Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dengan jawaban terbuka dan peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner diterima oleh peneliti sesuai dengan deadline yang telah disepakati sebelumnya. Dari sembilan sekolah dengan jumlah 70 guru. Sample yang kembali sebanyak 59 kuesioner dari sembilan sekolah.

B. Tingkat Pengembalian Kuesioner

Jumlah sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul sebanyak 70 guru dari 9 sekolah dasar. Peneliti mengambil sample sebanyak 59 guru dari kelas satu hingga kelas enam. Semua guru kelas sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupeten bantul bersedia mengisi kuesioner yang peneliti bagikan.Jumlah kuesioner yang peneliti bagikan sebanyak 70 buah dan kuesioner yang kembali diterima peneliti sebanyak 59 buah.Hal tersebut menjelaskan bahwa kuesioner kembali 84,28.

C. Hasil Penelitian

Peneliti membagikan kepada 70 guru di sembilan sekolah dasar inklusi yang ada di Wilayah Kabupaten Bantul. Kuesionser tersebut berisi 100 item pertanyaan yang bersifat terbuka. Dari 70 kuesioner yang peneliti bagikan ada 59 kuesioner yang kembali. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kembali kuesioner sangat tinggi yaitu 94,9. Data penyelenggaraan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dihitung dengan tiga tahap. Tahap pertama yaitu mencari kata kunci jawaban yang sama dari setiap item soal pertanyaan. Tahap kedua menjumlahkan ada berapa responden yang menjawab dengan jawaban yang sama dengan kata kunci yang sudah dicari. Tahap ketiga menghitung presentase yang telah menjawab jawaban yang sama. Presentase dihitung dengan membagi jumlah responden dengan jumlah kuesioner yang kembali dan dikalikan 100. Pada lampiran 1 tentang hasil kuesioner penyelenggaraan sekolah dasar iklusi di Wilayah Kabupaten Bantul menerangkan bahwa syarat penerimaan siswa baru yang paling dominan menggunakan usia, akte, lulus dari taman kanan-kanan TK, kartu keluarga dan foto dan paling rendah menggunakan foto kopi akta dan sistem kelas tuntas berkelanjutan SKTB. Sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan tidak menggunakan proses seleksi dalam menerima siswa baru tetapi, ada juga sekolah inklusi yang menggunakan akata sebagai salah satu syarat penerimaan siswa baru walaupun itu sangat sedikit. Proses seleksi yang digunakan sekolah inklusi yang paling dominan menggunakan seleksi umur dan yang paling rendah menggunakan akte sebagai salah satu proses seleksi siswa baru. Tipe berkebutuhan khusus yang diterima di sekolah inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul yang paling dominan adalah siswa berkebutuhan khusus tipe slow learner, low vision, dan tunagrahita dan ada juga yang menerima anak berkebutuhan khusus tipe hiperaktif, tunarungu dan wicara walaupun sangat sedikit. Kriteria anak berkebutuhan khusus yang dapat diterima di sekolah inklusi yang paling dominan tidak ada karena semua tipe anak berkebutuhan khusus diterima dan yang paling sedikit anak berkebutuhan khusus tipe slow leaner dan tunagrahita yang dapat diterima di sekolah inklusi. Untuk memenuhi sumber daya pendidik, yang paling dominan sekolah inklusi bekerjasama dengan guru pendamping khusus dan yang paling kecil dengan cara mengangkat guru wiata bakti. Proses seleksi untuk sumber daya pendidik yang paling dominan menggunakan lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan yang paling kecil menggunakan ijazah S1 dalam proses memenuhi sumber daya pendidik. Kualifikasi khusus dalam sumber daya pendidik yang paling dominan tidak ada karena sekolah menyediakan guru pendamping dari Sekolah Luar Biasa. Dalam memfasilitasi semua siswa yang paling dominan dengan cara menyediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dan yang paling kecil dengan cara memberikan layanan individual. Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah dasar inklusi yang paling dominan ada ruang kegiatan, koperasi sekolah, komputer, perpustakaan, ruang karawitan, lapangan voli, dan kamar mandi dan paling kecil di sekolah dasar inklusi hanya memfasilitasi buku ajar. Sekolah dasr inklusi dalam mefasilitasi anak berkebutuhan kusus yang paling dominan mendapatkan kualitas yang sama dan respon yang paling sedikit muncul adalah fasilitas tidak sama tetapi nilai sama. Sumber daya biaya yang didapatkan yang paling dominan dari dana Bantuan Operasional Sekolah Nasional, Bantuan Operasional Sekolah Daeah, Bantuan Operasional Sekolah Propinsi dan dari kabupaten serta yang paling kecil sumber daya biaya didapatkan dari POT. Pengelolaan sumber daya biaya yang paling dominan dikelola oleh bendahara sekolah dan dewan sekolah dan yang paling sedikit muncul dalam pengelolaan sumber daya biaya dilakukan dengan membuat rencana anggaran. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul tidak semua melibatkan wali siswa dalam sumber daya biaya, tetapi ada juga yang memberikan sumbangan sukarela kepada sekolah. Dalam pengelolaan sumber daya biaya yang paling dominan tidak ada keterlibatan dari pihak lain tetapi ada juga sekolah yang melibatkan dewan sekolah atau komite sekolah dalam pengelolaan sumber daya biaya. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dalam mengenali hambatan-hambatan anak berkebutuhan khusus, yang paling dominan dengan cara pengamatan di dalam kelas dan yang paling sedikit muncul dengan cara mencari siswa yang tidak mau menulis. Guru dalam melaksanakan identifikasi berdasarkan gejala-gejala yang nampak yang paling dominan dilakukan dengan cara pengamatan siswa saat belajar dan tingkah laku siswa kemudian dilaksanakan asesmen pada siswa dan yang paling sedikit muncul dengan cara bekerja sama dengan psikiater. Setelah memperoleh hasil dari identifikasi tipe anak cara guru yang paling dominan dilakukan dengan cara memberikan layanan sesuai kebutuhan dan paling seikit muncul dengan cara memberikan ruang dan guru tersendiri maksimal tiga kali dalam satu minggu. Sekolah dan guru di wilayah Kabupaten Bantul dalam menyadari tujuan dari pelaksanaan identifikasi paling dominan sudah menyadari, dengan memberikan waktu, kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan dan yang paling keci belum menyadari sepenuhnya dan mendatangkan guru sekolah luar biasa untuk mengidentifikasi. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan belum memiliki tim pengembang kurikulum dan paling sedikit muncul sudah memiliki tim pengembang kurikulum dengan menggunakan kurikulum terintegrasi. Kurikulum yang paling dominan digunakan adalah kurikulum 2013, kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP 2006 dan yang paling kecil hanya enggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP 2006. Guru di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul sudah memahami prinsip pendidikan inklusi yang paling sedikit muncul guru belum memahami prinsip pendidikan inklusi. Kurikulum yang saudah dibuat paling dominan sudah sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik anak berkebutuhan khusus dan paling sedikit hanya menyesuaikan kopetensi dasar untuk anak berkebutuhan khusus. Komponen kurikulum yang digunakan guru paling dominan sudah memenuhi tujuan, isimateri, proses, evaluasi dan paling kecil hanya sebagian saja atau baru beberapa komponen. Modifikasi kurikulum di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan sudah memperhatikan pemberiaan program khusus untuk siswa berkebutuhan khusus dengan memodifikasi silabus, rancangan pembelajaran, materi, indikator dan evaluasi. Sementara, respon yang paling sedikit mucul hanya proses pemberian program khusus dengan cara menjadikan anak yang berkebutuhan khusus dalam satu kelas dan diberi keterampilan. Kurikulum yang ada di sekolah dasar inklusi paling dominan sudah fleksibel dengan menyesuaikan kondisi siswa yang berkebutuhan khusus dan yang paling kecil hanya pelaksanaannya yang sudah menyesuaikan dengan kondisi siwa yang berkebutuhan khusus. Guru dalam merancang sistem pembelajaran yang kreatif dan aktif yang paling dominan dengan cara membuat rancangan pembelajaran dengan metode cooperative , pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan PAKEM, menggunakan media yang menarik dan melibatkan siswa dan yang paling kecil dengan mengubah isi pembelajaran dengan lagu. Sistem penyusunan atau modifikasi di sekolah inklusi yang paling dominan