HUBUNGAN LARANGAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012
HUBUNGAN LARANGAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT
7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012
(Skripsi)
Oleh
FRISKA DWI ANGGRAINI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
ABSTRACT
THE CORRELATION OF THE SMOKING BAN IN WORKPLACE AND SMOKING CESSATION STAGE AGAINST SMOKING INTENSITY
ON THE HEAD OF THE FAMILY IN RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 AND RT 13 LABUHAN RATU RAYA DISTRICT
BANDAR LAMPUNG CITY 2012
By
FRISKA DWI ANGGRAINI
The prevalence of smokers is increasing from time to time. Smoking has become a widespread cause of death because it contains more than 4000 with 200 elements addictive substances that are harmful to the body. Stop smoking intentions should be based on stronger than in yourself. The purpose of this research is to know the relation of smoking bans in the workplace and smoking cessation stage against smoking intensity.
This research was desktriptif analytic, by approach cros sectional used proportional random sampling as many as n = 189 samples to heads of families in RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, and RT 13 Labuhan Ratu Raya District Bandar Lampung city.Smoking ban in workplace, intensity smoking and smoking cessation stages identified with method interview and a questionnaire.
The results showed that of the 189 respondents obtained 109 respondents (57,7%) there didn’t smoking ban in the workplace, 63 respondets (33,3%) had mild intensity of smoking, 89 respondents (47,1%) had moderate intensity of smoking,
(3)
37 respondents (19,6%) had heavy intensity of smoking, and 70 respondents (37%) were in stage kontemplation. Based on data analysis using chi square with α= 0,05was found that there was no correlation between the smoking ban in the workplace against smoking intensity with p value= 0,214 but there is a correlation between the smoking cessation stages on the intensity of smoking with p value=0,001.
(4)
ABSTRAK
HUBUNGAN LARANGAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA
KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012
Oleh
FRISKA DWI ANGGRAINI
Prevalensi jumlah perokok semakin meningkat dari waktu ke waktu. Rokok secara luas telah menjadi penyebab kematian karna mengandung lebih dari 4000 zat adiktif dengan 200 elemen yang berbahaya bagi tubuh. Berhenti merokok harus didasarkan pada niat yang kuat dari dalam diri sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan larangan merokok di tempat kerja dan tahapan smoking cessation terhadap intensitas merokok.
Penelitian ini bersifat desktriptif analitik, dengan pendekatan cros sectional menggunakan proportional random sampling sebanyak n=189 sampel pada kepala keluarga di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung. Larangan merokok di tempat kerja, intensitas merokok dan tahapan smoking cessation diidentifikasi dengan metode wawancara dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 189 responden didapatkan 109 responden (57,7) tidak terdapat larangan merokok di tempat kerja, 63 responden (33,3%) memiliki intensitas merokok ringan, 89 responden (47,1%) memiliki intensitas merokok sedang, 37 responden (19,6%) memiliki intensitas merokok berat dan 70 responden (37%) berada pada tahapan kontemplation . Berdasarkan analisis data menggunakan chi square dengan α < 0,05 didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara larangan merokok di tempat kerja terhadap intensitas merokok dengan p value=0,214 akan tetapi ada hubungan antara tahapan smoking cessation terhadap intensitas merokok dengan p value=0,001.
(5)
HUBUNGAN LARANGAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT
7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012
Oleh :
FRISKA DWI ANGGRAINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(6)
Judul Skripsi : HUBUNGAN LARANGAN
MEROKOK DI TEMPAT KERJA DAN TAHAPAN SMOKING CESSATION TERHADAP INTENSITAS MEROKOK PADA KEPALA KELUARGA DI RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, DAN RT 13 KELURAHAN LABUHAN RATU RAYA KOTA BANDAR
LAMPUNG TAHUN 2012
Nama Mahasiswa : Friska Dwi Anggraini Nomor Pokok Mahasiswa : 0918011112
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
dr. TA. Larasati, M.Kes dr. Ari Wahyuni
NIP. 197707182005011004 NIP. 198406102009122004
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Sutyarso, M. Biomed NIP. 195704241987031001
(7)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : dr. TA Larasati, M. Kes
Sekretaris : dr. Ari Wahyuni
Penguji
Bukan Pembimbing : dr. Fitria Saftarina, M. Sc., DK
2. Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. Sutyarso, M. Biomed
NIP. 195704241987031001(8)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 9 Maret 1990 , sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Dari pasangan Bapak Slamet Nuryadi dan Ibu Dati Sumarni.
Pendidikan Taman Kanak-kanak diterima penulis di TK Taruna Jaya Bandar Lampung pada tahun 1995. Setelah itu penulis mengeyam jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim Bandar Lampung sampai tahun 2002. Pendidikan SLTP diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 9 Bandar Lampung sampai tahun 2008
Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa Universitas Lampung penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang berada dalam lingkup kampus seperti BEM, PAKIS, dan FSI Ibnu Sina mulai tahun 2009 – 2011 .
(9)
Bismillahirrahmanirrahim
Teruslah berusaha walau sekelilingmu meragukan kamu. Teruslah tersenyum
karena orang-orang yang kamu sayang menginginkan senyummu. Teruslah
bersinar untuk mereka yang ada di kegelapan. Dan percayalah Tuhan tidak
akan mengubah nasib kaumnya tanpa usaha kaum itu. Teruslah melangkah
karena orang-orang yang menyayangimu akan selalu menopangmu.
Kupersembahakan Karya Kecilku ini Kepada Keluarga, Sahabat dan
Almamaterku Tercinta
I hated every minute of training, but I said, 'Don't quit. Suffer now and live the
rest of your life as a champion.'
Dalam hidup, anda tak akan selalu mendapatkan apa yang paling anda
inginkan, terkadang anda hanya mendapat pelajaran yang sebenarnya lebih
anda butuhkan.
"Jangan pernah berhenti bermimpi...karena tak ada yang mustahil...selama
mau berjuang untuk meraihnya"
(10)
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang sungguh luar biasa setelah melewati berbagai masalah dalam kesulitan, kesedihan dalam prosesnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa saya hanturkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung untuk mendapatkan syafaatnya di hari kemudian.
Penulisan skripsi berjudul “ Hubungan Larangan Merokok di Tempat kerja
dan Tahapan Smoking Cessation Terhadap Intensitas Merokok Pada Kepala Keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 DAN RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012” ini merupakan syarat bagi Penulis untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Tak lupa saya ucapkan rasa terimakasih yang teramat sangat kepada berbagai pihak yang telah membantu memberikan saran, kritik, bimbingan, bantuan dalam proses skripsi ini berlangsung sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya kepada:
(11)
1. Keluarga , Bapak (Slamet Nuryadi) dan Ibu (Dati Sumarni), mbak Risma yang selalu mendukung baik secara fisik serta mental kepada ananda ini. Terimakasih yang teramat sangat atas segala doa-doa yang tiada henti ibunda lakukan setiap waktu kepada ananda dan selalu memberikan saran, motivasi serta sebagai inspirasi bagi penulis.
