UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA PERI

948 - TB1 - 11/12

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA
PERINGKAT RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN
MINYAK PELUMAS BEKAS DAN MIYAK TANAH
MELALUI PROSES UPGRADING

JURNAL PENELITIAN

Oleh :
FIRMANSYAH FANIATAMA PUTRA
0709045044

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013

Firmansyah Faniatama Putra, Windhu Nugroho, Adi Uzaimi Winaswangusti
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman
Jl. Sambaliung No. 9, Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119. Telp: 0541-736-834, Fax: 0541-749315

email: dekan@ft.unmul.ac.id

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA PERINGKAT RENDAH DENGAN
MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS BEKAS DAN MINYAK TANAH MELALUI
PROSES UPGRADING
ABSTRAK
Teknologi upgrading batubara peringkat rendah secara umum bertujuan untuk menurunkan nilai
kandungan air dalam batubara. Alasan utama proses ini adalah untuk mengurangi ongkos yang berkaitan
dengan pengangkutan, menanggulangi potensi terjadinya spontanious combustion, meningkatkan efisiensi
pembakaran batubara.
Pada penelitian ini dilakukan proses upgrading dengan melakukan pencampuran antara batubara, minyak
pelumas bekas dan minyak tanah. Batubara peringkat rendah yang digunakan memiliki nilai kandungan
air bawaan sebesar 39% (adb). Bahan campuran yang digunakan ialah minyak pelumas bekas dan minyak
tanah. Tujuan dari penggunaan minyak pelumas bekas ialah untuk melapisi permukaan batubara agar
setelah proses kualitas batubara tetap stabil tanpa adanya air yang kembali terserap oleh batubara. Bahan
campuran minyak tanah itu sendiri berfungsi untuk melartkan sejumlah pengotor yang dindikasikan
terdapat dalam minyak pelumas bekas dan minyak tanah. Perlakuan yang diberikan selama proses
upgrading dibedakan menjadi perlakuan perbedaan komposisi bahan campuran antara batubara, minyak
pelumas bekas dan minyak tanah yaitu sebesar 1 : 1 : 1 dan 1 : 0,5 : 0,5. Variasi perlakuan ini berdasarkan
fraksi massa tiap bahan campuran. Perlakuan selanjutnya ialah perbedaan lamanya waktu pemanasan

yang diberikan kepada campuran batubara, minyak pelumas bekas dan minyak tanah. Variasi waktu
pemanasan yang dijalankan adalah 60 menit dan 90 menit.
Hasil penelitian menunjukkan sampel batubara yang tanpa perlakuan proses upgading termasuk ke dalam
kelas batubara Lignite A, sementara produk batubara hasil proses upgrading termasuk ke dalam kelas
High Volatile B Bituminous.Secara keseluruhan kualitas batubara hasil proses upgrading dibandingkan
dengan kualitas batubara yang tidak mengalami proses upgrading menunjukkan varian perbedaan pada
tiap parameternya. Perbedaan pada parameter yang lain yaitu ash content, volatile matter, fixed carbon,
nilai kalori, dan total sulfur secara keseluruhan mengalami peningkatan. Pengaruh komposisi bahan
campuran terhadap kualitas batubara hasil proses upgrading ialah bertambahnya ash content dan volatile
matter yang disebabkan oleh adanya sejumlah pengotor yang belum terlarutkan dan minyak yang
melapisi permukaan batubara. Pengaruh waktu reaksi terhadap kualitas batubara hasil proses upgrading
ialah bertambahnya nilai volatile matter seiring dengan lamanya waktu pemanasan yang diberikan.
Kata kunci : upgrading, kualitas batubara

QUALITY IMPROVEMENT EFFORTS WITH LOW RANK COAL USING OIL
LUBRICANT AND KEROSENE BY MEANS OF UPGRADING PROCESS
ABSTRACT
Low rank coal upgrading technology in general aims to lower the value of the water content in the coal.
The main reason for this process is to reduce the costs associated with transport, tackling potential
spontanious combustion, improving the efficiency of coal burning.

