Pengaruh Kinerja Account Representative Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Di Wilayah Bandung)

(1)

(2)

THE INFLUENCE OF ACCOUNT REPRESENTATIVE PERFORMANCE AND TAX AUDIT TO TAX COMPLIANCE

( Survey at Small Taxpayer Office in Bandung Region )

RANI EKA SETIANA 21108180

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Bandung

Nama Penulis : Rani Eka Setiana

NIM : 21108180

Menyetujui, Bandung, Juli 2012

Pembimbing

Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si NIP.0408.03.76.01

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si NIP.4127.34.02.015

Ketua Program Studi Akuntansi

Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. NIP.4127.34.03.003


(4)

(5)

ii

Kepatuhan wajib pajak diartikan sebagai suatu tindakan patuh dan sadar terhadap ketertiban pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, seiring dengan munculnya tindakan patuh dan sadar oleh wajib pajak maka diperlukan alat yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak seperti peningkatan kinerja account representative dan pemeriksaan pajak.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kinerja account representative, pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak, serta mengetahui pengaruhnya baik secara parsial maupun simultan pada KPP di wilayah Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Penelitian ini dilakukan di 7 KPP wilayah Bandung yang berjumlah 56 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi person, analisis regresi berganda, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi PSAW 18 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan hubungan yang kuat dari kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Hipotesa menunjukkan bahwa kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris bahwa kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung.

Kata kunci : Kinerja Account Representative, Kepatuhan wajib pajak, Pemeriksaan Pajak


(6)

iii

(Survey at Tax Service Office in Region Bandung)

Taxpayer compliance is defined as an act of obedient and aware of the order of payment and reporting liabilities and period annual taxation of the taxpayer in accordance with tax regulations, along with the act of obedient and conscious by the taxpayer and then necessary tools to improve taxpayer compliance such as improvement account representative performance and the tax audit.

The purpose of this study to determine the overview of accounts representative performance, tax audit and taxpayer compliance, and to know the influence either partially or simultaneously on the KPP Region Bandung. The method used in this research is descriptive method and the verifikatif. The research was conducted in 7 KPP Bandung area, amounting to 56 samples. Statistical test used is the calculation of person correlation, multiple regression analysis, coefficient of determination, a test of hypothesis and the also using application PSAW 18 for windows.

The results shows that the a strong relationship of Account Representative performance and the tax audits and taxpayer compliance. The hypothesis suggests that the Account Representative performance and the tax audit effect on taxpayer compliance. This study also gives empirical evidence that the Account Representative performance and tax audits the significant effect on taxpayer compliance with the tax office in the region Bandung.

Keywords : Account Representative Performance, Tax Audit, Compliance of Tax Payers


(7)

iv

SWT atas segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama di wilayah Bandung”, ini disusun sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.

Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Hj. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra.,SE. ,M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Sri Dewi Angadini, SE,. M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.


(8)

v selesai.

5. Bapak/Ibu Dosen Uiversitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuannya dalam egiatan belajar mengajar.

6. Seluruh staf dan karyawan yang terdapat di 7 Kantor Pelayanan Pajak Kanwil Jawa Barat I yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulisan dalam memberikan data, informasi, serta pengarahan dalam penyusunan laporan ini.

7. Buat Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih selalu menjadi orang tua terbaik buat aku, setiap do‟a, kasih sayang, perhatian dan kebahagian yang tak heni -hentinya mengalir untukku. Atas dukungan baik secara moril maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang diberikan kepada penulis untuk keberhasilan penulis, serta seluruh keluargaku yang selalu memberikan dukungan dan do‟anya.

8. Untuk adik-adikku tersayang yang selalu memberikan kasih sayang dan untuk seluruh keluarga besarku yang dengan sabar mengarahkanku untuk selalu yaki dan percaya diri, serta sabar dalam menjalani.

9. Untuk seseorang yang begitu dekat denganku, terima kasih atas pengertian, perhatian dan kesabarannya.

10. Sahabat-sahabatku Irene, Rislian, Anggun, Bassit, Hendri, Heri, Frega, Faris, Dwi, Dewita, Catur terimakasih atas bantuan, tumpangan, dukungan, serta


(9)

vi

11. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan Usulan Penelitian ini yang tidak bisa disebut satu persatu.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.

Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.

Bandung, Juli 2012 Penulis

Rani Eka Setiana NIM. 2.11.08.180


(10)

vii LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... .. 13

1.2.1 Identifikasi Masalah ... .. 13

1.2.2 Rumusan Masalah ... .. 14

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... .. 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... .. 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... .. 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... .. 15


(11)

viii

2.1 Kajian Pustaka ... .. 18

2.1.1 Kinerja Account Representative ... .. 18

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Account Representative ... .. 18

2.1.1.2 Indikator Kinerja Account Representative ... .. 20

2.1.1.3 Tugas Account Representative berhubungan dengan penunjangan tugas fungsional pemeriksaan ... .. 23

2.1.2 Pemeriksaan Pajak ... .. 24

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ... .. 24

2.1.2.2 Indikator Pemeriksaan Pajak ... .. 25

2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak ... .. 29

2.1.2.4 Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak... .. 32

2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 33

2.1.3.1 Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 33

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 35

2.2 Kerangka Pemikiran ... .. 37

2.2.1 Keterkaitan antara Kinerja Account Representative dengan Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 41


(12)

ix

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... .. 50

3.2 Metode Penelitian ... .. 50

3.2.1 Desain Penelitian ... .. 52

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... .. 57

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... .. 61

3.2.3.1 Sumber Data ... .. 61

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... .. 62

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... .. 65

3.2.4.1 Uji Validitas ... .. 67

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... .. 68

3.2.4.2 Uji MSI ... .. 71

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... .. 73

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... .. 73

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis... .. 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung ... .. 88

4.1.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Bandung ... .. 88


(13)

x

Pajak Pratama Di Wilayah Bandung ... .. 96

4.2 Karakteristik Responden... .. 97

4.3 Analisis Deskriptif Penelitian ... .. 101

4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Account Representative ... .. 102

4.3.2 Analisis Deskriptif Pemeriksaan Pajak ... .. 110

4.3.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 126

4.4 Analisis Verifikatif Penelitian ... .. 135

4.4.1 Pengujian Asumsi Klasik ... .. 135

4.4.2 Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara parsial ... .. 142

4.4.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara parsial ... .. 143

4.4.4 Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara simultan ... .. 144


(14)

xi

4.4.5.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... .. 154

4.4.5.4 Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP di wilayah Bandung secara simultan ... .. 153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... .. 159

5.2 Saran ... .. 160

DAFTAR PUSTAKA ... .. 163

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .. 167


(15)

xii

Tabel 1.1 Jumlah WP Badan dalam mengembalikan SPT ... 4

Tabel 1.2 Kepatuhan WP Badan dalam mengembalikan SPT tepat waktu ... 5

Tabel 1.3 Nama dan Alamat Kantor Pelayanan Pajak di wialayah Bandung ... 16

Tabel 1.4 Waktu Penelitian ... 16

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 44

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 57

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 58

Tabel 3.3 Data Pegawai KPP di wilayah Bandung ... 58

Tabel 3.4 Standar Penilaian Untuk Validitas ... 67

Tabel 3.5 Standar Penilaian Untuk Reliabilitas ... 69

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kinerja Account Representative ... 70

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pemeriksaan Pajak... 70

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak ... 71

Tabel 3.9 Kriteria Presentase Tanggapan Responden ... 75

Tabel 3.10 Pedoman Untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi ... 83