sudah mempertimbangkan keragaman latar belakang siswa dan yang paling kecil sekolah baru berusaha menerima keberagaman siswa. Sistem penyususnan modifikasi kurikulum paling dominan sudah mengakomodasi keberagaman siswa dan paling kecil hanya menyederhanakan materi bagi anak berkebutuhan khusus. Penyusunan perencanaan pembelajaran sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dan paling kecil sudah, tetapi belum semua. Proses penyusunan perencanaan pembelajaran bagi siswa yang paling dominan disesuaikan dengan silabus dan yang paling kecil dibuat di gugus. Proses pembelajaran yang paling dominan sudah berpusat pada siswa dan paling kecil proses pembelajaran tidak harus selalu berpusat padan siswa. Penyusunan rencana pembelajaran antara anak berkebutuhan khusus dengan yang tidak berkebutuhan khusus yang paling dominan disesuaikan dengan penyusunan rancangan pembelajaran, indikator yang berbeda lebih mudah atau lebih ringan untuk anak berkebutuhan khusus dan yang paling kecil guru hanya memberikan dispensasi bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Bahan ajar yang digunakan sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul yang paling dominan sudah memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dan yang paling kecil sekolah memberikan buku tematik kepada siswa. Bahan ajar yang digunakan paling dominan sudah memenuhi aspek ketrampilan melalui pembelajaran praktek dan yang paling sedikit muncul bahan ajar sebagian sudah memenuhi aspek ketrampilan. Bahan ajar yang digunakan paling dominan sudah memenuhi aspek sikap dengan cara memberikan contoh gambar tata tertib, nilai karakter budaya, memberikan contoh sikap yang baik dalam kehidupan dan yang paling kecil hanya sebagian yang sudah memenuhi aspek sikap. Cara menyampaikan materi pembelajaran yang dominan guru lakukan dengan cara klasikal tidak ada perbedaan dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusus dan yang paling sedikit muncul guru hanya memberikan jam tambahan bagi siswa yang tertinggal dalam penguasaan materi. Strategi yang digunakan guru yang paling dominan adalah dengan menggunakan media yang menarik, menyenangkan, diskusi dan memotivasi siswa dan respon yang paling sedikit muncul guru melakukan kegiatan di luar kelas dan game. Guru dalam menyediakan suasana pembelajaran efektif dan kondusif yang paling dominan guru membuat pembelajaran menarik dan menyenangkan dan yang paling kecil guru mengajak siswa untuk bernyanyi bersama. Pendekatan yang digunakan guru yang paling dominan menggunakan pendekatan klasikal dan individual dalam menyampaikan meteri dan yang paling sedikit muncul guru memberikan contoh secara berulang-ulang supaya siswa yang berkebutuhan khusus mudah memahami materi. Penataan ruang kelas di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul yang paling dominan siswa yang berkebutuhan khusus ditempatkan di depan dan yang paling sedikit muncul guru meminta siswa menghadap kedepan. Pencahayaan di dalam kelas yang paling dominan sudah cukup sehingga siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dan yang paling kecil pencahayaan menggunakan jendela dan jika mendung menggunakan lampu yang ada di dalam kelas. Desain dinding kelas inklusi yang paling dominan digunakan untuk menempel gambar hasil karya siswa dan respon yang paling sedikit uncul dinding dibuat dari tembok dan ditutup menggunakan papan bener panjang. Desain lantai di sekolah dasar inklusi yang paling dominan digunakan masih biasa menggunakan keramik dan belum ada untuk siswa yang berkebutuhan khusus dan respon yang paling jarang muncul lantai sudah mulai disesuaikan dengan kondisis siswa agar siswa merasa nyaman. Ruangan yang digunakan untuk menyimpan media pembelajaran yang paling dominan digunakan berada di ruang laboratorium dan yang jarang digunakan berada di ruang kelas. Pengaturan kelompok yang paling sering digunakan dalam sekolah dasar inklusi adalah pengelompokan yang dibuat dengan mengacak siswa dan yang paling jarang digunakan dengan cara mengelompokan siswa yang sama. Guru dalam membagi kelompok dan mengatur siswa paling dominan dengan pembagian kelompok disesuaikan dengann kebutuhan