Ampas Tahu TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin serta kalsium yang cukup tinggi. Akan tetapi, kandungan serat kasar dan air pada ampas tahu tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam Mahfudz, 1997. Oleh karena itu, untuk memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan fermentasi. Teknologi fermentasi dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya yang memiliki serat kasar dan antinutrisi yang tinggi. Fermentasi dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroba Bidura, 2007. Menurut Mahfudz 2006, tepung ampas tahu terfermentasi mengandung protein kasar 21,66; energi termetabolis 2830 kkalkg, Ca 1,09; dan mineral fosfor 0,88 Mahfudz et al. 2007 menyatakan bahwa tempe ampas tahu memiliki kandungan protein kasar 21,66, Serat kasar 20,26, Lemak kasar 2,73, abu 3,68, dan kadar air 11,18, Ca 1,09 ; P 0,88 dan energi termatabolisnya 2.830 kkalkg serta kandungan kaya akan asam amino lisin dan metionin Penggunaan ampas tahu terfermentasi dengan ragi oncom pada level 10, 15, dan 20 dalam ransum ayam pedaging secara nyata meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum Mahfudz, 2006. Penggunaan ampas tahu terfermentasi pada level 10 tidak berpengaruh nyata terhadap berat karkas dan persentase karkas, akan tetapi pada level 15 dan 20 nyata meningkatkan berat dan persentase karkas ayam. Proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein Rahayu et al., 1989. Meningkatnya kecernaan protein juga mempermudah metabolisme protein, sehingga secara langsung juga meningkatkan sintesis protein daging Soeparno, 1992. Metode Fermentasi ampas tahu dengan menggunakan ragi tempe adalah sebagai berikut: Ampas Tahu Pemeraman selama 24 jam suhu kamar Pencucian dengan air mengalir sampai air jernih Pengepresan untuk mengurangi kadar air Pengukusan selama 60 menit Pendinginan sampai suhu kamar diangin-anginkan I Inokulasi dengan 1 ragi tempe mengandung kapang Pencetakan Inkubasi selama 40 jam Jadi tempe ampas tahu dipotong-potong tipis agar mudah kering Dijemur dengan sinar matahari Digiling dan diayak Tepung Ampas Tahu Gambar 1. Bagan pembuatan tepung tempe ampas tahu Mahfudz, 2006. Menurut Mahfudz 2006, kandungan gizi ampas tahu sangat baik, yaitu mengandung protein kasar 23,62; BETN 41,98; serat kasar 22,65; dan lemak kasar 7,78. Pemberian ampas tahu terfermentasi ternyata dapat meningkatkan nafsu makan ayam, karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamat yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam. Ampas tahu telah digunakan sebagai pakan babi, sapi, dan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi tingginya kandungan air dan serat kasar pada ampas tahu maka dapat dilakukan melalui fermentasi. Proses fermentasi dengan menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oryzae akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya Mahfudz et al ., l996. Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan penyusun ransum, terlebih dahulu difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhyzopus oligosporus dan R. oryzae . Ada tiga tahap pembuatan ampas tahu terfermentasi, yaitu 1 tahap persiapan ampas tahu, meliputi pencucian, pengepresan, dan pengukusan; 2 inokulasi dengan kapang, pencetakan, dan inkubasi selama 40 jam, dan 3 pembuatan tepung yang dimulai dengan mengiris tipis ampas tahu tersebut “germbus”, menjemur, dan menggiling. Lebih rinci tersaji pada Gambar 1. 2.2 Penggunaan Produk Pakan Terfermentasi Pada Ternak Teknologi pengolahan limbah merupakan salah satu alternatif dalam penyediaan pakan dan bermanfaat pula dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Proses fermentasi yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak Bidura, 2007. Tujuan fermentasi pakan adalah untuk meningkatkan daya guna pakan dan mengeliminir zat anti nutrisi, serta memanfaatkan biomassa yang terbentuk. Fermentasi pakan dengan kultur khamir dapat meningkatkan biomassa mikroba, sehingga kandungan protein kasar pakan meningkat Sutama et al ., 2008. Dilaporkan juga bahwa proses dan produk fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroba yang dgunakan, jenis sumstrat, pH, dan suhu selama proses fermentasi. Biomassa merupakan wujud massa dari hasil proses biologis dari mikroorganisme. Mikroorganisme mampu mengkonversi bahan menjadi protein. Proses fermentasi mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk bahan pakan yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, nilai biologis yang lebih baik, serta menurunkan zat antinutrisi. Seperti dilaporkan oleh Jaelani et al . 