1
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Governance merupakan penentu keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan fungsinya pada entitas institusional baik pada organisasi swasta
maupun sektor publik Monks dan Minow, 2004; Smismans, 2006. Implementasi governance di sektor publik seharusnya didahului dengan implementasi reformasi
birokrasi, sebab reformasi birokrasi adalah salah satu langkah strategis dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang lebih baik Mustopadidjaja, 2001; Prasojo
dan Teguh, 2008. Masyarakat menilai kesuksesan kinerja sektor publik dari pelayanan yang mereka dapatkan, ketika mereka mendapatkan pelayanan yang
lebih baik maka mereka menilai bahwa kinerja pemerintah baik dan sebaliknya Mardiasmo et al., 2008.
Sejak diberlakukannya Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010
– 2025, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mulai melakukan reformasi birokrasi, begitu juga dengan Balai Pendidikan dan
Pelatihan Industri sebagai unit kerja di daerah. Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri atau Balai Diklat Industri merupakan unit kerja pada Kementerian
Perindustrian yang berhubungan langsung dengan kepentingan publik, sehingga Balai Diklat Industri dituntut untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan
pelanggan atau publik dalam rangka membangun citra dan kepercayaan publik pada organisasi pemerintah Nurdin, 2011.
Berdasarkan Peraturan Sekjen Kementerian Perindustrian Nomor: 9SJ- INDPer102012 tentang Reposisi Pengembangan Unit Pendidikan dan Balai
Diklat Industri di Lingkungan Kementerian Perindustrian, Balai Diklat Industri melakukan reposisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan terhadap sumber daya
manusia SDM industri yang kompeten. Peran Balai Diklat Industri yang selama ini bersifat regional dan masih banyak melakukan pelatihan terhadap aparatur atau
pegawai negeri sipil PNS, diharapkan dapat dikembangkan menjadi pusat pendidikan dan pelatihan bagi industri kecil menengah IKM secara nasional
dengan kompetensi atau spesialisasi teknis tertentu. Alasan mengapa reposisi lembaga pendidikan dan pelatihan industri menjadi
semakin penting untuk dilakukan antara lain: perubahan yang cepat akibat globalisasi dan perdagangan bebas, khususnya dalam kompetensi SDM industri,
tuntutan pembangunan ekonomi dan akselerasi industrialisasi untuk menyiapkan tenaga kerja sektor industri yang terampil dan siap pakai dan peningkatan kualitas
produk maupun jasa. Reposisi Balai Diklat Industri merupakan rencana besar berjangka waktu panjang bagi pembangunan industri nasional yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan Pusdiklat, 2012. Reposisi Balai Diklat Industri ditandai dengan perubahan struktur organisasi, perubahan dan penambahan
tugas pokok dan fungsi serta perluasan area pelayanan. Perubahan lingkungan yang cepat memaksa organisasi untuk selalu
beradaptasi guna kelangsungan hidupnya dan menjadi dinamika kehidupan organisasi sehari-hari Bolognese, 2002. Organisasi seringkali perlu melakukan
perubahan terhadap metode kerja, kebijakan dan prosedur untuk dapat bertahan
dalam persaingan Seppälä et al., 2012. Reformasi birokrasi dan reposisi Balai Diklat Industri seperti yang dijelaskan sebelumnya merupakan langkah organisasi
dalam rangka membenahi diri menuju organisasi yang lebih efektif. Reformasi birokrasi sebagaimana saat ini sedang dijalankan di berbagai
instansi pemerintahan termasuk di Balai Diklat Industri, peran Organizational Citizenship Behavior OCB dianggap vital dan sangat menentukan kinerja
organisasi. OCB menjadi karakteristik individu yang tidak hanya mencakup kemampuan dan kemauannya mengerjakan tugas pokoknya saja namun juga mau
melakukan tugas ekstra seperti kehendak untuk melaksanakan kerjasama dengan pegawai lainnya, suka menolong, memberikan saran, berpartisipasi secara aktif,
memberikan pelayanan ekstra kepada pengguna layanan, serta mau menggunakan waktu kerjanya dengan efektif Darto, 2014. Podsakoff et al. 2000 menyatakan
bahwa OCB dapat mempengaruhi keefektifan organisasi, karena OCB dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan lingkungan bisnisnya. Purba dan Seniati 2004 serta Prihatsanti dan Dewi 2010 menyatakan
bahwa, perubahan organisasi yang lebih baik mengarah pada kemampuan anggota organisasi dapat bekerja sebagai tim, namun pada kenyataannya tidak semua orang
mampu bekerja sebagai anggota tim. Individu perlu memiliki keterampilan untuk dapat bekerja dalam tim seperti komunikasi, kemampuan berperan serta dalam
seluruh aktivitas tim. Keterampilan-keterampilan interpersonal hanya dapat ditampilkan oleh individu yang peduli terhadap individu yang lain dan berusaha
menampilkan yang terbaik jauh melebihi yang diprasyaratkan dalam pekerjaannya, dengan kata lain individu tersebut menampilkan perilaku extra-role.
