Prosedur Dan Pelaksanaan Pemindah Bukuan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Pemerintah berusaha semaksimal mungkin mengandalkan penerimaan dari dalam negeri karena tidak mungkin rasanya selalu mengandalkan pinjaman dari luar negeri. Disamping itu pengembalian pokok bunga juga beban bunga yang harus ditanggung, yang terkadang melebihi pokok pinjaman itu sendiri. Dulu penerimaan dalam negeri mengandalkan sektor migas, hanya saja karena harga migas, khususnya minyak yang senantiasa berfluktuasi, maka pemerintah mempertimbangkan untuk mengubah sektor migas yang tadinya menjadi andalan utama penerimaan bagi negara.

Pajak Merupakan iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Secara umum pajak didefenisikan sebagai suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan amggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa. (Rimsky K. Judisseno, 1997:7)


(2)

2 Pada akhirnya pajak menjadi prioritas penting untuk dijadikan sumber penerimaan utama negara. Memang jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, penerimaan dari sektor pajak layak dijadikan tulang punggung penerimaan Negara yang paling potensial. Dengan pajak, pemerintah dapat menyediakan berbagai prasarana ekonomi berupa jalan, jembatan, pelabuhan, air listrik, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas keamanan dan berbagai kepentingan umum lainnya yang ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.

Setiap negara yang melakukan pemungutan pajak pasti mempunyai tujuan, yaitu untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Seperti halnya dengan Indonesia, tujuan melakukan pemungutan pajak adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka melindungi segenap Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut berpartisipasi menertibkan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (pembukaan Undang-undang Dasar 1945).

Oleh karena itu negara memerlukan dana dari rakyat, salah satunya adalah berupa uang pembayaran pajak dari rakyat. Setiap negara yang melakukan pemungutan pajak pasti mempunyai tujuan, yaitu untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Seperti halnya dengan Indonesia, tujuan melakukan pemungutan pajak adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka melindungi segenap Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan


(3)

3 bangsa dan ikut berpartisipasi menertibkan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (pembukaan Undang-undang Dasar 1945).

Berdasarkan telaah pustaka terdapat dua fungsi utama pajak yaitu fungsi budgetair dan fungsi regulerend, sedangkan fungsi tambahannya ada tiga adalah fungsi demokrasi, fungsi redistribusi, dan fungsi stabilitas. Fungsi budgetair memiliki kegunaan untuk memberi pemasukan bagi kas negara sebagai biaya untuk pengeluaran negara yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan namun jika terdapat sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah. Fungsi regulerend memiliki kegunaan sebagai pengatur bagi usaha-usaha pemerintah untuk turut berpartisipasi dalam segala bidang yang bertujuan menyelenggarakan target-target lain yang ingin dicapai diluar bidang keuangan atau sektor swasta.

Fungsi demokrasi berguna bagi wajib pajak yang telah membayar pajak namun tidak mendapatkan pelayanan (prestasi) yang semestinya untuk mengajukan protes (complaint) kepada pemerintah. Fungsi redistribusi memiliki kegunaan untuk pemerataan dan keadilan bagi masyarakat dalam membayar pajak. Misalnya tarif progresif yang mengenakan pajak tinggi bagi masyarakat yang berpenghasilan besar dan sebaliknya. Fungsi stabilitas berguna bagi pemerintah untuk mencari dana dalam menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan bisa dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.


(4)

4 Sistem perpajakan yang kita anut adalah self assessment system di mana wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri. Dalam self assessment system murni, yang dimaksud dengan kepercayaan penuh adalah segala sesuatunya telah dipercayakan kepada Wajib Pajak tanpa adanya suatu kecurigaan atau semacam pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan lagi. Dengan demikian, sebenarnya tindakan pemeriksaan yang tujuannya adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, tidak ada dalam penerapan sistem self assessment murni

Self Assessment System (IBFD,1996;266) adalah “System under which the tax payer is required to calculate the basis of his assessment to submit a calculation of the tax due and usually, to company his calculation with payment of the amount he regards as due.” Ditekankan bahwa dalam menganut Self Assessment System diperlukan kesadaran dan kejujuran dari masyarakat Wajib Pajak untuk menghitung sendiri besaran pajaknya yang disertakan pada saat pembayaran atau pelunasan.

Berdasarkan Pasal 8 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 187/PMK.03/2008, atas perubahan sifat pengenaan PPh dari PPh Pasal 23 dan atau PPh Pasal 25 ke PPh final Pasal 4 ayat (2), dapat dilakukan pemindahbukuan. Dalam ketentuan ini tidak ditegaskan siapa yang harus


(5)

5 melakukan pemindahbukuan, apakah pengguna jasa atau penyedia jasa. Namun demikian, dari ketentuan dan praktek pemindahbukuan, fihak yang melakukan pemindahbukuan adalah fihak yang namanya tercantum dalam SSP.

Jadi, jika pelunasan PPh jasa konstruksi dilakukan melalui pemotongan, yang melakukan pemindahbukuan adalah pemotong atau pengguna jasa konstruksi. Jika pelunasan PPh jasa konstruksi melalui penyetoran sendiri, maka yang melakukan pemindahbukuan adalah penyedia jasa konstruksi sendiri. Dalam hal pemotongan, selain melakukan pemindahbukuan, pemotong juga harus melakukan penggantian bukti potong dari bukti potong PPh Pasal 23 menjadi bukti potong PPh final Pasal 4 ayat (2). Penggantian bukti potong ini mungkin akan menjadi syarat ketika pemotong pajak akan mengajukan permohonan pemindahbukuan.

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian pemindahbukuan. Pemindahbukuan adalah perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain yang dilakukan untuk pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan. Pemindahbukuan dilakukan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak, atau karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) atau untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain.


(6)

6 Latarbelakang dilakukannya Pemindahbukuan adalah adanya kelebihan pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam SKKPP, Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang yang besarnya dinyatakan dalam SKKP Pajak yang seharusnya tidak terhutang, adanya surat keputusan lainnya yang menimbulkan kelebihan pembayaran pajak antara lain : Surat Keputusan atas permohonan keberatan/banding yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak, Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terhutang dalam surat ketetapan pajak yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak, dan Adanya pemberian bunga terhadap Wajib Pajak akibat keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Akhir-akhir ini tidak jarang wajib pajak melakukan kesalahan dalam pengisian Surat Setoran Pajak (SSP) didalam pembayaran pajak di Bank Persepsi atau Kantor Pos/Giro. Dimana kesalahan sering terjadi dalam pengisian Kode Akun Pajak, Kode Jenis Pajak, kesalahan penyilangan masa pajak ataupun pengisian tahun pajak. Kesalahan tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan, wajib pajak dapat melakukan Permohonan Pemindahbukuan atau sering disebut Permohonan PBK ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk mengetahui tentang prosedur Pemindahbukuan secara lebih jauh dan spesifik maka penulis mengambil judul “Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang”


(7)

7 1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Mahasiswa Diharapkan dapat mencari pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan mengenai perpajakan khususnya pada prosedur dan pelaksanaan Pemindahbukuan pada saat Kerja Praktek berlangsung dan mahasiswa diharapkan pula agar dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatnya selama perkuliahan. Adapun maksud dan tujuan kerja praktek sebagai berikut :

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Secara umum maksud dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui bagaimana Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan yang akan dicapai dari hasil laporan Kerja Praktek ini adalah untuk Mengetahui Prosedur Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pratama Sumedang.


