HUBUNGAN SIKAP ISTRI TENTANG MEROKOK DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSITAS MEROKOK KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

(1)

HUBUNGAN SIKAP ISTRI TENTANG MEROKOK DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSITAS MEROKOK KEPALA

KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA

KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2012

(Skripsi)

Oleh

NADYA AYU SHEFIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

HUBUNGAN SIKAP ISTRI TENTANG MEROKOK DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSITAS MEROKOK KEPALA

KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA

KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2012

Oleh :

NADYA AYU SHEFIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(7)

Judul Skripsi : HUBUNGAN SIKAP ISTRI TENTANG

MEROKOK DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTENSITAS MEROKOK KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KECAMATAN LABUHAN RATU

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Nadya Ayu Shefia

Nomor Pokok Mahasiswa :0918011121 Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

MENYETUJUI

I. Komisi Pembimbing

dr. TA Larasati, M. Kes dr. Ari Wahyuni

NIP. 197707182005012003 NIP. 198406102009122004

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dr. Sutyarso, M.Biomed NIP. 195704241987031001


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. TA Larasati, M. Kes

Sekretaris : dr. Ari Wahyuni

Penguji

Bukan Pembimbing : dr. Azelia Nusadewiarti, MPH

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Sutyarso, M. Biomed

NIP. 195704241987031001


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 18 September 1991, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak H. Sjamsul Djauhari dan Ibu Hj. Yusniar.

Penulis mengawali pendidikannya di TK Barunawati VI Jakarta pada tahun 1996 dan pendidikan dasar di SD Barunawati IV Jakarta sampai tahun 2003. Pendidikan SLTP diselesaikan Penulis pada tahun 2006 di SMP Negeri 30 Jakarta dan dilanjutkan ke SMA Negeri 13 Jakarta sampai tahun 2009.

Pada tahun 2009 Penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa Universitas Lampung, Penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang berada di dalam dan luar lingkup kampus seperti FSI Ibnu Sina mulai tahun 2009–2011, TPA Kawula Masjid Al-Wasi’i Universitas Lampung tahun 2010-sekarang, Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran (FULDFK) periode 2012-2013 dan Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Lampung tahun 2011- sekarang.


(10)

PERSEMBAHAN

“ Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya.”

(Q.S. An Najm ayat 39-40)

“Seperti sebuah pohon, manusia akan terus tumbuh, peralihan akan berubah, dan kelak pasti akan berbuah...” (Odang Proton)

Segenap keyakinan, doa, dan usaha dari perjuangan ini akan menjadi langkah awal untuk ku melangkah ke tahap selanjutnya. Ku persembahkan karya skripsiku kepada keluarga tercinta, terutama kepada ayah dan mama


(11)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan, saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Tak lupa saya hanturkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung untuk mendapatkan syafaatnya di hari kemudian.

Dengan berbekal keyakinan, kesabaran, kemauan yang keras, bimbingan dan ridho dari Allah SWT, serta dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi berjudul “Hubungan Sikap Istri tentang Merokok dan Dukungan Keluarga terhadap Intensitas Merokok Kepala Keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung Tahun 2012” . Skripsi ini merupakan syarat bagi Penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Tak lupa saya ucapkan rasa terimakasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan saran, kritik, bimbingan, bantuan dalam proses skripsi ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya kepada:


(12)

1. Keluarga, Ayah (H. Sjamsul Djauhari), Mama (Hj. Yusniar), Nazyra, Nadjua, Wo El, Kak Ina dan Kak Liza yang selalu mendukung baik secara fisik serta mental kepada ananda ini. Terimakasih banyak atas segala doa yang tiada henti ibunda lakukan setiap waktu kepada ananda dan selalu memberikan saran, motivasi serta sebagai inspirasi bagi penulis.

2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3. Ibu dr. TA Larasati, M. Kes selaku pembimbing utama dan pembimbing akademik atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini dengan penuh kesabaran serta nasihat yang amat berharga bagi penulis.

4. Ibu dr. Ari Wahyuni, selaku pembimbing kedua yang juga telah membimbing, memberi masukan kritik dan saran kepada penulis dengan sabar dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu dr. Azelia Nusadewiarti, MPH selaku pembahas skripsi atas masukan saran dan kritiknya yang sangat bermanfaat.

6. Aparatur pemerintahan yang terlibat Walikota Bandar Lampung, Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Kecamatan Labuhan Ratu, Kelurahan Labuhan Ratu Raya, Kepala Lingkungan dan seluruh Ketua RT yang bersedia bekerja sama dalam proses penelitian ini.

7. Seluruh warga Kelurahan Labuhan Ratu Raya atas kesediaannya dengan ikhlas menjadi responden selama penelitian ini berlangsung.


(13)

8. Sahabat Aroma Harum, Asticaliana Erwika Savita Putri, Mega Noviasari, Elis Sri Alawiyah, Marlintan Sukma Ambarwati, Ghinayona Nurmufthi, Aqsha Ramadhanisa dan Diraifa Intancia yang selalu memberikan masukan positif ketika terdapat masalah serta selalu ada di kala suka maupun duka. Semoga Allah SWT menjaga ukhwah ini sampai kapanpun.

9. Partner Friska Dwi Anggraini yang selalu mendukung tiada lelah serta kenangan yang begitu berharga bagi Penulis selama proses penelitian berlangsung.

10.Sahabat Dorlan (Kedokteran 09) yang telah setia menemani selama 3,5 tahun sungguh bukanlah suatu waktu yang singkat dan begitu banyak kisah telah terjadi baik suka maupun duka yang akan tetap indah serta manis untuk dikenang hingga akhir kelak.

11.Paijo, sepedaku yang selalu setia menemani selama menimba ilmu di Fakultas Kedokteran dan menjadi sahabat yang baik untuk mengantarkanku kemana saja.

12.Mba Pipi, Mba Eva, Mba Fiska, para pembina dan santri TPA KAWULA Masjid Al-Wasi’i yang menjadi inspirasi untuk saling mengingatkan dan berlomba untuk menimba ilmu bersama.

13.Teman- teman BPH Masjid Al- Wasi’i, Mba Titin, Mba Ika, Mba Dea, Mas Pren, Mas Supri, Mas Budi dan umed yang selalu membantu dalam proses menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan menyumbangkan pemikirannya dalam pembuatan skripsi ini.


(14)

Akhir kata penulis sadar bahwa karya ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan akan tetapi besar harapan penulis semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi civitas akademika Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Februari 2013


(15)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Manfaat ... 7

E. Kerangka Pemikiran 1. Teori ... 8

2. Kerangka Konsep ... 10

F. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sikap ... 11

1. Definisi Sikap ... 11

2. Komponen Sikap ... 11

3. Tingkatan Sikap ... 12

B. Konsep Dasar Keluarga ... 13

1. Definisi Keluarga ... 13

2. Ciri-Ciri Keluarga ... 13

3. Tipe-Tipe Keluarga ... 14

4. Peranan Keluarga ... 15

5. Tugas- Tugas Keluarga ... 16

6. Struktur Keluarga ... 17

7. Fungsi Keluarga ... 17

8. Pola Hubungan Suami dan Istri ... 20

C. Dukungan Keluarga ... 22

1. Definisi Dukungan Keluarga ... 22

2. Jenis-Jenis Dukungan Keluarga ... 23

3. Sumber Dukungan Keluarga ... 24


(16)

ii

D. Rokok ... 25

1. Pengertian Rokok ... 25

2. Jenis Rokok ... 26

3. Kandungan Rokok ... 27

4. Kategori Perokok ... 31

5. Kriteria Perokok ... 33

6. Lama Menghisap Rokok ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subyek Penelitian ... 35

1. Populasi ... 35

2. Sampel ... 36

D. Kriteria Retriksi ... 38

1. Kriteria Inklusi ... 38

2. Kriteria Eksklusi ... 38

E. Variabel Penelitian ... 38

1. Variabel Bebas ... 38

2. Variabel Terikat ... 35

F. Definisi Operasional ... 39

G. Alat dan Cara Pengumpulan Data ... 40

1. Alat Pengumpulan Data ... 40

2. Cara Pengumpulan Data ... 40

H. Prosedur Penelitian ... 42

I. Pengumpulan dan Analisis Data ... 42

1. Pengumpulan Data ... 42

2. Analisis Data ... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 45

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

2. Analisis Univariat ... 46

a. Karakteristik Responden ... 47

1. Usia ... 47

2. Pendidikan ... 47

3. Pekerjaan ... 48

b. Sikap Istri ... 49

c. Dukungan Keluarga ... 49

d. Intensitas Rokok ... 50

3. Analisis Bivariat ... 51

a. Analisis Bivariat Deskriptif ... 51

1. Hubungan Sikap Istri tentang Merokok terhadap intensitas Rokok Kepala Keluarga ... 51

2. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Intensitas Rokok Kepala Kluarga ... 52


