Dengan menggunakan tabel normal, dihitung nilai distribusi normal (Z) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Tentukan nilai densitas normal ( fd ) yang sesuai dengan nilai Z

7. Tentukan nilai interval ( scale value ) untuk setiap skor jawaban dengan rumus sebagai berikut :

it Areabelow it

pper Areabelowu

it er densityupp it

er densitylow SV

lim lim

lim lim

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini Transformed Scale Value : SV = - { Min data – Min SV

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.


(47)

58 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Karena data kinerja Account Representative pada penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner, sedangkan data kepatuhan Wajib Pajak melalui data penyampaian SPT merupakan data sekunder yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak, agar data kedua variabel dapat dipasangkan maka data hasil kuesioner yang telah diintervalkan dirata-ratakan pada masing-masing Kantor Pelayanan Pajak. Sehingga akan diperoleh satu nilai yang mewakili semua hasil kuesioner pada masing-masing Kantor Pelayanan Pajak dan dipasangkan dengan data tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT masing-masing Kantor Pelayanan Pajak.

Sedangkan metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Dampak dari analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependent (tingkat kepatuhan WP) dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independent (kinerja Account Representative), atau dengan meningkatkan keadaan variabel dependent (tingkat kepatuhan WP) dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independent (kinerja Account Representative).


(48)

Dengan formulasi sebagai berikut:

Sumber: Jonathan, 2005:73

Dimana nilai a dan b dicari terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Sumber: Jonathan, 2005:73

Sumber: Jonathan, 2005:73

Keterangan:

a = konstanta (nilai Y pada saat nol) b = koefesien regresi

X = nilai variabel independend Y = nilai variabel dependend 4. Analisis Korelasi Pearson

Koefisen korelasi pearson digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya hubungan linier antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y) serta mempunyai tujuan untuk meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat hubungan antara kinerja Account Representative dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak Bandan. Dengan formulasi sebagai berikut :

Sumber: Sugiyono, 2007:274

2 2 2 2

)

)(

(

)

(

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

2 2 2 X X n XY X Y X a 2 2

X

X

n

Y

X

XY

n

b


(49)

60 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Keterangan :

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah Tahun Yang di Hitung

X = Variabel Bebas (Independent) Y = Variabel Terikat (Dependent)

Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 ≤ r ≤ +1 dimana :

a. Apabila r = +1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan sangat kuat dan searah, artinya jika X naik sebesar 1 maka Y juga akan naik sebesar 1 atau sebaliknya.

b. Apabila r = 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lebar atau tidak ada hubungan sama sekali.

c. Apabila r = -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan berlawanan arah, artinya apabila X naik sebesar 1 maka Y akan turun sebesar 1 atau sebaliknya.

Untuk memberikan interpretasi koefisien korelasinya maka penulis menggunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,25 Korelasi sangat lemah (tidak ada) >0,25 – 0,5 Korelasi cukup

>0,5 – 0,75 Korelasi kuat >0,75 – 1 Korelasi sangat kuat Sumber : SPSS Teori dan Latihan, Jonathan Sarwono, 2005

5. Koefisien Determinasi

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang sering disebut koefisien penentu, karena besarnya


(50)

adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh administrasi perpajakan terhadap penerimaan pajak dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sumber: Jonathan, 2005:72

Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

3.2.6.2Uji Hipotesis 1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, maka penulis menetapkan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Menurut Sugiyono dijelaskan hipotesis asosiatif sebagai berikut :

“Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan/jawaban sementara yang menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau

lebih”.

(2005;86) Hipotesis sebagai jawaban sementara yang harus diuji dan dibuktikan kebenarannya, maka untuk memperoleh jawaban yang benar dari hipotesis penulis yang telah disebut pada kerangka penelitian akan diuji apakah terdapat pengaruh penerapan administrasi perpajakan sebagai variabel independent terhadap penerimaan pajak sebagai variabel dependent.


(51)

62 Bab III Objek dan Metode Penelitian

t hitung =

2

1 2 r n r

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara kinerja Account Representative

terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak.