2. Bapak Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;
3. Ibu dr. TA Larasati, M.Kes selaku Pembimbing Utama atas untuk memberikan bimbingan dan membuat ananda berpikir secara kritis dalam proses penyelesaian skripsi ini sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu dr. Ari Wahyuni, selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan dan waktunya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini
5. Sahabat Elis Sri Alawiyah yang selalu memberikan masukan positif ketika terdapat masalah serta selalu ada di kala suka maupun duka. Semoga ukhwah ini akan terus berlangsung sampai tua kelak.
6. Partner Nadia Ayu Shefia yang selalu mendukung tiada lelah serta kenangan
yang begitu berharga bagi penulis selama proses penelitian berlangsung. 7. Ghina, Ummi, Megan, Wika, Arum, Aqsho, Intan satu tim yang selalu
bersedia meluangkan waktu dan bantuaannya dalam menyiapkan peralatan dalam seminar skripsi.
(12)
9. Sahabat Dorlan (Kedokteran 09) yang telah setia menemani selama 3,5 tahun sungguh bukanlah suatu waktu yang singkat dan begitu banyak kisah telah terjadi baik suka maupun duka yang akan tetap indah serta manis untuk dikenang hingga akhir kelak.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Akhir kata penulis sadar bahwa karya ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan akan tetapi besar harapan penulis semoga karya ini dapat memberikan manfaat terutama bagi civitas akademika Universitas Lampung.
Bandar Lampung, 5 Februari 2013
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa prevalensi perokok di dunia mencapai 1,35 miliar orang. Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar dunia. Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta penduduk. Sementara itu China mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok. Jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia adalah sebesar 34,7%. Persentase perokok laki-laki yang merokok setiap hari adalah 52,1% dari jumlah penduduk laki-laki sedangkan perokok wanita yaitu 2,8% dari jumlah penduduk wanita (Riskesdas, 2010).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2008 telah mencapai 240 miliar batang (Shafey, 2009). Bahkan berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2010, tingkat konsumsi rokok masyarakat Provinsi Lampung menduduki urutan ke-5 secara nasional dengan presentasi perokok
(19)
2
mencapai 49,5%. Urutan tertinggi adalah Kepulauan Bangka Belitung dengan 52,1%, Riau 51,3%, Sumsel 50,45% dan NTB 49,9%.
Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rokok mengandung zat aditif yang memiliki kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen di dalamnya berbahaya bagi kesehatan tubuh. Menurut Jaya pada tahun 2009, racun yang utama dan berbahaya pada rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Racun itulah yang kemudian akan membahayakan kesehatan perokok aktif dan perokok pasif (Murti, 2005). Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru dan stroke (Fawzani & Triratnawati, 2005). Laporan WHO tahun 2008 menyatakan bahwa lebih dari lima juta orang meninggal karena penyakit yang disebabkan rokok. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya membakar uang. (Komalasari & Helmi, 2000).
Manfaat berhenti merokok secara total pada fisik adalah tekanan darah dan kadar CO dalam darah akan cenderung kembali normal. Keluhan-keluhan batuk, gangguan sinus, nafas pendek dan kelelahan akan menghilang, dan resiko kanker paru-paru ataupun resiko kardio-vaskuler akan kembali sama dengan bukan perokok. Manfaat berhenti merokok secara total pada lingkungan sosial adalah pengeluaran dapat dialihkan pada hal-hal yang lebih bermanfaat, dapat mempunyai bayi yang lebih sehat dan tidak khawatir mengganggu orang lain dengan asap rokok (Riwan, 2004).
(20)
3
Di Indonesia, terapi berhenti merokok melalui bagian berhenti merokok atau smoking cessation belum banyak dikenal. Padahal melalui tahapan smoking cessation membantu seseorang untuk berhenti merokok. Pelayanan kesehatan untuk berhenti merokok lebih banyak didasarkan pada pengalaman orang lain (Fawzani, 2005).
Berhenti merokok secara total harus dimulai dari dalam diri sendiri. Seseorang yang memiliki niat kuat untuk berhenti merokok secara total akan lebih mampu untuk berhenti merokok secara total dibandingkan dengan seseorang yang memiliki niat lemah (Icek Ajzen, 2005).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan telah mewajibkan setiap Pemerintah Daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Peraturan Pemerintah ini mengatur berbagai hal tentang tujuan pengaturan dan produksi rokok, distribusi, iklan, promosi dan pengaturan kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas rokok. Kawasan Tanpa Rokok, antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.
Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung. Peneliti memilih lokasi tersebut karena berdasarkan sumber dari kepala lingkungan dan kepala RT setempat bahwa jumlah perokok aktif di wilayah tersebut cukup tinggi yaitu mencapai 90%.
(21)
4
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan penelitian ini adalah kurangnya pemahaman terhadap bahaya merokok. Meskipun rokok banyak yang dilarang di tempat umum, tetapi orang tetap setia terhadap rokok. Inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena ketergantungan pada nikotin. Namun demikian, ada di antara mereka yang ingin berhenti merokok.Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan larangan merokok dan smoking cessation terhadap intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa masalah yang terjadi adalah meningkatnya prevalensi perokok yang tidak terkontrol sehingga rumusan masalah dalam penelitian yang akan diteliti yaitu: apakah terdapat hubungan antara larangan merokok di tempat kerja dan tahapan smoking cessation terhadap intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012?
(22)
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara larangan merokok di tempat kerja dan tahapan smoking cessation terhadap intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui distribusi frekuensi kepala keluarga berdasarkan umur, pendidikan terakhir, dan pekerjaan di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
b. Mengidentifikasi ada tidaknya larangan merokok di tempat kerja pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
c. Mengetahui tahapan smoking cessation pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
d. Mengetahui tingkat intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
(23)
6
e. Mengetahui hubungan larangan merokok dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
f. Mengetahui hubungan antara tahapan smoking cessation dengan intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat penelitian antara lain : 1. Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.
2. Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian diharapkan dapat mengubah sikap dan persepsi masyarakat terhadap rokok sehingga pemahaman keuntungan dan kerugian terhadap rokok semakin meningkat.
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok bagi kesehatan dan beperan aktif dalam menyukseskan hari tanpa rokok sedunia di lingkungan kampus.
(24)
7
4. Bagi Peneliti lain
Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai data dasar dan informasi tambahan dalam penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik yang sama.
E. Kerangka Pemikiran
1 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
(25)
8
2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah visualisasi hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmojo,2010).
F. Hipotesis
1 Ada hubungan antara larangan merokok dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung tahun 2012.
2 Ada hubungan antara smoking cessation dengan intensitas merokok kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Raya Kota Bandar Lampung tahun 2012.