(17)

iii

b. Analisis Bivariat Analitik ... 53

1. Hubungan Sikap Istri tentang Merokok terhadap intensitas Rokok Kepala Keluarga ... 53

2. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Intensitas Rokok Kepala Kluarga ... 53

B. Pembahasan ... 54

1. Univariat ... 54

a. Karakteristik Responden ... 54

b. Sikap Istri ... 57

c. Dukungan Keluarga ... 59

d. Intensits Rokok ... 60

2. Bivariat ... 61

C. Keterbatasan Penelitian ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(18)

(19)

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan menghisap tembakau oleh individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, serta menimbulkan ketergantungan (Mc Gee, 2005). Rokok sudah lama dikenal dan tampaknya menjadi bagian dari kehidupan seseorang yang mutlak (Laksono, 2008).

Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok di dunia tinggal di 10 negara. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar ketiga setelah Cina dan India yang memiliki jumlah perokok sebanyak 146.860.000 jiwa.

Prevalensi seluruh perokok berusia 15 tahun ke atas di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1995-2010 melonjak 7,7 %. Prevalensi perokok pria meningkat 13 % dan perokok wanita meningkat 2,5 %.

WHO juga merilis data terdapat sedikitnya satu perokok di dalam rumah tangga dan lebih dari 69 % rumah tangga di Indonesia memiliki pengeluaran


(21)

2 untuk rokok. Rata-rata individu perokok menghabiskan Rp 2.592.000,00 per tahun untuk membeli tembakau.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007 menunjukkan rata-rata pengeluaran rokok mencapai 12,4 % dari total pengeluaran setiap penduduk Indonesia per bulannya. Pengeluaran rokok tiga kali lebih besar daripada pengeluaran pendidikan dan kesehatan.

Produksi rokok nasional setiap tahunnya terus meningkat. Seluruh pabrik rokok di Indonesia mampu memproduksi 268,4 milyar batang rokok dan diperkirakan pengeluaran untuk rokok per tahun mencapai 134,2 triliun rupiah.

Rokok menjadi permasalahan ekonomi saat ini. Konsumsi rokok tertinggi di Indonesia berada pada kalangan penduduk miskin, yaitu 60 % atau 84,4 juta orang. Mereka memiliki tingkat ekonomi yang rendah dan sulit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain berkurangnya hari bekerja akibat sakit, pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran bertambah untuk biaya pengobatan (Fawzani dan Triratnawati, 2005).

Menurut data Badan Pusat Statistik, Lampung masih menempati peringkat ke-3 se-Sumatera dan ke-8 nasional sebagai daerah yang miskin. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 khususnya di Kota Bandar Lampung mencapai 14,58 % atau 128.600 jiwa.

Kebiasaan merokok menjadi hal yang serius saat ini karena sudah meluas di hampir semua kalangan. Asap rokok yang mengandung banyak zat kimia


(22)

3 beracun tidak hanya berbahaya bagi perokok saja, tetapi juga orang di sekitar yang terpapar asap rokok. Terpapar asap rokok selama delapan jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak dua puluh batang per hari yang resikonya adalah timbulnya berbagai macam penyakit bahkan kematian (Purba, 2009). Sekitar 40,3 juta anak 0-14 tahun terpapar asap rokok dan 40,5 % populasi semua umur terpapar asap rokok di dalam rumah.

Berdasarkan penelitian Rachiotis, dkk (2008) menyebutkan bahwa terdapat beberapa hal yang mempengaruhi intensitas merokok diantaranya usia yang semakin tua, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan. Jumlah perokok laki-laki di negara maju yang memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yang tinggi lebih sedikit daripada orang yang berpendiddikan rendah dan berpenghasilan tidak mencukupi. Tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang kesehatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, termasuk perilaku merokok dan bahayanya.

Niat untuk berhenti merokok merupakan salah satu pemicu keberhasilan seseorang untuk tidak merokok (Laksono, 2008). Perilaku merokok di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal yang memicu tindakan tersebut. Beberapa faktor yang mendorong individu untuk merokok di antaranya terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sebaya, dan kepuasan psikologis (Sari, 2011).

Dukungan sosial berperan penting dalam menentukan dan mengarahkan perilaku individu. Dukungan sosial bisa didapatkan dari berbagai sumber, salah satunya adalah keluarga baik istri maupun anak-anak. Adapun bentuk


(23)

4 dukungan yang diberikan dapat berupa pemberian semangat, kepercayaan, kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan maupun nasehat guna mengatasi permasalahan yang dihadapi (Laksono, 2008).

Dalam memberi dukungan keluarga tidak terlepas dari sikap seorang istri untuk berupaya supaya suami tidak merokok. Sikap mencerminkan apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan terhadap beberapa aspek dari lingkungan (Brahmana, 2009).

Anggota keluarga baik anak maupun istri akan menghindar jika suaminya merokok. Dorongan dan anjuran anggota keluarga mampu menjadi alasan untuk berhenti merokok. Keprihatinan akan perilaku istri dan anak memotivasi perokok untuk berusaha sekuat tenaga agar hidupnya tidak tergantung dengan rokok (Fawzani dan Triratnawati, 2005).

Menurut Gottlieb (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terdiri dari nasehat verbal atau non-verbal. Bantuan nyata yang diberikan karena keakraban dengan seseorang atau didapat karena kehadiran orang lain dapat bermanfaat secara emosional atau berefek perilaku bagi penerimanya.

Fungsi afektif keluarga berhubungan dengan fungsi internal dalam suatu keluarga yang meliputi perlindungan dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Perhatian, kasih sayang, dan perasaan aman akan membantu individu menghadapi masalah tertentu dengan memperhatikan keseimbangan emosionalnya (Kusumaningrum dkk, 2011). Peran anggota keluarga sangat


(24)

5 penting dalam menciptakan fungsi afektif dari anggota keluarga (Kusumaningrum dkk, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Laksono (2011) diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan intensitas merokok. Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula intensi untuk berhenti merokok.

Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan jumlah perokok aktif di wilayah tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 90%. Lokasi tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga hal ini menunjang peneliti untuk lebih mudah dalam melakukan penelitian.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dikemukakan bahwa masalah yang terjadi adalah meningkatnya jumlah perokok di dunia saat ini. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah berkaitan dengan keluarga. Oleh karena itu, sebagai peneliti saya akan merumuskan permasalahan sebagai berikut :


(25)

6 1. Apakah sikap istri tentang merokok berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11,RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Apakah dukungan keluarga berhubungan dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi istri berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

b. Mengetahui gambaran sikap istri terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13


(26)

7 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

c. Mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

D. Manfaat

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh sikap istri tentang merokok dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Bagi masyakarat

Memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pengaruh sikap istri dan dukungan keluarga terhadap intensitas merokok kepala keluarga yang merokok di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait dengan topik yang sama.


(27)

8 E. Kerangka Teori

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap merupakan sekumpulan perasaan, keyakinan, dan kecendrungan perilaku yang diarahkan kepada orang, gagasan, objek atau kelompok tertentu (Liliweri, 2007).

Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, 2010) menjelaskan bahwa sikap itu mempuyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan terhadap suatu objek, evaluasi orang terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun tidak mendukung pada suatu objek (Anwar, 2005).