Perilaku extra-role adalah perilaku dalam bekerja yang tidak terdapat pada deskripsi kerja formal karyawan tetapi sangat dihargai jika ditampilkan karyawan
karena meningkatkan efektivitas dan kelangsungan hidup organisasi Katz, 1964. Kinerja maksimal merupakan tuntutan organisasi yang ditunjukkan tidak hanya
melalui perilaku in-role tapi juga extra-role yang disebut juga sebagai Organizational Citizenship Behavior OCB, dengan demikian penting kiranya
sebuah organisasi dapat merangsang terbentuknya OCB, karena tanpa OCB sebuah organisasi akan berjalan kurang sempurna dalam mencapai visi dan misinya atau
bahkan dapat mengganggu kelancaran jalannya organisasi. Kinerja Balai Diklat Industri semakin membaik sejak diberlakukannya
reformasi birokrasi, walaupun belum sesuai dengan yang diharapkan. Data evaluasi kinerja pegawai dari Biro Kepegawaian Kementerian Perindustrian RI
menunjukkan, masih terdapat pegawai yang memiliki rata-rata jam kerja kurang dari 7,5 jam per hari yaitu sebanyak 18 dan masih banyak pegawai yang memiliki
rata-rata jam masuk kerja kurang dari 7.30 yaitu sebanyak 32, selain itu terdapat 2 orang pegawai yang tidak masuk tanpa keterangan yang sah lebih dari 10 hari di
lingkungan Balai Diklat Industri pada tahun 2014, masing – masing 1 orang di
Balai Diklat Industri Denpasar dan 1 orang di Balai Diklat Industri Makassar Ropeg, 2014. Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa pegawai yang
mengobrol dengan teman kerja di luar tema pekerjaan atau melakukan kegiatan lainnya yang tidak berkaitan dengan pekerjaan seperti melakukan kegiatan untuk
kepentingan pribadi, kegiatan yang berhubungan dengan dunia mayainternet, bahkan ada yang hanya bersantai-santai saja pada saat jam kerja. Data tersebut
menunjukkan masih adanya sikap tidak disiplin dan kooperatif pegawai terhadap peraturan organisasi, dimana sikap disiplin dan kooperatif merupakan indikasi
terciptanya OCB yang mewakili dimensi conscientiousnes yakni dengan indikatornya adalah efisiensi penggunaan waktu dan melebihi prasyarat minimum
Ahmed et al., 2012. Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan rendahnya tingkat OCB di Balai Diklat Industri, oleh karena itu perlu kiranya dicari akar
permasalahan penyebab rendahnya tingkat OCB di Balai Diklat Industri. Organ et al. 2006:8 mendefinisikan OCB sebagai perilaku individual yang
bersifat bebas discretionary, yang tidak secara langsung dan eksplisit mendapat penghargaan dari sistem imbalan formal, dan yang secara keseluruhan agregat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas fungsi-fungsi organisasi. OCB bersifat bebas dan sukarela karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau
deskripsi jabatan yang secara jelas dituntut berdasarkan kontrak dengan organisasi, melainkan sebagai pilihan personal. OCB merupakan perilaku positif orang-orang
yang ada dalam organisasi, yang terekspresikan dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja.