(8)

8 1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Hasil dari kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat dan mempunyai kegunaan bagi:

1.3.1 Kegunaan Praktis

a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Sumedang

Dapat membantu meringankan pekerjaan khususnya di seksi pemeriksaan dalam hal merekap data LPP, pembuatan surat tugas, surat permintaan profil Wajib Pajak, surat pengantar, mencatat dan mengarsip surat masuk, surat keluar, SP3, dan LPP.

1.3.2 Kegunaan Akademis

a. Bagi Penulis

Hasil kegiatan ini bermanfaat bagi penulis dalam hal merekap data LPP, pembuatan surat tugas, surat permintaan profil Wajib Pajak, surat pengantar, mencatat dan mengarsip surat masuk, surat keluar, SP3, dan LPP. Dengan demikian kerja praktek dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan yang terbentuk secara kombinasi baik dari ilmu yang dipelajari sebelumnya maupun ilmu yang diperoleh dari kegiatan kerja praktek.


(9)

9 b. Bagi Universitas Komputer Indonesia

Bagi Prodi Akuntansi kerja praktek ini mengaplikasikan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan khususnya mata kuliah Perpajakan. Sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas.

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.4.1 Lokasi Kerja Praktek

Tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek yaitu pada seksi pemeriksaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, Jalan Ibrahim Adjie No. 372 Bandung 40275 Telp: 7333355, 7333180, Faksimile: 7337015.

1.4.2 Waktu Kerja Praktek

Waktu yang ditempuh penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yaitu dimulai dari bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Desember 2011.


(10)

10 Tabel 1.4

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

No KEGIATAN

BULAN JUL

2011

AGST 2011

SEPT 2011

OKT 2011

NOV 2011

DES 2011 1 PERSIAPAN KERJA PRAKTEK

Permohonan Surat Kerja Praktek Pengajuan Kerja Praktek Ke Instansi Persetujuan Kerja Praktek

2 PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Registrasi ke Subbagian Umum Aktivitas Kerja Praktek

Bimbingan dengan Dosen Instansi

3 PELAPORAN KERJA PRAKTEK Pengajuan Judul

Bimbingan dengan Dosen Pembimbing Revisi

Pengumpulan Data Ujian Kerja Praktek


(11)

11 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good goovernance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi investasi vertical di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007 ditetapkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007 yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang dan Kantor Pelayanan Pajak Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP).

Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah menerapkan sistem administrasi modern resmi berdiri. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh kelurahan dan kecamatan yang berada di Kabupaten Sumedang.Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H. Ibrahim Adjie (Kiaraconcong) No. 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.


(12)

12 2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Pihak yang mengelola perusahaan/instansi diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukkan hubungan suatu organisasi dan individu-individu yang berbeda di dalam suatu organisasi, melalui suatu struktur organisasi maka tugas dan wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas, sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan, struktur organisasi perusahaan/instansi merupakan salah satu unsur yang menentukan untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat pengatur maupun pengawas usaha pelaksanaan pencapaian tujuan perusahaan sehingga usaha-usaha yang dilakukan dapat berjalan secara efisien dan efektif.

Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan jelas akan membantu melaksanakan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dan tegas antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Adapun struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang tergambar pada gambar 2.1.


(13)

13 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, 2010

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang KANTOR

PELAYANAN PAJAK

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKSI PELAYANAN

SEKSI PENAGIHAN

SEKSI PEMERIKSAAN

SEKSI EKSTENSIFIKASI

PERPAJAKAN

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI II SUB BAGIAN

UMUM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(14)

14 2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Uraian tugas adalah informasi tertulis yang menguraikan tugas dan tanggung jawab, kondisi pekerjaan, dan aspek-aspek pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Adapun kegunaan dari pembagian tugas dalam sebuah organisasi/ perusahaan/ instansi adalah :

1. Untuk menghemat waktu dan tenaga.

2. Mencegah adanya penumpukan pekerjaan dalam suatu bagian. 3. Mempermudah pengawasan oleh pihak atasan.

4. Mempermudah pelaksanaan kerja.

Berikut ini dapat diuraikan tugas dan tanggung jawab masing-masing komponen organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang: a. Subbagian umum, mempunyai tugas :

1. Penerimaan dokumen Kantor Pelayanan Pajak.

2. Pemrosesan dan penatausahaan dokumen masuk di subbagian umum. 3. Penyampaian dokumen Kantor Pelayanan Pajak.

4. Permintaan Pengujian Kesehatan Pegawai.

5. Pelaksanaan Pelantikan, Sumpah, dan Serah Terima Jabatan serta Pengambilan Sumpah Pegawai Negeri Sipil.

6. Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa.

7. Penerbitan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan. 8. Pengajuan Usul Peserta Pendidikan di Luar Negeri.

9. Pelaporan Perkawinan Pertama Pegawai.


(15)

15 11.Pengajuan Usul Berhenti Bekerja Sebagai PNS Atas Permintaan Sendiri. 12.Pengajuan Usul Pengangkapan Bendahara.

13.Penyusunan RKAKL Pada KPP. 14.Pengurusan Gaji, TKPKN, dan SPJ. 15.Pengajuan Uang Makan PNS.

16.Permohonan Uang Duka Wafat/Tewas.

17.Permohonan Kartu Tanda Peserta Asuransi dan Taspen.

18.Mekanisme Pembayaran Anggaran Belanja (Pembayaran Melalui Uang Persediaan).

19.Pelaksanaan Pembayaran Tagihan Melalui Mekanisme Langsung (LS) Kepada Rekanan.

20.Permintaan dan Pembayaran Lembur Pegawai. 21.Pemberhentian Gaji dan TKPKN.

22.Penyusunan Laporan/Realisasi Anggaran Belanja.

23.Penyusunan Laporan SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran) Tingkat Satuan Kerja/Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran.

24.Pelaksanaan Penutupan Buku Kas Umum.

25.Penerimaan Inventaris Daya Rekanan/Pihak Klien.

26.Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara Dengan Lelang Pada Unit Kantor Pelayanan Pajak.

27.Pemusnahan Dokumen.

28.Penyusunan Laporan Berkala Kantor Pelayanan Pajak. 29.Pembuatan Laporan Tahunan.


(16)

16 30.Penyusunan Tanggapan/Tindak Lanjut Terhadap Surat Hasil pemeriksaan (SHP) / Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Itjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya.

31.Pembuatan Laporan Bulanan Konservasi Energi. b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, mempunyai tugas:

1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI. 2. Penatausahaan Alat Keterangan.