Menurut Saurasan (dalam Zaenuddin, 2002) menjelaskan dukungan keluarga adalah keberadaan, kesedihan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Berdasarkan definisi Gottlieb (dalam Zaenuddin 2002), yaitu dukungan keluarga bisa berupa informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang dapat memberikan keuntungan emosional atau mempengaruhi tingkah laku penerimanya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya dukungan sosial tersebut oleh seseorang. Faktor tersebut tergantung pada susunan dan struktur jaringan sosial, serta bagaimana hubungan individu tersebut dalam keluarga dan masyarakat (Laksono, 2008).


(28)

9 Menurut Friedman (1986), definisi fungsi afektif keluarga adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikosial, saling mengasah dan memberikan cinta kasih serta saling menerima dan mendukung. Fungsi afektif ini merupakan sumber kebahagiaan dalam keluarga. Keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman. Perhatian diantara anggota keluarga, membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.

Friedman (1986) juga mengidentifikasi fungsi afektif keluarga yaitu memberikan perlindungan psikologis, menciptakan rasa aman, mengadakan interaksi dan mengenal identitas individu.

Gambar 1. Kerangka Teori

Intensitas merokok kepala keluarga Faktor predisposisi (predisposing factors)

 Pengetahuan

 Sikap

 Tingkat pendidikan

 psikologi

 Nilai-nilai

 Kepercayaan

Faktor penguat (reinforcing factors)  Dukungan sosial:

Dukungan keluarga

Sikap istri

 Dukungan tokoh masyarakat  Dukungan petugas kesehatan Faktor pemungkin (enabling factors)  Sarana dan prasarana yang tersedia


(29)

10 F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

( Notoadmojo, 2005).

G. Hipotesis

Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan dalam latar belakang masalah, penulis menyusun hipotesis bahwa :

1. Ada hubungan antara sikap istri tentang merokok terhadap intensitas merokok suami di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lamspung pada tahun 2012.

DEPENDENT VARIABLE INDEPENDENT

VARIABLE

Intensitas rokok kepala keluarga:

Banyaknya rokok Dukungan keluarga

Gambar 2. Kerangka Konsep Sikap istri tentang merokok


(30)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Definisi Sikap

Sikap merupakan konsep yang penting dalam komponen sosio-psikologis karena merupakan penilaian terhadap suatu objek, kecendrungan seseorang untuk bertindak dan berpersepsi (Notoadmodjo, 2010).

Sikap merupakan kesiapan untuk bertindak atau dikatakan sebagai predisposisi perilaku. Sikap juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan pendapat dan emosi (Notoadmodjo, 2010).

2. Komponen Sikap

Komponen sikap terdiri dari: a. Kognitif

Merupakan aspek intelektual yang dimiliki oleh manusia. Komponen tersebut berupa olahan berpikir seseorang terhadap kondisi eksternal yang menghasilkan ilmu pengetahuan.


(31)

12 b. Afektif

Merupakan aspek yang berkaitan dengan penilaian terhadap apa yang diketahui dan berhubungan dengan kondisi emosional seseorang. Hasilnya berupa pertimbangan terhadap pengetahuan yang dimiliki. c. Konatif

Merupakan aspek visional yang berhubungan dengan kecendrungan untuk bertindak.

Menurut Allport (dalam Notoadmodjo, 2010) komponen sikap terdiri dari: a. Kepercayaan, ide, dan konsep seseorang terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi yang berupa penilaian terhadap suatu objek.

c. Kecendrungan untuk bertindak atau disebut perilaku terbuka.

3. Tingkatan Sikap

Berdasarkan intensitasnya, Notoadmodjo (2010) menjelaskan tingkatan sikap terdiri atas:

a. Menerima (Receiving)

Dapat diartikan bahwa orang tersebut mau menerima stimulus yang diberikan.

b. Menanggapi (Responding)

Dapat diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.


(32)

13 c. Menghargai (Valuing)

Dapat diartikan seseorang memberi penilaian positif terhadap suatu objek, berusaha membahas dan mengajak orang lain untuk terlibat. d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Merupakan tingkatan yang paling tinggi karena seseorang harus berani mengambil resiko terhadap sikap yang dipilih.

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Definisi Keluarga

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1992 definisi keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami isteri, suami istri dan anaknya, ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Azwar, 1997).

Keluarga adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan melalui proses pernikahan atau adopsi dan memiliki ikatan emosional dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari sebuah keluarga (Imam dkk, 2005).

2. Ciri-ciri Keluarga

Menurut Stanhope dan Lancaster (Salahuddin, 2009) ciri-ciri keluarga adalah :

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan b. Terdapat hubungan darah


(33)

14 c. Masing-masing anggota bertanggung jawab atas tugasnya

masing-masing

d. Adanya komunikasi interaksi antar anggota keluarga e. Tinggal bersama dalam satu rumah

3. Tipe-tipe Keluarga

Menurut Sussman (dalam Anwar, 1997) bentuk keluarga terdiri dari keluarga tradisional dan keluarga non-tradisional. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi:

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari suami, isteri, dan anak yang hidup bersama dalam satu rumah tangga. b. Keluarga inti diad (nuclear dyad) adalah keluarga yang terdiri dari

suami dan isteri tanpa anak atau anak tidak tinggal bersama orang tua. c. Keluarga orang tua tunggal adalah inti yang salah satu dari suami atau

isteri sudah meninggal dunia.

d. Keluarga orang dewasa bujangan adalah keluarga yang terdiri dari satu orang laki-laki atau wanita dewasa yang hidup sendiri.

e. Keluarga tiga generasi adalah gabungan dari keluarga inti ditambah dengan anak dari anak mereka yang hidup bersama.

f. Keluarga pasangan umur pertengahan atau jompo keluarga inti diad yang suami dan istri telah memasuki usia pertengahan

g. Keluarga jaringan keluarga adalah keluarga inti ditambah dengan saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami ataupun istri.


(34)

15 h. Keluarga karier kedua

Keluarga inti diad yang aktif bekerja kembali.

Secara non-tradisional keluarga dibagi menjadi:

a. Keluarga hidup bersama, yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama dalam penyediaan fasilitas.

b. Keluarga orang tua tidak kawin dengan anak, yaitu pria atau wanita dewasa yang tidak pernah kawin tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.

c. Keluarga pasangan tidak kawin tanpa anak, yaitu keluarga inti tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.

d. Keluarga pasangan tinggal bersama, yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

e. Keluarga homoseksual, yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama dan hidup bersama sebagai suami istri.

4. Peranan Keluarga

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dalam keluarga,kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peran ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya yang berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai


(35)

16 kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota masyarakat dari lingkunganya.

b. Peran ibu

Sebagai isrti dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

c. Peran anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik, mental, social dan spiritual.

5. Tugas-tugas Keluarga

Menurut Nasrul Effendi (1998) pada dasarnya dalam keluarga terdapat delapan tugas pokok yaitu:

a. Pemeliharaan fisik keluarga.

b. Pemeliharaan sumber daya para anggota.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai kedudukannya. d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga. f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.


(36)

17 6. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mengambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi oleh Friedman (1986) mengatakan ada empat elemen struktur keluaga, yaitu:

a. Sruktur Peran Keluarga

Mengambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.

b. Nilai atau Norma Keluarga

Mengambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan motivasi.

c. Pola Komunikasi Keluarga

Mengambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada anggota keluarga besar) dengan keluarga inti.

d. Struktur Kekuatan Keluarga.

Mengambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung motivasi.

7. Fungsi Keluarga

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1994 di Indonesia terdapat delapan macam fungsi keluarga antara lain:


(37)

18 a. Fungsi Keagamaan

Sebagai wahana persemaian nilai agama dan nilai luhur budaya bangsa untuk membentuk insan agamis yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Fungsi Budaya

Memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggota keluarga untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa.

c. Fungsi Cinta Kasih

Memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi dalam mewujudkan keluarga yang penuh cinta kasih sayang.

d. Fungsi Melindungi

Menumbuhkan rasa aman bagi segenap anggota keluarga. e. Fungsi Reproduksi

Meneruskan keturunan sehingga tercipta kesejahteraan umat manusia. f. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Mendidik anggota keluarga agar mendapatkan masa depan yang baik. g. Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pertahanan dan kemandirian keluarga. h. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai dengan lingkugannya.