OCB memberikan dampak positif tidak hanya bagi pegawai itu sendiri tetapi juga memberikan kontribusi pada organisasi lebih daripada apa yang dituntut secara
formal oleh organisasi tersebut. Organisasi yang sukses memiliki karyawan yang melampaui tanggung jawab pada pekerjaan formal dan bebas memberikan waktu
dan energi mereka untuk berhasil dalam pekerjaan yang ditugaskan. Perilaku
tersebut tidak ditentukan, namun memberikan kontribusi terhadap kelancaran fungsi organisasi. Organisasi tidak bisa bertahan atau makmur tanpa anggotanya
yang berperilaku sebagai warga yang baik dan terlibat dalam segala macam perilaku positif, karena pentingnya perilaku ini, para ahli organisasi memprioritaskan untuk
memahami dan meneliti perilaku OCB Jahangir et al., 2004. Menurut Podsakoff et al. 2000, OCB mempengaruhi keefektifan organisasi.
Individu yang memberi kontribusi pada keefektifan organisasi dengan melakukan hal di luar tugas atau peran utama mereka adalah aset bagi organisasi Luthans,
2006:253. Robbins dan Judge 2013:27 mengemukakan bahwa organisasi yang sukses membutuhkan karyawan yang bersedia melakukan tugas yang tidak
tercantum dalam deskripsi pekerjaan mereka, yang akan memberikan kinerja melebihi harapan.
Organisasi membutuhkan karyawan yang memperlihatkan perilaku OCB, seperti membantu individu lain dalam tim, mengajukan diri untuk melakukan
pekerjaan ekstra, menghindari konflik yang tidak perlu, mematuhi peraturan serta mentoleransi gangguan terkait pekerjaan Robbins dan Judge, 2013:27. Menurut
Shweta dan Srirang 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi OCB yaitu: disposisi individu dan motif individu, kohesivitas kelompok, sikap pegawai komitmen
organisasi dan kepuasan kerja, kepemimpinan transformasional dan keadilan organisasi.
Keefektifan peran seorang pemimpin sangatlah diperlukan agar perilaku ekstra peran atau OCB para pegawai ditunjukkan dengan baik. Kualitas dari
pemimpin merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan
organisasi. Ismail et al. 2011 menyatakan bahwa pada era persaingan global, banyak organisasi menggeser paradigma gaya kepemimpinan mereka dari
kepemimpinan transaksional ke kepemimpinan transformasional sebagai cara untuk mencapai strategi dan tujuan. Gaya kepemimpinan transformasional sesuai
dengan lingkungan organisasi yang dinamis Ismail et al., 2011. Kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau budaya apapun Yukl,
2010:306. Program reformasi birokrasi dan reposisi yang dilakukan oleh Balai Diklat
Industri merupakan satu bentuk transformasi organisasi. Salah satu pilar penting dalam transformasi organisasi adalah faktor kepemimpinan. Perubahan yang
dilakukan dalam transformasi organisasi banyak ditentukan oleh peran yang dijalankan oleh pemimpinnya. Gaya kepemimpinan yang cukup banyak diterima
dan terbukti mampu melahirkan proses transformasi adalah tipe atau gaya kepemimpinan transformasional Asmoko, 2015
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengesampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan
organisasi dan memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. Pemimpin transformasional menaruh perhatian terhadap kebutuhan pengembangan
diri para pengikutnya, mengubah kesadaran para pengikut atas isu-isu yang ada dengan cara membantu orang lain memandang masalah lama dengan cara yang
baru, serta mampu menyenangkan hati dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras guna mencapai tujuan-tujuan bersama Robbins dan Judge,
2013:382. Pemimpin transformasional dapat mendorong pegawai untuk bekerja
lebih keras, meningkatkan produktifitas, memiliki moril kerja serta kepuasan kerja yang lebih tinggi, meningkatkan efektifitas organisasi, meminimalkan perputaran
pegawai, menurunkan tingkat ketidakhadiran, dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara organisasional yang lebih tinggi Robbins dan Judge,
2013:382. Bennis dan Nanus 1985, menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah
orang yang mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya. Kepercayaan dan kesetiaan kepada pemimpin memainkan peran penting dalam model kepemimpinan
transformasional Boal dan Bryson, 1988. Yukl 1989 menyatakan bahwa, salah satu alasan utama mengapa pengikut termotivasi oleh pemimpin transformasional
untuk tampil melampaui harapan adalah bahwa pengikut percaya dan menghormati pemimpinnya, dengan demikian kepercayaan dipandang memainkan peran mediasi
penting dalam hubungan antara kepemimpinan transformasional dan OCB, hal yang sama juga diungkapkan oleh Podsakoff et al., 1990 dan Goodwin et al., 2011.