3. Penyusunan rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

4. Pembentukan Bank Data. 5. Pemanfaatan Bank Data.

6. Pembuatan dan Penyampaian Surat Perhitungan (SPh) dan Mengirimkan ke Kantor Pelayanan Pajak lain.

7. Peminjaman Berkas Data/Alat Keteranganoleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi kepada seksi terkait.

8. Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektrik. 9. Pembuatan Laporan Penerimaan PBB/BPHTB. 10.Penyelesaian Pembagian Hasil PBB.

c. Seksi Pelayanan, mempunyai tugas:

1. Penatausahaan Surat, Dokumen dan laporan Wajib Pajak Pada Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Pendaftaran NPWP.


(17)

17 4. Perubahan Identitas wajib Pajak.

5. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Lama. 6. Penyelesaian Pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Baru. 7. Penyelesaian Pemindahan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

Baru.

8. Penerimaan dan Pengolahan SPT Tahunan PPh. 9. Penerimaan dan Pengolahan SPT Masa.

10.Penyelesaian Permohonan Perpanjangan Jangka Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh.

11.Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Masa.

12.Penerbitan Surat Teguran Penyampaian SPT Tahunan PPh. 13.Penelitian Hasil Keluaran Berupa SPPT/STTS/DHKP/DHR. 14.Penyelesaian Permohonan Pencetakan Salinan SPPT/SKP/STP. 15.Penyelesaian Permohonan Pembentulan SPPT/SKP/STP. 16.Peminjaman/Pengiriman Berkas.

17.Pelaksanaan Pemenuhan Permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.

18.Penyelesaian Permohonan Pembukuan dalam Bahasa Inggris dan Mata Uang Dolar Amerika Serikat.

19.Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan Negara Asing dan Badan-Badan Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahli Lainnya.

20.Penyampaian Permintaan Revaluasi Aktiva Tetap dari Wajib Pajak ke Kanwil.


(18)

18 21.Penyelesaian Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan.

22.Layanan Permintaan Penetapan Sebagai Daerah Terpencil. 23.Penerbitan Surat Penetapan Pajak.

24.Penyelesaian Penghapusan NPWP.

25.Penyelesaian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

26.Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pelayanan. 27.Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

28.Penyisihan Anak Berkas Wajib Pajak yang Tahun/Masa Pajaknya Telah melampaui 10 Tahun.

d. Seksi Penagihan, mempunyai tugas:

1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Penagihan.

2. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta Bukti Pembayarannya.

3. Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan / Keberatan / Putusan Banding / Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan. 4. Menjawab Konfirmasi Data Tunggakan Wajib Pajak.

5. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pembayaran Pajak.

6. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Dalam Rangka Penagihan Pajak. 7. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus.

8. Penghapusan Piutang Pajak.

9. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Bunga Penagihan. 10.Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran Penagihan.


(19)

19 11.Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa.

12.Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP). 13.Penerbitan Surat Keputusan Pencabutan Sita.

14.Pemindahan Berkas dari Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak Lainnya.

15.Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyaderaan Terhadap Wajib Pajak Tertentu.

16.Pelaksanaan Lelang.

17.Penyelesaian Permohonan Pembatalan Lelang.

18.Penyelesaian Permohonan Mengangsur Pembayaran Pajak. e. Seksi Pemeriksaan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan. 2. Penyelesaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan Lebih

Bayar.

3. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai untuk Selain Wajib Pajak Patuh.

4. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan.

5. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan. 6. Pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak.

7. Pemeriksaan Kantor. 8. Pemeriksaan Lapangan.


(20)

20 f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. 2. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Kantor.

3. Pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian Lapangan. 4. Penerbitan Surat Himbauan Untuk Ber-NPWP.

5. Pencarian Data dari Pihak Ketiga Dalam Rangka Pembentukan/ Pemutakhiran Bank Data Perpajakan.

6. Pencarian Data Potensi Perpajakan Dalam Rangka Pembuatan Monografi Fiskal.

7. Penilaian Pelaksanaan Individual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 8. Pembuatan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB).

9. Pembentukan/Penyempurnaan ZNT/NIR.

10.Pemeliharaan Data Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 11.Penyelesaian Mutasi Seluruhnya Objek dan Subjek Pajak Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

12.Penyelesaian Mutasi Sebagian Objek dan Subjek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

13.Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP.

14.Penyelesaian Permohonan Surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). 15.Penerbitan Daftar Nominatif Untuk Usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 dan 2, mempunyai tugas :

1. Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.


(21)

21 2. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

3. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB).

4. Penyelesaian Permohonan Penggunaan Nilai Buku Dalam Rangka Penggabungan Usaha, Pengambilalihan Usaha dan Pemekaran Usaha.

5. Penyelesaian Permohonan Keberatan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak. 6. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

7. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

8. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar atas Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak.

9. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak.

10.Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Pembukuan. 11.Layanan Permintaan Perubahan Tahun Buku Pertama.

12.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh 21.

13.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh pasal 22 Bendahawan.


(22)

22 14.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 Untuk Pedagang Pengumpul dan Untuk Industri Tertentu. 15.Penyelesaian Permohonan Izin Prinsip Pembebasan PPh Pasal 22 Impor. 16.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh

Pasal 22 Impor.

17.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor untuk Wajib Pajak yang Penghasilannya Semata-mata dikenakan PPh yang bersifat final.

18.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor Emas Batangan Untuk Ekspor Perhiasan Emas.

19.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh Pasal 23.

20.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang Diterima atau Diperoleh Dana Pensiun yang Pendiriannya Telah Disahkan oleh Menteri Keuangan.

21.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan.

22.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan PPh atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan bagi Wajib Pajak Real Estate.


(23)

23 24.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPN atas Penyerahan BKP Tertentu Wajib Pajak Perwakilan Negara Asing/Badan Internasional serta Pejabat/Tenaga Ahlinya.

25.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM atas Pembelian Kendaraan Angkutan.

26.Pemberian Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN) di Kantor Pelayanan Pajak.

27.Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPnBM Atas Penyerahan Kendaraan Bermotor.

28.Layanan Permintaan Pemusatan PPN.

29.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Mesin Teraan Materai.

30.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Teknologi Percetakan.

31.Penyelesaian Pemberian Izin Pembubuhan Tanda Bea Meterai Lunas Dengan Sistem Komputerisasi.

32.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Mesin Teraan Materai. 33.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Teknologi Percetakan. 34.Penyelesaian Permohonan Penambahan Deposit Sisitem Komputerisasi. 35.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan

ke Sistem Komputerisasi.

36.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Mesin Teraan ke Teknologi Percetakan.


(24)

24 37.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi

Percetakan ke Mesin Teraan.

38.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Teknologi Percetakan ke Sistem Komputerisasi.

39.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem Komputerisasi ke Mesin Teraan.

40.Penyelesaian Permohonan Pengalihan Saldo Bea Materai dari Sistem Komputerisasi ke Teknologi Percetakan.

41.Penyelesaian Permohonan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25.

42.Penetapan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Wajib Pajak Bank, Sewa Guna Usaha Dengan Opsi, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.