In this research, the process of upgrading to mixing between coal, used lubricating oil and kerosene. Low
rank coal used has a default value of water content of 39% (adb). Material used is a mixture of used oil
and kerosene. The purpose of the former is the use of lubricating oil to coat the surface of the coal after
the coal quality in order to remain stable in the absence of water is re-absorbed by the coal. Kerosene
mixture itself serves to melartkan number dindikasikan impurities contained in the used oil and kerosene.
Treatment given during the upgrading process can be divided into treatment differences in the
composition of a mixture of coal, used lubricating oil and kerosene that is equal to 1 : 1 : 1 and 1 : 0.5 :
0.5. Variations of this treatment is based on the mass fraction of each ingredient. Further treatment
difference is the length of time given to heating a mixture of coal, used lubricating oil and kerosene.
Variation of the heating time is 60 minutes and run 90 minutes.
The results showed that the untreated coal samples upgading process belong to the class Lignite A coal,
while coal products, including the results of the process of upgrading to a class of High Volatile B
Bituminous.Overall of this process of upgrading coal quality results compared to the quality of coal that
did not undergo the process of upgrading shows variant differences in each parameter. Differences in
other parameters, namely ash content, volatile matter, fixed carbon, calorific value, and total sulfur as a
whole has increased. Effect of mixture composition on the quality of coal upgrading process is the result
of the increase in ash content and volatile matter caused by the presence of a number of impurities are
not soluble and oil that coats the surface of the coal. Effect of reaction time on the quality of coal
upgrading process is the result of the increase in the value of volatile matter in line with the length of
heating time given.

Keywords: upgrading, coal quality

BAB I. Pendahuluan

1.4 Batasan Masalah

1.1 Latar Belakang

Pada penelitian ini terdapat beberapa batasan
masalah yang digunakan diantaranya :
1. Bahan campuran pada penelitian ini adalah
minyak pelumas bekas dan minyak tanah
2. Parameter kualitas batubara yang diujikan
meliputi inherent moisture, ash content,
volatile matter, fixed carbon, nilai kalori dan
total sulfur
3. Analisa yang dilakukan ialah terhadap
kualitas batubara tanpa perlakuan proses
upgrading dan kualitas batubara hasil proses
upgrading.


Batubara peringkat rendah tinggi akan
kandungan air. Hal ini seiring denga rendahnya
nilai kalori dalam batubara. Permasalahn yang
ditimbukan dengan tingginya kandungan air
tersebut diantaranya :
a. Rendahnya effisiensi dalam pembakran
b. Memicu terjadi spontanious combustion
c. Tingginya biaya yang dikeluarkan pada saat
pengangkutan.
Teknologi upgrading batubara peringkat rendah
bertujuan untuk menurunkan nilai kandungan
air dalam batubara. Pemanasan yang terjadi
pada
proses
upgrading
menyebabkan
kandungan air dalam batubara mengalmi
evaporasi. Adanya evaporasi kandungan air
dalam batubara tersebut menyebabkan adanya

kekosongan pada pori-pori batubara sehingga
setelah proses memungkinkan air kembali
terserap dalam batubara. Perlu adanya campuran
bahan lain sebagai upaya untuk mencegah
kembalinya air dalam pori batubara. Tambahan
minyak pelumas bekas dan minyak tanah cukup
kuat untuk menempel pada waktu yang cukup
lama sehingga batubara dapat disimpan di
tempat terbuka untuk jangka waktu yang cukup
lama.