Instansi pemerintah umumnya belum memiliki kompetensi yang jelas pada suatu jabatan, sehingga penunjukan seorang pejabat tidak didasarkan pada suatu
kompetensi, melainkan berdasarkan daftar urut kepangkatan DUK, begitu pula yang terjadi di Balai Diklat Industri. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya
kemungkinan pejabat yang ditunjuk tidak memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman ataupun kemampuan yang mendukung pekerjaan pada jabatan yang
didudukinya. Hal tersebut mengakibatkan kepercayaan bawahan terhadap atasan menjadi rendah.
Mahdi 2008:160 menyatakan, kepercayaan terhadap atasan adalah sikap tidak ragu-ragu dari seorang karyawan kepada atasannya atas kebijakan yang
dilakukan atasan tersebut, atasan membangun kontak-kontak hubungan dengan karyawan dan memenuhi persepsi mereka tentang kewajiban organisasi. Kontak
tersebut sedemikian seringnya sehingga terjalin kepercayaan yang kuat dari bawahan mereka. Podsakoff et al., 1990 menyatakan, kepercayaan kepada
pemimpin adalah tingkat keyakinan dan loyalitas kepada pemimpin. Mediator potensial lain dari dampak perilaku pemimpin transformasional
terhadap perilaku ekstra peran atau OCB adalah kepuasan karyawan. Moorman et al. 1993, MacKenzie et al. 1998, Murphy et al. 2002, Mohammad et al. 2011
telah mengkaji penelitian empiris yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan faktor penentu penting dari perilaku ekstra peran OCB,
selain itu, Podsakoff et al. 1990 menyatakan bahwa hampir semua penelitian kepemimpinan transformasional mendalilkan bahwa pemimpin transformasional
meningkatkan sikap kerja dan kepuasan pengikut, sehingga kepuasan muncul sebagai mediator potensi dampak perilaku pemimpin transformasional terhadap
kinerja ekstra peran pengikut. Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya Robbins dan Judge, 2013:74. Meningkatnya kepuasan kerja yang dirasakan para pegawai
mempengaruhi perilakunya dalam kondisi kerja sehari-hari. Perubahan perilaku tersebut menunjukkan ciri-ciri yang terdapat dalam komponen OCB yang
dikemukakan oleh Organ et al.2006:17-18.
Barbuto 2005 menyatakan bahwa pengikut pemimpin transformasional memiliki rasa kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan rasa hormat terhadap
pemimpin dan termotivasi untuk melakukan perilaku ekstra peran atau OCB. Lamidi 2008 menemukan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai
pengaruh langsung yang signifikan dan positif terhadap OCB dan komitmen organisasional. Penelitian yang dilakukan oleh Nguni 2005 pada sekolah-sekolah
dasar dan sekolah menengah di Tanzania menunjukkan pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja, komitmen
organisasi dan perilaku OCB dari para guru. Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap OCB adalah tidak
langsung, dimediasi oleh kepercayaan terhadap atasan pengikut Podsakoff et al., 1990. Arnold et al. 2001 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional
dalam tim merupakan cara yang lebih efektif untuk mendorong terbentuknya kepercayaan , komitmen dan keberhasilan tim. Kepercayaan ditemukan memediasi
penuh hubungan antara perilaku kepemimpinan transformasional dan OCB, kinerja dan komitmen afektif Goodwin et al., 2011.
Ratnawati dan Amri 2013 menemukan bahwa, keadilan organisasional dan kepercayaan pada atasan berpengaruh positif terhadap organizational citizenship
behavior OCB pada PNS di lingkungan Kodam Iskandar Muda Banda Aceh. Kepercayaan kepada supervisor berhubungan positif signifikan dengan OCB
Konovsky dan Pugh, 1994, demikian juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryee et al. 2002 menunjukkan bahwa kepercayaan kepada
supervisor berhubungan positif dengan OCB individu dan OCB organisasi.
Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasional, berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yang 2012. Zahari dan Shurbagi 2012 menunjukkan bahwa hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja adalah
hubungan positif yang signifikan. Al-Swidi et al. 2012 menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional telah terbukti memiliki efek signifikan pada
kepuasan kerja karyawan melalui peningkatan pemberdayaan karyawan. Hasil studi yang dilakukan oleh MacKenzie et al. 1998 menunjukkan bahwa
kepuasan kerja memotivasi karyawan untuk melakukan OCB secara sukarela. Menurut Robbins dan Judge 2013:84, kepuasan kerja seharusnya menjadi faktor
penentu utama dari perilaku kewargaan organisasi organizational citizenship behavior-OCB seorang karyawan. Karyawan yang puas tampaknya cenderung
berbicara secara positif tentang organisasi, membantu individu lain, dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka, selain itu, karyawan yang puas lebih
mudah berbuat lebih dalam pekerjaan karena mereka ingin merespons pengalaman positif mereka. Penelitian menunjukkan pekerja yang puas lebih cenderung
bertahan bekerja untuk organisasi. Pekerja yang puas juga cenderung terlibat dalam perilaku organisasi yang melampaui deskripsi tugas dan peran mereka, serta
membantu mengurangi beban kerja dan tingkat stres anggota lain dalam organisasi. Pekerja yang tidak puas cenderung bersikap menentang dalam hubungannya
dengan kepemimpinan dan terlibat dalam berbagai perilaku yang kontraproduktif. Hasil penelitian Huang et al. 2012 pada perawat di rumah sakit Taiwan
menunjukkan bahwa rumah sakit dapat meningkatkan OCB karyawan dengan
mempengaruhi kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Jahangir et al. 2004 menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan berpengaruh
terhadap OCB karyawan. Krishnan et al. 2009 membuktikan bahwa, baik kepuasan kerja intrinsik maupun kepuasan kerja ekstrinsik berpengaruh positif
terhadap OCB staf. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini menguji dan menganalisis
pengaruh langsung kepemimpinan transformasional terhadap OCB, maupun pengaruh tidak langsung yang dimediasi oleh kepercayaan kepada pemimpin dan
kepuasan kerja, dengan subjek penelitian adalah pegawai tetap pada Balai Diklat
Industri Kementerian Perindustrian Republik Indonesia RI. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
1 Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap OCB pegawai
tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI? 2
Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kepercayaan kepada atasan pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian
RI? 3
Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI?
4 Apakah kepercayaan kepada atasan berpengaruh terhadap OCB pegawai tetap
Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI?
5 Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat
Industri Kementerian Perindustrian RI? 6
Apakah kepercayaan kepada atasan menjadi mediator pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri
Kementerian Perindustrian RI? 7
Apakah kepuasan kerja menjadi mediator pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri
Kementerian Perindustrian RI?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1
Membahas pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI.
2 Membahas pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepercayaan
kepada atasan pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI
3 Membahas pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja
pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI 4
Membahas pengaruh kepercayaan kepada atasan terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI
5 Membahas pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat
Industri Kementerian Perindustrian RI
6 Membahas peran kepercayaan kepada atasan sebagai mediator pengaruh
kepemimpinan transformasional terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI.
7 Membahas peran kepuasan kerja sebagai mediator pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap OCB pegawai tetap Balai Diklat Industri Kementerian Perindustrian RI.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : 1
Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang manajemen sumber daya manusia, menjadi bahan kajian dan sumber referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam
mengembangkan penelitian tentang hubungan antara variabel-variabel kepemimpinan transformasional, kepercayaan kepada atasan, kepuasan kerja
dan organizational citizenship behavior. 2
Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi bagi pihak-
pihak yang berkepentingan tentang pengelolaan anggota organisasi dalam pemenuhan hak-hak anggota organisasi, serta pembenahan praktik
kepemimpinan dan manajemen organisasi, sehingga OCB anggota organisasi dapat dipelihara dan ditingkatkan.
15
1
BAB II KAJIAN PUSTAKA