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 97

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 99

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 100

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 101

Tabel 4.5 Kriteria Pengklasifikasian Presentase Skor Tanggapan Responden ... 102

Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kinerja Account Representative ... 103


(16)

xiii

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Pengawasan ... 107 Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Bimbingan ... 108 Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Membuat dan Memukhtahirkan

Profil Wajib Pajak ... 109 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Menganalisis SPT ... 110 Tabel 4.14 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pemeriksaan

Pajak ... 111 Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Responden Mempelajari Berkas Wajib

Pajak/berkas data ... 114 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Responden Menganalisis SPT dan Laporan

Keuangan Wajb Pajak ... 115 Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Responden Mengidentifikasi Masalah ... 109 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Responden Pengenalan Lokasi

Wajib Pajak ... 116 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Ruang Lingkup

Pemeriksaaan ... 117 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Responden Menyususn Program

Pemeriksaan ... 118 Tabel 4.21 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Buku-Buku dan

Dokumen Yang Akan Dipinjam ... 119 Tabel 4.22 Distribusi Jawaban Responden Menyediakan Sarana

Pemeriksaaan ... 120 Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden Memeriksa di tempat

Wajib Pajak ... 121 Tabel 4.24 Distribusi Jawaban Responden Melakukan Penilaian atas Sistem


(17)

xiv

Tabel 4.27 Distribusi Jawaban Responden Menentukan Ruang Lingkup

Pemeriksaan ... 124

Tabel 4.28 Distribusi Jawaban Responden Kertas Kerja Pemeriksaan ... 125

Tabel 4.29 Distribusi Jawaban Responden Laporan Hasil Pemeriksaan ... 126

Tabel 4.30 Distribusi Jawaban Responden Kesimpulan dan Usul Pemeriksaan ... 126

Tabel 4.31 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak ... 127

Tabel 4.32 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPH Tepat Waktu ... 128

Tabel 4.33 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPH Terlambat/Lewat Waktu ... 129

Tabel 4.34 Distribusi Jawaban Responden Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan ... 130

Tabel 4.35 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Mendaftarkan Diri ... 131

Tabel 4.36 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan Untuk Menyetor Kembali Surat Pemberitahuan ... 132

Tabel 4.37 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan dalam Penghitungan dan Pembayaran Pajak Yang Terutang ... 133

Tabel 4.38 Distribusi Jawaban Responden Kepatuhan dalam Pembayaran Tunggakan ... 134

Tabel 4.39 Hasil Uji Normalitas Taksiran Model Regresi X-Y ... 136

Tabel 4.40 Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 137

Tabel 4.41 Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 138

Tabel 4.42 Hasil Perhitungan Koefisien Regresi ... 140


(18)

xv

Tabel 4.45 Model summary untuk Korelasi X1 dan X2 terhadap Y ... 144

Tabel 4.47 Koefisien Determinasi ... 145

Tabel 4.48 Hasil Uji Simultan ... 147


(19)

xvi

Gambar 3.1 Uji Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 86

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak ... 93

Gambar 4.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 99

Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 99

Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 100

Gambar 4.5 Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 101

Gambar 4.6 Hasil Kategorisasi Kinerja Account Representative Pada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 104

Gambar 4.7 Hasil Kategorisasi Pemeriksaan PajakPada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 113

Gambar 4.8 Hasil Kategorisasi Kepatuhan Wajib Pajak Pada Masing-Masing KPP Pratama di wilayah Bandung ... 128

Gambar 4.9 Grafik Normal P-Plot (Asumsi Normalitas) ... 138

Gambar 4.10 Grafik Uji Heterokedastisitas ... 140

Gambar 4.11 Diagram dan Koefisien Korelasi Pengaruh Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 146

Gambar 4.12 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Pengujian Simultan ... 148

Gambar 4.13 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Uji Pengaruh Kinerja Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 150

Gambar 4.13 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Pada Uji Pengaruh Pemeriksaan Pajakterhadap Kepatuhan Wajib Pajak ... 151


(20)

xvii

Lampiran I Surat Permohonan Mengadakan Penelitian dari UNIKOM ... 167

Lampiran II Surat Balasan Ijin Penelitian dari Direktorat Jendral Pajak Kantor Wilayah Jawa Barat I ... 168

Lampiran III Berita acara pengisian kuesioner dari 7 KPP ... 169

Lampiran III Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ... 176

Lampiran IV Daftar Kuesioner ... 178

Lampiran V Data Hasil Skoring Jawaban Responden ... 182

Lampiran VI Data Hasil Interval Jawaban Responden ... 185

Lampiran VII Output SPSS ... 189

Lampiran VIII Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 197

Lampiran IX Lembar Revisi Sidang UP ... 198

Lampiran X Kartu Peserta Sidang Seminar UP... 199

Lampiran XI Maping ... 200


(21)

18

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kinerja Account Representative

Salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan adalah bergantung pada kinerja sumber daya manusia yang secara langsung atau tidak langsung memberi kontribusi pada perusahaan, yang meliputi pemangku kepentingan eksternal dan kepentingan internal yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini KPP modern mempunyai salah satu ciri khas yaitu keberadaan Account Representative (AR) yang melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadappelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian Wajib Pajak.

2.1.1.1 Pengertian Kinerja Account Representative

Pengertian kinerja menurut Hersey and Blanchard dalam Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008 : 219) menyatakan bahwa:

“Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.”

Tb. Sjafri Mangkuprawira (2008 : 218) berpendapat bahwa:

“Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.”


(22)

Sedangkan definisi kinerja menurut Mohamad Mahsun (2006:25) menyatakan bahwa :

“Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi”.

Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya.

Pengertian Account Representative menurut Liberti Pandiangan (2008:27) menyatakan bahwa :

Account Representative melaksanakan tugas-tugas pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani penyelesaian hak Wajib Pajak.”

Pengertian Account Representative menurut John Hutagaol (2007 : 22) adalah sebagai berikut :

“ Account representative adalah pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang bekerja pada KPP wajib pajak besar yang diberikan kepercayaan dan kewenangan untuk memberikan pelayanan, pembinaan, pengawasan secara langsung kepada wajib pajak”.

Account Representative dapat disebut juga sebagai staf pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dalam menganalisa dan memonitor kepatuhan Wajib Pajak melalui penyampaian SPT


(23)

yang harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak dan berwenang untuk memberikan respon yang efektif, tepat dan benar atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak dalam pelaksanaan kewajibannya, memberikas edukasi kepada Wajib Pajak, asistensi secara langsung, serta mendorong, memofitasi dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawab Account Representative.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kinerja Account Representative adalah hasil tingkat keberhasilan dari tugas-tugas yang di lakukan oleh pegawai pajak yang ditujuk oleh Dirjen Pajak yang bekerja pada kantor pelayanan pajak yang sudah menerapkan sistem perpajakan modern.

2.1.1.2 Indikator Kinerja Account Representative

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak (WP). Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak (WP) yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus. Account Representative (AR) juga dilatih agar menjadi staf yang proaktif, bersikap melayani, dan memiliki pengetahuan perpajakan yang baik. Seorang Account Representative (AR) memiliki akses terhadap rekening Wajib Pajak (tax payer account) secara on-line. Selain itu,


(24)

Wajib Pajak dapat secara mudah menghubungi Account Representative (AR)-nya baik secara langsung datang ke KPP maupun menggunakan telepon atau e-mail.

