AKUNTABILTAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM PENATAAN TATA RUANG KOTA

(1)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN Jl. Prof. DR. Sumantri Brojonegoro No 1 Bandarlampung

A.4 LEMBAR KENDALI BIMBINGAN

Nama : Mizdarmadi

NPM : 0646021041

Judul Skrip : Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunag Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

No Tanggal Saran Pembimbing Paraf

Bandarlampung, Oktober 2010 Pembimbing

Drs.Hi. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 198501090 198603 1 002


(2)

ABSTRAK

AKUNTABILTAS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DALAM

PENATAAN TATA RUANG KOTA

Oleh

Mizdarmadi

Proses Penataan Ruang Kota di Kabupaten Pesawaran belum akuntabel karena Pemanfatan sumberdaya yang dikelola saat ini masih belum jelas perencanaannya seperti halnya bekaitan dengan kepentingan umum, berupa penempatan sektor-sektor layanan publik, pusat pengembangan ekonomi masyarakat, pusat pendidikan, dan pusat kesehatan.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran dalam Penataan Tata Ruang Kota. dan mengetahui mekanisme Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan menetapkan informan yaitu Kepala Badan Bappeda Kab. Pesawaran, Subbag Perencanaan Bappeda Kab. Pesawaran, Kabid Pendataan dan Pengendalian Bappeda Kab. Pesawaran,


(3)

Prasarana Bappeda Kab. Pesawaran, dan Kabid Perencanaan Wilayah Bappeda Kab. Pesawaran. Mengenai Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan tahapan reduksi data, penyajian data (display) dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Tahap Proses Pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran telah memenuhi Akuntabiltas dilihat dari proses Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang, Proses Perencanaan Tata Ruang, dan Proses Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah, dengan mengacu pada kaidah aturan tata ruang. (2) Pada Tahap Proses sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran telah memenuhi mekanisme Akuntabilitas dengan berdasarkan tahapan-tahapan diawali diajukan pada Bappeda Propinsi selanjutnya ke tingkat Nasional yaitu Mendagri untuk dikaji lebih lanjut. Penyebaran informasi dengan akses publik mengenai keputusan dan mekanisme pengaduan Masyarakat sudah berjalan dengan baik dapat disimpulkan Akuntabel.


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan diberlakukannya UU Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal pada tahun 2001 dan direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004 dimulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada hakekatnya otonomi daerah mengandung makna yaitu diberikannya kewenangan (authority) kepada pemerintah daerah menurut kerangka perundang-undangan yang berlaku untuk mengatur kepentingan (interest) daerah masing-masing. Melalui kebijakan otonomi daerah ini, pemerintah telah mendesentralisasikan sebagian besar kewenangannya kepada pemerintah daerah.

Konflik kewenangan yang muncul pada dasarnya bersifat vertikal dengan lebih diakibatkan oleh akses munculnya UU No. 22 tahun 1999, dimana pada masa sebelum otonomi, seluruh kebijakan pembangunan ditetapkan dan diatur oleh pemerintah pusat sehingga terjadi sentralisasi kekuasaaan yang berarti kewenangan pemerintah pusat terhadap seluruh aspek pembangunan baik pusat maupun di daerah berada di tangan pemerintah pusat di Jakarta.

Sesuai dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, system perencanaan tata ruang wilayah diselengarakan secara hirarkis menurut


(5)

kewenangan adminstrarif, yakni dalam bentuk RTRW Nasional, RTRW Propinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota serta rencana-rencana yang sifatnya lebih rinci. RTRWN disusun dengan memperhatikan wilayah nasional sebagai wilayah yang lebih lanjut dijabarkan kedalam strategi serta struktur dan pola pemanfatan ruang wilayah Propinsi (RTRWP), termasuk didalamnya penetapan sejumlah kawasan tertentu dan kawasan andalan yang diprioritaskan penanganannya.

Menurut kebijakan pembangunan tata ruang Indonesia, pembangunan selayaknya dilakukan dengan keselarasan pemanfaatan ruang yang mampu mengembangkan fungsi setiap kawasan, Pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang mempertemukan kebutuhan di masa yang akan datang. Pembanguna ini dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan berkelanjutan pun hendaknya menyelaraskan antara pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan lingkungan.

Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu kabupaten baru di Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran yang dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 33 tahun 2007 merupakan pemekaran dari Wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Sebagai kabupaten yang memiliki kewenangan otonomi dalam mengurusi rumah tangganya sendiri. Salah satu amanat dalam undang-undang adalah keharusan Kabupaten Pesawaran untuk segera menyiapkan Rencana Tata Ruang Wilayah.