1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui perbandingan kualitas batubara
tanpa perlakuan proses upgrading dan
kualitas batubara hasil proses upgrading.
2. Mengetahui pengaruh komposisi bahan
campuran yang digunakan pada proses
upgrading

3. Mengetahui pengaruh waktu pemanasan
yang dijalankan pada proses upgrading

BAB II. Landasan Teori
2.1 Proses Pembentukan Batubara
1. Tahap diegenetik / biokimia, dimulai pada
saat material tanaman terdeposisi hingga
lignit terbentuk. Agen utama yang berperan
dalam proses perubahan ini adalah kadar air.
2. Tahap malihan / geokimia, meliputi proses
perubahan dari lignit menjadi bituminus
hingga antrasit.
2.2 Karakteristik Batubara
Pada batubara terdapat beberapa substansi yang
terbentuk
selama
proses
coalofication.
Substansi tersebut merupakan nilai yang
terkadung dalam batubara. Untuk mendapatkan

nilai tersbut umumnya dilakukan pengujian
dengan mengunakan instrumen yang sesuai
dengan metode standar yang telah ditentukan
dalam sistem klasifikasi batubara.
1. Ukuran butir
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang
butir halus dan butir kasar. Butr paling halus
untuk ukuran maksimum 3 mm, sedangkan
ukuran butir paling kasar sampai dengan ukuran
50 m.

1.3 Rumusan Masalah

2. Kandungan Air

Rumusan masalah pada penelitian antara lain :
1. Bagaimana
kualitas
batubara
tanpa

perlakuan proses upgrading dan kualitas
batubara hasil proses upgrading?
2. Bagaimana pengaruh minyak pelumas bekas
dan minyak tanah terhadap kualitas batubara
hasil proses upgrading?
3. Bagaimana waktu reaksi selama proses
pemanasan berpengaruh terhadap kualitas
batubara?

a. Air Bebas
Air yang terdapat pada permukaan batubara
dengan jumlah relatif besar. Air dalam bentuk
ini menguap pada suhu ruangan. Keberadaan
moisture dimungkinkan karena :
Bercampurnya air tanah saat penambangan
Taburan air hujan pada tumpukan batubara
Sisa air yang tertinggal pada permukaan
batubara setelah proses pencucian
Air yang disemprotkan untuk mengurangi
debu pada tumpukan batubara


b. Air bawaan
Air yang terdapat dalam rongga kapiler dan
pori-pori batubara yang relatif kecil pada
kedalaman aslinya, yang secara teori dinyatakan
bahwa kondisi tersebut ialah kondisi dengan
tingkat kelembaban 100% serta suhu 30oC.
3. Kandungan Abu
Abu merupakan komponen yang terkandung
pada batubara yang tidak dapat dibakar. Pada
umumnya abu ini berupa mineral yang berasal
dari dalam tanah. Kandungan abu akan terbawa
bersama gas pembakaran melalui ruang bakar
dan daerah konversi dalam bentuk abu terbang
yang jumlahnya mencapai 80% dan abu dasar
sebanyak 20%.
4. Kandungan Sulfur
Secara umum penilaian kandungan sulfur dalam
batubara dinyatakan dalam total sulfur.
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat

korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen
pemanas udara, terutama apabila suhu kerja
lebih rendah daripada titik embun sulfur,
sidamping berpengaruh terhadap efektivitas
penangkapan abu pada peralatan elctronic
precipitator.
5. Zat Terbang
Zat terbang merupakan kuantita sejumlah
senyawa yang mudah menguap. Senyawa
berperan sebagai pemantik dari proses
terbakarnya batubara. Dalam mengidentifikasi
sifat pembakaran batubara terdapat hubungan
antara zat terbang dan volatile matter yang
disebut dengan fuel ratio. Hubungan kedua
parameter tersebut dituangkan dalam sebuah
formula sebagai berikut :
Fuel Ratio =

Fixed Carbon
Zat Terbang

6. Fixed Carbon
Fixed carbon merupakan kandungan utama dari
batubara. Kandungan inilah yang berperan
dalam menentukan besarnya heating value suatu
batubara. Semakin besar fixed carbon, semakin
besar pula heaing value-nya. Fixed carbon
diperoleh dengan melalui pengurangan angka
100 dengan jumlah kadar moisture, kandungan
abu dan zat terbang.
7. Nilai Kalori
Nilai kalori merupakan akumulasi dari nilai
panas pembakaran unsur pembentuk batubara.