43.Pembuatan Surat Pemberitahuan Perubahan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi).

44.Pembuatan SPMKP/SPMIB yang Hilang.

45.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Penghasilan (PPh) Untuk Wajib Pajak Patuh.

46.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pendahuluan Pajak Pertambahan Nilai Untuk Wajib Pajak Kriteria Tertentu Khusus Wajib Pajak Patuh.

47.Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

48.Penyelesaian Permohonan Kelebihan Pembayaran BPHTB. 49.Penyelesaian Permohonan Pengurangan PBB Terutang.


(25)

25 50.Penyelesaian Permohonan Pengurangan BPHTB Terutang.

51.Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk).

52.Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk) ke Kantor Pelayanan Pajak Lain.

53.Layanan Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Fiskal Wajib Pajak Non Bursa.

54.Penyelesaian Permohonan Kompensasi (Pemndahbukuan) PBB/BPHTB. 55.Penyelesaian Permohonan Keberatan Atas Penunjukan Sebagai Wajib Pajak. 56.Penyelesaian Permohonan Pembetulan STB/SKBKB/SKBKBT atas

Permohonan Wajib Pajak.

57.Penyelesaian Pembetulan STB/SKBKB/SKBKBT Secara Jabatan. 58.Penyelesaian Permohonan Pembatalan SPPT/SKP/STP.

59.Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan SKBKB/SKBKBT/STB di KPP.

60.Pelaksanaan Putusan Gugatan atau Banding. 61.Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (PLB).

62.Penentuan Kembali Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

63.Penerbitan Surat Tagihan Pajak. 64.Penerbitan SKBKB/SKBKBT/STB.

65.Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. 66.Penerbitan Teguran Pengembalian SPOP.


(26)

26 68.Pemberian Bimbingan kepada Wajib Pajak.

69.Menjawab Surat yang Berkaitan Dengan Konsultasi Teknis Perpajakan bagi Wajib Pajak.

70.Penyelesaian Permohonan Perubahan Metode Penilaian Persediaan. 71.Penetapan Wajib Pajak Patuh.

72.Pemutakhiran Profil Wajib Pajak. 73.Pelaksanaan Ekualisasi.

74.Pengusulan Pengusaha Kena Pajak Fiktif.

75.Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang Seharusnya Tidak Terutang.

76.Penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

77.Penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi di Seksi Pengawasan dan Konsultasi. 78.Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per-Wajib Pajak.

79.Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Kepatuhan Material Wajib Pajak.

80.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB Pengganti Karena Lewat Waktu/Daluarsa.

81.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB yang rusak/salah (yang telah didistribusikan).

82.Penerbitan Pengganti SPMKP/SPMIB yang rusak/salah (yang belum didistribusikan).


(27)

27 2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang sedang digulirkan menuntut perubahan paradigma dan corporate culture dari konvensional menuju modern yang didukung dengan kesadaran untuk mengubah mind set, motivasi, pembelajaran dan pendewasaan dari setiap individu. Salah satu tujuan modernisasi administrasi perpajakan adalah peningkatan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak. Oleh karena itu peningkatan pelayanan masyarakat menjadi salah satu titik penting dari keseluruhan reformasi administrasi DJP.

Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) adalah suatu tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi dengan sistem yang melekat pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang dalam memberikan pelayanan perpajakan.

Jenis-jenis pelayanan yang diberikan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang adalah:

1. Pemberian Informasi Perpajakan

2. Penerimaan Surat-Surat Permohonan dari Wajib Pajak dan Surat Lainnya

3. Penerimaan Pelaporan dan Surat Penundaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh


(28)

28 5. Pembuatan NPWP/NPPKP

6. Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

7. Pelayanan Lainnya

Dalam melaksanakan tugasnya pegawai pajak harus mematuhi Kode Etik yang berlaku. Kode Etik disusun atas kesadaran bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Pegawai seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan pertentangan kepentingan (conflict of interest) dan situasi yang dilematis. Dalam situasi yang demikian, Kode Etik diperlukan sebagai pedoman bagi pegawai untuk menentukan sikap yang paling layak diambil. Disamping itu melalui pemberlakuan Kode Etik, Pegawai dituntut untuk meningkatkan citra DJP di mata masyarakat terutama untuk mendukung visi dan misi DJP.


(29)

29 BAB III

PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang penulis ditempatkan pada seksi Pengawas dan Konsultasi. Pelaksanaan Kerja Praktek ini dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas atau kegiatan dalam prosedur Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.

3.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan faktor penunjang penghasilan Di Indonesia . Jadi setiap orang harus membayar pajak, untuk memahami hal tersebut maka perlu terlebih dahulu untuk memahami tentang pengertian pajak itu sendiri.

Menurut Mardiasmo (2011:1) definisi pajak dan unsur pajak adalah :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 1. Iuran rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak adalah

Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Berdasarkan undang-undang. Yaitu pajak dipungut atau berdasarkan dengan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.


(30)

30 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Sedangkan menurut Rimsky K. Judisseno (1997:7) :

“Pajak Merupakan iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Secara umum pajak didefenisikan sebagai suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan amggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa.”

3.1.2 Fungsi Pajak

Pada umumnya fungsi pajak sebagai alat untuk politik perekonomian, pajak memiliki kegunaan dan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan umum, suatu negara tidak mungkin menghendaki merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat.

Menurut Mardiasmo (2011:1) Fungsi Pajak dibagi menjadi dua fungsi yaitu : 1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2. Fungsi Regulered

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.


(31)

31 Menurut Siti Resmi (2003:2) pajak memiliki 2 fungsi, yaitu:

“1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) 2. Fungsi Regulerend (Mengatur)”.

Adapun penjelasan dari kedua fungsi pajak diatas sebagai berikut: 1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan. Fungsi ini terletak dan lazim dilakukan pada sektor publik dan pajak disini merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan. Untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya kedalam kas negara/ daerah sesuai dengan waktunya dalam rangka membiayai seluruh pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat/ daerah.

2. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang, sosial dan ekonomi. Fungsi ini merupakan fungsi yang dipergunakan oleh pemerintah pusat/ daerah untuk mencapai tujuan tertentu yang berbeda diluar sektor keuangan negara/ daerah, konsep ini paling sering dipergunakan pada sektor swasta.

Berdasarkan kedua fungsi pajak diatas tersebut dapat dipahami atau dimengerti bahwa fungsi budgetair pajak dikaitkan dengan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) umumnya dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada khususnya dimaksudkan untuk mengisi kas negara/ daerah sebanyak-banyaknya dalam rangka membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan pemerintah pusat/ daerah.


(32)

32 3.1.3 Subjek Pajak

Pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Menurut Djoko Mulyono (2006:27) definisi Subjek pajak dan jenis Subjek pajak sebagai berikut :

“Subjek Pajak adalah Wajib Pajak yang menurut ketentuan harus membayar, memotong, atau memungut pajak yang terutang atas objek pajak.”

Subjek Pajak dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan berniat bertempat tinggal di Indonesia.