Menurut DJP kinerja Account Representative dapat dinilai atau dilihat melalui :

1. Tanggung Jawab Account Representative

Account Representative yang juga disebut staf pendukung pelaksana dalam setiap kantor pelayanan pajak modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan profesional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Secara khusus adapun tanggungjawab Account Representative adalah sebagai berikut:

a. Menangani sejumlah kecil Wajib Pajak tertentu

b. Bertanggung jawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan c. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan

pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan

Account Representative memiliki beberapa tanggung jawab lebih terperinci sebagai berikut:

a. Memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak.

b. Memberikan penyuluhan tentang kebijakan perpajakan yang berlaku. c. Memberikan bimbingan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak yang

menjadi tanggung jawabnya.

d. Melakukan pengawasan kepatuhan formal dan material Wajib Pajak yang menjadi tanggung jawabnya.

e. Mencari, menggumpulkan dan merekam data dan informasi yang diperoleh ke dalam system informasi perpajakan.

f. Melaksanakan dan menyelesaikan seluruh kegiatan yang tercantum pada menu pengawasan alur kerja.


(25)

2. Tugas Account Representative Berhubungan Langsung Dengan Wajib Pajak

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 98/KMK.01/2006 tentang Account Representative dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Account Representative mempunyai tugas: (1) melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak, (2) bimbingan/himbauan/konsultasi teknik perpajakan kepada Wajib Pajak, (3) penyusunan profil Wajib Pajak, (4) analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi, dan (5) melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku Account Representative yang juga disebut staff pendukung pelaksana dalam tiap Kantor Pelayanan Pajak Modern, bertanggung jawab dan berwenang untuk memberikan pelayanan secara langsung, menyampaikan informasi perpajakan secara efektif dan professional, memberikan respon yang efektif atas pertanyaan dan permasalahan yang disampaikan Wajib Pajak, edukasi, asistensi serta mendorong dan mengawasi pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak.

Adapun tugas Account representative yang berhubungan dengan wajib pajak antara lain:

a. Melaksanakan pengawasan kepatuhan formal Wajib Pajak

b. Melaksanakan bimbingan/himbauan mengenai ketentuan perpajakan kepada Wajib Pajak

c. Membuat dan memutakhirkan profil Wajib Pajak

d. Melaksanakan proses pembetulan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 UU KUP

e. Membuat konsep usulan Wajib Pajak / PKP Fiktif dan Wajib Pajak Patuh f. Menganalisis SPT yang diberikan wajib pajak


(26)

2.1.1.3 Tugas Account Representative Berhubungan Dengan Penunjangan Tugas Fungsional Pemeriksa

Tugas dari Account Representative yang berhubungan dengan penunjangan tugas fungsional pemeriksa dilakukan melalui mekanisme pengawasan (terhadap) Wajib Pajak, yaitu :

1) Account Representative melakukan pengawasan terhadap kepatuhan formal Wajib Pajak melalui sistem informasi perpajakan dan menindaklanjuti dengan penerbitan Surat teguran dan/atau Surat Tagihan Pajak apabila terdapat kewajiban formal yang tidak atau belum dipenuhi oleh Wajib Pajak.

2) Account Representative melakukan pengawasan terhadap keputusan material Wajib Pajak dan menindaklanjutinya dengan mengusulkan secara tertulis kepada Kepala Kantor dengan tembusan Kepala Seksi Pemeriksaan agar terhadap Wajib pajak dilakukan pemeriksaan pajak apabila Wajib Pajak tersebut tidak atau belum memenuhi kewajiban material.

3) Mencari, mengumpulkan dan mengintegrasikan data dan/atau informasi eksternal yang bersumber dari unit/instansi taerkait antara lain Pemerintah Daerah, Direktorat Jendral Bea Cukai, PLN, Telkom, Indosat, Deperindag, Bapepam, Pasar Bursa, Notaris, Imigrasi, Internet dan Media Masa. 4) Mengetahui ruang lingkup usaha Wajib Pajak secara menyeluruh meliputi


(27)

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Salah satu upaya pencegahan tax evasion adalah dengan menggunakan cara pemeriksaan pajak (tax audit). Tax Audit yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan. Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegangan teguh pada Undang-undang perpajakan.

Pemeriksaan pajak merupakan salah satu dari pilar-pilar penegakan hukum pajak. Pemeriksaan pajak adalah salah satu upaya dalam pencegahan tax evasion dan merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) definisi pemeriksaan sebagai berikut :

“Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, daya/bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”

Sedangkan menurut Mulyadi (2002 : 40), definisi pemeriksaan adalah : “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.


(28)

Mardiasmo (2009:50)menjelaskan tentang Pemeriksaan Pajak yaitu: “Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan”.

Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 245) mengemukakan pemeriksaan pajak sebagai berikut :

“Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan sistem self assesment yang dilakukan oleh wajib pajak, harus berpegang teguh pada Undang-undang perpajakan”.

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas, yang dimaksud dengan pemeriksaan pajak adalah kegiatan menghimpun dan mengolah data atau keterangan secara profesional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.2.2 Indikator Pemeriksaan Pajak

Dalam menjalankan sebuah pemeriksaan maka aparat pajak harus mengetahui terlebih dahulu tahap-tahap yang harus dilakukannya. Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:286) tahapan pemeriksaan sebagai berikut :

1. Persiapan Pemeriksaan Pajak

Suatu pemeriksaan pajak yang baik harus memiliki perencanaan atau persiapan yang baik. Persiapan dibutuhkan agar proses pemeriksaan pajak berjalan terarah sesuai dengan yang diharapkan sehingga mendapatkan hasil yang optimal.


(29)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 286). Persiapan pemeriksaan ialah : “Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum melaksanakan tindakan pemeriksaan dan meliputi kegiatan seperti mempelajari berkas wajib pajak/berkas data, menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak, mengidentifikasi masalah, melakukan pegenalan lokasi wajib pajak, menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam, dan menyediakan sarana pemeriksaan.”

Persiapan dilakukan untuk mencari segala informasi mengenai wajib pajak, agar pelaksanaanya dapat terarah. Dengan penguasaan informasi yang baik hak-hak wajib pajak akan terjaga, pemeriksa tidak akan salah menggunakan metode perhitungan yang akan mengakibatkan kerugian bagi wajib pajak maupun Negara.

Kegiatan dalam persiapan pemeriksaan pajak diantaranya : a. Mempelajari berkas wajib pajak/berkas data

b. Menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak c. Mengidentifikasi masalah

d. Melakukan pengenalan lokasi wajib pajak e. Menentukan ruang lingkup perusahaan f. Menyusun program pemeriksaan

g. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam h. Menyediakan sarana pemeriksaan.

Tujuan persiapan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

2. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 292) dalam bukunya Perpajakan Indonesia - Konsep dan Aspek Formal. Pelaksanaan pemeriksaan ialah :

“Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi: Memeriksa ditempat wajib pajak, Melakukan penilaian atas system pengendalian intern, Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan, Melakukan pemriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen, Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga, Memberitahukan hasil pemriksaan


(30)

kepada wajib pajak danMelakukan sidang penutup (Closing Conference).”

Pelaksanaan pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pemeriksa dan meliputi:

1. Memeriksa ditempat wajib pajak.

2. Melakukan penilaian atas system pengendalian intern 3. Memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.

4. Melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen.

5. Melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga.

6. Memberitahukan hasil pemriksaan kepada wajib pajak. 7. Melakukan sidang penutup.

3. Laporan Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 323) Laporan Hasil Pemeriksaan ialah:

“Laporan yang dibuat oleh pemeriksa pada akhir tahun Laporan Pemeriksaan pelaksanaan yang merupakan ikhtisar dan penuangan semua hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan“.

