Budaya Politik Di Indonesia

SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen 4 - Membentuk organisasi politik atau menjadi anggota Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang dapat mengontrol maupun memberi input terhadap setiap kebijakan pemerintah. - Aktif dalam proses pemilu, seperti berkampanye, menjadi pemilih aktif, dan menjadi anggota perwakilan rakyat. - Bergabung dalam kelompok-kelompok kepentingan kontemporer, seperti unjuk rasa secara damai tidak anarkis atau merusak, petisi, protes, dan demonstrasi. Cirinya: - Kesadaran masyarakat bahwa dirinya dan orang lain anggota aktif dalam kehidupan politik. - Melibatkan diri dalam system politik sangat berarti walaupaun hanya sekedar memberikan suara dalam pemilu. - Tidak menerima begitu saja terhadap keputusan, kebijakan system politik - Dapat menilai dengan penuh kesadaran baik input maupun output bahkan posisi dirinya sendiri. Menurt Muhtar Masoed dan Colin MacAndrews ada 3 model budaya politik: a. Model masyarakat demokratis industrial Yang terdiri dari aktivis politik, kritikus politik. Identik dengan budaya politik partisipan. b. Model Sistem politik otoriter rakyat sebagai subyek yang pasif, tunduk pada hukumnya tapi tidak melibatkan diri dalam urusan politik dan pemerintahan Identik dengan budaya politik subjek. c. Model masyarakat system demokratis pra –industrial masyarakat pedesaan, petani, buta hurup, kontak politik sangat kecil,budaya politik Parokial.

C. Budaya Politik Di Indonesia

Herbert Feith, Indonesia memiliki 2 budaya politik yang dominan : a. Aristokrasi Jawa b. Wiraswasta Islam Clifford Geertz, Indonesia memiliki 3 subbudaya yaitu : a. Santri:pemeluk agama islam yang taat yang terdiri dari pedagang di kota dan petani yang berkecukupan b. Abangan : yang terdiri dari petani kecil. SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen 5 c. Priyayi : golongan yang masih memiliki pandangan hindu budha, yang kebanyakan dari golongan terpelajar, golongan atas penduduk kota terutama golongan pegawai. Afan Gaffar, budaya politik indonesia memiliki 3 ciri dominan : a. Hirarki yang tegarketat : adanya pemilahan tegas antar penguasa wong Gedhe dengan Rakyat kebanyakan wong cilik. b. Kecendrungan Patronage hubungan antara orang berkuasa dan rakyat biasa seperti majikan majikan dengan buruh. c. Kecendrungan Neo Patrimonialistik, yaitu perilaku negara masih memperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Menurut Max Weber,dalam negara yang patrimonialistik penyelenggaraan pemerinbtahan berada dibawah kontrol langsung pimpinan negara. Menurutnya karakteristik negara patrimonialistik adalah: a. Cenderung mempertukarkan sumber daya yang dimiliki seseorang penguasa kepada teman- temannya. b. Kebijakan sering kali lebih bersifat partikularistik dari pada bersifat universalistik. c. Rule of Law lebihbersifat sekunder bila dibandingkan dengan kekuasaan penguasa rule of man d. Penguasa politik sering kali mengaburkan antara kepentingan umum dan kepentingan publik. Di masa Orde Baru kekuasaan patrimonialistik telajh menyebabkan kekuasaan tak terkontrol sehingga negara menjadi sangat kuat sehingga peluang tumbuhnya civil society terhambat. Contoh budaya politik Neo Patrimonialistik adalah: a. Proyek di pegang pejabat. b. Promosi jabatan tidak melalui prosedur yang berlaku surat sakti. c. Anak pejabat menjadi pengusaha besar, memamfaatkan kekuasaan orang tuanya dan mendapatkan perlakuan istimewa. d. Anak pejabat memegang posisi strategis baik di pemerintahan maupun politik Nazarudin Samsudin, menyatakan dalam sebuah budaya ciri utama yang menjadi identitas adalah sesuatu nilai atau orientasi yang menonjol dan diakui oleh masyarakat atau bangsa secara keseluruhan. Jadi simbol yang selama initelah diakui dan dikenal masyarakat adalah Bhineka Tunggal Ika, maka budaya politik kita di Indonesia adakah Bhineka Tunggal Ika. SMK Taman Karya Madya Pertambangan Kebumen 6

D. Sosialisasi Politik