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan, menggantikan

yang berhak.

2. Subjek Pajak Luar Negeri

Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak melebihi 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indoensia yang :

Menjalankan usaha atau kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Menurut Mardiasmo (2011:123) yang menjadi subjek pajak adalah : 1. a. Orang pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

2. Badan, terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.


(33)

33 3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi : 1. Subjek pajak dalam negri terdiri dari :

a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu :

Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 bulan, atau

Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesiadan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

b. Subjek Pajak Badan, yaitu :

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memiliki kriteria :

1) Pembentukannya berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan;

2) Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3) Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;

4) Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;

c. Subjek pajak warisan, yaitu :

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek pajak luar negri terdiri dari :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesa, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indoensia.


(34)

34 3.1.4 Objek Pajak

Menurut Soemarso (2007:175) pengertian Objek pajak adalah sebagai berikut:

“Objek pajak adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun”.

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indoensia, Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun.

Menurut Mardiasmo (2009:133) yang termasuk dalam Objek Pajak adalah : 1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension,1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :

a. keuntungan pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

b. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota lain yang diperolehperseroan, persekutuan, dan badan lainnya;


(35)

35 c. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilan usaha atau reorganisasi dengan nama dan bentuk apapun;

d. keuntungan karena pengalihan harta atau hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosila termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan perturan mentri keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

e. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan uang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemeritah; 12. Keutungan selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; 14. Premi asuransi;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankanusaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilanyang belum dikenakan pajak;

17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;

18. Imbalan bungan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenaiketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan


(36)

36 3.1.5 Account Representative

Fungsi Account Representative menurut Pardiat (2009:6) :

Account Representative adalah memberi konsultasi mengenai

perpajakan kepada WP, mengawasi kepatuhan kewajiban perpajakan WP, menganalisis perkembangan bisnis, meneliti dan mengolah informasi WP dan data lainnya sehubungan dengan kegiatan WP atau menggali potensi WP yang menjadi tanggungjawab pengawasannya.”

Masih dalam penjelasan Pardiat (2009:6) Seorang Account Representative (A/R) di KPP akan ditugaskan untuk :

a. Menangani sejumlah WP tertentu

b. Bertanggungjawab untuk menginformasikan semua perubahan peraturan kepada WP yang menjadi pengawasannya

c. Merespon pertanyaan atau permintaan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban atau hak perpajakan

d. Meneliti atau mengolah SPT Masa dan SPT Tahunan untuk semua jenis pajak

3.1.6 Pembukuan

Menurut Siti Kurnia Rahayu dan Ely suhayati (2009:203) menyatakan bahwa “Kegiatan Pembukuan sesuai dengan pasal 28 UU KUP

1. Pembukuan mencerminkan kegiatan usaha secara wajar keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya

2. Wajib Pembukuan adalah badan sedangkan yang boleh melakukan pencatatan adalah orang pribadi pengusaha

3. Perkiraan minimal assets, liabilities, equity revenue dan expense serta sales dan purchases sebagai dasar untuk menghitung PPh terutang

4. Pembukuan dilakukan secara taat asas 5. Menggunakan stel kas atau stelsel akrual

6. Pembukuan disimpan selama 10 (sepuluh) tahun ditempat kedudukan wajib pajak badan.


(37)

37 Pembukuan menurut Pardiat (2007:191) Mengemukakan bahwa :

“Berdasarkan Pasal 28 ayat (1) KUP semua wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan Pembukuan, Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas wajib menyelenggarakan kecuali yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.”

Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2011:129) yang wajib menyelenggarakan Pembukuan adalah :

1. Wajib Pajak Badan

2. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto sebesar Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) atau lebih dalam satu tahun.

3.1.7 Pemindahbukuan

Pengertian Pemindahbukuan menurut Direktorat Jendral Pajak :

“Pemindahbukuan adalah perhitungan dengan kelebihan pembayaran pajak atau bunga yang diterima atau melalui perhitungan dengan setoran pajak yang lain atas nama Wajib Pajak yang sama atau Wajib Pajak lain yang dilakukan untuk pembayaran utang pajak, termasuk bunga, denda administrasi dan kenaikan.”

Pengertian pemindahbukuan menurut Waluyo (2007:71) menyatakan bahwa: “Pemindahbukuan adalah pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang tapi dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) karena adanya kesalahan pencatatan.”


(38)

38 Sedangkan pengertian pemindahbukuan menurut www.google.com

menyatakan bahwa :

“Pemindahbukuan adalah karena adanya pemberian bunga kepada wajib pajak akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemindahbukuan merupakan adanya kelebihan pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak (SKKPP) dan adanya pemberian bunga kepada wajib pajak karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dan akibat kelambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Dalam melakukan pemindahbukuan pajak diperlukan beberapa tahap agar proses pemeriksaan dapat berjalan dengan efektif. Tujuan permindahbukuan pajak agar pemeriksa pajak dapat mengetahui siapa pemotong atau pengguna jasa konstruksi. Jika pelunasan PPh jasa konstruksi melalui penyetoran sendiri, maka yang melakukan pemindahbukuan adalah penyedia jasa konstruksi sendiri.

Dalam hal pemotongan, selain melakukan pemindahbukuan, pemotong juga harus melakukan penggantian bukti potong dari bukti potong PPh Pasal 23 menjadi bukti potong PPh final Pasal 4 ayat (2). Penggantian bukti potong ini mungkin akan menjadi syarat ketika pemotong pajak akan mengajukan permohonan


(39)

39 pemindahbukuan., sehingga rencana kerja pemindahbukuan yang disusun sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek adalah :

1. Mendapatkan penjelasan umum tentang kepegawaian dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari Bagian Umum.

2. Perkenalan dengan staf dan karyawan KPP Pratama Sumedang. 3. Mencatat data Wajib Pajak Orang Pribadi

4. Mensortir arsip-arsip Account Representative 5. Mengantarkan surat ke seksi pelayanan 6. Mencatat data Wajib Pajak Badan

7. Membantu Account Representative merekam Pemindahbukuan 8. Belajar fotocopy


(40)

40 3.2.1 Teknik Prosedur Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Oleh karena itu, prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi atau perusahaan agar segala seuatu dapat dilakukan secara seragam.

Menurut Mulyadi (2001:169) mengemukakan bahwa :

“Prosedur adalah urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”

Sedangkan menurut Azhar Susanto (2008:264) mengemukakan bahwa : “Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah rangkaian langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktifitas. Sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, serta dapat dengan mudah menyelesaikan suatu masalah serta terperinci menurut jangka waktu yang telah ditentukan.