Setelah dilakukannya tahapan-tahapan pemeriksaan maka harus dibuat laporan hasil akhir pemeriksaan yang berisi laporan mengenai proses pemeriksaan yang perlu diperpertanggungjawabkan oleh pemeriksa pajak. Laporan hasil pemeriksaan merupakan dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), yang sifatnya terikat hukum yang memiliki pengaruh terhadap wajib pajak maupun pemeriksa pajak. Dalam penerbitan SKP harus mengikuti persyaratan legal formalnya, berbagai data dan informasi, perhitungan, teknik dan metode yang digunakan dalam pemeriksaan, proses pengambilan kesimpulan, hingga pengikhtisaran dalam suatu Laporan Pemeriksaan Pajak dilakukan dengan teliti, akurat, logis, dan mengacu pada peraturan perundangan perpajakan yang berlaku.


(31)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan LPP supaya dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa berikutnya antara lain, gambaran kegiatan usaha wajib pajak, gambaran system akuntansi, daftar buku dan dokumen yang dipinjam, produksi data, dan usulan pemeriksa yang berisi „apabila dikemudian hari ditemukan data baru dan atau data lain yang belum terungkap dalam pemeriksaan ini maka diusulkan untuk diterbitkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Laporan pemeriksaan disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Kertas Kerja Pemeriksaan

Memuat mengenai prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan, pengujian-pengujian yang telah dilaksanakan, sumber-sumber informasi yang telah diperoleh, dan kesimpulan yang di ambil oleh pemeriksa.

2. Laporan Hasil pemeriksaan

Merupakan ikhtisar yang menggambarkan perbandingan antara laporan wajib pajak (SPT) dengan hasil pemeriksaan dan perhitungan mengenai besarnya pajak-pajak yang terutang.

3. Kesimpulan dan usul pemeriksaan

Memuat hasil pemeriksaan dalam bentuk, perbandingan antara pajak-pajak yang terhutang berdasarkan laporan wajib pajak dengan hasil pemeriksaan, data/informasi yang diproduksi, dan usul-usul pemeriksa.


(32)

2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak

Menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 199 / PMK.03 / 2007 Pasal 2, tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010 : 245-246) , menetapkan bahwa pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dapat dilakukan dalam hal Wajib Pajak sebagai berikut :

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi.

c. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran.

d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

e. menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tujuan lain pemeriksaan adalah dalam rangka: a. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; b. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;

c. Wajib Pajak mengajukan keberatan; d. Pencocokan data atau alat keterangan;


(33)

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 260) Pemeriksaan akan berjalan lancar apabila didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan pajak, faktor-faktor tersebut adalah :

1. Teknologi Informasi (Information technology)

2. Jumlah Sumber Daya Manusia (the number of human resources) 3. Kualitas Sumber Daya (the quality of human resources)

4. Sarana dan Prasarana Pemeriksaan (audit facilities) 1. Teknologi informasi

Kemajuan teknologi informasi telah luas dimanfaatkan oleh Wajib Pajak. Seiring dengan perkembangan tersebut maka pemeriksa harus juga memanfaatkan perangkat teknologi informasi dengan sebutan Computer Assisted Audit Technique (CAAT).

2. Jumlah sumber daya manusia

Jumlah sumber daya manusia harus sebanding dengan beban kerja pemeriksaan. Jika jumlah tidak dapat memadai karena pengadaan sumber daya manusia melalui kualifikasi dan prosedur recruitment terbatas, maka untuk mengatasi jumlah pemeriksa yang terbatas adalah dengan meningkatkan kualitas pemeriksa dan melengkapinya dengan teknologi informasi di dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Kualitas sumber daya

Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang, dan pendidikan. Dan kualitas pemeriksa akan mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan. Solusi agar kesenjangan kualitas pemeriksa teratasi adalah dengan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan dan sistem mutasi yang terencana serta penerapan reward and punishment.


(34)

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan

Sarana prasarana pemeriksaan seperti computer Sangay diperluka. Audit Command Language (ACL), contohnya Sangay membantu pemeriksa di dalam mengolah data untuk tujuan analisa dan penghitungan pajak.

Pemeriksaan juga tidak akan berjalan dengan baik apabila terdapat kendala-kendala yang di hadapi dalam pemeriksaan. Kendala-kendala tersebut antara lain:

1. Psikologis

Persepsi wajib pajak tentang pemeriksaan pajak dan persepsi pemeriksa pajak mengenai kepatuhan wajib pajak. Persepsi yang terbentuk pada wajib pajak maupun pemeriksa pajak sangat tergantung pada penguasaan informasi. Apabila timbul ketimpagan informasi, maka timbul masalah psikologis antara kedua belah pihak. Wajib pajak timbul penolakan, pemeriksa pajak timbul kecurigaan.

2. Komunikasi

Terdiri dari komitmen wajib pajak untuk membantu kelancaran pemeriksaan pajak dan frekuensi pembahasan sementara temuan hasil pemeriksaan. Komitmen wajib pakal timbul apabila wajib pajak memahami tujuan pemeriksaan dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya, serta hak dan kewajiban pemeriksa. Selain itu temuan sementara pemeriksaan pajak hendaknya disampaikan lebih dini untuk memberikan kesempatan bagi wajib pajak menjelaskan dan memberikan buku, catatan atau dokumen tambahan yang mendukung penjelasan-penjelasannya. Apabila komunikasi tidak kondusif maka hal ini dapat menghambat jalannya pemeriksaan pajak.


(35)

2.1.2.4 Ruang Lingkup dan Jangka Waktu Pemeriksaan Pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 262) pemeriksaan dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari :

1. Pemeriksaan Lapangan 2. Pemeriksaan Kantor

Dirinci lebih jelas lagi tentang Ruang Lingkup pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan bebas, domisili atau tempat tinggal.

Jangka waktu pemeriksaan dalam pemeriksaan 1. 4 bulan

2. Sejak terbit SP2 (surat erintah pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP (lapangan hasil pemeriksaan)

3. Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.

2. Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib pajak dikantor unit pemeriksaan (DJP).

Jangka waktu pemeriksaan kantor : 1. 3 bulan

2. Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan tanggal lapangan hasil pemeriksaan (LHP)

3. Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.

Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.

Untuk pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan diatur lebih lanjut sebagai berikut :

a. Jenis pemeriksaan dipengaruhi oleh bobot risiko ketidakpatuhan dari wajib pajak yang diperiksa serta ruang lingkup pemeriksaan. Semakin tinggi risiko ketidakpatuhan wajib pajak, pemeriksaannya dilaksanakan melalui pemeriksaan lapangan.


(36)

b. Apabila ditemukan indikasi trnasaksi yang terkait dengan transfer pricing dan/ atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, pemeriksaan kantor diubah menjadi pemeriksaan lapangan. 2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak

2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai kebenarannya.

Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (2010:138) (Moh.Zain:2004) dalam Siti Kurnia Rahayu adalah:

“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana:

1. Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

Menurut Chaizi Nasucha, dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:139) mengatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasikan dari:

“Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan kembali surat pemberitahuan, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh pembayar pajak dalam rangka memberikan kontribusi bagi pembangunan dewasa ini yang diharapkan di dalam pemenuhannya diberikan


(37)

secara sukarela. Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan Indonesia menganut sistem Self Asessment di mana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melapor kewajibannya.

Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:112) , menyatakan bahwa:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang sadar akan pajak, paham atas hak dan kewajiban perpajakannya, dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar serta tepat waktu dalam melaporkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT).

Pengertian Wajib Pajak Menurut Siti Resmi (2008:21) dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007, menjelaskan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138), menjelaskan ada dua jenis kepatuhan, yaitu kepatuhan formal dan kepatuhan material :


(38)

“Ada dua macam kepatuhan yaitu: (1). Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. (2). Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan”.

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Wajib Pajak A. Kepatuhan Formal Wajib Pajak

1) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Tepat Waktu

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) Wajib Pajak telah menjalankan kewajiban formal jika:

“Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan sebelum tanggal 31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban formalnya.”

Jadi sesuai dengan ketetapan perundangan perpajakan yang berlaku bahwa Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh dalam kurung waktu yang ditetapkan yaitu sebelum tanggal 31 Maret maka wajib pajak tersebut dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.

2) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Terlambat/ Lewat Waktu (Permohonan Perpanjangan Penyampaian SPT)

Terdapat banyak kasus dimana Wajib Pajak tidak menyampaikan kembali SPT pada waktunya dikarenakan ketidaklengkapan persyaratan berupa laporan keuangan dari WP Badan tersebut.


(39)

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:46) adalah sebagai berikut :

”Pasal 3 ayat 4 dan 5 UU KUP menyatakan bahwa WP dapat mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk penyampaian SPT tahunan. Dengan cara mengisi formulir yang tersedia di kantor pelayanan pajak, masing-masing rangkap dua. Dalam permohonan secara tertulis itu diajukan sebelum tanggal 25 sebelum batas akhir penyampaian SPT Tahunan”.

3) Menyampaikan SPT Tahunan PPh Pembetulan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati (2010:46) adalah sebagai berikut :

”Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat oleh Wajib Pajak masih terbuka baginya hak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak dengan syarat Dirjen pajak belum melakukan pemeriksaan. Dalam hal pembetulan SPT tersebut diatas menyatakan rugi atau lebih bayar”.

Dengan fasilitas tersebut diatas, Wajib Pajak dapat tetap melakukan kewajibannya walawpun dengan keterlambatan waktu, namun dapa dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang patuh.

B. Kepatuhan Material Wajib Pajak

Kepatuhan material yang dikemukakan oleh Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 138), menyatakan bahwa :

“Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.”


(40)

Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 139) menyatakan bahwa:

“Kepatuhan material wajib pajak dapat diidentifikasi dari : - kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,

- kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT),

- kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan

- kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.” 2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan dilakukannya pembiayaan pembangunan diberbagai sektor kehidupan dan sumber utama pembiayaan pembangunan tersebut adalah berasal dari pajak.

Mengingat pentingnya peranan Pajak yang merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menunjang penyelenggaraan negara menyebabkan pemerintah mulai mengoptimalkan penerimaan yang berasal dari pajak. Penerimaan pajak merupakan jumlah iuran yang dibayar oleh masyarakat dimana dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku yang diterima oleh negara dalam suatu masa yang nantinya digunakan oleh negara untuk membayar pengeluaran negara berupa pemeliharaan berbagai fasilitas untuk digunakan umum.

Dalam praktek pemungutan pajak di Indonesia Wajib Pajak orang Pribadi ataupun Badan diberi kepercayaan untuk melaksanakan suatu sistem dimana Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan


(41)

diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak.

DJP memiliki peranan yang penting dalam menjamin bahwa Wajib Pajak mengerti akan kewajiban perpajakannya. Peranan ini diserahkan secara langsung kepada para petugas yang berkompeten dalam menunjang suksesnya sistem kemandirian yang diberikan kepada Wajib Pajak Indonesia. Account Representaive adalah merupakan ciri utama dari Kantor Pajak Modern. Para petugas Account Representaive diharuskan mengetahui seluk beluk dari setiap Wajib Pajaknya mulai dari status, penghasilan, jenis usaha sampai dengan modus yang digunakan dalam menghindari pajak. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini adalah Account Representaive menghadapi berbagai halangan salah satunya yaitu Wajib Pajaknya belum terbuka dan tingkat kepatuhannya masih rendah. Pentingnya meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak maka para Account Representative menggunakan strategi watching, sounding, dan conselling. Seorang Account Representative pun harus bekerja sesuai dengan kode etik yang telah ditentukan oleh DJP, seperti Menghormati agama, budaya dan adat istiadat wajib pajak yang ditangani‟y tanpa harus membeda-bedakannya, bekerja secara professional, memberikan pelayanan sebaik mungkin, bertutur kata sopan, menaati perintah kedinasan, dan ikut serta dalam hal mengamankan data di lingkungan DJP. Secara lebih khusus Account Representaive lebih fokus pada pekerjaan berupa menganalisa dan memonitoring kepatuhan pembayaran pajak setiap Wajib Pajak yang diawasinya dengan menggunakan Tax Payer Profile/ Company Profile, membantu mempercepat proses permohonan surat keterangan


(42)

yang diperlukan Wajib Pajak, memonitor penyelesian pemeriksaan pajak dan proses keberatannya, dan menjawab pertanyaan Wajib Pajak atas permasalahan perpajakan serta menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru.

Para petugas Account Representative bekerja pada suatu bagian yaitu Seksi Waskon yaitu Pengawasan dan Konsultasi yang menguasai semua jenis pajak, misalnya untuk Wajib Pajak Badan. Dengan demikian petugas Account Representaive adalah petugas yang mengetahui dan menguasai seluruh jenis pajak dengan baik (all taxes in one hand). Agar self assessment system dapat berjalan secara efektif, maka keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum (low enforcement) merupakan hal yang esensial. Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah selayaknya diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kepercayaan tersebut.

Dengan adanya kepercayaan yang sangat besar yang telah diberikan pemerintah kepada masyarakat maka sudah menjadi rahasia umum bahwa segala pengelakan atau penyeludupan ini bisa saja terjadi. Dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak.

Hal utama yang dilakukan dalam pengawasan adalah melalui pemeriksaan pajak yang mana menjadi sarana untuk menguji tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Fiskus harus melakukan pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak yang telah dilaporkan oleh wajib pajak,


(43)

apakah SPT telah diisi secara lengkap atau tidak dan apakah terdapat kesalahan dalam pengisiannya atau tidak. Penting bagi DPJ untuk memiliki Fungsional Pemeriksa yang handal dan tanggap dalam menjalankan tugasnya. Untuk menunjang kelancaran tugas dari Fungsional Pemeriksa tersebut sangatlah penting pula peranan dari Account Representative dalam membantu tugas Fungsional Pemeriksa terutama dalam melakukan Risk Based Audit terhadap Profil Wajib Pajak.

Adanya penerapan sistem modernisasi perpajakan dterutama dengan penunjukkan Account Representatve dalam membina dan melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap Wajib Pajak, maka DJP tidak menutup mata terhadap pentingnya pelayanan berkaitan dengan kualitas pelayanan (umum). Kinerja pelayanan yang baik akan memungkinkan diperolehnya manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assessment, sehingga penerimaan pajak secara maksimal dapat tercapai. Salah satu langkah penting yang yang dilakukan oleh DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak serta mengoptimalisasikan penerimaan negara.

