Latar belakang masalah PENDAHULUAN

pengaruh temperatur tuang terhadap pembentukan struktur mikro. Naiknya temperatur penuangan. Ivan dan Suyitno,2009 Permasalahan diatas menjadi motivasi penulis untuk mengadakan penelitian dengan menggunakan metode “Evaporative casting” menggunakan campuran Alumunium dan silikon Al-7Si dengan variasi temperatur pengecoran untuk mengamati struktur mikro dan pengujian kekuatan tarik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur dengan metode evaporative casting terhadap kekuatan tarik paduan Al-7Si? 2. Bagaimana pengaruh variasi temperatur dengan metode evaporative casting pada pengamatan struktur mikro paduan Al-7Si?

1.3. Batasan masalah

1. Bahan yang digunakan adalah campuan Alumunium dan silikon. 2. Temperatur yg digunakan adalah 780 o C,860 o C,950 o C. 3. Komposisi campuran alumunium silikon Al-7Si. 4. Pembuatan pola cetakan menggunakan Polystyrene foam PS 5. Pasir yang digunakan adalah pasir silika. 6. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian uji kekuatan tarik dan struktur mikro.

1.4. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur penuangan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro alumunium silikon Al-7Si pada pengecoran evaporative.

1.5. Manfaat penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan metode evaporative. 2. Memberikan acuan bagi industri pengecoran tentang temperatur penuangan terbaik dengan metode evaporative. 3. Memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bidang pengecoran evaporative. 4. Memberikan kontibusi positif dengan manfaat pengecoran eveporative tentang pemanfaatan limbah lostfoam.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengecoran Lostfoam

Pengecoran lost foam evaporative casting merupakan salah satu metode logam dengan menggunakan pola polystyrene foam. Metode ini ditemukan dan dipatenkan oleh Shroyer pada tahun 1958 Shroyer, 1958 dalam Sutiyoko 2011. Pada tahun 1964, konsep penggunaan cetakan pasir kering tanpa pengikat telah dikembangkan dan dipatenkan oleh Smith Smith, 1964 dalam Sutiyoko 2011. Proses pengecoran lost foam dilakukan dalam beberapa tahap. Pengecoran lost foam yang dikombinasikan dengan pemvakuman cetakan V-Proses menjadikan jenis pengecoran ini sebagai salah satu teknologi manufaktur yang sangat baik dan memiliki biaya yang cukup efektif dalam memproduksi benda yang mendekati bentuk bendanya dibanding pengecoran konvesional Liu,dkk., 2002 dalam Sutiyoko 2011. Vakum proses telah dikembangkan di Jepang pada tahun 1971 dan diperkenalkan pada pengecoran logam saat pertemuan musim semi tahun 1972 Kumar dan Ghaindhar, 1998 dalam Sutiyoko 2011. Pengecoran lost foam dimulai dengan membuat pola polystyrene foam styrofoam dengan kerapatan massa jenis tertentu sesuai yang direncanakan. Dalam beberapa aplikasi, bagian-bagian pola dilem untuk mendapatkan bentuk keseluruhan dari benda yang komplek. Sistem saluran dirangkai dengan cara dilem menyatu dengan rangkaian pola. Beberapa pola dapat dilakukan pengecoran dengan dirangkai dalam satu sistem saluran. Pola yang telah terangkai dengan sistem saluran diistilahkan dengan cluster Brawn, 1992 dalam Sutiyoko 2011. Sistem saluran memiliki pengaruh besar terhadap adanya cacat pada benda cor misalnya saluran masuk bawah akan menyebabkan porositas dan cacat lipatan folded paling sedikit dibanding saluran samping atau atas Shahmiri dan Karrazi, 2007 dalam Sutiyoko 2011. Pola dan sistem saluran dilapisi coating dengan cara dimasukkan ke larutan pelapis dari bahan tahan panas refractory atau larutan refractory tersebut langsung dicatkan pada pola dan sistem saluran lalu dikeringkan. Penambah, pengalir dan saluran masuk ditempatkan pada tempat yang diperlukan Butler, 1964 dalam Sutiyoko 2011. Cluster yang telah kering diletakkan