Tinjauan Tentang Perbankan Kerangka Teori

commit to user 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Perbankan

a. Pengertian Perbankan Menurut kamus istilah hukum oleh Andrea Fockema Andrea Fockema, 1985:40, yang dimaksud dengan bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang menjalankan perusahaan dalam menerima dan memberikan uang dari dan kepada pihak ketiga. Berhubung dengan adanya cek hanya dapat diberikan kepada bankir sebagai tertarik, maka bank dalam arti luas adalah orang atau lembaga yang dalam pekerjaannya secara teratur menyediakan uang untuk pihak ketiga. Adrian Sutedi menyatakan bahwa bank merupakan bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia. Pada saat suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi milik masyarakat. Eksistensinya bukan saja harus dijaga oleh para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global Adrian Sutedi, 2007:1. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Membahas mengenai bank maka tidak akan terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Menghimpun dana dimaksudkan sebagai upaya mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas Kasmir, 2004:23. commit to user Menurut Budi Untung, usaha perbankan pada dasarnya merupakan suatu usaha simpan pinjam demi dan untuk kepentingan pihak ketiga tanpa memperhatikan bentuk hukumnya apakah perorangan ataukah badan hukum. Usaha perbankan harus didirikan dalam bentuk badan hukum atau tidak boleh dalam bentuk usaha perseorangan. Budi Untung, 2005:13 Tugas suatu bank diantaranya Budi Untung, 2005:16: 1 Menyediakan safe custody terhadap dana pihak ketiga; 2 Menyediakan rekening-rekening untuk pihak nasabah; 3 Bertindak sebagai agen untuk pungutan-pungutan tertentu; 4 Untuk membayar cek yang ditarik oleh nasabah. Tugas dan tanggung jawab dari suatu bank dapat juga diperinci sebagai berikut: 1 Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bills of change dan lain-lain instrumen perbankan. 2 Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut apabila diminta oleh pihak nasabah. 3 Meminjamkan uang kepada nasabah. 4 Menjaga kerahasiaan account nasabah dalam hubungan dengan kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh undang- undang. 5 Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut terpisah satu sama lain. 6 Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang reasonable untuk menutup rekening tersebut. Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merangkum berbagai pengertian perbankan dengan menyebutkan bahwa pengertian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau commit to user bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pasal 1 ayat 1 memaparkan mengenai pengertian Perbankan, bahwa “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.” b. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan Asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat dilihat pada ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa, ”Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati- hatian”. Menurut penjelasan resminya, yang dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pengertian mengenai demokrasi ekonomi Indonesia, Mubyarto pada ceramah di Gedung Kebangkitan Nasional tanggal 16 Mei 1981 merumuskan bahwa demokrasi ekonomi Indonesia sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut Hermansyah, 2005:18: 1 Dalam sistem ekonomi Pancasila koperasi ialah soko guru perekonomian. 2 Perekonomian Pancasila digerakkan oleh rangsangan- rangsangan ekonomi, sosial dan yang paling penting ialah moral. 3 Perekonomian Pancasila ada hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga dalam Pancasila terdapat solidaritas sosial. 4 Perekonomian Pancasila berkaitan dengan persatuan Indonesia, yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi. Sedangkan sistem perekonomian kapitalis pada dasarnya kosmopolitanisme, sehingga dalam mengejar keuntungan tidak mengenal batas-batas negara. 5 Sistem perekonomian Pancasila tegas dan jelas adanya keseimbangan anatara perencanaan sentral nasional dengan commit to user tekanan pada desentralisasi di dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi. Prinsip kehati-hatian sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan tidak terdapat penjelasan secara resmi, namun dapat dikemukakan bahwa bank dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti, dan profesional sehingga memperoleh kepercayaan masyarakat. Dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya, bank harus selalu mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku secara konsisten dengan didasari oleh itikad baik. Kepercayaan masyarakat merupakan kunci utama bagi perkembangan suatu bank, tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat maka suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan usahanya Hermansyah, 2005:19. Fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 Undang- Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat”. Dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana surplus of funds dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lacks of funds. Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata berorietasi ekonomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang non-ekonomis seperti masalah menyangkut stabilitas nasional yang mencakup antara lain stabilitas politik dan stabilitas sosial. Secara lengkap mengenai hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yang berbunyi, “Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, commit to user pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak” Hermansyah, 2005:20. c. Jenis-jenis Bank Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari fungsi bank serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya. Perbedaannya dilihat dari segi siapa nasabah yang dilayani apakah masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis perbankan juga dibagi ke dalam caranya menentukan harga jual dan harga beli. 1 Dilihat dari Segi Fungsinya Bank sebagai lembaga keuangan diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan agent of development, yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemahpengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak Budi Untung, 2005:14. Pembagian jenis bank berdasarkan fungsi menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 adalah: a. Bank Umum Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan commit to user prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bak umum sering disebut bank komersil commercial bank. Melihat fungsinya, bank umum mempunyai fungsi sebagai berikut: 1 Mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli surat- surat berharga financial investment. 2 Mempermudah lalu lintas pembayaran uang. 3 Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara belum digunakan, misalnya menghindari risiko hilang, kebakaran, dan lain-lain. 4 Menciptakan kredit credit money deposit, yaitu dengan cara menciptakan demand deposit deposito yang sewaktu-waktu dapat diuangkan dari kelebihan cadangannya excess reserves Budi Untung, 2005:15- 16. b. Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum Kasmir, 2004:33. 