Ha : Terdapat pengaruh antara kinerja Account Representative

terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak badan. 2. Hipotesis Statistik

Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan hipotesis penelitian di atas maka penulis menetapkan dua hipotesis yang digunakan untuk uji statistiknya yaitu hipotesis nol (H0) yang diformulasikan untuk ditolak dan hipotesis alternatif

(H1) yaitu hipotesis penulis yang diformulasikan untuk diterima, dengan

perumusan sebagai berikut:

Ho: = 0 Kinerja Account Representative (X) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y) Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung.

Ha: 0 Penerapan kinerja Account Representative (X) memiliki pengaruh pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajb Pajak Badan (Y) Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung.

a. Uji Statistik

Untuk menguji signifikansi suatu koefisien Korelasi, maka dapat menggunakan statistik uji t student dengan rumus sebagai berikut :


(52)

Keterangan : t : nilai uji t

r : koefisien Korelasi n : jumlah sampel

b. Menentukan tingkat signifikansi

Agar hasil perhitungan koefisien korelasi dapat diketahui signifikan/tidak signifikan maka hasil perhitungan dari statistik uji t (thitung) tersebut selanjutnya

dibandingkan dengan t tabel. Tingkat signifikannya yaitu α = 0,05 dengan uji dua

pihak dan derajat kebebasannya (dk = n-2), artinya jika hipotesis nol ditolak dengan taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya hubungan (korelasi) yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.

c. Kriteria Penarikan Pengujian

Jika menggunakan tingkat signifikansi ( = 0,05) untuk diuji dua pihak, maka kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut:

Jika t hitung ≥ t table maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima

artinya antara variabel X dan variabel Y ada hubungannya.

Jika t hitung ≤ t table maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak


(53)

64 Bab III Objek dan Metode Penelitian

Gambar 3.1

Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipótesis

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan berdasarkan pada hasil kriteria yang telah dijelaskan di atas, juga dari teori-teori yang mendukung objek dari masalah yang diteliti.


(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Isabel Maria Barreto Freitas Ximenes Tempat dan Tanggal Lahir : Baucau, 11 November 1980

Agama : Katolik

Kewarganegaraan : Timor Leste

Alamat : Jl. Dipatiukur No.83 Rt.004 Rw.11 Coblong-Bandung

Telpon : 081395206127, 022-71294205

Menerangkan dengan sesungguhnya:

PENDIDIKAN

1. Tamatan SD tahun 1992, di Sekolah Dasar Negeri 07 Comoro, Dili Barat, Timor Leste.

2. Tamatan SPK tahun 1996, di Sekolah Menegah Katolik Marsudisiwi, Malang, Jawa Timur.

3. Tamatan SMU tahun 2001, di Escola Secundaria No.2 UNAMET, Dili, Timor Leste.

4. Kursus Bahasa Portugis selama 9 bulan (September 1999 s/d Mei 2000), di CIDAC, Lisboa, Portugal.

5. Kursus Administrasi Publik selama 1 tahun (September 2001 s/d November 2002), di Esscola Professional Gustave Eiffel, Lisboa, Portugal.

6. Kursus Administrasi Keuangan dan Manajemen Informatika selama 1 tahun, di Instituto Abril, Lisboa, Portugal.


(2)

PENGALAMAN KERJA

1. Dari September 2004 sampai dengan Mei 2006, bekerja di KLIBUR Foundation, Dili, Timor Leste

2. Dari November 2005 sampai dengan Mei 2006, bekerja di UCCLA sebagai Assistant and Logistic, di Dili, Timor Leste.

3. Dari Agustus 2003 sampai dengan April 2004, bekerja di “Two Sisters

Group”-Buxted Chicken Factory, sebagai Production, di Bungay-Suffolk, Inggris-UK.