Kinerja yang dijalankan oleh account representative menurut Liberty Pandiangan (2007:50) bertujuan untuk menilai kepatuhan wajib pajak yang nantinya data dari wp yang didapatkan oleh account representative di gunakan untuk proses pemeriksaan pajak, data tersebut dilihat dari profil wajib pajak yang telah dianalisa oleh account representative. Kinerja account representative dapat dilihat dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pemeriksa pajak, dan dari


(44)

hasil tersebut juga dapat diketahui bagaimana pemeriksaan pajak tersebut.

Wajib Pajak menjadi patuh secara sukarela pada saat mereka sadar bahwa institusi dalam hal ini DJP, memperlakukan mereka dengan wajar dan adil. Lebih jauh lagi, Wajib Pajak yang diakui sebagai Wajib Pajak patuh juga ingin mengetahui bagaimana aparat pajak menghadapi para Wajib Pajak yang tidak patuh. Dengan cara ini, peraturan yang responsive akan dapat mewujudkan kepercayaan dan keyakinan Wajib Pajak akan ligitimasi system perpajakan kita. Dan dengan demikian akan timbulah kepatuhan pajak Wajib Pajak yang sukarela pula.

2.2.1 Keterkaitan antara Kinerja Account Representative dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Account representative merupakan petugas pajak yang memiliki peranan yang kuat dalam membina Wajib Pajak dalam menjalani kewajibannya sehingga dapat menuju kepada kepatuhan yang diharapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Adapun Teori Penghubung Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Menurut Amilin dan Nina Anisah (2008:146) menyatakan bahwa:

”Kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, sebagai account representative harus bisa memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik.”

Sedangkan Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:133)menyatakan bahwa: ”Secara singkat, program modernisasi diharapkan dapat memberi manfaat bagi Wajib Pajak sebagai berikut, yaitu, pelayanan yang lebih baik, terpadu dan personal melalui konsep One Stop Service


(45)

yang melayani seluruh jenis pajak, adanya tenaga Account Representative (AR), pemanfaatan IT secara maksimal, SDM yang professional .”

Dari penjelasan diatas memberikan suatu ketegasan bahwa hal utama yang menjadi ciri modernisasi perpajakan di Indonesia yaitu dengan ditujuknya tenaga Account Representative untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Wajib Pajak dan pentingnya memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional.

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:135) tentang pentingnya Kinerja Pelayanan menyatakan bahwa:

”Kinerja pelayanan yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self-assesment untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi Wajib Pajak dan secara tidak langsung akan meningkatkan pula penerimaan pajak .”

Dalam penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Direktorat Jenderal Pajak melalui Account Representative berkewajiban memberikan konsultasi dan pengawasan untuk membantu segala permasalahan yang dihadapi Wajib Pajak. Pentingnya memiliki Account Representative yang berkinerja akan dapat memberikan pelayanan yang lebih memadai sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan secara formal, yaitu melalui ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Account Representative yang berkinerja baik akan secara langsung berpengaruh terhadap kinerja para Fungsional Pemeriksaan yang bertugas melakukan pemeriksaan guna menguji tingkat kepatuhan bagi Wajib Pajak yang diperiksa. Profil Wajib Pajak menjadi sarana yang dibutuhkan oleh Fungsiona Pemeriksa dalam melaksanakan


(46)

pemeriksaan guna mencapai target utama yang diharapkan yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan dari Wajib Pajak.

2.2.2 Hubungan Pemeriksaan Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Keterkaitan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini berdasarkan dari pernyataan Siti Kurnia Rahayu (2010: 246) yang menyatakan bahwa :

“Tujuan yang terutama dari pemeriksaan adalah pengujian kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kewajiban-kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak, termasuk di dalamnya tidak terkecuali adalah kewajiban para pemungut dan pemotong pajak”.

Ditambahkan juga dari pernyatan menurut Gunadi (2005) yang menyatakan bahwa :

Tax Compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu sarana (tools) dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak adalah pemeriksaan”.

Dalam penjelasan tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa pemeriksaan pajak selain bertujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak sehingga dapat tercapai tingkat kepatuhan wajib pajak, terutama dalam pemenuhan kepatuhan ketepatan waktu dalam penyampaian SPT. Dengan dilakukan pemeriksaan pajak, akan diperoleh tingkat kebenaran laporan Wajib Pajak yang dituangkan dalam SPT. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, akan dapat diukur tingkat kepatuhan atau ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.


(47)

Dibawah ini merupakan table penelitian terdahulu yang merupakan perbandingan penelitian sekarang dan terdahulu :

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu No

Nama Peneliti (tahun)

Jurnal

Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1 Amilin dan Nina Anisah, trikonomika vol 7 no.2 desember 2008 Pengaruh persepsi peran account representati ve pada tingkat kepatuhan wajib pajak Hasil penelitian

menunjukan bahwa peran account represintative yang ada pada kantor pelayanan pajak pratama gambir dua jakarta belum cukup efektif dalam meningkatkan keptuhan wajib pajak. hal ini terbukti dari hasil

penelitian yang menunjukan bahwa hanya variabel pelayanan yang memberikan pengaruh secara signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel konsultasi dan pengawasan tidak

berpengaruh signifikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Meneliti tentang Account Representative dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tidak meneliti tentang pemeriksaa n pajak

2 Manish Gupta and Vishnuprasad Nagadevara Audit Selection Strategy for Improving Tax Compliance Application of Data Mining Techniques Pemilihan strategi pemeriksaan dapat mengecek penyalahgunaan pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini menggunakan analisis algoritma data mining menggunakan model hybrid memiliki pengaruh yang baik terhadap

pemilihan strategi pemeriksaan terhadap kepatuhan mencapai 86%.

Meneliti tentang kepatuhan wajib pajak Tidak meneliti tentang kinerja Account Representati ve dan pemeriksaa n pajak

3 Gunadi, Jurnal Perpajakan Fungsi Pemeriksaa n terhadap peningkatan

Kinerja penerimaan pajak yang juga mencerminkan tingkat kepatuhan pajak masyarakat menunjukan Meneliti tentang Kepatuhan wajib pajak Tidak meneliti tentang kinerja


(48)

Indonesia Vol 4, No 5,

Februari 2005 : 4-9

ISSN : 1412-0518 Kepatuhan Wajib Pajak (Tax Compliance ) kecenderungan yang semakin meningkat. Dalam upaya untuk peningkatan Kepatuhan wajib pajak ini, maka pemeriksaan sebagai salah satu sarananya (tools). Analisa mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktifitas pemeriksaan menunjukan rasio yang semakin meningkat yang diharapkan merupakan gambaran keberhasilan pemeriksaan pajak untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sekaligus meningkatkan penerimaan negara. dan pemeriksaan Account Representati ve

4 Whedy Prasetyo, JEAM Vol X No. 1/2011 ISSN: 1412-5366

Pemeriksaa n Pajak Dan Peranannya Pada Kepatuhan Wajib Pajak Dan Petugas Pajak Pemeriksaan dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pemeriksaan dilakukan dengan

meningkatkan mutu atau kualitas pemeriksa pajak. Dari pihak wajib pajak sendiri dituntut peran serta yang positif agar

pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan secara efektif, yang memungkinkan diperolehnya

umpan balik guna meningkatkan

pemahamannya tentang penerapan peraturan

perpajakan yang benar, yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan pelaksanaan pemeriksaan Meneliti tentang petugas pajak (account representative) , Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan wajib pajak -


(49)

tersebut kepatuhan antara wajib pajak dan petugas pajak dapat terjaga yang disesuaikan dengan tujuan untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tanpa ada kebijakan atau unsur yang lainnya.