2.3 Klasifikasi Batubara
Penentuan kelas dari batubara menggunakan
sistem ASTM Classification. Pada sistem ini
dibutuhkan tiga parameter kualitas batubara
yaitu fixed carbon pada basis dry mineral
matter free (dmmf), volatile matter pada basis
dry mineral matter free (dmmf), nilai kalori
pada basis moist, mineral matter free (mmmf).
Penentun ketiga parameter tersebut masingmasing menggunakan formula sebagai berikut :
1. Fixed Carbon
FCadb-(0,15xTSadb)
100-[IM+(1,08xACadb)+(0,55xTSadb)]

FC,dmmf =
dengan ;
FC,dmmf
FC,adb
TS,adb
IM
AC,adb

X100%

= Fixed Carbon pada basis dmmf (%)
= Fixed Carbon pada basis adb (%)
= Total Sulphur pada basis adb (%)
= Kandungan air bawaan (%)
= Ash Content pada basis adb (%)

2. Volatile Matter
VM,dmmf

= 100 – FC,dmmf

dengan ;
VM,dmmf
FC,dmmf

= VM dengan basis dmmf (%)
= FC dengan basis (%)

3. Nilai Kalori
[(Cvadbx1,8)-(50xTSadb)]
100-[(1,08xACadb)+(0,55xTSadb)]

CV,mmmf =
dengan ;
CV,mmmf
CV,adb
TS,adb
AC,adb

X100%

= Nilai Kalori pada basis mmmf (%)
= Fixed Carbon pada basis adb (kal/gr)
= Total Sulfur pada basis adb (%)
= Ash Content pada basis adb (%)

2.4 Adsorpsi
Pengikatan bahan pada permukaan sorben padat
melalui pelekatan. Adsorpsi merupakan proses
pengumpulan substansi tertentu ke dalam
permukaan bahan penyerap. Partikel atau
material yang diserap ialah adsorbat dan yang
berfungsi sebagai penyerap disebut adsorben.
Mekanisme adsorpsi dipengaruhi oleh gaya
tarik-menarik antara ion dalam adsorben
(batubara) yang mengandung ion negatif dan
adsorbat (minyak pelumas bekas) yang
mengandung ion positif sehingga terjadi
pengikatan di permukaan adsorben.
2.5 Kondisi Operasi
Batubara

dalam

Adsorpsi

1. Waktu Reaksi
Waktu tinggal yang lama disertai pemanasan
yang tinggi menyebabkan pecahnya ikatan
hidrogen sehingga donor hidrogen lebih cepat
terjadi. Semakin lama waktu proses adsorpsi
berlangsung maka semakin lama pula waktu
kontak antara fase terserap dengan adsorben
sehingga zat terserap semakin besar. Waktu

tinggal yang diperlukan untuk proses adsorpsi
30-90 menit.
2. Temperatur Reaksi
Temperatur reaksi merupakan indikator capaian
dalam upaya menurunkan nilai kandungan air
dalam batubara. Disebutkan bahwa semakin
tinggi temperatur larutan berlangsung maka
semakin kecil daya serap adsorben dan
sebaliknya. Ini disebabkan ukuran partikel
adsorbat memuai dan viskositas larutan
berkurang karena temperatur yang tinggi.
3. Pengadukan
Pengadukan akan mempengaruhi proses difusi
dari adsorpsi. Perbedaan konsentrasi ialah
perbedaan antara konsentrasi bahan yang akan
diadsorpsi dalam campuran dan konsentrasi
bahan tersebut dalam adsorben. Pengadukan
digunakan secara umum berputar dengan
kecepatan antara 20-100 putaran per-menit.