(38)

19 Untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga terdapat suatu metode sederhana yang dikenal dengan nama APGAR keluarga. Menurut Maysarah (2011) terdapat lima fungsi keluarga yang dinilai pada APGAR, yaitu :

a. Adaptasi (Adaptation)

Berupa penilaian tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukan dari anggota keluarga yang lainnya.

b. Kemitraan (Partnership)

Berupa penilaian tingkat kepuasan anggota keluarga dalam berkomunikasi, musyawarah dalam membuat keputusan, dan memecahkan masalah.

c. Pertumbuhan (Growth)

Berupa penilaian tingkat kepuasan anggota keluarga dalam kebebasan mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.

d. Kasih sayang (Affection)

Berupa penilaian tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang dan hubungan emosional antar keluarga.

e. Kebersamaan (Resolve)

Berupa penilaian tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan membagi waktu, kekayaan, dan ruang anggota keluarga.


(39)

20 8. Pola Hubungan Suami dan Istri

Terdapat dua pola hubungan suami istri yaitu pola institusional dan pola companionship. Menurut Duval (1967) pola institusional merupakan pola yang otoriter, sedangkan pola companionship sebagai pola yang demokratis. Pola hubungan otoriter menunjukkan pola hubungan yang kaku daripada pola companionship. Pada pola yang kaku, istri yang baik adalah istri yang mampu melayani suami dan anak-anaknya, sedangkan pada pola companionship, istri yang baik adalah pribadi yang melihat dirinya sebagai pribadi yang berkembang terus.

Menurut Scanzoni (1981) terdapat empat pola hubungan suami isteri berdasarkan pola perkawinannya, antara lain:

a. Owner property

Pada pola ini, istri merupakan sesuatu yang berharga yang dimiliki suami. Tugas seorang istri adalah menyediakan makanan untuk suami dan anak-anak, serta menyelesaikan tugas rumah tangga untuk menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Pada pola ini, istri harus tunduk terhadap suami dan melakukan apa keinginan suami. Istri merupakan kepentingan, kebutuhan, dan cita-cita dari suami. Istri juga bertugas untuk memberikan kepuasan seksual kepada suami meskipun isteri tidak menginginkannya.

b. Head complement

Pada pola Head complement seorang istri dianggap sebagai pelengkap suami. Suami dan istri memutuskan untuk mengatur kehidupan


(40)

21 bersamanya secara bersama-sama. Suami juga mulai membantu istri di saat dibutuhkan. Tugas istri yang utama adalah mengatur rumah tangga dan memberikan dukungan pada suami sehingga suami bisa sukses dalam pekerjaannya.

Dalam pola perkawinan seperti ini, istri menjadi atribut sosial suami yang penting. Istri harus mencerminkan posisi dan martabat suaminya, baik dalam tingkah laku sosial maupun dalam penampilan fisik material.

c. Senior junior partner

Pada pola perkawinan senior-junior partner posisi isteri tidak lebih sebagai pelengkap suami, tetapi sudah menjadi teman. Hal ini dikarenakan posisi isteri yang sama-sama mencari nafkah untuk kehidupan keluarga. Dari penghasilan yang di dapat, istri tidak sepenuhnya tergantung pada suami. Pada pola ini istri memiliki kekuasaan dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, suami memiliki kekuasaan yang lebih besar karena posisinya sebagai pencari nafkah utama.

d. Equal partner

Pada pola equal partner tidak ada posisi yang lebih tinggi atau rendah diantara suami istri. Istri mendapat hak dan kewajiban yang sama untuk mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas dalam rumah tangga. Pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri. Dalam pola ini, norma yang dianut adalah baik istri atau suami mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang, baik di bidang


(41)

22 pekerjaan maupun ekspresif. Segala keputusan yang diambil, saling mempertimbangkan kebutuhan dan kepuasan masing-masing.

C. Konsep Dasar Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Keluarga

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, dukungan berarti sesuatu yang didukung. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari.

Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi bagian dari jaringan sosial yang didalamnya tiap anggotanya saling mendukung (Kuncoro, 2002). Dukungan keluarga didefinisikan oleh Gottlieb ( dalam Zaenuddin 2002), yaitu informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.


(42)

23 2. Jenis-Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Kuncoro (2002), bentuk dukungan keluarga terdiri dari empat macam dukungan yaitu:

a. Dukungan Penghargaan (Appraisal Support)

Merupakan suatu dukungan sosial yang berasal dari keluarga atau lembaga atau instansi terkait dimana pernah berjasa atas kemampuannya dan keahliannya maka mendapatkan suatu perhatian yang khusus.

b. Dukungan Materi (Tangible Assistance)

Adalah dapat berupa servis (pelayanan), bantuan keuangan, dan pemberian barang-barang. Pemberian dukungan materi dapat dicontohkan dalam sebuah keluarga atau persahabatan.

c. Dukungan Informasi (Information Support)

Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan umpan balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan mengatasi masalahnya dengan lebih mudah.

d. Dukungan Emosional (Emosional Support)

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.merupakan dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya penegasan, reward, pujian, dan sebagainya.


(43)

24 3. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Rook dan Dooley (dalam Kuncoro, 2002), ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artifisial. Sumber natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga. Sumber artifisial merupakan sumber dukungan keluarga yang di rancang kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Sumber dukungan keluarga natural dan artifisial memiliki perbedaan, yang diantaranya adalah:

a. Sumber yang natural bersifat apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber yang natural memiliki kesesuaian tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber natural berakar dari hubungan yang telah berakar lama.

d. Sumber natural memiki keragaman dalam penyampaian dukungan sosial.

4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kesehatan

Menurut Notoadmodjo (2010) terdapat tiga mekanisme spesifik yang berpusat pada pengaruh dukungan keluarga terhadap kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu :


(44)

25 a. Aspek Perilaku (Behavioral Mediators), dimana dukungan keluarga

berperan dalam mempengaruhi perilaku seseorang untuk berubah. b. Aspek Psikologis (Psychological Mediators), dimana dukungan

keluarga berperan dalam membangun atau meningkatkan harga diri seseorang dan menyediakan hubungan interaksi yang saling memuaskan.

c. Aspek Fisiologis (Physiological Mediators), dimana dukungan keluarga berperan dalam membantu mengatasi respons fight or flight dan memperkuat sistem imun.

D. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok merupakan suatu zat adiktif berbahaya bagi kesehatan manusia yang berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm dan berisi daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya (Aula, 2010).

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, atau spesies lainnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.


(45)

26 2. Jenis Rokok

Jenis rokok berdasarkan bahan pembungkus dibagi menjadi:

a. Kawung yaitu jenis rokok yang bahan pembungkusya berupa daun aren.

b. Sigaret yaitu jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas c. Cerutu yaitu jenis rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

Jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi dibagi menjadi tiga jenis: a. Rokok putih yaitu rokok yang isinya hanya daun tembakau yang

diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

b. Rokok kretek yaitu rokok yang isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok klembak yaitu rokok yang isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Jenis rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis:

a. Rokok filter yaitu rokok yang memiliki gabus pada pangkalnya. b. Rokok non-filter yaitu rokok yang tidak memiliki gabus pada


(46)

27 3. Kandungan Rokok

Pada saat rokok dihisap komposisi rokok yang dipecah menjadi komponen lainnya, misalnya komponen yang cepat menguap akan menjadi asap bersama-sama dengan komponen lainnya terkondensasi. Dengan demikian komponen asap rokok yang dihisap oleh perokok terdiri dari bagian gas (85 %) dan bagian partikel (15 %).

Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dan setidaknya 400 diantaranya dapat meracuni tubuh,sedangkan 40 bahan tersebut bisa menyebakan kanker. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya (Crofton dan Simpson, 2009). Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut:

a. Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.3-1,2 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40-50 ng/ml. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi bersifat racun.

Kadar nikotin yang dihisap akan menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg. Dua puluh lima persen nikotin yang terhisap akan masuk ke peredaran darah dan mampu mencapai otak dalam waktu 15 detik.


(47)

28 Zat ini hanya ada dalam tembakau, sangat aktif dan mempengaruhi otak atau susunan saraf pusat. Nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Dalam jangka panjang, nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan dan ketagihannya. Sifat nikotin yang adiktif ini dibuktikan dengan adanya jurang antara jumlah perokok yang ingin berhenti merokok dan jumlah yang berhasil berhenti (Pdpersi, 2006).

Nikotin termasuk salah satunya jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan pembuluh darah, meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya.

b. Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16% (Aula, 2010).

Karbon monoksida menggantikan sekitar 15% jumlah oksigen yang biasanya dibawa oleh eritrosit,sehingga suplai oksigen ke jantung


(48)

29 menjadi berkurang. Hal ini dapat menyebabkan sesak nafas berat. Karbon monoksida juga merusak pembuluh darah dan menaikkan kadar lemak yang dapat menyebabkan penyumbatan.

c. Tar

Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan adanya kandungan tar yang beracun ini, sebagian dapat merusak sel paru karena dapat lengket dan menempel pada jalan nafas dan paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya kanker.

Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg.

Walaupun rokok diberi filter, efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam paru-paru, ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak.

d. Timah Hitam (Pb)

Timah Hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari (Sitepoe, 1997).


(49)

30 e. Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

f. Hidrogen Sianida (HCN)

Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian. g. Nitrous Oxide

Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna dan bila terhisap dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan, serta menimbulkan rasa sakit.

i. Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Zat ini sangat berbahaya karena terikat dengan protein dan dapat menghalangi aktivitas enzim. j. Hidrogen sulfida

Hidrogen sulfida adalah sejenis gas beracun yang mudah terbakar dan memiliki bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi


(50)

31 yang berisi pigmen).

4. Kategori Perokok

Kategori perokok menurut Aula (2010) dibagi menjadi: a. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada di sekitarnya.

b. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak mersokok. Seorang perokok aktif akan melakukan cara apapun untuk mendapatkan rokok, kemudian merokok.

Perokok aktif memiliki resiko yang lebih berbahaya daripada perokok pasif. Hal ini disebabkan perokok aktif menghisap asap rokok arus tengah (mid stream) dan arus pinggir (side stream ). Menurut Quitline The Smokers New York State, filter atau penyaring pada rokok tidak sepenuhnya menyaring semua bahan kimia dalam rokok. Hal ini disebabkan, asap yang dihirup melalui filter pada rokok jauh lebih berbahaya karena bahan kimia yang terdapat di filter rokok tidak terhirup sebagaimana merokok dengan keadaan normal.


(51)

32 Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga hal yaitu faktor sosial, faktor psikologi, dan genetik. Ketiga faktor inilah yang bisa berdiri sendiri atau saling mempengaruhi satu dengan lainnya sehingga menyebabkan perilaku merokok.

Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi adalah lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga merupakan faktor penentu kedua yang paling penting. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan 14 % dari anak-anak yang merokok berasal dari orang tua yang merokok dan hanya 6 % yang berasal dari orang tua yang bukan perokok.

Beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok adalah demi relaksasi atau ketenangan serta mengurangi kecemasan. Kebanyakan perokok menganggap rokok merupakan kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tergantung dengan rokok diantaranya adalah faktor genetik atau biologis, faktor sosial, dan psikologi.

Menurut Sitopoe (dalam Aula,2010) terdapat lima tipe perokok yaitu: a. Tidak merokok jika tidak pernah merokok seumur hidupnya b. Perokok ringan jika merokok berselang-seling

c. Perokok sedang merokok setiap hari dalam kuantum kecil d. Perokok berat jika merokok lebih dari satu bungkus sehari

e. Berhenti merokok jika semula merokok, kemudian berhenti merokok dan tidak merokok lagi.


(52)

33 5. Kriteria perokok

Menurut Budiman (2012) klasifikasi perokok berdasarkan intensitas merokok dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

a. Perokok ringan apabila merokok kurang dari 1-9 batang per hari. b. Perokok sedang apabila menghisap 10-19 batang per hari.

c. Perokok berat apabila menghisap lebih dari 20 batang per hari.

6. Lama Menghisap Rokok

Semakin awal seseorang merokok maka makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok dikenal bisa menurunkan berat badan, akan tetapi bisa

menyebabkan obesitas sentral, meningkatkan inflamasi, merusak sel β

pankreas, dan merusak sel endotel (Chang, 2012).

Rokok merupakan faktor resiko dari berbagai penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit paru kronis, asma, dan Diabetes Melitus, terutama Diabetes Melitus tipe 2. Hal ini dikarenakan rokok dapat mengganggu homeostasis glukosa dan resistensi dari hormon insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Merokok dapat mereduksi insulin pada laki- laki muda dengan kejadian 10 %- 40 % (Zhang dkk, 2011).

Berdasarkan prediksi dari Federasi Diabetes Melitus Internasional menyatakan bahwa jumlah pasien Diabetes Melitus mencapai 240 juta orang setiap tahunnya. Pada orang yang baru menjadi perokok memiliki resiko terkena penyakit Diabetes Melitus yang sangat besar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien Diabetes Melitus tipe 1 dan


(53)

34 tipe 2 yang merokok di Swedia, menunjukkan kadar HbA1c yang tinggi (Zhang dkk, 2011).

Selain menimbulkan gangguan pada insulin, rokok juga menyebabkan adanya dislipidemia, dimana jumlah low density lipoprotein dan trigliserol lebih banyak daripada jumlah high density lipoprotein. Hal ini dapat menyebabkan penyakit arterosklerosis (Chang, 2012).


(54)

35

III.METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan (Anwar dan Prihartono, 2003). Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan studi cross sectional survey dimana pengukuran variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diobservasi pada waktu tertentu dan bersamaan (Notoadmodjo, 2005).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada bulan November hingga Desember 2012.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah


(55)

36 semua kepala keluarga yang tinggal di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11,RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Sampel

Menurut Notoadmodjo (2005) sampel penelitian adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang tepat sangat dibutuhkan dalam suatu penelitian karena akan mempengaruhi validitas hasil penelitian.

Sampel pada penelitian ini adalah kepala keluarga yang merokok dan telah memenuhi kriteria inklusi. Adapun besar sampel yang diambil menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip dari Notoadmodjo (2005) yaitu sebagai berikut:

n = N 1+ N (d2) Keterangan :

N = besarnya populasi n = besarnya sampel

D = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,05)

Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012 yang telah termasuk ke dalam kriteria inklusi adalah 358 dengan jumlah RT sebanyak 8 yaitu RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13.