(26)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP no.19 tahun 2003).
2. Kandungan Rokok
Setiap sedutan rokok menyerupai satu sedutan maut. Di antara kandungan asap rokok termasuklah aceton (bahan pembuat cat), naftalene (bahan kapur barus), arsen, tar (bahan karsinogen penyebab kanker), methanol (bahan bakar roket), vinyl chloride (bahan plastik PVC), phenol butane (bahan bakar korek api), potassium nitrate (bahan baku pembuatan bom dan pupuk), polonium-201 (bahan radioaktif), ammonia (bahan pencuci lantai) dan sebagainya. Racun yang paling utama ialah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Jaya, 2009).
(27)
10
Berikut beberapa jenis bahan yang terkandung dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut:
a. Nikotin
Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. Nikotin memegang peran penting dalam ketagihan merokok (Sitepoe, 2000).
b. Tar
Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar dijumpai zat-zat karsinogen seperti polisiklik hidrokarbon aromatis yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru. Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat merangsang jalan nafas dan tertimbun di saluran nafas yang akhirnya menyebabkan batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009).
(28)
11
c. Karbon Monoksida
Gas ini bersifat toksik dan dapat menggeser gas oksigen dari transport hemoglobin. Dalam rokok, terdapat 2-6% gas karbon monoksida pada saat merokok sedangkan gas karbon monoksida yang diisap perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Seiring berjalannya waktu, terjadinya polisitemia yang akan mempengaruhi saraf pusat (Sitepoe, 2000).
3. Efek Rokok
a. Pada Sistem Respirasi
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru serta penyakit paru-paru lain yang bersifat kronis dan obstruktif, seperti bronkitis dan emfisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh rokok. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronik, berdahak dan gangguan pernafasan. Apabila diadakan tes fungsi paru-paru maka chasil tes pada perokok lebih buruk berbanding dengan bukan perokok. Merokok juga terkait dengan influenza dan radang paru-paru lainnya. Perokok lebih mudah terserang influenza dan radang paru-paru lainnya berbanding yang bukan perokok. Pada penderita asma, merokok akan memperparah gejala asma karena asap rokok akan meyempitkan lagi saluran pernafasan (Sitepoe, 2000).
(29)
12
Kematian umumnya bukan terjadi akibat kesulitan bernafas karena membesarnya kanker, tetapi posisi paru-paru dalam sistem peredaran darah yang membuat kanker mudah menyebar ke seluruh tubuh. Metastase kanker ke otak dan bagian kritis lainnya menjadi penyebab kematian (Jaya, 2009).
b. Pada Sistem Kardiovaskular
Dalam sistem kardiovaskular, merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga mempunyai akibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
Asap yang dihembus oleh para perokok dapat dibagikan atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Telah ditemukan hampir 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik, di mana bahan racun ini lebih banyak terdapat pada asap samping. Misalnya, karbon monoksida ditemukan 5 kali lipat lebih banyak pada asap samping berbanding asap utama. Begitu juga dengan benzopiren, dengan 3 kali lipat dan amoniak dengan 50 kali lipat. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Umumnya, rokok akan lebih difokuskan pada peran nikotin
(30)
13
dan karbon monoksida. Kedua-dua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung sehingga akhirnya merugikan kerja otot jantung.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen otot jantung. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin turut mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk ke otot jantung. Karbon monoksida menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dan mempercepat arterosklerosis. Dengan demikian, karbon monoksida menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Jika dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah (Tandra, 2003).
(31)
14
c. Pada Sistem Limfatik dan Imunitas
Rokok juga dapat mengakibatkan melemahnya sistem imun. Rongga mulut sangat mudah terpapar efek yang merugikan akibat merokok. Terjadinya perubahan dalam rongga mulut adalah disebabkan oleh mulut merupakan tempat awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok. Temperatur rokok pada bibir adalah 30°C, sedangkan ujung rokok yang terbakar bersuhu 900°C.
Asap panas yang berhembus secara terus-menerus ke dalam rongga mulut merupakan rangsangan panas yang menyebabkan perubahan aliran darah dan mengurangi pengeluaran saliva. Akibatnya, rongga mulut menjadi kering dan hal ini mewujudkan suasana anaerob sehingga memberikan lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya bakteri anaerob dalam plak. Secara automatik, perokok berisiko lebih besar untuk mendapat infeksi bakteri penyebab penyakit jaringan pendukung gigi berbanding mereka yang bukan perokok.
Pada perokok, terdapat penurunan zat kekebalan tubuh yang terdapat di dalam saliva yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan akhirnya menyebabkan gangguan fungsi-fungsi sel-sel pertahanan tubuh. Sel pertahanan tubuh tidak dapat mendekati dan memfagosit bakteri-bakteri yang menyerang tubuh sehingga sel pertahanan tubuh tidak peka lagi terhadap perubahan di sekitarnya maupun terhadap infeksi (Sitepoe, 2000).
(32)
15
d. Pada Sistem Gastrointestinal
Bagi sistem pencernaan terutama gusi, efek rokok itu sudah dapat dilihat. Gusi seorang perokok juga cenderung mengalami penebalan lapisan tanduk. Daerah yang mengalami penebalan ini terlihat lebih kasar dibandingkan jaringan di sekitarnya dan kekenyalannya berkurang. Penyempitan pembuluh darah yang disebabkan nikotin mengakibatkan aliran darah ke gusi tidak adekuat, dan akhirnya meningkatkan kecenderungan timbulnya penyakit gusi (Sitepoe, 2000).
Tar dalam asap rokok juga memperbesar peluang terjadinya radang gusi, yaitu penyakit gusi yang paling sering terjadi yang disebabkan oleh plak bakteri dan sebarang faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak di sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada permukaan gigi dan akar gigi sehingga permukaan ini menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak. Dari beberapa penelitian, plak dan karang gigi lebih banyak terbentuk pada rongga mulut perokok berbanding yang bukan perokok. Rokok juga melemahkan katup esofagus distal maupun proksimal, sehingga mengakibatkan regurgitasi asam lambung ke esofagus. Hal ini akhirnya memicu terjadinya erosi yang disebabkan oleh asam lambung pada esofagus (Sitepoe, 2000).
Di dalam perut dan usus, terjadi keseimbangan antara pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan.
(33)
16
Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi dari bukan perokok (Gondodiputro, 2007).
e. Pada Sistem Reproduksi
Merokok akan mengurangi terjadinya konsepsi, fertilitas pria ataupun wanita yang merokok akan mengalami penurunan, nafsu seksual juga mengalami penurunan dibandingkan dengan bukan perokok. Wanita perokok akan mengalami menopause lebih cepat berbanding wanita yang bukan perokok (Sitepoe, 2000).