(41)

41 3.2.1.1 Dasar-dasar dilakukannya pemindahbukuan

Dasar Hukum Dilakukannya Pemindahbukuan :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/KMK.04/1991 tanggal 24 Januari 1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-965/PJ.9/1991 tanggal 17 Oktober 1991 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-522/PJ./2002 tanggal 16 Desember 2002 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pemindahbukuan atas Kekeliruan Pembayaran Pajak Penghasilan dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

Dasar-dasar Dilakukannya Pemindahbukuan yaitu :

1. Adanya Kelebihan Pembayaran pajak yang besarnya dinyatakan dalam SKKPP

2. Telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang yang besarnya dinyatakan dalam SKKP Pajak yang seharusnya tidak terhutang. 3. Adanya surat keputusan lainnya yang menimbulkan kelebihan pembayaran pajak antara lain : Surat Keputusan atas permohonan keberatan/banding yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak. 4. Adanya pembayaran yang lebih besar dari pajak terhutang dalam surat


(42)

42 5. Adanya pemberian bunga terhadap Wajib Pajak akibat keterlambatan

pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

6. Adanya kesalahan dalam mengisi SSP baik yang menyangkut Wajib Pajak Sendiri maupun Wajib Pajak lain.

7. Adanya pemecahan setoran pajak yang berasal dari SSP menjadi beberapa jenis pajak atau setoran dari beberapa Wajib Pajak.

8. Adanya pelimpahan PPh Pasal 22 dalam rangka impor atas dasar inden sebelum berlakunya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 539/KMK.04/1990 tentang PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM untuk kegiatan usaha dibidang impor atas dasar inden.

3.2.1.2 Syarat-syarat pemindahbukuan

Untuk melakukan Pemindahbukuan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain :

1. Diajukan kepada Kepala KPP yang berwenang melaksanakan pemindahbukuan.

2. Diajukan secara tertulis dengan melampirkan : a. Asli SSP yang akan dipindahbukukan

b. Asli PIUD dalam hal PBK dilakukan untuk pembayaran PPh Pasal 22 atau PPN Impor.

c. Daftar Nominatif Wajib Pajak yang menerima PBK untuk pemecahan SSP oleh Bendaharawan/Pemotong/Pemungut.


(43)

43 d. Fotokopi SPT Masa/Tahunan yang setorannya diajukan

pemindahbukuan beserta pembetulannya

e. Bukti potong asli PPh Pasal 23 dan dan surat pernyataan tidak pernah membuat bukti potong PPh Pasal 23 dalam hal bukti potong tersebut belum pernah dibuat

f. Alasan pengajuan PBK secara jelas disertai bukti-bukti pendukung lain yang diperlukan.

3.2.1.3 Prosedur Kerja (Pelaksanaan) Pemindahbukuan

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain. Permohonan pemindahbukuan dapat juga berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lain tempat Wajib Pajak terdaftar yang meneruskan permohonan tersebut apabila telah terjadi kesalahan pencantuman kode KPP pada NPWP atau kode cabang pada SSP (diterima dengan SOP Tata Cara Penerimaan Dokumen di KPP).

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat


(44)

44 Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Pemindahbukuan dapat juga dikarenakan adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak (berasal dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)).

4. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan serta membuat konsep bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberikan persetujuan dengan menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan. 6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan

menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan.

7. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep bukti pemindahbukuan.


(45)

45 8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep bukti

pemindahbukuan.

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti pemindahbukuan kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.

11.Bukti pemindahbukuan diatatusahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) ke Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak yang meneruskan permohonan untuk kemudian disampaikan ke Wajib Pajak.

12.Proses selesai.

3.2.2 Prosedur Penyelesaian Pemindahbukuan (Pbk) Ke Kpp Lain

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan pemindahbukuan karena Wajib Pajak salah mencantumkan kode Kantor Pelayanan Pajak pada NPWP atau kode cabangnya di Surat Setoran Pajak (SSP). Permohonan pemindahbukuan tersebut kemudian diteruskan ke KPP lain dimana SSP ditatausahakan.


(46)

46 3.2.2.1 Dasar Hukum dilakukannya pemindahbukuan ke KPP lain

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 88/KMK.04/1991 tanggal 24 Januari 1991 tentang Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-965/PJ.9/1991 tanggal 17 Oktober 1991 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pembayaran Pajak Melalui Pemindahbukuan

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-522/PJ./2002 tanggal 16 Desember 2002 tentang Pelaksanaan Teknis Tata Cara Pemindahbukuan atas Kekeliruan Pembayaran Pajak Penghasilan dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat.

Surat Edaran Terkait :

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-26/PJ.9/1991 tanggal 25 Oktober 1991 tentang Petunjuk Teknis Pemindahbukuan (Pbk)

Pihak yang Terkait :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3. Kepala Seksi Pelayanan

4. Account Representative

5. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu 6. Kantor Pelayanan Pajak lain


(47)

47 Formulir yang Digunakan pada saat Pemindahbukuan ke KPP lain

1. Surat permohonan pemindahbukuan

2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) Dokumen yang Dihasilkan :

1. Surat pengantar permohonan pemindahbukuan 2. Bukti Penerimaan Surat (BPS)

3.2.2.2 Prosedur Kerja (Pelaksanaan) Pemindahbukuan Ke KPP lain :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Account Representative membuat konsep surat pengantar permohonan pemindahbukuan.


(48)

48 4. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep surat pengantar

pemindahbukuan dan meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani surat pengantar

pemindahbukuan.

6. Surat pengantar pemindahbukuan ditatausahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan diteruskan melalui Subbagian Umum ke Kantor Pelayanan Pajak tempat SSP diadministrasikan beserta permohonan pemindahbukuan dari Wajib Pajak, sedangkan tembusan surat pengantarnya disampaikan ke Wajib Pajak (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP).

7. Surat pengantar pemindahbukuan beserta permohonan pemindahbukuan dari Wajib Pajak kemudian diproses di Kantor Pelayanan Pajak tempat SSP diadministrasikan (SOP Tata Cara Pemindahbukuan (Pbk)).

8. Proses selesai.

3.2.3 Tata Cara Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (Plb)

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penyelesaian permohonan kompensasi (pemindahbukuan) PBB/BPHTB yang diajukan oleh Wajib Pajak.


(49)

49 3.2.3.1 Dasar Hukum Cara Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (Plb)

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei 2005 tentang Tatacara Pembayaran Kembali Kelebihan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei 2005 tentang Tata Cara Pembayaran Kembali Kelebihan Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pihak yang Terkait :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak

2. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4. Kepala Seksi Pelayanan

5. Account Representative

6. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu

7. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi 8. Pelaksana Seksi Pelayanan

9. Wajib Pajak

Formulir yang Digunakan : 1. Surat Permohonan Wajib Pajak

2. Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) Dokumen yang Dihasilkan :


(50)

50 1. Surat Permintaan Kelengkapan

2. Nota Penghitungan (Nothit)

3. Surat Keputusan Kompensasi Hutang PBB/BPHTB 4. Bukti Penerimaan Surat (BPS)

3.2.3.2 Prosedur Kerja (Pelaksanaan) Penyelesaian Penghitungan Lebih Bayar (PLB)

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan kompensasi (pemindahbukuan) PBB/BPHTB ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu. 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima Formulir Pendaftaran dan

Perubahan Data Wajib Pajak kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya. Dalam hal berkas pendaftaran belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal berkas pendaftaran sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan berkas permohonan kemudian diteruskan kepada Petugas Petugas Tempat Pelayanan Terpadu. Petugas Petugas Tempat Pelayanan Terpadu merekam berkas pendaftaran Wajib Pajak dan meneruskan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menugaskan Account Representative untuk melakukan penelitian dan membuat Nothit.