(56)

37 Berdasarkan rumus Taro Yamane, maka didapatkan:

n = 358 1+ 358 (0,052) n = 189 kepala keluarga

Teknik pengambilan sample yang dilakukan adalah proportional random sampling yaitu jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Rumus pembagian berdasarkan proportional random sampling:

ni = NI x n N Keterangan :

ni = Jumlah sampel

NI = Jumlah populasi setiap RT N = Jumlah populasi keseluruhan n = Sampel yang dibutuhkan

Berdasarkan rumus proportional random sampling didapatkan:

Tabel 1. Hasil perhitungan sampel penelitian No RT Jumlah Populasi Tiap RT

(KK)

Total (KK)

1 1 37 20

2 2 25 13

3 4 40 21

4 7 36 19

5 8 40 21

6 11 46 24

7 12 97 51

8 13 37 20


(57)

38 D. Kriteria Retriksi

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepala keluarga inti dengan suami yang merokok b. Tingkat pendidikan suami dan istri minimal SMA

c. Pendapatan suami istri berkisar Rp 975.000,00 – Rp 3.000.000,00 d. Istri tidak merokok

e. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi dan menandatangani lembar pernyataan persetujuan (terlampir) serta kooperatif dan tanpa paksaan

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Suami tinggal di luar kota

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

a. Sikap istri tentang merokok b. Dukungan keluarga

2. Variabel Terikat


(58)

39 F. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional No Definisi

Operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Sikap istri tentang

merokok adalah tanggapan dari seorang istri terhadap kepala keluarga yang merokok berdasarkan pengetahuan, perasaan, dan kecendrungan untuk bertindak yang dimiliki oleh responden atau istri. Sikap baik jika responden cenderung menghindar,tidak menyukai,dan tidak mendukung merokok. Sikap buruk jika responden menyenangi dan mendukung merokok. (Lidianti,2007)

Wawancara Kuesioner A

1. Baik (skor ≥ nilai median) 2. Buruk

(skor < nilai median) (Lidianti, 2007)

Ordinal

2 Dukungan keluarga merupakan

dukungan yang diberikan anggota keluarga kepada kepala keluarga dapat berupa dukungan emosional , informatif, instrumental, dan penghargaan. Wawancara terhadap istri Kuesioner B 1. Mendukung (≥ median) 2. Tidak mendukung (< median)


(59)

40

G. Alat dan Cara Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan alat-alat sebagai berikut :

a. Data primer yaitu berupa kuesioner yang digunakan untuk menguji kelayakan menjadi responden dan mendapatkan keterangan mengenai responden.

b. Data sekunder yaitu data kepala keluarga yang didapatkan dari ketua RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012.

2. Cara Pengumpulan Data a. Instrumen

Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden terdiri dari 3 jenis yaitu:

3 Intensitas merokok dilihat dari rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap kepala keluarga setiap hari.

(Budianto,2010)

Wawancara Kuesioner C Kategori intensitas rokok: a. Perokok ringan: 1-9 batang/ hari b. Perokok sedang: 10-19 batang/ hari c. Perokok

berat: ≥ 20 batang/ hari (Budianto, 2010)


(60)

41 a.1 Kuesioner A merupakan sikap istri tentang merokok yang terdiri dari 11 pernyataan. Pada kuesioner A setiap pernyataan memiliki skor 0 sampai 3; dengan kriteria skor pernyataan positif jika

responden menjawab “sangat setuju” = 3, “setuju” = 2, “tidak

setuju” = 1, dan “sangat tidak setuju”= 0. Sebaliknya, pada pernyataan negatif “sangat setuju” = 0, “setuju” = 1, “tidak

setuju” = 2, dan “sangat tidak setuju”= 3. Skor minimal dari pernyataan ini adalah 0 dan skor tertinggi adalah 33.

a.2 Kuesioner B mencakup ada atau tidaknya dukungan keluarga, bentuk dukungan keluarga, intensitas dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga yang diberikan berupa dukungan emosional, instrumental, penghargaan, dan informatif yang tersebar acak. Skor untuk pernyataan positif jika responden menjawab selalu = 4, sering = 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif jika responden menjawab selalu = 1, sering = 2, jarang = 3, dan tidak pernah = 4. Skor minimal dari pernyataan ini adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40.

a.3 Kuesioner C mencakup tentang intensitas rokok kepala keluarga yang dilihat dari jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.


(61)

42 H. Prosedur Penelitian

Gambar 3. Prosedur Penelitian

I. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap,jelas, relevan, dan konsisten. Meneliti kembali kelengkapan jawaban pada angket dan dilaksanakan pada waktu pemeriksaan dan wawancara

Observasi lapangan (Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung

Survei ke masing-masing RT Penelusuran pustaka

Izin melakukan penelitian kepada instansi

Memberikan kuesioner kepada resonden

Pengumpulan data

Kesimpulan Pengolahan data


(62)

43 sehingga apabila ada kekurangan atau kesalahan dapat segera diperbaiki.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Kegunaan coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data. c. Entry data

Kegiatan memasukkan data ke dalam komputer untuk dilakukan pengolahan data.

d. Processing

Kegiatan memproses data agar dapat dianalisis, dilakukan dengan cara memasukkan data dari kuesioner ke paket program komputer, program komputer yang dipakai adalah paket program SPSS for windows. e. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis data

Data yang berasal dari hasil kuesioner akan diolah dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 18. Untuk menganalisis data digunakan analisis univariat dan analisis bivariat. a. Analisis data univariat merupakan analisis data untuk mengetahui

gambaran dari masing- masing variabel independen dan dependen yaitu sikap istri terhadap perilaku merokok suami, dukungan keluarga, dan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT


(63)

44 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada tahun 2012. b. Analisis data bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan dependen pada penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square yaitu:

Keterangan:

x2 = Kai kuadrat

fo = Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian

fh = Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian dengan á = 0,05

Tetapi bila tidak memenuhi syarat uji Chi Square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu Kolmogorov-Smirnov (Dini, 2012).


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A dan Prihartono, J. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aula, L. E. 2010. Stop Merokok. Yogjakarta: Garailmu.

Azwar. A. 1997. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

Badan Koordinasi Penanaman Modal. 2012. Display Ekonomi UMRD Lampung . Diakses pada http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/ekonomium rd.php?ia=18&is=45 tanggal 20 November 2012.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Diakses pada http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/2010/ tanggal 22 November 2012.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Garis Kemiskinan,Jumlah, dan Presentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung, 2009- 2010. Diakses pada http://lampung.bps.go.id/index. php/component/search/?searchword=tingkat%20pendidikan&searchphrase= all&Itemid=145

BBC News.2008.Smokers Tend To Give Up In Groups. Diakses pada news. bbc.co.uk/2/hi/health/7410876.stm tanggal 23 November 2012.

Brahmana, K. M. 2009. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Dewasa Muda Dalam Mengambil Keputusan Mengkonsumsi Rokok (Jenis Lights Atau Non Lights).

Budiarto,E. 2002. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC.

Budianto, A. A. 2010. Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa Universitas Lampung Yang Merokok. Universitas Lampung: Lampung.

Chang, S.A. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Melitus. Diabetes Metabolism Journal vol 36(6): 399–403.


(65)

Crofton, J dan Simpson, D. 2009. Tembakau Ancaman Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Dahlan, S. 2009.Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Deasy dan Kartasasmita, S. 2010. Hubungan Antara Kepribadian (Big Five) Dan

Perilaku Merokok Dewasa Muda. Diakses http://www.academia.edu/ 560719/The_relations_between_personality_and_smoking_behavior_on_yo ung_adulthoo pada tanggal 20 Januari 2013.

Dini, A. A., 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Dan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Bandar Lampung. Universitas Lampung: Lampung

Dewi, E. M. P. dan Basti. 2008. Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian Konflik pada Pasangan Suami Istri. Diakses pada isjd.pdii.lipi.go.id /admin/jurnal/12084251_2086-3047.pdf tanggal 18 Januari 2013.

Fauzani, N. dan Triratnawati, A. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Diakses pada https://www.google.com/#hl=id&tbo=d & spell=1&q=penelitian+asbak+rokok+dan+intensitas+merokok&sa=X&ei=4 mwAUc3YHYWzrAfynIBI&ved=0CCkQBSgA&bav=on.2,or.r_gc.r_ pw.r _cp.r_qf.&bvm=bv.41248874,d.bmk&fp=a0491fa716c62ce0&biw=1024&b ih=475 tanggal 23 Januari 2013.

Handayani, L. 2007. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Merokok: Studi Kasus pada Karyawan Universitas Ahmad Dahlan. Diakses http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4107612.pdf pada tanggal 27 januari 2013.

Harris, B. 2011. The intractable cigarette ‘filter problem’. Tobacco Control Journal vol10–16.