4. Termometer digital yang digunakan untuk
memonitoring
temperatur
pada
saat
pemanasan
5. Penyaring
yang
digunakan
untuk
memisahkan batubara dengan residu larutan
sisa proses adsorpsi
6. Jam digital untuk memonitoring waktu
selama proses upgrading
7. Leco TGA-701 yang digunakan untuk
pengujian nilai proksimat batubara
8. Bombcalorimeter Parr-1266 yang digunakan
untuk pengujian nilai kalori
9. Leco S144DR yang digunakan untuk nilai
total sulfur batubara
3.4 Prosedur Proses Upgrading
Sampling Batubara

Preparasi Batubara
< 3 mm

BAB III. Kegiatan Riset
3.1 Gambaran Umum Penelitian
Perolehan bahan campuran minyak pelumas
bekas dan minyak residu dilakukan melalui
pembelian di bengkel motor di wilayah
samarinda.
Kebutuhan
peralatan
yang
digunakan pada penelitian ini dibedakan
menjadi peralatan untuk proses upgrading yang
dimodifikasi secara mandiri oleh penulis dan
peralatan untuk analisis kualitas batubara
penulis bekerjasama dengan PT. Kitadin,
Embalut Site, dengan demikian seluruh sampel
batubara pada penelitian ini dianalisis di MGPLaboratorium PT. Kitadin, Embalut Site.

Variasi
Waktu Pemanasan

Variasi
Komposisi Bahan

Pemanasan

Pengeringan

3.2 Bahan Penelitian
Tabel 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelirian
No

Bahan

Kegunaan

1

Batubara

Adsorben

2

Minyak Pelumas Bekas

Adsorbat

3

Minyak Tanah

Pelarut

3.3 Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian adalah
antara lain :
1. Panci berpengaduk yang digunakan sebagai
tempat campuran batubara, minyak pelumas
bekas, minyak tanah.
2. Timbangan yang digunakan untuk megukur
massa tiap bahan sesuai komposisi bahan
yang dijalankan.
3. Ayakan manual dengan ukuran < 3mm.

Analisis Kualitas Batubara :
total sulfur, nilai kalori,
kandungan air bawaan,
kandungan abu, zat terbang,
karbon padat

Hasil Penelitian
dan
Pembahasan

Gambar 1. Diagram alir proses upgrading

b. Klasifikasi Batubara

3.5 Alat Pengumpulan Data
Data yang akan diperoleh ialah parameter
kualitas batubara yang terdiri dari nilai
proksimat (inherent moisture, ash content,
voaltile matter, fixed carbon), nilai kalori, total
sulfur.
1. Leco TGA-701
Alat ini dugunakan untuk analisis nilai
proksimat. Tahapan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan SOP di MGP-Laboratorium PT.
Kitadin
2. Bombcalorimeter Parr-1266
Alat ini digunakan untuk analisis nilai kalori.
Tahapan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
SOP di MGP-Laboratorium PT. Kitadin
3. Leco S144DR
Alat ini digunakan untuk analisis nilai total
sulfur. Tahapan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan SOP di MGP-Laboratorium PT. Kitadin.

BAB IV. Hasil
Pembahasan

Penelitian

Dan

a. Nilai Proksimat, Nilai Kalori, Total Sulfur
Tabel 2. Hasil analisis nilai proksimat

1
2
3
4

B
B1
B2
B3

Inherent
Moisture
(%), adb

Ash
Content
(%), adb

39,90
4,75
5,90
5,10

4,70
11,85
10,00
12,05

Volatile
Fixed
Matter Carbon
(%), adb (%), adb
34,71
58,84
60,26
61,18

Tabel 3. Hasil analisi nilai kalori
No Sampel Nilai Kalori (kal/gr),adb
1
B
3437
2
B1
6466
3
B2
6490
4
B3
6522

Tabel 4. Hasil analisis total sulfur
No Sampel
1
B
2
B1
3
B2
4
B3

Parameter
FC,dmmf VM,dmmf CV,mmmf
37,65%
62,35%
6515 Btu/lb
29,82%
70,18%
13356 Btu/lb
28,62%
71,38%
13105 Btu/lb
26,55%
73,45%
13503 Btu/lb