Pada wanita hamil yang merokok, anak yang dikandung akan mengalami penurunan berat badan, bayi lahir prematur, karena bayi juga akan turut merokok secara tidak langsung. Merokok pada wanita hamil juga berisiko tinggi mengalami keguguran, kematian janin, kematian bayi sesudah lahir dan kematian mendadak pada bayi. Kesehatan fisik maupun intelektual anak-anak yang akan bertumbuh kembang itu juga turut terganggu (Sitepoe, 2000).
Asap rokok menyebabkan terganggunya spermatogenesis dalam tubulus seminiferus. FSH, tesosteron dan LH adalah hormon yang berperan penting dalam spermatogenesis. Yardimci (1997) dan Yamamoto (1999) menyatakan bahwa asap rokok menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron. Nikotin mempengaruhi kerja sistem saraf pusat dengan cara menghambat kerja GnRH sehingga pembentukan FSH dan LH terhambat. Dengan
(34)
17
terhambatnya pembentukan FSH dan LH, maka spermatogenesis berjalan tidak normal (Sukmaningsih, 2009).
Pada laki – laki berusia 30 – 40 tahunan, merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari tubuh (Gondodiputro, 2007).
B.Merokok
1. Pengertian Merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut side stream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi seorang perokok pasif (Sitepoe,2000)
(35)
18
2. Tahapan Menjadi Perokok
Leventhal dan Clearly (dalam Komalasari & Helmi, 2000) mengatakan ada empat tahap dalam merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu :
a. Tahap Prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai rokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak perilaku merokoknya.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d. Tahap Maintenance a smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk mendapatkan efek psikologis yang menyenangkan.
3. Tipe Perokok
a. Banyaknya Rokok Yang dihisap
Menurut Smet (dalam Kemala, 2007) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
(36)
19
1 Perokok berat yang menghisap lebih dari 20 batang rokok dalam sehari.
2 Perokok sedang yang menghisap 10 sampai 19 batang rokok dalam sehari.
3 Perokok ringan yang menghisap 1-9 batang rokok dalam sehari.
b. Tempat
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok,
maka Mu’tadin menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi :
1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat-tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
(37)
20
4. Management of affect theory
Menurut Silvan & Tomkins ada empat tipe merokok (dalam Mu’ttadin, 2002) berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah :
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. 1. Pleasure relaxation
Merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
2. Simulation to pick them up
Merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3. Pleasure of handling the cigarette
Kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok.
b. Merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.
Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
(38)
21
c. Merokok yang adiktif.
Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
d. Merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.
5. Metode Perubahan Perilaku Merokok
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia rokok untuk menghentikan kecanduan merokok (Jacken, 2002). Yakni metode yang mengandalkan perubahan perilaku dan metode yang mengandalkan terapi obat-obatan, berikut penjelasannya:
a) Metode yang mengandalkan perubahan perilaku
Yang dimaksud metode perilaku dalam menghentikan kebiasan merokok adalah bahwa perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan.
1) Metode Cold Turkey
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan paling mudah dimengerti tetapi paling banyak mengalami kegagalan. Caranya tinggal berhenti saja. Metode ini tidak menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup menentukan kapan akan melakukannya
(39)
22
2) Cognitive Behavioral Therapy atau terapi perilaku kognitif Metode ini menggunakan pendekatan pengetahuan atau kesadaran akan perilaku menjadi dasar untuk merubah perilaku ke arah yang diinginkan. Perokok hanya akan merubah perilaku buruk merokok kalau tahu bahwa merokok itu buruk. Dengan pengetahuan itu maka perokok akan berusaha merubah perilaku dari suka merokok menjadi berhenti merokok dengan mengetahui sifat atau keadaan yang menyebabkan berhenti merokok.
3) Aversive Conditioning atau pengkondisian berbalik
Metode ini memasangkan sebuah stimulus atau masukan negative dengan perilaku yang ingin dirubah, seperti contoh:
1. Merokok terus-menerus tanpa berhenti sampai muntah 2. Saat sedang merokok memikirkan hal buruk tentang
merokok.
3. Membuat kontrak pengeluaran uang.
b) Metode yang mengandalkan terapi obat-obatan
1. Nicotine Replacement Therapy
Terapi penghentian nikotin dengan mengganti sumbernya dengan nikotin yang didapat dari kulit, mukosa hidung, dan mukosa mulut,
(40)
23
c) Teori Tingkat Perubahan Perilaku (Stage of Change) Prochaska Awal tahun 1980-an James Prochaska memperkenalkan konsep SCM (Stage of Change Model) untuk memahami perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini dikembangkan oleh beberapa pakar menjadi konsep yang lebih spesifik menjadi kerangka untuk menghentikan kebiasaan merokok (Smoking Cessation) konsep ini dinamakan transtheoretical Model karena merupakan penggabungan dari konsep yang diteliti oleh masing-masing pakar.
Secara bertahap konsep ini membentuk sebuah kerangka bagi seorang pecandu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya, berikut penjelasannya:
1. Proses Perubahan “Experiental”
a. Consciousness Raising (Increasing Awareness)
b. Dramatic Relief (Emotional Arousal)
c. Environmental Reevalution (Social Reapprisal) d. Social Liberation (Environmental Opportunities) e. Self Reevaluation (Self Reappraisal)
2. Proses Perubahan “Behavioral”
a. Stimulus Control (Re-engineering) b. Helping Relationship (Supporting) c. Counter Conditioning (Substituting)
d. Reinforcement Management (Rewarding)
(41)
24
C. Larangan Merokok
1. Peraturan Larangan Merokok
Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di tempat-tempat yang ditetapkan. Sejak tahun 1999, melalui PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan, Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22 – 25. Pasal 25 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok.
Kesehatan merupakan hak fundamental masyarakat, dan negara berkewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan termasuk mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan diantaranya masalah rokok. Mengingat asap rokok tidak hanya membahayakan perokok, tetapi membahayakan orang disekitarnya yang menghirup asap rokok atau perokok pasif. Berkaitan dengan itu pemerintah melalui Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya.
2. Kawasan Tanpa Rokok
Kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok orang lain. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau lainnya.
(42)
25
Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan.
Namun belum menerapkan 100% Kawasan Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk merokok dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa resistensi. Pada kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal, kedua hal tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok pasif, disamping rawan manipulasi dengan dalih hak azasi bagi perokok. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, juga mencantumkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok pada Bagian Ketujuh Belas, Pengamanan Zat Adiktif, pasal 115.
Menindak lanjuti pasal 25 PP 19/2003, beberapa pemerintah daerah telah mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
a. Surabaya
Surabaya merupakan kota pertama yang mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara ekskusif, yaitu Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Perda ini membagi 2 kawasan yaitu
(43)
26
Kawasan Tanpa Rokok yang menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang menyediakan ruang khusus untuk merokok.