Haryono,E. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta

Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Diakses http://www.google.co.id/#hl=id&tbo =d&sclient=psy-ab&q= Kementerian+Kesehatan+Republik+Indonesia.+ 2011.+Pedoman+Pengembangan+Kawasan+Tanpa+Rokok&oq=Kementeri an+Kesehatan+Republik+Indonesia.+2011.+Pedoman+Pengembangan+Ka wasan+Tanpa+Rokok&gs_l=serp.3...2433.2433.1.2975.1.1.0.0.0.0.218.218. 2-1.1.0...0.0...1c.1.5q8gait1Avo&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf .&fp


(66)

=5f40c719b5af5b00&bpcl=39580677&biw=1024&bih=475 pada pada tanggal 22 November 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.Pedoman Penyusunan Profil Promosi Kesehatan. Diakses pada http://www.google.co.id/ url?sa=t&rct =j& q=pusat+promosi+ kesehatan+departemen+kesehatan+2011+perokok &source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CDwQFjAE&url=http%3A%2F%2F www.promkes.depkes.go.id%2Findex.php%2Fmediaroom%2Fpedoman-dan-buku%3Fdownload % 3D12%3Apanduan&ei=BZSuULXMBo _ SrQ fY_4DIAg&usg=AFQjCNGI1OfjkVIQXovuOysz7b9qkqP14Q tanggal 23 November 2012.

Kuncoro. 2002. Dukungan Sosial pada Remaja. Diakses pada http://www.e-psikologi.com/remaja/commant.htm tanggal 20 Desember 2012.

Kusumaningrum, A., Trilonggani, H., dan Nurhalinah. 2011. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Terhadap Kecerdasan Emosional remaja . Universitas Sriwijaya: Sumatera Selatan.

Laksono, W.T. 2008. Hubungan Dukungan Sosial dan Intensi Berhenti Merokok pada Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Lampung Post.2012. Rokok dan Si Miskin. Diakses pada http: //ekonomi. kompasiana.com/bisnis/2012/01/07/rokok – dan - si – miskin - 425615. html tanggal 24 November 2012.

Lidianti, I. G. A. M. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Budaya Merokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa SMK N 2 Bandar Lampung. Universitas Lampung: Lampung.

Maharendrani, R. 2009. Hubungan antara faktor sosial ekonomi dan Kebiasaan Merokok di Kabupaten Sragen.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

Maysarah, S. 2011. Hubungan APGAR Score Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik Terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

McGee, M. 2005. Self- Help, Inc: Makeover Culture in American Life. Oxford University Press, NY. Paperback eddition 2007 from Oxford.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(67)

Nurtanti, D. M. 2012. Pengaruh Pendidikan Sebaya (Peer Education) Dari Istri Pada Suami Di Dusun Kweden Desa Trerenggo Kecamatan Bantul Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Suami Untuk Tidak Merokok Di Dalam Rumah. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:Yogyakarta

Pradana, K.A. 2008. Dinamika Motivasi Mengakhiri Perilaku Merokok Pada Mantan Perokok Yang Pernah Mengalami Relapse. Universitas Indonesia: Jakarta

Purba, Y.C., 2009. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Dan Sikap Remaja Laki-Laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di SMU Parulian Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Rachiotis, G., Muula, A. S., Rudatsikira, E., Siziya, S., Kyrlesi, A., Gourgouliani, K., Konstantinos. Hadjichristodoulou, C. 2008. Factors Associated With Adolescen Cigarette Smoking In Greece: Results From A Cross Sectional Study (GYTS Study). BMC Public Healts, 8: 313.

Rahmawati, D.2009. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Merokok Pada Pekerja Informa. Diakses http://www.ui.ac.id/download/siaran_ pers/rilis_doktor_fkm_2.pdf pada tanggal 23 November 2012

Reimondos,A., Utomo, I. D., McDonald, P., Hull, T., Suparno, H., dan Utomo, A. 2010. Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia. Diakses adsri.anu.edu.au/sites/default/files/research/transition-to-adulthood/Policy_ Background_%232_smoking-Bhs_Indonesia.pdf pada tanggal 21 Januari 2013.

Salahudin, M. 2009. Peran Keluarga terhadap Proses Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang. Saputro, Z. A., 2010. Hubungan Faktor Keluarga dan Teman terhadap Perilaku

Merokok Pada Pelajar SMA Negeri 1 Depok. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

Sari, N. I. 2011. Hubungan Antara Tingkat Stress dan Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Perokok SMK N 2 Batu Sangkar. Universitas Andalas: Padang.

Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Pemeriksaan Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Setiaji. B. 2012. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Merokok Pekerja Informal.


(68)

Setiono, G. 2013. Siapa Bilang Filter Rokok Tidak Berbahaya. Diakses pada http://health.okezone.com/read/2013/01/02/482/ 740439/siapa-bilang-filter-rokok-tidak-bahaya tanggal 7 Februari 2013.

Suara Anak Indonesia Lipsus Kompas.Com. 2011.Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-FEUI) Memaparkan Hasil Surei Sosial Ekonomi Nasional Mengenai Prevalensi Merokok Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Sejak Tahun 1995-2010. Diakses pada http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/12/Buku-Fakta-Tembakau.pdftanggal 23 November 2012.

Subekti, Imam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep dan Proses. Malang: Buntara Media.

Taufiq, F. P. A. 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualita Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Universitas Lampung: Lampung.

Tobacco Control Support Center Indonesia. Pengendalian Masalah Tembakau yang Efektif akan Mencegah Semakin Miskinnya Penduduk Miskin. Diakses pada http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/ Tembakau-dan-Kemiskinan_ rev100712. pdf tanggal 10 Februari 2013.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2011. Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Lampung. Diakses pada http://data.tnp2k. go.id /file_data/Data/IKD/18_Lampung.pdf tanggal 20 November 2012. Tribun Lampung. 2012. Kemiskinan, Lampung Masih Tingkat Ketiga Se-Sumatra

. Diakses pada http://lampung.tribunnews.com/m/index.php/2012/07/02/ kemiskinan-lampung-masih-peringkat-ketiga-se-sumatera tanggal 23 November 2012.

WHO. 2008. WHO Report On The Global Tobacco Epidemic. Diakses pada http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf tanggal 10 Februari 2013.

Wulandari, C. Dan Santoso, A. 2012. Pengalaman Menghentikan Kebiasaan Merokok Pada Mantan Perokok. Diakses pada ejournal.s1.undip.ac.id./ index.php/jnursing/article/view/141 tanggal 28 Januari 2013.

Yudha, A. K. 2012. Hubungn Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Intensitas Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas lampung Angkatan 2007 Sampai Dengan 2011. Universitas Lampung: Lampung. Zubairi, A. D., 2012. Mau Berhenti Merokok Ikuti Kiat Teman Saya. Diakses pada

lifetyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/27/mau-berhenti-merokok-ikuti-kiat teman-saya-458085.html tanggal 21 Januari 2013.


(69)

Zhang, L., Curhan, G.C., Hu, F. B., Rimm, E.B., Forman, J.P. 2011. Association Between Passive and Active Smoking and Incident Type 2 Diabetes in Women. J. Diabetes Care Vol 34(4): 892–897.


(70)

(1)

Crofton, J dan Simpson, D. 2009. Tembakau Ancaman Global. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Dahlan, S. 2009.Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Deasy dan Kartasasmita, S. 2010. Hubungan Antara Kepribadian (Big Five) Dan

Perilaku Merokok Dewasa Muda. Diakses http://www.academia.edu/ 560719/The_relations_between_personality_and_smoking_behavior_on_yo ung_adulthoo pada tanggal 20 Januari 2013.

Dini, A. A., 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Dan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Bandar Lampung. Universitas Lampung: Lampung

Dewi, E. M. P. dan Basti. 2008. Konflik Perkawinan dan Model Penyelesaian Konflik pada Pasangan Suami Istri. Diakses pada isjd.pdii.lipi.go.id /admin/jurnal/12084251_2086-3047.pdf tanggal 18 Januari 2013.

Fauzani, N. dan Triratnawati, A. 2005. Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Diakses pada https://www.google.com/#hl=id&tbo=d & spell=1&q=penelitian+asbak+rokok+dan+intensitas+merokok&sa=X&ei=4 mwAUc3YHYWzrAfynIBI&ved=0CCkQBSgA&bav=on.2,or.r_gc.r_ pw.r _cp.r_qf.&bvm=bv.41248874,d.bmk&fp=a0491fa716c62ce0&biw=1024&b ih=475 tanggal 23 Januari 2013.