4. Account Representative meneliti permohonan kompensasi PBB/BPHTB serta membuat dan menandatangani laporan penelitian dan memaraf Nothit (Hasil


(51)

51 Penghitungan), kemudian menyampaikan Nothit (Hasil Penghitungan) kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan menandatangani uraian penelitian, memaraf Nothit (Hasil Penghitungan), kemudian menyampaikan Uraian Penelitian dan Nothit kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi tidak menyetujui Uraian Penelitian dan Nothit, Account Representative memperbaiki Uraian Penelitian dan Nothit tersebut.

6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Uraian Penelitian, memaraf Nothit (Hasil Penghitungan), kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Dalam hal Kepala Kantor Pelayanan Pajak tidak menyetujui Uraian Penelitian dan Nothit, Account Representative harus memperbaiki Uraian Penelitian dan Nothit tersebut.

7. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk merekam Nothit (Hasil Penghitungan). 8. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam Nothit (Hasil

Penghitungan) dan meneruskan Nothit (Hasil Penghitungan) kepada Kepala Seksi Pelayanan.

9. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep Surat Keputusan Kompensasi Hutang PBB/BPHTB.

10.Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak konsep Surat Keputusan Kompensasi Hutang PBB/BPHTB, kemudian menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.


(52)

52 3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek

Salah satu tujuan Kuliah Kerja Praktek adalah membahas hasil-hasil kuliah kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang maka penulis memberikan penjelasan tentang pelaksanaan Standard Operating Procedures Pemindahbukuan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.

3.3.1 Hasil Kerja Praktek

Prosedur Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Pelaksanaan pemindahbukuan dengan Standar Operating Procedures Pemindahbukuan adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak atau untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain. Permohonan pemindahbukuan dapat juga berasal dari Kantor Pelayanan Pajak lain tempat Wajib Pajak terdaftar yang meneruskan permohonan tersebut apabila telah terjadi kesalahan pencantuman kode KPP pada NPWP atau kode cabang pada SSP.

2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya


(53)

53 belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Pemindahbukuan dapat juga dikarenakan adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak (berasal dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atau dari SOP Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)).

4. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan serta membuat konsep bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberikan persetujuan dengan menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan. 6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan


(54)

54 7. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk

mencetak konsep bukti pemindahbukuan.

8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep bukti pemindahbukuan.

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti pemindahbukuan kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.

11.Bukti pemindahbukuan diatatusahakan di Seksi Pelayanan (SOP Tata Cara Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak) dan disampaikan melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP) ke Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak yang meneruskan permohonan untuk kemudian disampaikan ke Wajib Pajak.


(55)

55 Berikut ini adalah Bagan Arus/Flowchart Prosedur pemindahbukuan

Jenis-jenis Pemindahbukuan

Dalam Pemindahbukuan terdapat beberapa jenis yaitu 1. Pemindahbukuan Normal (umum)

Pemindahbukuan dilakukan karena adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak, atau karena salah


(56)

56 atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) atau untuk pemecahan setoran pajak atau untuk tujuan lain.

2. Pemindahbukuan Ke KPP Lain

Yaitu pemindahbukuan karena Wajib Pajak salah mencantumkan kode Kantor Pelayanan Pajak pada NPWP atau kode cabangnya di Surat Setoran Pajak (SSP). Permohonan pemindahbukuan tersebut kemudian diteruskan ke KPP lain dimana SSP ditatausahakan.

3. Permohonan Kompensasi (Pemindahbukuan) PBB/BPHTB

Yaitu penyelesaian permohonan kompensasi (pemindahbukuan) PBB/BPHTB yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Tahapan Pemindahbukuan

Adapun tahapan dalam melakukan pemindahbukuan pajak yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

a.

Wajib Pajak mengajukan Permohonan Pemindahbukuan dengan melampirkan ; SSP (surat Setoran Pajak) yang ingin dipindahbukukan dan dokumen pendukung lainnya.

b. A/R mempelajari berkas wajib pajak /berkas data. c. Menganalisis SSP, SPT dan dokumen pendukung d. Mengidentifikasi masalah.


(57)

57 e. Menyusun program pemindahbukuan

f. Menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Meneliti kelengkapan persyaratan surat permohonan pemindahbukuan yang diajukan oleh WP.

b. Mencetak BPS (Bukti Penerimaan Surat) dan LPAD (Lembar Pengawasan Arus Dokumen)

c. Meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

d. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan

e. Menyampaikan bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan kepada Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

f. Account Representative meminta persetujuan Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

g. Mencetakan konsep bukti pemindahbukuan.

h. Konsep bukti pemindahbukuan disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

i. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.


(58)

58 3.3.2 Pembahasan Prosedur Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

Wajib Pajak mengajukan Permohonan Pemindahbukuan yang ditandatangani oleh WP/Pengurus dari perusahaan yang bersangkutan dengan melampirkan ; SSP (surat Setoran Pajak) yang ingin dipindahbukukan, SPT yg dilaporkan, Daftar Nominatif WP yang menerima pemindahbukuan (untuk pemecahan SSP oleh bendaharawan/pemotong/pemungut) dan Surat pernyataan bahwa atas kelebihan pembayaran yang akan dipindahbukukan belum pernah dikompensasikan ke utang pajak atau ke jenis pajak lain (dalam hal alasan Pbk karena kelebihan setor/bayar).

Contoh kasus pada PT. ABCD merupakan Wajib Pajak badan. Telah terjadi kesalahan penyetoran PPh Pasal 23 tahun 2011 pada tanggal 10 Mei 2011 sebesar Rp. 6.016.449,- yang seharusnya merupakan penyetoran untuk PPh Pasal 23 masa dengan rincian berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 23 masa pajak April 2011, diketahui Wajib Pajak memperhitungkan PPh Pasal 23 yang harus dibayar sebesar Rp. 4.918.376,- dan berdasarkan data MPN, diketahui setoran PPh Pasal 23 tanggal 10 Mei 2011 dimaksud telah masuk ke dalam Kas Negara.

Berdasarkan Contoh kasus diatas maka prosedur pemindahbukuan pada Wajib Pajak Badan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. PT. ABCD sebagai Wajib Pajak mengajukan permohonan pemindahbukuan ke Kantor Pelayanan Pajak melalui Tempat Pelayanan Terpadu karena salah Surat Setoran Pajak untuk pemecahan setoran.


