Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi
Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN ”Veteran” Jawa Timur
Tinggi rendahnya kadar kelembaban akan tergantung pada : ► Peringkat batubara
► Size distribusi ► Kondisi pada saat sampling
Tabel II.5.1 Kadar Kelembaban Batubara
Jenis batubara Kadar kelembaban
Antrasit 8
Bituminuous 8 – 10
Sub-bituminuous 10 – 35
Lignit 35 – 75
Gambut 75
2. ZAT TERBANG
Volatile Matter
Zat terbang, adalah bagian organik batubara yang menguap ketika dipanaskan pada temperatur tertentu. Zat terbang biasanya berasal dari gugus
hidrokarbon dengan rantai alifatik atau rantai lurus yang mudah putus dengan pemanasan tanpa udara menjadi hidrokarbon yang lebih sederhana seperti
methana atau ethana. Kandungan zat terbang mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan
intensitas api. Penilaian tersebut didasarkan pada rasio atau perbandingan antara kandungan karbon fixed carbon dengan zat terbang, yang disebut dengan rasio
bahan bakar fuel ratio.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi
Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN ”Veteran” Jawa Timur
Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlah karbon di dalam batubara yang tidak terbakar juga semakin banyak. Jika perbandingan tersebut nilainya
lebih dari 1.2, maka pengapian akan kurang bagus sehingga mengakibatkan kecepatan pembakaran menurun. Kadar zat terbang dalam batubara ditentukan
oleh peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat suatu batubara akan semakin rendah kadar zat terbangnya.
3. KADAR ABU
Ash Content
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, melainkan mengandung mineral matter. Namun sebagian mineral matter dianalisa dan dinyatakan sebagai
kadar abu atau Ash Content. Mineral matter dalam batubara terdiri dari inherent dan extraneous. Inherent Ash ada dalam batubara sejak pada masa pembentukan
batubara dan keberadaan dalam batubara terikat secara kimia dalam struktur molekul batubara Sedangkan Extraneous Ash, berasal dari dilusi atau sumber abu
lainnya yang berasal dari luar batubara. Kadar abu dalam batubara tergantung pada banyaknya dan jenis mineral
matter yang dikandung oleh batubara baik yang berasal dari inherent atau dari extraneous. Semakin tinggi kadar abu pada jenis batubara yang sama, semakin
rendah nilai kalorinya. Semakin tinggi kadar abu, secara umum akan mempengaruhi tingkat pengotoran fouling, keausan, dan korosi peralatan yang
dilalui. Isi abu batubara adalah residu non-mudah terbakar setelah batubara dibakar.
Ini merupakan bahan mineral massal setelah karbon, belerang oksigen, dan air termasuk dari tanah liat telah didorong off selama pembakaran.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Kajian Peningkatan Nilai Kalor Batubara Kualitas Rendah dengan Proses Solvenisasi
Program Studi S – 1 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri – UPN ”Veteran” Jawa Timur
Kandungan abu yang terdapat pada batubara : 1. Kandungan Abu Bawaan; Kandungan abu bawaan diperoleh dari abu yang
terkandung pada tumbuh-tumbuhan yang menjadi batubara, jumlahnya sedikit, dan sulit untuk diambil melalui proses pemisahan.
2. Kandungan Abu Serapan; Kandungan abu serapan terjadi akibat adanya intrusi lumpur dan pasir saat tetumbuhan tersedimentasi. Atau bisa pula
terjadi setelah prosespembatubaraan berlangsung, dimana akibat adanya retakan dan sebagainya,menyebabkan lumpur dan pasir ikut tercampur
masuk intrusi.
3. KADAR SULFUR