kelompok dan paling sedikit menggunakan kelompok perdusun. Keuntungan dan kerugian dalam bekerja sama kelompok besar yang paling dominan siswa dapat berkomunikasi dengan banyak teman dan kerugiannya kurang efektif dalam memecahkan masalah karena kurangnya waktu dan respon yang paling sedikit karena kurang efektif. Keuntungan dan kerugian kelompok kecil yang paling dominan adalah lebih intensif dan kekurangannya siswa hanya bekerjasama dengan sedikit teman dan respon yang paling sedikit keuntungan dan kerugian bekerja dalam kelompok kecil siswa tidak ramai tetapi tugas tidak selesai. Dalam pengajaran yang lebih efisien yang paling dominan adalah kelompok kecil dan yang kurang efektif kelompok besar. Upaya pengumpulan informasi yang dilakukan sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul yang paling dominan dengan melakukan asesmen dan yang jarang dilakukan melalui rapat pertemuan orang tua dan siswa sendiri. Kontribusi guru dalam proses asessmen pada pengambilan keputusan yang paling dominan dengan cara menentukan siswa yang dicurigai berkebutuhan khusus dengan melihat enam ranah penting pengambilan keputusan screening, diagnosis, penempatan program, penempatan kurikulum, evaluasi pengajaran, dan evaluasi program dan repon yang paling sedikit muncul dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan mengundang pakar ahli untuk menindak lanjuti. Alat ukur yang digunakan guru untuk mengambil keputusan yang paling dominan dengan adanya asessmen dari psikologi, agar dalam pengambilan keputusan lebih optimal dalam menentukan siswa yang berkebutuhan kushus dan alat ukur yang jarang dilakukan dengan cara penilaian dan evaluasi. Cara menggunakan alat ukur untuk mengidentifikasi adanya kondisi disabilitas yang paling dominan dilakukan dengan asesmen agar guru dapat menentukan kebutuhan yang sesuai dengan anak dan yang paling sedikit digunakan melalui pengamatan serta dilakukan oleh pihak lain. Peran guru pendidikan umum dalam melaksanakan asessmen yang dominan dengan observasi, praktek, mengamati, dan mengevaluasi. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan selalu menggunakan tes screening atau tes penyaringan untuk mengetahui siswa berkebutuhan khusus atau tidak dan ada juga yang menggunakan pengamatan untuk mengetahui siswa berkebutuhan khusus atau tidak walupun itu sangat jarang digunakan. Tes screening dilakukan oleh guru yang paling dominan untuk mengetahui bahwa siswa tersebut berkebutuhan khusus dan untuk mengetahui secara spesifik kebutuhanya tersebut dan ada pula yang menggunakan tes screening agar ujian siswa tercapai dengan baik. Proses pelaksanaan tes screening yang dilakukan sekolah dasar inklusi yang paling dominan dengan melakukan identivikasi dan asesmen dan yang paling sedikit dilakukan dengan meminta lembaga lain untuk melakukan tes screenig. Tes screening yang paling sering dilakukan yaitu tes psikotes satu kali dan tiga kali observasi bahkan ada juga yang tidak pasti melakukan tes screening walaupun itu sangat sedikit yang melakukan. Proses tes screening yang dominan dilakukan dengan didampingi oleh tenaga profesional dan sedikit dilakuakan tanpa adanya dampingan dari tenaga profesional. Proses tes diagnosis yang dominan dilakukan dengan cara pengamatan dan wawancara orang tua dan surat keterangan dari dokter tentang kaeadaan siswa dan proses diagnosis yang kemungkinan kecil dilakukan melalui observasi selama kegitan belajar mengajar dan memberi pertanyaan aktif. Sekolah dasar inklusi perlu melakukan tes diagnosis dengan tujuan yang dominan untuk menentukan jenis layanan yang akan diberikan kepada siswa yang berkebutuhan khusus dan yang paling sedikit mengapa tes diagnosis perlu dilakukan untuk mengetahui hasil yang sebenarnya bahwa memang ada siswa yang berkebutuhan khusus. Tindakan selanjutnya yang dominan dilakukan setelah dilaksanakan tes diagnosis adalah dengan memberikan pelayanan khusus sesuai kebutuhan dan yang sedikit dilakukan oleh guru setelah tes diagnosis adalah meminta siswa yang berkebutuhan khusus duduk paling depan. Penyampaian hasil diagnosis kepada orang tua yang paling dominan dilakukan oleh guru dengan cara mengundang