5 Jefrey A. Dubin and Louis L. Wilde National Tax Journal Vol. XLI An Empirical Analysis of Federal Income Tax Auditing and Compliance

Beberapa faktor sosial ekonomi cenderung tidak memiliki dampak langsung terhadap audit yang

memiliki efek dramatis terhadap kepatuhan. Ini suatu hasil yang

menggembirakan,

mereka mendukung pendeka tan ekonomi untuk

masalah kepatuhan dan menunjukkan

bahwa hasil data yang lebih baik dan analisis lebih lanjut bisa sangat tinggi.

Meneliti tentang Kepatuhan wajib pajak dan pemeriksaan pajak Tidak meneliti tentang Kinerja Account Representati ve

6 Yongzhi Niu, Ph. D. 2010 Tax Audit Impact on Voluntary Compliance

Penelitian ini menemukan hubungan yang positif antara pemeriksaan dan kepatuhan sukarela. Temuan

menunjukkan bahwa pengaruh pemeriksaan atas kepatuhan sukarela akan meningkatkan pendapatan Negara. Objek penelitiannya sama yaitu tentang pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak 7. OECD

Center For Tax Policy And Administration (2004) Compliance Measureme nt (Pengukura n Kepatuhan) Perlunya pengelompokkan ketidakpatuhan secara efektif dan efisien dengan menggunakan metode Siklus Manajemen Risiko. Pengelompokkan penting menerapkan strategi yang berbeda bagi setiap

kelompok ketidakpatuhan. OECD mengelompokkan ke dalam tiga kelompok

berbeda yaitu rendah, menengah dan tinggi. Operasionalisasi Variabel yang diteliti adalah tentang kepatuhan wajib pajak, terutama WP perusahaan besar dalam menyampaikan SPT-nya. Variabel nya berbeda, tidak dikaitkan dengan pemeriksaa n pajak dan kinerja account representati ve


(50)

 (Amilin dan Nina Anisah : 2008)

 (Gunadi : 2005)

 (Whedy Prasetyo : 2011)  (Jefrey A. Dubin ) ketidakpatuhan dilakukan dengan presentase koreksi penghasilan netto. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku WP tidak patuh adalah Faktor Ekonomi dan Faktor Perilaku.

8. James Alm dan Michael McKee (2006) Audit Certainty, Audit Productivity ,and Taxpayer Compliance

Efek kepatuhan mengubah probabilitas pemeriksaan sama dengan efek dari perubahan yang setara dalam produktivitas

pemeriksaan. Maka otoritas pajak dapat meningkatkan kepatuhan melalui strategi yang lebih mudah. Namun, hasil penelitian

menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas pemeriksaan saja tidak efektif. Akan efektif apabila produktivitas pemeriksaan dikombinasikan dengan probabilitas pemeriksaan yang lebih tinggi bahwa dampak keseluruhan pada kepatuhan adalah positif.

Objek penelitiannya sama yaitu tentang pemeriksaan pajak dan kepatuhan wajib pajak

Berdasarkan uraian di atas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam paradigma penelitian dan skema kerangka pemikiran berikut :

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Kinerja Account Representative Pemeriksaan Pajak Kepatuhan Wajib Pajak Badan


(51)

Gambar 2.2

Skema Kerangka Pemikiran

Sistem Administrasi Perpajakan Modern Penyempurnaan Proses Bisnis Penyempurnaan MSDM Restrukturisasai Organisasi Account Representative

- Menganalisis SPT

- Mengawasi kepatuhan perpajakan - Melakukan pencatatan profil WP - Menginformasikan ketentuan

perpajakan terbaru

Kinerja Account Representative - Tanggungjawab AR

- Tugas AR yang berhubungan dengan WP

Kepatuhan Wajib

Pajak Pemeriksaan

Pajak

Kepatuhan WP: - Aspek Formal - Aspek Material

Pemeriksaan Pajak : - Tahapan persiapan

pemeriksaan

- Tahapan pelaksanaan pemeriksaan

- Tahapan pelaporan

Teori penghubung:

”Kepatuhan dan kesadaran masyarakat terhadap pajak tidak saja tergantung dari penyuluhan-penyuluhan dan pelayanan pajak yang optimal, sebagai account representative harus bisa memberikan kemudahan dan mendorong wajib pajak agar lebih baik lagi dalam memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik.”

(Amilin dan Nina Anisah : 2008)

Tax compliance merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak. Salah satu sarana dalam peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak”.

(Gunadi : 2005)

Hipotesis “ Adanya pengaruh

Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak”


(52)

2.3 Hipotesis Penelitian

Pengertian hipotesis menurut Umi Narimawati (2008:20) adalah sebagai berikut:

“ (1)Merupakan ungkapan berupa jawaban sementara atas masalah penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran; (2) Jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris melalui suatu analisis ( berdasarkan data dilapangan); (3) Kesimpulan yang sifatnya masih sementara perlu di uji secara empiris melalui suatu analisis (berdasarkan data di lapangan).”

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara yang diberikan peneliti yang diungkapkan dalam pernyataan yang dapat diteliti. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas penulis memberikan hipotesis bahwa:

“Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak baik secara simultan maupun parsial “.


(53)

50

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2009:13) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kinerja Account Representative, Pemeriksaan pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2010:2) dalam buku Metode Penelitian Bisnis mendefinisikan bahwa :

“Cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis.”


(54)

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif, menurut Sugiyono yang dikutip oleh Umi Narimawati (2010 : 29) dalam buku penulisan karya ilmiah mendefinisikan bahwa :

„‟Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas‟‟.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan dikumpulkan, dianalisis dan diproses lebih lajut sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan ditarik kesimpulan.

Sedangkan metode verifikatif menurut Dr. Ir. Mashuri, MP dalam Umi Narimawati (2010:29) menyatakan bahwa :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan .”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel Kinerja Account Representative dan Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.


(55)

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Desain penelitian menurut Sugiyono (2009:50) menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:

“Proses penelitian meliputi: 1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan.”

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1) Sumber Masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

a. Masih rendah kinerja Account Representative yang memiliki andil yang kuat dalam mengawasi dan memberikan himbauan serta menganalisa setiap Wajib Pajak untuk menghindari ketidakpatuhan dari Wajib Pajak.


(56)

b. Masih adanya profile wajib pajak yang tidak di update oleh account Representative.

c. Masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat selaku wajib pajak kepada pemerintah

d. Masih kurangnya data dan informasi baik eksternal maupun internal mengenai wajib ppajak yang akan diperiksa.

e. Masih sulitnya peminjaman buku, catatan, dokumen wajib pajak dalam membantu kelancaran pemeriksaan.

f. Masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan SPT.

g. Masih banyak wajib pajak yang belum melunasi tunggakan pajaknya. h. Masih banyak wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam penyampaian SPT

2) Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Berikut rumusan masalah :

a. Bagaimana Kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung.

b. Bagaimana pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung.


(57)

c. Bagaimana Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung.

d. Seberapa besar pengaruh kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung secara simultan dan parsial.

3) Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah pada variabel kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4) Pengajuan hipotesis

Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah kinerja Account Representative dan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak secara parsial.