4. Dari 2001 sampai dengan Juli 2003, bekerja di Pizza Hutt, sebagai Supervisor, di Lisboa-Portugal.

5. Dari Oktober 1999 sampai dengan April 2000, bekerja di Orgalimpe, di Lisboa, Portugal.


(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Kami Yesus Kristus dan

Bunda Maria, karena berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini, penulis melaksanakan survei pada 5 (lima) Kantor

Pelayanan Pajak di Lingkungan Kota Bandung. Dalam penyusunan skripsi ini,

dengan judul ”PENGARUH KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK BADAN”

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena

keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan

sumbangan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini di masa

yang akan datang.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah penulis terima, tidak lupa

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Hj. Aelina Surya, dra., selaku Pembantu Rektor Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama.

4. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi


(4)

vi

5. Ely Suhayati, SE., M.Ak., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan

memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan

skripsi ini.

6. Segenap Pimpinan dan Staff Direktorat Jendral Pajak Kantor Wilayah

Kota Bandung, yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan

penelitian.

7. Pai e Mãe yang senantiasa memberikan cinta kasih, dukungan materi,

spiritual, dan Doa serta memberikan kenikmatan dan arti hidup. Nem

milháres de páginas serão suficiente para me escrever o amor e a gratidão

que tenho por vocês. Amo vós muito e maior que universo.

8. Dian , SE., M.Si., dan Lilis Puspitawati, SE,. M.Si., selaku Dosen Wali

Kelas Akuntansi-3.

9. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis

dengan pengetahuan.

10. Para Kepala Bagian Umum dan Kepala Bagian Waskon beserta pegawai

AR di KPP Karees, Bojonagara, Tegallega, Cibeunying dan Cicadas yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

pengarahan, bimbingan serta kritik yang membangun selama penulis

melakukan Penelitian.

11. Kakaku Pedro, adik-adikku Nata dan Rui, Iparku Claudina, My precious

niece Grace, Tio Paul, Mana Lina, Maun Padre João, Maun Sebastião dan


(5)

vii

kasih sayang yang tulus terima kasih bimbingannya yang begitu besar

untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. love you all.

12. Untuk sahabat-sahabatku yang setia selalu Ligia, Sandra, Milenia, Rui,

Carol, Ze e Lale, ELF’ers, Meli, Mateus, Marcos dan Mbak Ita terima kasih atas partisipasi, doa dan dukungannya.

13. Untuk Mr.Alistair McRobert terima kasih atas dukungan dan bantuan

moral selama ini. Thank you so much for everything.

14. Untuk teman-teman seperjuangan yang selalu membantu Putri, Desi, Devi,

Veo, Ati, dan semuanya terima kasih atas bantuannya.

15. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata semoga Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria membalas

segala amal kebaikan dan ketulusan dari semua pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skipsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak

yang membutuhkannya, atas segala kekurangannya penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya.

Bandung, Juli 2010

Penulis,

Isabel Maria B.F Ximenes


(6)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Kota Bandung.

Nama : Isabel Maria B.F Ximenes

NIM : 21106701

Program Studi : Akuntansi Jenjang : Strata 1 (S1) Fakultas : Ekonomi

Bandung, Juli 2010 Mengetahui, Pembimbing,

Ely Suhayati, SE, M.Ak., Ak NIP. 4127.34.03.0

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi,

Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si NIP. 4127.34.02.015

Ketua Program Studi Akuntansi,

Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si NIP. 4127.34.03.003


Dokumen yang terkait

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85

Pengaruh peran account representatif, pemahaman prosedur perpajakan wajib pajak, dan kualitas pelayanan tempat pelayanan terpadu di kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (studi kasus pada delapan kantor pelayan

3 6 128

Pengaruh Account Representative Dan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)

0 4 1

Pengaruh Kinerja Account Representative Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Di Wilayah Bandung)

10 77 193

Pengaruh Account Representative Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pratama Soreang)

18 182 55

PENGARUH KEPUASAN WAJIB PAJAK ATAS KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA.

0 1 26

Pengaruh Account Representative (AR) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

0 0 19

Pengaruh Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi: Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees.

2 6 21

Pengaruh Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey terhadap Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cimahi.

1 15 22

PENGARUH KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang) - POLSRI REPOSITORY

0 0 21