atau memanggil orang tua ke sekolah dan memberikan penjelasan kepada mereka. Sekolah dasar inklusi di Wilayah Kabupaten Bantul dalam melakukan penempatan program berdasarkan dengan ranah tempat berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang paling dominan program siswa berkebutuhan khusus dalam penempatannya dicampur dengan kelas reguler dan ada juga yang setiap satu minggu sekali dibedakan dalam satu kelas meskipun jarang dilakukan. Sistem penempatan program untuk siswa yang berkebutuhan khusus yang dominan dilakukan bersamaan dengan siswa yang tidak berkebutuhan khusu dan yang paling sedikit dilakukan dengan memperhatikan program siswa berkebutuhan khusus. Batuan dari tenaga ahli dalam sistem penempatan program disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan terkadang dengan melakukan konsultasi dan pembinaan. Penempatan kurikulum yang dilaksanakan sekolah dasar inklusi yang paling dominan dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan menggunakan kurikulum 2013 untuk reguler, dan kurikulum khusus untuk siswa yang berkebutuhan khusus, ada juga yang menggunakan kurikulum yang sama antara siswa berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus hanya saja dalam proses pelaksanaannya fleksibel bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Penempatan kurikulum untuk siswa yang berkebutuhan khusus yang paling dominan dengan cara menyesuaikan dengan kondisi siswa yang berkebutuhan khusus karena masing-masing siswa berbeda kemampuannya dan paling sedikit penempatan kurikulum sebagai acuan proses belajar. Evaluasi pengajaran bagi siswa yang berkebutuhan khusus yang dominan dilakukan dengan menurunkan bobot indikator sehingga nilai sama dengan siswa reguler dan yang paling kecil dilakukan dengan memperbaiki sesuai kebutuhan siswa. Menindaklanjuti dari hasil evaluasi, hal atau cara yang dominan dilakukan oleh guru dengan mengadakan remidial dan pengayaan materi dan yang paling kecil dilakukan dengan melakukan analisis. Guru di sekolah inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling banyak sudah pernah mengubah prosedur pengajaran dengan menyesuaikan kondisi siswa dan yang paling kecil guru sama sekali tidak pernah mengubah prosedur pengajaran. Guru dalam mengubah prosedur pengajaran dengan cara yang paling sering dilakukan dengan menyesuaikan kondisi siswa dan yang paling sedikit dengan cara yang dilakukan hanya mengembangkan prosedur pengajarannya saja. Di sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Bantul paling dominan selalu melakukan evaluasi program untuk menghentikan, melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan untuk siswa berkebutuhan khusus dan respon yang sedikit muncul belum semua evaluasi program sekolah telah terlaksana. Evaluasi program untuk siswa yang berkebutuhan khusus di sekolah paling dominan dilakukan evaluasi sebagai tindak lanjut dan yang kecil dilakukan dengan menggunakan tes sebagai evaluasi program. Guru paling dominan menerapkan target sesui indikator yang akan dicapai dalam menerapkan target untuk evaluasi program dan yang paling sedikit muncul target atau patokan yang dilakukan guru belum semua dapat terlaksana dengan baik. Patokan yang diterapkan terkait dengan evaluasi program yang dominan dengan menentukan target menurut kemampuan siswa dan repon yang paling sedikit muncul dengan cara menyamakan patokan siswa yang berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus. Media pembelajaran di sekolah dasar inklusi yang paling dominan sudah disusun dan dirancang berdasarkan kebutuhan siswa dan yang paling kecil media pembelajaran hanya merancang untuk siswa yang berkebutuhan khusus. Penggunaan media di sekolah dasar inklusi paling dominan sudah membantu seluruh siswa dalam memehami materi dan hasilnya meningkat dan paling kecil melibatkan siswa secara langsung. Proses pembuatan media pembelajaran yang dominan dilakukan dengan membuat media di sekolah serta disesuaikan dengan materi dan kebutuhan dan yang paling kecil media yang ada di sekolah kurang memadai. Hasil yang didapatkan dari penggunaan media pembelajaran yang paling dominan belum sesuai dengan harapan seharusnya