Sampel
B
B1
B2
B3

Tabel 5 merupakan hasil perhitungan tiap
parameter untuk kebutuhan klasifikasi batubara
sesuai dengan ASTM Classification (D388).
Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa
sampel batubara B digolongkan ke dalam jenis
batubara lignite A. Sampel batubar ini
merupakan sampel yang tidak mengalami
proses upgrading. Sampel batubara B1, B2 dan
B3 keseluruhan digolongkan ke dalam jenis
batubara high volatile B bituminous. Artinya,
proses upgrading yang dilakukan pada
penelitian ini mampu untuk meningkatkan
batubara peringkat rendah jenis lignite A
menjadi setara dengan jenis batubara high
volatile B bituminous.
c. Fuel Ratio

4.1 Hasil Penelitian

No Sampel

Tabel 5. Klasifikasi seluruh sampel batubara

Nilai Total Sulfur (%), adb
0,16
0,34
0,34
0,29

20,70
24,59
23,84
21,74

Tabel 6. Nilai fuel ratio sampel batubara
No
1
2
3
4

Sampel
B
B1
B2
B3

Fuel Ratio
0,60
0,42
0,40
0,36

Dari tabel 6 dapat diketahui seluruh sampel
batubara baik sampel batubara yang tanpa
perlakuan proses upgrading maupun sampel
batubara hasil proses upgrading menunjukkan
nilai < 2 (swelling index). Dengan perolehan
nlai fuel ratio tersebut dapat dikatakan seluruh
sampel tergolong batubara yang reaktif pada
saat pembakaran.
4.2 Pembahasan
a. Pengaruh komposisi bahan terhadap kualitas
batubara.
Pada penelitian ini digunakan tambahan minyak
pelumas bekas dan minyak tanah sebagai bahan
campuran. Minyak pelumas bekas berfungsi
untuk menyelimuti permukaan batubara
sehingga mampu menjaga kestabilan air bawaan
dalam batubara. Minyak tanah berfungsi untuk
melarutkan sejumlah pengotor yang terdapat
dalam minyak pelumas bekas dan batubara.

Dari hasil penelitian dapat diperhatikan bahwa
minyak tanah belum sepenuhnya mampu untuk
melarutkan sejumlah pengotor yang terdapat
dalam batubara dan minyak pelumas bekas. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 2, dimana
keseluruhan sampel batubara hasil proses
upgrading memiliki nilai kandungan abu dan
zat terbang yang tinggi dibandingkan dengan
kandungan abu dan zat terbang pada sampel
batubara yang tidak mengalami proses
upgrading.
Kandungan abu yang terdeteksi merupakan
partikel pengotor yang terdapat dalam campuran
hasil proses upgrading. Sedangkan zat terbang
berasal dari minyak yang menempel pada
permukaan batubara.
b. Pengaruh waktu
kualitas batubara

pemanasan

terhadap

Variasi waktu reaksi yang dijalankan pada
penelitian ini adalah selama 60 menit pada
sampel B1 dan 90 menit pada sampel B2.
Lamanya waktu reaksi pada saat proses adsorbsi
berpengaruh terhadap interaksi yang terjadi
anatara fase terserap dengan adsorben. Artinya,
semakin lama waktu proses adsorpsi
berlangsung maka semakin lama pula waktu
kontak antara fase terserap dengan adsorben
sehingga zat terserap semakin besar.
Pada tabel 2 dapat diperhatikan antara sampel
B1 dan sampel B2 dimana kedua sampel
tersebut mendapatkan variasi waktu reaksi yang
berbeda selama proses adsorpsi. Volatile matter
pada sampel B2 lebih besar dibandingkan
dengan voaltile matter yang terkandung pada
sampel batubara B1. Pada sampel B2 tersebut
zat yang terserap lebih besar dibandingkan
dengan zat yang terserap pada sampel batubara
B1.