2008, dan Bidura et al. 2011 bahwa fermentasi bahan pakan dengan khamir dapat meningkatkan energi termetabolis dan protein kasar bahan pakan. Biofermentasi dedak padi dengan khamir akan dapat melunakkan dan memecah dinding serat dedak padi dan khamir mampu melepaskan pita-pita serat mikrofibrilnya, sehingga struktur serat dedak padi menjadi rapuh dan lebih terbuka. Khamir tersebut bekerja secara bertahap dalam memecah komponen dinding sel. Melalui benang fibril hifanya , khamir mengeluarkan enzim peroksidase ekstraseluler . Enzim peroksidase ekstraseluler tersebut bekerja secara aktif pada aktivitas lignolisis, sehingga ikatan lignoselulosa putus, dan fraksi lignin terurai menjadi CO 2 . Biofermentasi dengan menggunakan jasa mikroba ternyata dapat meningkatkan kandungan nutrisi dan kecernaan pakan Arsyad et al., 2001; Bidura dan Suastina, 2002. Hong et al . 2004 melaporkan, fermentasi pakan dengan menggunakan Aspergilus oryzae nyata meningkatkan kecernaan bahan kering dan protein kasar pakan. Ragi tape mengandung mikroba yang terdiri dari beberapa jenis kapang seperti : Cladimucor oryzae, Rhyzopus oryzae, Mucor sp ., sedangkan dari khamir antara lain Sacharomyces cerevisieae, Sacharomyces verdomi, Candida dan Hensula Shin et al ., l989, dalam Siti, l996. Rhein et al. l992 melaporkan bahwa pemberian 8 kulit kacang kedele atau kulit kacang tanah yang diberi tambahan ragi tape sebanyak 0,75, ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Dilaporkan juga oleh Park et al. l994, penggunaan 0,10 Saccharomyces cerevisieae dapat meningkatkan pertambahan berat badan, feed intake , efisiensi penggunaan ransum, serta penyerapan zat makanan Piao et al., 1999. Beberapa hasil penelitian pendahuluan mengenai penggunaan ragi dalam ransum ternyata mampu meningkatkan penampilan, nilai guna pakan serat, dan menurunkan perlemakan tubuh unggas. Candraasih dan Bidura 2001 melaporkan bahwa penggunaan 0,50 ragi pada ransum yang mengandung 15 cangkang coklat ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan itik. Suplementasi ragi pada ransum yang mengandung serbuk gergaji kayu dapat menurunkan jumlah lemak subkutan termasuk kulit karkas ayamAriana dan Bidura, 2001. Mahfudz et al . l996 menyatakan bahwa meningkatnya nafsu makan dengan adanya penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamate yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam. Ampas tahu mempunyai kandungan air dan serat kasar tinggi, sehingga penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi tingginya kandungan air dan serat kasar pada ampas tahu maka dapat dilakukan melalui fermentasi. Proses fermentasi dengan menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R.oryzae akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya. Suplementasi ragi tape dalam ransum nyata meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum, serta meningkatkan kecernaan zat makanan Bidura et al., 2009, Bidura et al., 2011. Menurut Mahfudz 2006, proses fermentasi yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak penelitian. Mangisah et al . 2009 melaporkan bahwa semakin tinggi kandungan serat kasar ransum menyebabkan menurunnya kecernaan bahan organik dan serat kasar itu sendiri, yang menyebabkan penurunanan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum pada itik. Namun, dengan adanya proses fermentasi nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan organik dan serat kasar itu sendiri. Proses fermentasi pada pakan yang akan diberikan ternyata dapat meningkatkan kecernaan pakan pada itik, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakannya Kiers et al. , 2003; Rahmadi dan Firahmi, 2003. Kecernaan bahan kering pakan akan semakin menurun dengan semakin tingginya kandungan serat kasar dalam pakan tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan serat dedak gandum dalam pakan akan meningkatkan jumlah NSP dalam ekskreta Wang et al., 2004; Jaelani et al ., 2008; Suprapti et al ., 2008. Peningkatan serat kasar dalam ansum menyebabkan terjadinya penurunan absorpsi lemak dan kecernaan energi DE. Menurut Cao et al. 2003, penyerapan nitrogen menurun karena waktu transit digesta dalam saluran pencernaan unggas menurun, sebagai akibat meningkatnya kandungan serat dalam ransum, sebaliknya jumlah total mikroflora dalam sekum meningkat pada kelompok ternak yang diberi ransum dengan kandungan selulosa 10 dibandingkan dengan kandungan selulosa 3,5. Ransum yang mengandung serat kasar tinggi menyebabkan penurunan proses lipogenesis dan peningkatan kapasitas penggunaan acetyl-CoA pada ternak monogastrik Zhu et al. , 2003. Utama 2011 menyatakan bahwa khamir S.cerevisiae merupakan khamir yang mampu memproduksi enzim amilase dan selulolase, sehingga dapat meningkatkan daya cerna protein dan selulosa maupun hemiselulosa, karena sudah dirombak dalam bentuk monosakarida sederhana. Pencernaan selulosa sangat tergantung pada bakteri yang terdapat disepanjang saluran pencernaan ternak. Bakteri selulolitik mampu memproduksi enzim endo 1,4 b-glukonase, ekso 1,4 b-glukonase, dan b- glukosidase yang dapat mendegradasi komponen serat kasar menjadi karbohidrat terlarut.

BAB III. METODE PENELITIAN