dan yang paling kecil hasil yang diharapkan berbeda-beda sesaui dengan materi. Proses pemilihan media yang dominan dilakukan dengan menyesuaikan materi dan alokasi waktu serta kebutuhan siswa dan repon yang paling sedikit muncul proses pemilihan media dilakukan dengan pemilihan media yang sesuai dengan lingkungan sekolah. Penyediaan dan pembuatan media yang dominan sudah menyediakan dan membuat media dengan maksimal dan repon yang paling sedikit muncul sekolah belum menyediakan dan membuat media secara maksimal. Patokan atau dasar yang digunakan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang paling dominan menggunakan kemampuan siswa, daya dukung dan hambatan yang dialami dan patokan atau dasar yang paling kecil digunakan dengan rapat kelulusan karena itu adalah otonomi sekolah. Cara menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang paling dominan dilakukan melalui rapat kepala sekolah dan guru serta yang paling sedikit dilakukan dalam menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dengan cara menghitung materi setiap kopetensi dasar KD kemudian diakumulasikan. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM untuk siswa yang berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus yang paling dominan ada perbedaan dan repon yang paling sedikit muncul Kriteria Ketuntasan Minimal KKM disamakan dengan siswa yang tidak berkebutuhan khsus. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM setiap siswa berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus berbeda karena tingkat berpikir siswa tersebut berbeda-beda dan alasan yang membedakan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM supaya ada rasa keadilan IQ yang tinggi dan yang rendah. Respon terkait peningnya mengidentifikai aspek-aspek yang akan dievaluasi yang paling dominan adalah supaya dapat membedakan angka kesulitan dan angka kemudahan. Respon yang paling sedikit muncul agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru mengidentifikasi aspek-aspek yang akan dievaluasi paling dominan dengan menggunakan pengamatan standar kopetensi SK dan kopetensi dasar KD dan asesmen dan yang paling sedikit muncul dilakukan menggunakan kisi-kisi. Pertimbangan-pertimbangan yang dominan dalam mengevaluasi pembelajaran dengan cara tes dan nontes dan yang paling sedikit muncul menggunakan pertimbangan formatif. Penilaian yang dilakukan berlaku untuk semua siswa yang berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan khusus ada beberapa guru yang membedakan antara siswa berkebutuhan khusus dan yang tidak berkebutuhan khusus. Perlunya guru melakukan kegiatan evaluasi yang paling dominan untuk mengukur kemampuan yang telah dicapai siswa dan yang paling sdikit muncul untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi yang diberikan. Kegiatan evaluasi yang paling dominan dilakukan hampir setiap hari akhir kegiatan belajar mengajar dan yang sedikit dilakukan setelah standar kopetensi SK selesai. Tindakan selanjutnya jika sudah mengetahui hasil dari kegiatan evaluasi yang paling dominan guru mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dan yang paling sedikit dilakukan oleh guru dengan cara mengevaluasi pembelajaran yang sudah diberikan kepada siswa. Kegiatan evaluasi paling dominan dilakukan oleh siswa, guru dan kepala sekolah namun ada juga yang melibatkan orang tua siswa dalam kegiatan evaluasi. Peran serta orang tua dalam kegiatan evaluasi yang dominan membantu siswa belajar di rumah dan yang kemungkinan kecil dilakukan mengoreksi kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Manfaat kegiatan evaluasi yang dominan untuk mengetahui kemajuan belajar dan memotivasi siswa dan yang paling kecil dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor. Manfaat efaluasi bagi siswa yang dominan untuk mengoptimalkan kemampuan yang ada pada siswa yang berkebutuhan khusus dan manfaat yang kecil bagi siswa berkebutuhan khusus untuk mengacu kemandirian. Pelaksanaan evaluasi untuk siswa yang berkebutuhan khusus yang dilakukan guru paling dominan dengan cara melakukan tes lisan dan praktek dan yang kecil dilakukan guru dengan pendampingan secara individual.

D. Pembahasan