Untuk melaksanakan Perda No 5 Tahun 2008, Kota Surabaya juga telah membuat Peraturan Walikota Surabaya No 25 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Perda Kota surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok. Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang tercantum dalam Perda 5/2009 dirinci dan dipertegas pada Perwali tersebut.
b. Palembang
Palembang merupakan Kota pertama di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif dan menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok yaitu tanpa menyediakan ruang merokok. Peraturan Daerah No. 07/2009 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Kota Palembang merupakan satu-satunya Perda Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia yang sesuai dengan standard internasional yaitu 100% Kawasan Tanpa Rokok dengan tidak menyediakan ruang untuk merokok.
c. DKI Jakarta
DKI Jakarta tidak mempunyai Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok secara eksklusif. Peraturan Kawasan Dilarang Merokok hanya tercantum dalam Peraturan Daerah (PERDA) No. 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara untuk Udara Luar Ruangan. Yang ada
(44)
27
hanya Peraturan Gubernur (Per-Gub) Nomor 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok. DKI Jakarta belum menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok karena dalam peraturan tersebut masih menyediakan ruang untuk merokok.
d. Cirebon
Peraturan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Cirebon berbentuk Surat Keputusan Walikota No 27A/2006 tentang Perlindungan Terhadap Masyarakat Bukan Perokok di Kota Cirebon. Kota Cirebon merupakan kota pertama yang menerapkan 100% Kawasan Tanpa Rokok yaitu tidak menyediakan ruang untuk merokok. Sayangnya peraturan tersebut belum berbentuk Peraturan Daerah sehingga tidak ada sanksi dan tidak mengikat masyarakat.
e. Kota Padang Panjang
Kota Padang Panjang memiliki Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok yaitu Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok. Peraturan Daerah ini dirinci dan dipertegas dengan Peraturan Walikota Padang Panjang No.10 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Padang Panjang No. 8 Tahun 2009 Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok.
3. Larangan Merokok di Tempat Kerja
Menurut estimasi International Labor Organization (ILO) tahun 2005 tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati setiap tahun karena paparan
(45)
28
asap rokok orang lain di tempat kerja. Kematian karena paparan asap rokok orang lain merupakan 1 dari 7 penyebab kematian akibat kerja.
Larangan merokok di tempat kerja memberikan dampak kesehatan bagi perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan:
a. Mengurangi paparan bukan perokok pada asap tembakau lingkungan. b. Mengurangi konsumsi rokok di antara para perokok.
Maka dapat disimpulkan bahwa larangan atau pembatasan yang ketat terhadap merokok di tempat kerja memberikan keuntungan ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk diantaranya biaya untuk kebersihan, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping risiko kebakaran, absensi pekerja dan kerusakan harta benda.
4. Sanki bagi Perokok di Area Bebas Rokok
Menurut Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, dalam Pasal 6 disebutkan bahwa sanksi bagi perokok yang merokok di Kawasan Tanpa Rokok berupa sanksi tindak pidana ringan bagi per orangan dan sanksi administratif atau denda bagi badan hukum atau badan usaha.
Peraturan bersama ini ditujukan untuk memberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR melalui peraturan daerah. Lalu, memberikan perlindungan efektif dari bahaya asap rokok, memberikan ruang dan lingkungan bersih dan sehat bagi masyarakat. Serta, melindungi
(46)
29
kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung.
5. Ruang Khusus Merokok
Tempat khusus untuk merokok di tempat kerja dan tempat umum adalah ruang terbuka atau langsung berhubungan dengan udara luar sehingga udara dapat bersikulasi dengan baik. Juga, terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang digunakan untuk beraktivitas.
6. Pencegahan Merokok
Ada beberapa hal yang dilakukan bertujuan mencegah meningkatnya kecenderungan untuk merokok dan meluasnya pemakai rokok. Adapun tindakan yang dilakukan antara lain:
a.Diadopsinya FCTC (Frame Convention on Tobacco Control) oleh 192 negara anggota WHO (termasuk Indonesia) pada tanggal 21 Mei 2003. FCTC merupakan suatu perjanjian internasioanl pertama di bidang kesehatan masyarakat, yang isinya antara lain perlindungan terhadap perokok pasif dalam bentuk pelarangan merokok secara total di tempat-tempat umum, adanya peraturan perundngan misalnya dengan pelarangan penjualan rokok pada orang yang usianya dibawah 18 tahun dan juga pelarangan penjualan rokok oleh orang yang berusia dibawah 18 tahun.
b.Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah no. 18/1999 tentang pengamatan rokok bagi kesehatan.
(47)
30
c.Menurut Prabandari (Suwarti, 2007) tindakan preventif dapat dilakukan dengan pembuatan modul untuk penanggulangan perilaku merokok, disusunnya materi untuk pendidikan kesehatan, dicanangkannya program anti rokok di sekolah dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Amstrong (Suwarti, 2007) menjelaskan tentang pentingnya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat luas sebelum terjerumus dalam bahaya rokok.
d.Usaha pendidikan kesehatan di rumah, misalnya dengan adanya diskusi antara orangtua dengan anak tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan, pemberian contoh oleh orangtuanya dengan tidak merokok dan menciptakan lingkungan keluarga yang bebas rokok.
e.Usaha pendidikan kesehatan di sekolah, misalnya dengan diadakan kampanye anti merokok melalui seminar dan penyebaran leaflet maupun stiker di tempat-tempat umum. Pemerintah Indonesia mencanangkan sehari tidak merokok yang diikuti dengan dikeluarkannya instruksi nomor 401 tahun 1990 tentang Lingkungan sekolah tingkat SD, SLTP, dan SLTA sebagai daerah bebas rokok.
7. Rekomendasi Kebijakan Yang Efektif
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang efektif adalah yang dapat dilaksanakan dan dipatuhi. Agar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dapat dilaksanakan dan dipatuhi, perlu dipahami prinsip-prinsip dasar Kawasan Tanpa Rokok yaitu:
a. Asap rokok orang lain mematikan.
(48)
31
c. Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan asap rokok orang lain.
d. Setiap pekerja berhak atas lingkungan tempat kerja yang bebas dari asap rokok orang lain.
e. Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi perlindungan penuh bagi masyarakat.
f. Pembuatan ruang merokok dengan ventilasi/filtrasi udara tidak efektif.
D. Smoking Cessation
1. Pengertian Smoking Cessation
Smoking Cessation pada dasarnya adalah suatu perpaduan dari terapi kognitif, terapi perilaku dan terapi obat untuk menghentikan ketergantungan terhadap rokok.
2. Manfaat dalam Smoking Cessation a. Dalam waktu 8 jam
Kadar nikotin dan karbon monoksida dalam darah akan sangat berkurang. Hal ini bisa menurunkan risiko serangan jantung dan kadar oksigen dalam darah akan meningkat ke jumlah normal.
b. Dalam waktu 24 jam
Risiko terkena serangan jantung semakin berkurang. Semua karbon monoksida dan nikotin akan keluar dari dalam tubuh. Serta ujung saraf mulai tumbuh kembali sehingga mengembalikan kemampuannya untuk meningkatkan sensor rasa dan bau.