5) Metode penelitian


(1)

Korelasi Kinerja

Account Representative

Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Ketika

Pemeriksaan Pajak Tidak Berubah

Control Variables Kepatuhan Kinerja

Pemeriksaan Kepatuhan Correlation 1.000 .407 Significance (2-tailed) . .002

df 0 53

Kinerja Correlation .407 1.000 Significance (2-tailed) .002 .

df 53 0

Hubungan antara kinerja

account representative

dengan Kepatuhan wajib pajak ketika

pemeriksaan pajak tidak berubah adalah sebesar 0,407 dengan arah positif. Artinya

hubungan antara kinerja

account representative

dengan Kepatuhan wajib pajak

termasuk cukup kuat. Ini menggambarkan bahwa ketika kinerja

account representative

semakin baik maka akan meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama di

wilayah Bandung. Kemudian besar pengaruh kinerja

account representative

dengan

Kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama di wilayah Bandung ketika karakteristik

individu tidak berubah adalah (0,407)

2

100% = 16,56%


(2)

Korelasi Pemeriksaan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Ketika

Kinerja

Account Representative

Tidak Berubah

Control Variables Kepatuhan Pemeriksaan

Kinerja Kepatuhan Correlation 1.000 .321 Significance (2-tailed) . .017

df 0 53

Pemeriksaan Correlation .321 1.000 Significance (2-tailed) .017 .

df 53 0

Hubungan antara Pemeriksaan Pajak Dengan Kepatuhan Wajib Pajak

Ketika Kinerja Account Representative

Tidak Berubah adalah sebesar

0,321 dengan arah positif. Artinya hubungan antara Pemeriksaan Pajak

Dengan Kepatuhan Wajib Pajak termasuk lemah. Ini menggambarkan

bahwa ketika pemeriksaan semakin tinggi, maka akan meningkatkan

Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama di wilayah Bandung.

Kemudian besar pengaruh pemeriksaan pajak dengan Kepatuhan wajib

pajak pada KPP Pratama di wilayah Bandung ketika kinerja account

representative

tidak berubah adalah (0,321)

2

100% = 10,30%.


(3)

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dimension01 .601

a .361 .337 ,381453365

a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan, Kinerja b. Dependent Variable: Kepatuhan

Nilai R (0,601) pada tabel 4.47 menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel bebas

(kinerja

account representative

dan pemeriksaan pajak) secara simultan dengan

kepatuhan wajib pajak. Jadi pada permasalahan yang sedang diteliti diketahui bahwa

secara simultan kedua variabel bebas (kinerja

account representative

dan pemeriksaan

pajak) memiliki hubungan yang kuat dengan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama

di wilayah Bandung.

Sementara nilai R-Square sebesar 0,361atau 36,1 persen, menunjukkan bahwa

kedua variabel bebas yang terdiri dari kinerja

account representative

dan pemeriksaan

pajak secara simultan mampu menerangkan perubahan yang terjadi pada kepatuhan

wajib pajak sebesar 36,1 persen. Artinya secara bersama-sama variabel bebas (kinerja

account representative

dan pemeriksaan pajak) memberikan kontribusi/pengaruh

sebesar 36,1% terhadap perubahan kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama di wilayah

Bandung. Sisanya pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati adalah sebesar


(4)

Rumusan Masalah Kesimpulan Saran

Bagaimana Kinerja Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung

Kinerja Account Representativepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari segi membuat dan

memukthahirkan profil wajib pajak masih kurang, hal ini dikarenakan pada KPP di wilayah Bandung masih terdapat account repesentative yang lalai dalam membuat dan memukthahirkan profil wajib pajak

Untuk itu para Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung diharapkan dapat memperbaiki kinerjanya, karena kinerja account representativetersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian perbaikan atau perubahan yang dilakukan oleh account representativediharapkan dapat membantu kelancaran proses perpajakan.dan diperlukan pula peningkatan kualitas human resources atau SDM Account representative misalnya melalui pelatihan dll

Bagaimana pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung

Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja dalam hal menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam dirasakan masih kurang, hal ini

dikarenakan pada KPP di wilayah Bandung masih menemui kesulitan dalam hal menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam.

Pemeriksaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari indikator menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam dianggap masih perlu

diperbaiki dan ditingkatkan kembali. Untuk itu para Pemeriksa pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung diharapkan dapat bersikap tegas, karena pemeriksaan pajak tersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian perbaikan, perubahan dan sikap tegas yang dilakukan oleh pemeriksa pajak diharapkan dapat membantu kelancaran proses pemeriksaan pajak

Bagaimana Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung

Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik, Namun jika dilihat dari segi penyampaian SPT tepat waktu dan Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri dikategorikan masih kurang, hal ini dikarenakan pada KPP di wilayah Bandung masih banyak wajib pajak yang tidak tepat waktu bahkan tidak

menyampaikan SPT dan belum mendaftarkan dirinya padahal penghasilannya telah melebihi PTKP

Kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari indikator penyampaian SPT tepat waktu dan kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri dianggap masih perlu ditingkatkan kembali. Untuk itu para pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung diharapkan dapat bersikap tegas dan teliti. Apabila kantor pelayanan pajak dapat mengatasi persoalan ini, maka

diharapkan wajib pajak dapat patuh dengan tingkat yang lebih bagusdan baik agar tujuan kantor pelayanan pajak tersebut dapat tercapai.


(5)

Seberapa besar pengaruh kinerja

Account Representative dan

pemeriksaan pajak terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak di wilayah Bandung

secara simultan parsial

Kinerja account representative dan

pemeriksaan pajak secara

bersama-sama memberikan kontribusi atau

pengaruh sebesar 36,1% terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama di wilayah

Bandung. Diantara variabel

independen, kinerja account

representative memberikan pengaruh

yang lebih besar terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama di wilayah Bandung

dibanding Pemeriksaan Pajak.

pemeriksaaan pajak secara parsial

memberikan pengaruh sebesar

10,30% terhadap kepatuhan wajib

pajak, sementara kinerja account

representative secara parsial hanya

memberikan pengaruh sebesar

16,56% terhadap kepatuhan wajib

pajak

Pengaruh kinerja account

representative dan pemeriksaan pajak

terhadap kepatuhan wajib pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

wilayah Bandung dinilai cukup tinggi,

untuk itu KPP Pratama di wilayah

Bandung diharapkan dapat terus

meningkatkan kinerja account

representative serta pemeriksaan

pajak agar kepatuhan wajib pajak

dapat terus meningkat


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh peran account representatif, pemahaman prosedur perpajakan wajib pajak, dan kualitas pelayanan tempat pelayanan terpadu di kantor pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (studi kasus pada delapan kantor pelayan

3 6 128

Pengaruh Kinerja Account Representative Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Di Wilayah Kota Bandung

3 17 131

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Manajemen Laba Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada 50 Wajib Pajak Badan Di Wilayah KPP Madya Bandung)

4 26 102

Pengaruh Kinerja Account Representative dan Kualitas Pemeriksaan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Perpajakan (Survey pada 5 KPP di Wilayah Kota Bandung)

3 31 34

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Pengetahuan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Badan Di KPP Pratama Bandung Cicadas)

3 75 107

Pengaruh Biaya Kepatuhan dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Tegallega)

12 62 52

Pengaruh Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey Terhadap Wajib Pajak Orang Prbadi pada KPP Pratama Bojonegara.

0 0 20

Pengaruh Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey terhadap Wajib Pajak Badan pada KPP Pratama Cimahi.

1 15 22

Pengaruh Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survey terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.

0 0 27

Pengaruh Pelayanan Account Representative terhadap Kepatuhan Wajib Pajak: Survei terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Bojonagara.

0 0 24