(59)

59 2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima surat permohonan pemindahbukuan dari PT ABCD kemudian meneliti kelengkapan persyaratannya seperti SSP, SPT Masa PPh pasal 23 bulan April dan SPT Masa PPh pasal 23 bulan mei dan data MPN. Apabila tidak lengkap dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dihimbau kepada Wajib Pajak untuk melengkapinya. Dalam hal surat permohonan beserta persyaratannya sudah lengkap, Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mencetak BPS dan LPAD. BPS diserahkan kepada Wajib Pajak sedangkan LPAD digabungkan dengan surat permohonan beserta kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat permohonan beserta kelengkapannya ke Account Representative.

3. Setelah melmpelajari berkas tersebut Account Representative melakukan analisis pemindahbukuan yang terjadi pada PT. ABCD adalah adanya kelebihan pembayaran pajak atau adanya pemberian bunga kepada Wajib Pajak

4. Account Representative melakukan perekaman data pemindahbukuan yang diajukan PT ABCD serta membuat konsep bukti pemindahbukuan dan uraian penelitian pemindahbukuan untuk disampaikan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.


(60)

60 5. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti dan memberikan

persetujuan dengan menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan. 6. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan persetujuan dengan

menandatangani uraian penelitian pemindahbukuan.

7. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk mencetak konsep bukti pemindahbukuan.

8. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan konsep bukti pemindahbukuan.

9. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf konsep bukti pemindahbukuan kemudian menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

10.Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani bukti pemindahbukuan.

11.Bukti pemindahbukuan diatatusahakan di Seksi Pelayanan dan disampaikan melalui Subbagian Umum ke PT. ABCD sebagai Wajib Pajak

12.Proses selesai.

Dapat disimpulkan bahwa kelebihan dalam pelaksanaan Standard Operating Procedures Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur, alur flow chart yang ditentukan, dan dasar hukumnya. Akan tetapi terkadang membutuhkan waktu


(61)

61 lama apabila adanya kekeliruan dalam pengisian SSP oleh WP itu sendiri dan kurangnya kelengkapan WP pada saat mengajukan permohonan pemindahbukuan.

Pemindahbukuan yang dialami oleh PT ABCD merupakan jenis pemindahbukuan normal (umum) karena salah atau kurang jelas mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) atau untuk pemecahan setoran pajak.


(62)

62 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dan berdasarkan pengamatan selama mengikuti kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang, sehubungan dengan judul laporan kerja praktek yaitu Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan Pembahasan Kuliah Kerja Praktek, pelaksanaan Standard Operating Procedures Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Akan tetapi terkadang membutuhkan waktu lama apabila adanya kekeliruan dalam pengisian SSP oleh WP itu sendiri dan kurangnya kelengkapan WP pada saat mengajukan permohonan pemindahbukuan.

4.2 Saran

Berdasarkan data-data yang diperoleh penulis dari pelaksanaan kuliah kerja praktek ini, penulis memberikan saran-saran yang bersifat membangun, dengan harapan dapat menjadi masukan yang berguna bagi semua pihak. Setelah penulis memberikan kesimpulan yang dikemukakan diatas, penulis memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang, yaitu:


(63)

63 1. Dalam Pemindahbukuan membutuhkan waktu yg cukup lama karena banyaknya yang dipindahbukukan harus dapat memanfaatkan waktu secara efektif, efisien dan objektif agar tidak terjadi kekeliruan saat pemindahbukuan.

2. Account Representative harus memberitahu atau menyampaikan kepada WP mengenai kelengkapan-kelengkapan untuk mengajukan permohonan Pemindahbukuan.


(64)

Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan

Pada Kantor Pelayanan Pajak Sumedang

Laporan Kerja Praktek

Diajukan sebagai salah satu syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-1

Program Studi Akuntasi

Disusun oleh : Andi Ahmad Sungkawa

21108044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(65)

64

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011. Muljono, Djoko. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2006.

Pardiat Akuntansi Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009 Pardiat. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2008.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2003.

Rimsky K. Judisseno. Perpajakan Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004.


(66)

73 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Andi Ahmad Sungkawa

Nim : 21108044

Tempat/Tanggal Lahir: Garut/ 13 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Kembar II no. 50 Bandung Email : andone.strife@yahoo.com

andiahmd1307@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

1. TK negeri Ngesrep Semarang 2. SDN ngesrep 01-02 Semarang 3. SMP Negeri 11 Semarang 4. SMU Negeri 4 Semarang

5. SMU 1 Garut/1 Tarogong Kidul (pindahan)

6. Calon Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (2012)


(1)

Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan

Pada Kantor Pelayanan Pajak Sumedang

Laporan Kerja Praktek

Diajukan sebagai salah satu syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Studi S-1

Program Studi Akuntasi

Disusun oleh : Andi Ahmad Sungkawa

21108044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Penerbit Andi. 2011. Muljono, Djoko. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2006.

Pardiat Akuntansi Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2009 Pardiat. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2008.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. 2003.

Rimsky K. Judisseno. Perpajakan Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2004.


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Andi Ahmad Sungkawa

Nim : 21108044

Tempat/Tanggal Lahir: Garut/ 13 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Kembar II no. 50 Bandung Email : andone.strife@yahoo.com

andiahmd1307@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

1. TK negeri Ngesrep Semarang 2. SDN ngesrep 01-02 Semarang 3. SMP Negeri 11 Semarang 4. SMU Negeri 4 Semarang

5. SMU 1 Garut/1 Tarogong Kidul (pindahan)

6. Calon Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia (2012)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, dan atas petunjuk dan Ridho-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan sebagai hasil Kuliah Kerja Praktek (KKP) tersebut dengan judul “Prosedur dan Pelaksanaan Pemindahbukuan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Sumedang”. Laporan ini disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan

KKP yang penulis laksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang. Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang S-1 Program Studi Akuntansi pada Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Selama penyusunan usulan penelitian ini peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.


(5)

5. Ely Suhayati, S.E., M.Si., Ak, selaku dosen wali 4ak2 dan dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama penyusunan laporan.

6. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta dukungan kepada peneliti selama menyelesaikan kuliah.

7. Ibu Dede Ratnaningsih selaku pembimbing yang membantu penulis selama Kuliah Kerja Praktek di KPP Pratama Sumedang.

8. Staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data instansi dan pengalaman kerja selama Kuliah Kerja Praktek

9. Kedua orang tua tercinta, do’a dan kasih sayangmu selalu menjadi kekuatan

dan motivasi bagi peneliti dalam menyusun usulan penelitian ini, semoga anakmu ini dapat menjadi kebanggaan keluarga.

10.Kakak-kakak tercinta yang memberikan dorongan dan motivasi kepada peneliti.

11.Sekretariat Jurusan UNIKOM yang telah membantu peneliti sehingga dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini.

12.Sahabat-sahabat tercinta yang selama ini sama-sama berjuang yang saling memberikan semangat dan dorongan dalam penyusunan usulan penelitian ini. 13.Semua orang yang telah membantu peneliti selama ini, yang tidak bisa peneliti

sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang – orang yang telah membantu penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasannya dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kuliah Kerja Praktek ini jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik dari para pembaca dibutuh untuk memperbaiki tulisan ini..

Bandung, 22 Desember 2011

Penulis