BAB V. Penutup
5.1 Kesimpulan
1. Hasil klasifikasi menunjukkan sampel
batubara yang tidak mengalami proses
upgrading termasuk ke dalam kelas batubara
Lignite A, sementara sampel batubara
produk hasil proses upgrading termasuk ke
dalam kelas batubara High Volatile B
Bituminous.
2. Pengaruh komposisi bahan campuran pada
proses upgrading ialah meningkatnya
kandungan abu dan zat terbang pada seluruh
sampel hasil proses upgrading. Hal ini
disebabkan adanya sejumlah pengotor dari

bahan campuran dan minyak
menempel pada permukaan batubara.

yang

3. Pengaruh waktu reaksi terhadap kualitas
batubara hasil proses upgrading ialah
bertambahnya nilai volatile matter pada
sampel B2 dibandingkan dengan sampel B1.
Zat yang terserap pada sampel batubara B2
lebih besar seiring dengan lamanya waku
reaksi yang dijalankan.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengujian dan monitoring
terhadap kandungan air dalam batubara
pasca proses upgrading untuk mengetahui
tingkat efektifitas dari pemakaian minyak
pelumas dan minyak tanah
2. Perlu dilakukan pengujian terhadap larutan
sisa pencampuran dengan batubara untuk
mengetahui apakah limbah tersebut layak
secara teknis dibuang ke tempat umum
sesuai standar yang telah disepakati
3. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut
terkait faktor biaya yang dikeluarkan dalam
pemilihan bahan campuran yang digunakan
selain kelayakan teknis penelitian tentang
proses upgrading babtubara peringkat
rendah

Daftar Pustaka
1. Abdullah, H. 2010, Skema Pembentukan
Batubara,
diakses
dari
http://achmadinblog.wordpress.com/2010/05
/21/pembentukan-batubara.html, pada 20
April 013
2. Aswati, N., 2011, Peningkatan Mutu
Batubara Peringkat Rendah Indonesia
Melalui Teknik Slury Dewatering, Skripsi,
Universitas Indonesia, Depok
3. Billah, M., 2010, Peningkatan Nilai Kalor
Batubara Peringkat Rendah Dengan
Menggunakan Minyak Tanah dan Minyak
Residu, Skripsi, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Press, Jawa Timur
4. Datin, F.U., Bukin, D., Peningkatan
Kualitas Batubara Peringkat Rendah
Dengan Teknologi Upgrading Brown Coal,
diakses
dari
http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang
.html, pada 20 April 2013
5. Hartiniati, 2010, Proses Peningkatan Mutu
Batubara
Muda
(Lignite)
Menjadi
Exportable Coal atau Batubara Layak
Ekspor, Laporan Akhir, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, Jakarta

6. Komariah, W.E., Peningkatan Kualitas
Batubara Indonesia Peringkat Rendah
Melalui Penghilangan Moisture Dengan
Pemanasan Gelombang Mikro, Tesis,
Universitas Indonesia, Depok
7. Nadzif, M.Y., 2010, Pra Rencana Pabrik
Minyak Pelumas Dari Minyak Pelumas
Bekas
Dengan
Metode
Distilasi
Hydrotreaitng, Tugas Akhir, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”, Jawa
Timur
8. Sukandarrumidi, 2004, Batubara dan
Gambut, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
9. Umar, D.F., 2010, Pengaruh Proses
Upgrading Terhadap Kualitas Batubara
Bunyu, Kalimantan Timur, Universitas
Diponegoro, Semarang
10. Yakub, A., 2006, Buku Pegangan Tentang
Kualitas Batubara, Bandung
11. _____, Sampling, Preparasi dan Analisa
Batubara, PT. Goeservices, Ltd
12. _____, (2006), Peralatan Termal : Bahan
Bakar dan Pembakaran, United Nations
Environmental Programmer
13. _____, 2011, Terminology of Coal Quality,
PT. Sucofindo

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80