(49)
32
c. Dalam waktu 48 jam
Ini adalah saat yang sulit karena efek samping akan muncul seperti sakit perut dan muntah. Tapi pada saat ini juga terjadi penurunan risiko kerusakan paru-paru dan menghentikan risiko kanker paru-paru.
d. Dalam waktu 72 jam
Tabung bronchial yang ada di tubuh mulai rileks sehingga membuat seseorang bisa bernapas lebih mudah lagi.
e. Dalam waktu 2 minggu
Fungsi paru-paru kembali meningkat hingga 30 persen sehingga memperbaiki sirkulasi darah dan membuat orang lebih mudah melakukan kegiatan. Meski kadang ditemukan gejala withdrawal seperti mudah tersinggung, sakit kepala dan kecemasan.
f. Dalam waktu 1-9 bulan
Penampilan fisik akan mulai membaik, seperti warna pucat kelabu di tubuh hilang, mengurangi kerut, mengurangi batuk, sesak napas, hidung tersumbat dan kelelahan. Selain itu rambut silia di paru-paru mulai berfungsi dengan baik dalam membersihkan lendir sehingga mengurangi risiko infeksi.
g. Dalam waktu 1 tahun
Risiko seseorang terkena penyakit jantung yang berhubungan dengan merokok akan berkurang sekitar 1,5 kali dibanding satu tahun lalu. h. Dalam waktu 10 tahun
Risiko terkena serangan jantung dan kanker paru-paru akan berkurang hampir sama dengan orang yang tidak pernah merokok, serta
(50)
33
mengurangi risiko kanker lainnya seperti mulut, tenggorokan, kandung kemih dan pankreas
3. Tahapan Smoking Cessation
Ada lima tahapan dalam Smoking Cessation menurut Smoking Cessation Australian Guideline ,yaitu:
a. Pre-Kontemplation
Tahap di mana individu yang merokok tidak memiliki kesadaran dan minat untuk tindakan berhenti merokok. Pada tahap ini, perokok masih merasa bahwa efek negatif rokok hanya akan berefek pada orang lain dan bukan pada dirinya, sehingga merasa aman untuk merokok. Belum ada yang mengetahui tingkat kesiapan perokok untuk berhenti, bahkan termasuk perokok itu sendiri.
b. Kontemplation
Tahap di mana individu mulai menyadari permasalahan yang ada dan tidak ada minat untuk berhenti merokok. Perokok sudah menyadari bahaya merokok dan mulai berniat untuk berhenti. Tetapai masih ada keraguan dalam mempertimbangkan aspek antara negatif dan positif dari perubahan tersebut. Tantangan yang dihadapi oleh perokok adalah emosi negatif yang timbul karena pilihan untuk meninggalkan kegiatan yang disenanginya.
c. Preparation
Pada tahap ini, di mana individu sudah memiliki rencana yang dibuatnya. Misalnya, tanggal berapa perokok akan mulai berhenti
(51)
34
konsumsi rokok, obat atau pengganti nikotin apa yang akan dipakai untuk mengurangi ketergantungan, mulai menyingkirkan asbak atau barang-barang lain yang mengingatkan pada rokok, dan lain-lain.Perokok juga sudah mulai bisa untuk mengurangi konsumsi rokok sedikit demi sedikit dan menggantinya dengan permen. Melakukan perubahan bertahap akan lebih mudah daripada secara drastis berhenti membeli dan menghisap rokok.
d. Action
Pada tahap ini perokok melakukan upaya untuk berhenti merokok Dengan obat seperti bupropion untuk membantu ketergantungan terhadap rokok. Pada tahap ini, perokok sangat membutuhkan dukungan baik dari pihak keluarga atau teman yang membantu proses berhenti merokok. Perokok tetap fokus kepada efek positif yang didapatkan sejak berhenti merokok.
e. Maintenance
Tahap ini di mana perokok sudah mulai menjalani kehidupan baru sebagai mantan perokok. Mantan perokok sudah harus bisa mengalahkan godaan tanpa bantuan orang lain. Penggantian zat kimia pengganti rokok sudah dihentikan. Kini mantan perokok berupaya memelihara dirinya agar tidak kembali merokok.
4. Farmakoterapi Dalam Berhenti Merokok
Ada beberapa obat lain sebagai farmakoterapi dalam smoking cessation dengan efektivitas yang berbeda bupropion, klonidin dan yang terbaru
(52)
35
vereniklin. Tidak ada kriteria khusus untuk pasien yang akan memulai farmakoterapi, semua perokok dengan ketergantungan berat yang ingin berhenti merokok dapat memulai farmakoterapi, kecuali jika terdapat kontraindikasi pada ibu hamil dan perokok remaja. Penggunaan obat ini segera setelah tahap action dimulai.
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel yang dilakukan satu waktu saja terhadap sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak, dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui hubungan antara larangan merokok dengan smoking cessation terhadap intensitas merokok pada kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12 dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung tahun 2012.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
(54)
37
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga di RT 1, RT 2, RT 4, RT 6, RT 7, RT 11, RT 12, dan RT 13 Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung. Total populasi kepala keluarga adalah 358 orang.
2. Besar Sampel
Sampel yang dibutuhkan ditentukan menurut persamaan Taro Yamane yaitu:
N n =
1 + N (d2) Keterangan: N = Besar populasi n = Besar sampel
(55)
38
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:
358 n =
1 + 358(0,05)2 358 =
1,89
= 189,4 pembulatan 189
Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah189 orang.
3. Tehnik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random sampling, yaitu jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Pengambilan dengan tehnik ini menggunakan rumus:
Ni= NI × n N
Keterangan:
ni = Jumlah sampel
NI = Jumlah populasi setiap RT N = Jumlah populasi keseluruhan n = Sampel yang dibutuhkan
(56)
39
Tabel 1. Besar sampel setiap RT dengan menggunakan tehnik sampling proporsional random sampling
No. RT Jumlah populasi setiap RT Total sampel
1. 1 37 20
2. 2 25 13
3. 4 40 21
4. 7 36 19
5. 8 40 21
6. 11 46 24
7. 12 97 51
8. 13 37 20
D.Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi: a. Pria yang merokok
b. Sudah menikah
c. Dalam usia produktif (25-60 tahun) yang masih bekerja. d. Pendidikan minimal adalah SMA .
e. Sampel bersedia menjadi subjek penelitian dan mengikuti semua proses penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
Dan kriteria eksklusi pada penelitian ini meliputi :
a. Subjek menolak untuk mengisi kuisioner dan wawancara.