2 Dilihat dari Segi Kepemilikannya Kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank berdasarkan segi kepemilikan diantaranya: a Bank milik pemerintah commit to user Klasifikasi bank milik pemerintah dapat dilihat berdasarkan akta pendirian maupun modal yang dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank juga dimiliki oleh pemerintah. Contoh bank milik pemerintah diantaranya Bank Negara Indonesia BNI, Bank Rakyat Indonesia BRI, dan Bank Tabungan Negara BTN. Sedangkan bank milik pemerintah daerah terdapat pada masing-masing ibukota provinsi dari masing-masing daerah, seperti BPD DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, BPD Jawa Tengah, BPD Jawa Timur, BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sulawesi Selatan, dan BPD lainnya. b Bank milik swasta nasional Bank dengan jenis milik swasta nasional, seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta. Contoh bank milik swasta nasional diantaranya Bank Central Asia BCA, Bank Danamon, Bank Niaga. c Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh bank milik koperasi adalah Bank Umum Koperasi Indonesia. d Bank milik asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya juga merupakan kepemilikan pihak luar negeri. Bank asing yang terdapat di Indonesia seperti Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank. e Bank milik campuran commit to user Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain, Bank Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Sumitono Niaga Bank, Bank Merincorp, Inter Pasific Bank, Ing Bank Kasmir, 2004;34-35. 3 Dilihat dari Segi Statusnya Menilik dari segi kemampuan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka bank umum dapat diklasifikasikan ke dalam 2 jenis. Pembagian jenis demikian disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank yang bersangkutan. Kedudukan atau status bank demikian menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Oleh karena itu untuk memperoleh status tersebut diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu. Status bank yang dimaksud adalah: a Bank devisa Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, traveller cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. b Bank non devisa Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan commit to user transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, karena transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara Kasmir, 2004:37 4 Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga a Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Kondisi demikian berkaitan erat dengan sejarah bangsa Indonesia yang pernah diduduki Belanda, kolonial Belanda datang ke Indonesia dengan membawa pengaruh terkait dengan perbankan. Metode yang digunakan bank yang berprinsip konvensional dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabah diantaranya: 1 Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi di akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999. 2 Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya- biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah Bagi bank yang mendasarkan kegiatannya pada Prinsip Syariah, dalam penentuan harga produknya commit to user dangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah menjalankan perjanjian berdasarkan aturan hukum Islam antar bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut: 1 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah. 2 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musharakah. 3 Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan murabahah. 4 Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan ijarah. 5 Adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina Kasmir, 2004:39. d. Hukum Perbankan Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang- undangan, yurisprudensi, doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan Munir Fuady, 1999:14. Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah sebagai kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan commit to user lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. Pengaturan di bidang perbankan menyangkut beberapa hal, diantaranya Muhammad Djumhana, 2000:1: 1 Dasar-dasar perbankan, menyangkut asas-asas kegiatan perbankan seperti norma efisiensi, keefektifan, kesehatan bank, profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan, serta hubungan, hak dan kewajibannya. 2 Kedudukan hukum pelaku di bidang perbankan seperti: kaidah- kaidah mengenai pengelolanya seperti dewan komisaris, direksi karyawan, maupun pihak yang terafiliasi. Termasuk pula mengenai bentuk badan hukum pengelolanya, serta mengenai kepemilikannya. 3 Kaidah-kaidah perbankan yang secara khusus memperhatikan kepentingan umum seperti kaidah-kaidah yang mencegah persaingan yang tidak wajar, antitrust, perlindungan terhadap konsumen nasabah, dan lain-lainnya. Di Indonesia bahkan memiliki kekhususan sendiri, yaitu bahwa perbankan nasional harus memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. 4 Kaidah-kaidah yang meyangkut struktur organisasi, yang mendukung kebijakan ekonomi dan moneter pemerintah, seperti Dewan Moneter dan Bank Sentral. 5 Kaidah-kaidah yang mengarahkan kehidupan perekonomian yag berupa dasar-dasar untuk perwujudan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya melalui penetapan sanksi, insentif, dan sebagainya. 6 Keterkaitan satu sama lainnya dari ketentuan dan kaidah-kaidah hukum tersebut sehingga tidak mungkin berdiri sendiri, malahan keterkaitannya merupakan hubungan logis dari bagian-bagian lainnya. commit to user Bertitik tolak dari pengertian perbankan sebagai segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya, maka pada prinsipnya hukum perbankan adalah keseluruhan norma-norma tertulis maupun norma-norma yang tidak tertulis yang mengatur tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Berkaitan dengan pengertian ini, kiranya dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan norma-norma tertulis dalam pengertian diatas adalah seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai bank, sedangkan norma-norma yang tidak tertulis adalah hal-hal atau kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktik perbankan Hermansyah, 2005:39.

2. Tinjauan Tentang Pengawasan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Tentang Peralihan Pengawasan Perbankan Dari Bank Indonesia Kepada Otoritas Jasa Keuangan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 4 71

DESKRIPSI KEDUDUKAN DAN WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 14 44

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) DALAM PENGATURAN DAN PENGAWASAN TERHADAP BANK SYARIAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

8 98 57

PENGARUH THE BASEL CORE PRINCIPLES TERHADAP UNDANG-UNDANG BANK INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN PERBANKAN.

0 0 18

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

FUNGSI PENGATURAN DAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA SETELAH DISAHKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 14

SISTEM KOORDINASI ANTARA BANK INDONESIA DAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PENGAWASAN BANK SETELAH LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

0 0 8

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN PADA JASA KEUANGAN SYARI’AH PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Analisis Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) - Raden Intan Repository

0 0 95

PENYEMPURNAAN PENGAWASAN PERBANKAN PASCA PEMBENTUKAN OTORITAS JASA KEUANGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN DAN THE CORE PRINCIPLES FOR EFFECTIVE BANKING SUPERVISION - UNS Institutional Repository

0 0 15