Handayani, L. 2007. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Merokok: Studi Kasus pada Karyawan Universitas Ahmad Dahlan. Diakses http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/4107612.pdf pada tanggal 27 januari 2013.

Harris, B. 2011. The intractable cigarette ‘filter problem’. Tobacco Control Journal vol10–16.

Haryono,E. 2009. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes. Universitas Muhammadiyah: Yogyakarta

Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok. Diakses http://www.google.co.id/#hl=id&tbo =d&sclient=psy-ab&q= Kementerian+Kesehatan+Republik+Indonesia.+ 2011.+Pedoman+Pengembangan+Kawasan+Tanpa+Rokok&oq=Kementeri an+Kesehatan+Republik+Indonesia.+2011.+Pedoman+Pengembangan+Ka wasan+Tanpa+Rokok&gs_l=serp.3...2433.2433.1.2975.1.1.0.0.0.0.218.218. 2-1.1.0...0.0...1c.1.5q8gait1Avo&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf .&fp


(2)

=5f40c719b5af5b00&bpcl=39580677&biw=1024&bih=475 pada pada tanggal 22 November 2012.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011.Pedoman Penyusunan Profil Promosi Kesehatan. Diakses pada http://www.google.co.id/ url?sa=t&rct =j& q=pusat+promosi+ kesehatan+departemen+kesehatan+2011+perokok &source=web&cd=5&cad=rja&ved=0CDwQFjAE&url=http%3A%2F%2F www.promkes.depkes.go.id%2Findex.php%2Fmediaroom%2Fpedoman-dan-buku%3Fdownload % 3D12%3Apanduan&ei=BZSuULXMBo _ SrQ fY_4DIAg&usg=AFQjCNGI1OfjkVIQXovuOysz7b9qkqP14Q tanggal 23 November 2012.

Kuncoro. 2002. Dukungan Sosial pada Remaja. Diakses pada http://www.e-psikologi.com/remaja/commant.htm tanggal 20 Desember 2012.

Kusumaningrum, A., Trilonggani, H., dan Nurhalinah. 2011. Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Terhadap Kecerdasan Emosional remaja . Universitas Sriwijaya: Sumatera Selatan.

Laksono, W.T. 2008. Hubungan Dukungan Sosial dan Intensi Berhenti Merokok pada Mahasiswa. Universitas Muhammadiyah: Surakarta.

Lampung Post.2012. Rokok dan Si Miskin. Diakses pada http: //ekonomi. kompasiana.com/bisnis/2012/01/07/rokok – dan - si – miskin - 425615. html tanggal 24 November 2012.

Lidianti, I. G. A. M. 2007. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Budaya Merokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa SMK N 2 Bandar Lampung. Universitas Lampung: Lampung.

Maharendrani, R. 2009. Hubungan antara faktor sosial ekonomi dan Kebiasaan Merokok di Kabupaten Sragen.Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

Maysarah, S. 2011. Hubungan APGAR Score Keluarga dengan Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik Terminal di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

McGee, M. 2005. Self- Help, Inc: Makeover Culture in American Life. Oxford University Press, NY. Paperback eddition 2007 from Oxford.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.


(3)

Nurtanti, D. M. 2012. Pengaruh Pendidikan Sebaya (Peer Education) Dari Istri Pada Suami Di Dusun Kweden Desa Trerenggo Kecamatan Bantul Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Suami Untuk Tidak Merokok Di Dalam Rumah. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:Yogyakarta

Pradana, K.A. 2008. Dinamika Motivasi Mengakhiri Perilaku Merokok Pada Mantan Perokok Yang Pernah Mengalami Relapse. Universitas Indonesia: Jakarta

Purba, Y.C., 2009. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Dan Sikap Remaja Laki-Laki Terhadap Kebiasaan Merokok Di SMU Parulian Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Rachiotis, G., Muula, A. S., Rudatsikira, E., Siziya, S., Kyrlesi, A., Gourgouliani, K., Konstantinos. Hadjichristodoulou, C. 2008. Factors Associated With Adolescen Cigarette Smoking In Greece: Results From A Cross Sectional Study (GYTS Study). BMC Public Healts, 8: 313.

Rahmawati, D.2009. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Merokok Pada Pekerja Informa. Diakses http://www.ui.ac.id/download/siaran_ pers/rilis_doktor_fkm_2.pdf pada tanggal 23 November 2012

Reimondos,A., Utomo, I. D., McDonald, P., Hull, T., Suparno, H., dan Utomo, A. 2010. Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia. Diakses adsri.anu.edu.au/sites/default/files/research/transition-to-adulthood/Policy_ Background_%232_smoking-Bhs_Indonesia.pdf pada tanggal 21 Januari 2013.

Salahudin, M. 2009. Peran Keluarga terhadap Proses Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang. Saputro, Z. A., 2010. Hubungan Faktor Keluarga dan Teman terhadap Perilaku

Merokok Pada Pelajar SMA Negeri 1 Depok. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.

Sari, N. I. 2011. Hubungan Antara Tingkat Stress dan Perilaku Merokok Pada Siswa Laki-Laki Perokok SMK N 2 Batu Sangkar. Universitas Andalas: Padang.

Sastroasmoro, S dan Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Pemeriksaan Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

Setiaji. B. 2012. Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Perilaku Merokok Pekerja Informal.


(4)

Setiono, G. 2013. Siapa Bilang Filter Rokok Tidak Berbahaya. Diakses pada http://health.okezone.com/read/2013/01/02/482/ 740439/siapa-bilang-filter-rokok-tidak-bahaya tanggal 7 Februari 2013.

Suara Anak Indonesia Lipsus Kompas.Com. 2011.Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-FEUI) Memaparkan Hasil Surei Sosial Ekonomi Nasional Mengenai Prevalensi Merokok Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin Sejak Tahun 1995-2010. Diakses pada http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/12/Buku-Fakta-Tembakau.pdftanggal 23 November 2012.

Subekti, Imam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep dan Proses. Malang: Buntara Media.

Taufiq, F. P. A. 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Diabetes Melitus Dan Dukungan Keluarga Dengan Kualita Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD dr. H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Universitas Lampung: Lampung.

Tobacco Control Support Center Indonesia. Pengendalian Masalah Tembakau yang Efektif akan Mencegah Semakin Miskinnya Penduduk Miskin. Diakses pada http://tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2012/08/ Tembakau-dan-Kemiskinan_ rev100712. pdf tanggal 10 Februari 2013.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2011. Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Lampung. Diakses pada http://data.tnp2k. go.id /file_data/Data/IKD/18_Lampung.pdf tanggal 20 November 2012. Tribun Lampung. 2012. Kemiskinan, Lampung Masih Tingkat Ketiga Se-Sumatra

. Diakses pada http://lampung.tribunnews.com/m/index.php/2012/07/02/ kemiskinan-lampung-masih-peringkat-ketiga-se-sumatera tanggal 23 November 2012.

WHO. 2008. WHO Report On The Global Tobacco Epidemic. Diakses pada http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf tanggal 10 Februari 2013.

Wulandari, C. Dan Santoso, A. 2012. Pengalaman Menghentikan Kebiasaan Merokok Pada Mantan Perokok. Diakses pada ejournal.s1.undip.ac.id./ index.php/jnursing/article/view/141 tanggal 28 Januari 2013.

Yudha, A. K. 2012. Hubungn Faktor Lingkungan Sosial Terhadap Intensitas Merokok Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas lampung Angkatan 2007 Sampai Dengan 2011. Universitas Lampung: Lampung. Zubairi, A. D., 2012. Mau Berhenti Merokok Ikuti Kiat Teman Saya. Diakses pada

lifetyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/27/mau-berhenti-merokok-ikuti-kiat teman-saya-458085.html tanggal 21 Januari 2013.


(5)

Zhang, L., Curhan, G.C., Hu, F. B., Rimm, E.B., Forman, J.P. 2011. Association Between Passive and Active Smoking and Incident Type 2 Diabetes in Women. J. Diabetes Care Vol 34(4): 892–897.


(6)