(57)
40
E. Identifikasi Variabel
Variabel pada penelitian ini adalah:
a. Variabel independen : larangan merokok di tempat kerja. b. Variabel Independen : tahapan smoking cessation.
c. Variabel dependen : intensitas merokok pada kepala keluarga.
F. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Defenisi
Operasional Cara Ukur
Alat
Ukur Skala
Hasil Pengukuran Larangan merokok di tempat kerja Peraturan yang melarang pekerja untuk merokok di tempat kerja selama di waktu kerja
Wawancara Kuesio ner
Ordinal
Jika menjawab ya mendapat skor 1, jika menjawab tidak mendapat skor 0
Dengan kriteria: 1. Ada larangan
dengan pengaawasan dan sanksi yang bagi pekerja (skor di atas ≥ 4 ) 2. Ada larangan
tidak dengan pengawasan dan tidak ada sanksi (skor ≥ 3)
3. Tidak ada larangan (skor ≥ 1)
Smoking Cessation
Tahap-tahap dalam upaya berhenti merokok
Ordinal
Jika menjawab tidak mendapat skor 0, jika menjawab iya mendapat skor 1
(58)
41
Wawancara Kuesio ner
tion(skor ≥
0)
2. Kontemplatio n dan
Preparation
(skor ≥ 2) 3. Action dan
Maintenance (skor ≥ 6)
Intensitas merokok kepala keluarga Jumlah batang rokok yang dikonsumsi selama satu hari
Wawancara Kuesio ner
Ordinal
Ditentukan kriteria berdasarkan : 1. Berat ( > 20
batang) 2. Sedang (10-19
batang) 3. Ringan (1-9
batang)
G. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner dengan wawancara langsung.
2. Data Sekunder
Data yang didapatkan pihak Kelurahan dan RT setempat yang berhubungan dengan jumlah penduduk dan jumlah perokok di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
(59)
42
H. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 4 (empat) tahap, yaitu: a. Tahap Awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan meminta izin kepada pihak Kelurahan dan Ketua RT di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung untuk melakukan penelitian.
b. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1) Meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner dengan informed consent.
2) Mengumpulkan data dengan melakukan pengisian kuesioner terhadap responden, dengan cara wawancara langsung oleh peneliti.
I. Pengolahan dan Analisis Data
Data diperoleh dengan cara mempelajari data primer berupa pengisian kuesioner oleh kepala keluarga di Kelurahan Labuhan Raya Kota Bandar Lampung.
1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 17,0 for Windows. Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:
(60)
43
a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama
penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis
b. Data Entry, memasukkan data ke dalam komputer
c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
d. Computer Output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak
2. Analisis Data
Dengan melihat data yang diperoleh dari hasil kuesioner, data akan diolah dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 17,0 for Windows. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat & analisis bivariat.
a. Analisis data univariat adalah analisis data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel smoking cessation dengan larangan merokok terhadap intensitas merokok pada Kepala Keluarga di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
b. Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan smoking cessation dengan larangan merokok terhadap intensitas merokok di Kelurahan Labuhan Raya Kota Bandar Lampung.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Chi Square yaitu:
Keterangan:
(61)
44
fo = Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian
fh = Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian dengan α = 0,05
Tetapi bila tidak memenuhi syarat uji chi square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu penggabungan sel (untuk tabel 3x3). (Priyatno, 2008).
J. Etika Penelitian
Mengingat bahwa penelitian kedokteran akan berhubungan langsung dengan manusia maka terdapat etika yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya. Etika dalam penelitian ini meliputi :
1. Informed consent (lembar kerahasiaan)
Merupakan lembar persetujuan yang memuat penjelasan-penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Apabila responden telah mengerti dan bersedia maka responden diminta menandatangani surat persetujuanmenjadi responden. Namun apabila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul akan disimpan, dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok tertentu saja yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(62)
69
DAFTAR PUSTAKA
Abadi. 2005. Biaya Sosial Akibat Merokok. Jakarta. Majalah Tarbawi Edisi 104. Aula. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta : Garailmu
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Dahlan, MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, MS. 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Djauzi, Samsuridjal. 2009. Raih Kembali Kesehatan. Jakarta: PT Kompas media nusantara.
Ellizabet, Lisa.2010. Stop Merokok. Yogakarta: Garailmu.
Endrawanch. 2009. 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 20 september 2012, dari http://www.lintasberita.com/Dunia/Berita
Dunia/10_Negara_dengan_Jumlah_ Perokok_Terbesar_di_Dunia
Fawzani, N. 2005. Terapi Berhenti Merokok (studi kasus perokok berat). Makara Kesehatan Vol.9 No.1 UGM.
Gondodiputro,S.,2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok). Pustaka Iman
Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma. Johnson, J. 2005. Kawasan Tanpa Rokok Mencegah PTM (Online). Available:
(63)
70
Kemala, I. 2007. Makalah Perilaku merokok pada remaja. (Fak. Kedokteran Univ. Sumatera Utara. Disampaikan pada perkuliahan). Hal 7
Komasari dan Helmi, F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi.
Leventhal, dkk. 1980. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2): 370-405.
Mu‟tadin, Zainul. 2002. Remaja dan Rokok. (on line) (http://herbalstoprokok.wordpress.com) diakses pada 3 Oktober 2012. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 85-92.
Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan
Purwadarminta W.J.S. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Redaksi Plus. (2007). Stop Rokok, Mudah, Murah, Cepat. Depok: penebar swadaya
Riwan, W. (2004). Sekarang Saatnya untuk Berhenti Merokok. http://www. beta.tnial.mil.id/cakrad.php3?id=271 - 38k. Diakses 16 November 2012. Sallika. 2010. Serba-serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta: Bukune.
Sari, dkk. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi, 30: 81-90.
Satiti, Alfi. 2009 Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Data Media Shafey O, Eriksen M, Ross H, Mackay J. 2009. The tobacco atlas. USA:
Bookhouse.
Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Sukmaningsih, A.A., 2009. Penurunan Jumlah Spermatosit Pakiten dan Spermatid Tubulus Seminiferus Testis Pada Mencit (Mus musculus) Yang Dipaparkan Asap Rokok. Jurnal Biologi, 13(2): 31-35.
(64)
71
Sugito. 2009. Stop Rokok. Jakarta: Penebar swadaya.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyowaty, Lily. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tandra, H. 2003. Merokok dan Kesehatan.
http://www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kesehatan.htm (on-line) Triyanti. 2006. Kebiasaan Merokok, (online), (http://triyanti.blogspot.com/2007/
07/kebiasaan-merokok.html, diakses 21 September 2012).
Toghianifar.N., dkk. 2011. Smoking Cessation support in Iran: Availability , Sources, and predictors. Ishafan Iran: Indian J med Res 133 ,June 2011, pp 627-632
Utama, A. 2004. Bahaya Merokok: Mari Kita Pikirkan Lagi!. (http://www.antirokok.or.id/product_index.htm. Diakses pada 28 Agustus 2010.
Wetherall, Charles F, (2008). Lima Langkah Jitu Cara Berhenti Merokok. Jakarta: Darul Haq.
World Health Organization. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008, The Mpower Package. Diakses tanggal 20 September 2012 dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/mpower_report_full_2008/_e ng_full.pdf
Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100
Dwiriasti,Yusti, .2010.Perilaku Merokok. Jurnal Psikologi UGM
Zimmerman, B.J. & Schunk, D. H. (Eds). (2001). Self regulated learning and academic achievement. Mahwah, NJ: Erlbaum.
(1)
H. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dalam 4 (empat) tahap, yaitu: a. Tahap Awal
Pelaksanaan penelitian diawali dengan meminta izin kepada pihak Kelurahan dan Ketua RT di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung untuk melakukan penelitian.
b. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
1) Meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner dengan informed consent.
2) Mengumpulkan data dengan melakukan pengisian kuesioner terhadap responden, dengan cara wawancara langsung oleh peneliti.
I. Pengolahan dan Analisis Data
Data diperoleh dengan cara mempelajari data primer berupa pengisian kuesioner oleh kepala keluarga di Kelurahan Labuhan Raya Kota Bandar Lampung.
1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel, kemudian data diolah menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 17,0 for Windows. Selanjutnya, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:
(2)
a. Coding, untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis
b. Data Entry, memasukkan data ke dalam komputer
c. Verifying, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
d. Computer Output, hasil analisis yang telah dilakukan oleh komputer kemudian dicetak
2. Analisis Data
Dengan melihat data yang diperoleh dari hasil kuesioner, data akan diolah dengan alat bantu perangkat lunak SPSS 17,0 for Windows. Untuk analisis data digunakan analisis data univariat & analisis bivariat.
a. Analisis data univariat adalah analisis data untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel smoking cessation dengan larangan merokok terhadap intensitas merokok pada Kepala Keluarga di Kelurahan Labuhan Ratu Raya Kota Bandar Lampung.
b. Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan smoking cessation dengan larangan merokok terhadap intensitas merokok di Kelurahan Labuhan Raya Kota Bandar Lampung.
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Chi Square yaitu:
Keterangan:
(3)
fo = Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian
fh = Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian dengan α = 0,05
Tetapi bila tidak memenuhi syarat uji chi square, maka digunakan uji alternatifnya yaitu penggabungan sel (untuk tabel 3x3). (Priyatno, 2008).
J. Etika Penelitian
Mengingat bahwa penelitian kedokteran akan berhubungan langsung dengan manusia maka terdapat etika yang harus dipatuhi dalam pelaksanaannya. Etika dalam penelitian ini meliputi :
1. Informed consent (lembar kerahasiaan)
Merupakan lembar persetujuan yang memuat penjelasan-penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi selama penelitian. Apabila responden telah mengerti dan bersedia maka responden diminta menandatangani surat persetujuanmenjadi responden. Namun apabila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul akan disimpan, dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok tertentu saja yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abadi. 2005. Biaya Sosial Akibat Merokok. Jakarta. Majalah Tarbawi Edisi 104. Aula. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta : Garailmu
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Dahlan, MS. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, MS. 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Djauzi, Samsuridjal. 2009. Raih Kembali Kesehatan. Jakarta: PT Kompas media nusantara.
Ellizabet, Lisa.2010. Stop Merokok. Yogakarta: Garailmu.
Endrawanch. 2009. 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 20 september 2012, dari http://www.lintasberita.com/Dunia/Berita
Dunia/10_Negara_dengan_Jumlah_ Perokok_Terbesar_di_Dunia
Fawzani, N. 2005. Terapi Berhenti Merokok (studi kasus perokok berat). Makara Kesehatan Vol.9 No.1 UGM.
Gondodiputro,S.,2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti Merokok). Pustaka Iman
Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya Itu Bernama Rokok. Yogyakarta: Riz’ma. Johnson, J. 2005. Kawasan Tanpa Rokok Mencegah PTM (Online). Available:
(5)
Kemala, I. 2007. Makalah Perilaku merokok pada remaja. (Fak. Kedokteran Univ. Sumatera Utara. Disampaikan pada perkuliahan). Hal 7
Komasari dan Helmi, F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi.
Leventhal, dkk. 1980. The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2): 370-405.
Mu‟tadin, Zainul. 2002. Remaja dan Rokok. (on line) (http://herbalstoprokok.wordpress.com) diakses pada 3 Oktober 2012. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 85-92.
Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan
Purwadarminta W.J.S. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
Redaksi Plus. (2007). Stop Rokok, Mudah, Murah, Cepat. Depok: penebar swadaya
Riwan, W. (2004). Sekarang Saatnya untuk Berhenti Merokok. http://www. beta.tnial.mil.id/cakrad.php3?id=271 - 38k. Diakses 16 November 2012. Sallika. 2010. Serba-serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta: Bukune.
Sari, dkk. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi, 30: 81-90.
Satiti, Alfi. 2009 Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Data Media Shafey O, Eriksen M, Ross H, Mackay J. 2009. The tobacco atlas. USA:
Bookhouse.
Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Sukmaningsih, A.A., 2009. Penurunan Jumlah Spermatosit Pakiten dan Spermatid Tubulus Seminiferus Testis Pada Mencit (Mus musculus) Yang Dipaparkan Asap Rokok. Jurnal Biologi, 13(2): 31-35.
(6)
Sugito. 2009. Stop Rokok. Jakarta: Penebar swadaya.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyowaty, Lily. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tandra, H. 2003. Merokok dan Kesehatan.
http://www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kesehatan.htm (on-line) Triyanti. 2006. Kebiasaan Merokok, (online), (http://triyanti.blogspot.com/2007/
07/kebiasaan-merokok.html, diakses 21 September 2012).
Toghianifar.N., dkk. 2011. Smoking Cessation support in Iran: Availability , Sources, and predictors. Ishafan Iran: Indian J med Res 133 ,June 2011, pp 627-632
Utama, A. 2004. Bahaya Merokok: Mari Kita Pikirkan Lagi!. (http://www.antirokok.or.id/product_index.htm. Diakses pada 28 Agustus 2010.
Wetherall, Charles F, (2008). Lima Langkah Jitu Cara Berhenti Merokok. Jakarta: Darul Haq.
World Health Organization. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008, The Mpower Package. Diakses tanggal 20 September 2012 dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/mpower_report_full_2008/_e ng_full.pdf
Wulandari, D. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Yh. 2 No. 2 Hal 91-100
Dwiriasti,Yusti, .2010.Perilaku Merokok. Jurnal Psikologi UGM
Zimmerman, B.J. & Schunk, D. H. (Eds). (2001). Self regulated learning and academic achievement. Mahwah, NJ: Erlbaum.