(6)

Rencana tata ruang merupakan upaya pengembangan wilayah dalam rangka melakukan pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan di Kabupaten Pesawaran. berdasarkan menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap daerah Kabupaten mempunyai kewenangan menyusun rencanan Tata Ruang Wilayah sebagai arahan pelaksanaan pembangunan, sejalan dengan penerapan otonomi daerah. Penyususunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten ke dalam dokumen rujukan, merupakan hal yang diperlukan guna membantu pencapaian tujuan perencanaan. Dimana dalam perencanaan pengembangan wilayah tidak mengesampingkan aspek yang mengarah pada perkuatan ekonomi wilayah dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development). Selain itu perkembangan sebuah wilayah perlu didukung pula dengan pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola secara efektif, efisien dan bertanggungjawab.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten di susun berdasarkan perkiraan kecenderungan dan arahan perkembangan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan dimasa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaannya. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten berkaitan dengan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkup kabupaten dan kaitan dengan propinsi serta kabupaten sekitarnya.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) diharapkan menjadi salah satu landasan kebijakan bagi pemerintah daerah dalam memicu


(7)

pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat memberikan dampak signifikan terhadap struktur wilayah, tatanan sosial ekonomi dan budaya.

Pengembangan sistem pusat perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya dapat diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah. Oleh karena itu disamping pengaturan ditribusi sistem kota-kota sesuai dengan hirarki jumlah penduduk, potensi dan kegiatan kegiatan ekonominya (strategi mikro) juga diperlukan sesuatu pengelolaan individual kota atau daerah perkotaan yang ditunjukkan untuk meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung fungsi kota di wilayah yang lebih luas (strategi makro). Sistem pusat-pusat pemukiman atau sistem kota-kota di Kabupaten Pesawaran tidak terlepas dari struktur kota ibukota kabupaten maupun kota ibukota kecamatan, dan kawasan pusat pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang wilayah.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dalam PP No. 26 tahun 2008, terkandung klasifikasi kota atau daerah perkotaan yang di bagi atas 3 kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:

1. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang dimaksud adalah kota atau daerah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan skala nasional, di samping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya, arus barang atau jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional. Kota atau kawasan perkotaan yang termasuk klasifikasi ini pusat pelayanan jasa, produksi dan distribusi serta merupakan simpul tranportasi untuk mencapai puasat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolis, disebabkan karena kelengkapan saran dan prasaran yang dimilikinya.


(8)

2. Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegitan Wilayah (PKW) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebangai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani sekala provinsi, atau beberapa kabupaten. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebangai simpul kedua sebangai kegiatan ekpor-impor yang mendukung (PKN) atau kawasan perkotan yang berpungsi sebangai simpul tranportasi yang melayani skala provinsi atauy beberapa kabupaten.

3. Kota atau kawasan yang berfungsi sebangai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kawasan perkotaan yang berfugsi atau berpotensi sebangai kegiatan industri dan jasa yang melayan sekala kabupaten atau beberapa kecamatan. atau kawasan perekonomian yang berfungsi atau berpotensi sebangai simpul tranportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Realitasnya beberapa sumber menyatakan perencanaan tata ruang di Kabupaten Pesawaran masih belum jelas arah perencanaannya di duga belum menjalankan Akuntabiltas yang berhubungan dengan penataan tata ruang, dimana dalam penyelenggaraan tata ruang dapat dipertanggung jawabkan, baik prosesnya, pembiyayaannya, maupun hasilnya.

Berdasarkan hasil riset pada tanggal 5 April 2010 di Kantor Bappeda

Kabupaten Pesawaran dengan mewawanca Bapak Zainal Fikri. ST (Subbid Penataan ruang dan Lingkungan SDA) tata ruang yang ada saat ini

memang belum tertata dengan baik, seperti halnya bekaitan dengan kepentingan umum mengenai penempatan sektor-sektor layanan publik, pusat pengembangan ekonomi masyarakat, pusat pendidikan, dan pusat kesehatan atau lokasi rumah sakit. Hal ini dikarnakan melihat dari setiap wilayah

kecamatan memiliki prasarana berdasarkan perkembangan wilayahnya. Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran

melakukan perencanaan yang berkaitan dengan potensi yang dimiliki Masing-masing kecamatan ini dapat dilihat dari (Laporan Akhir Rencana Tata Ruang


(9)

Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008). Berdasarkan hasil analisis termasuk hirarki sistem kota-kota dan potensi serta keadaan alam serta dalam rangka memeratakan pertumbuhan ekonomi maka Kabupaten Pesawaran termasuk dalam Kawasan andalan Bandar Lampung-Metro serta Wilayah Nasional (RTRWN) termasuk Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya dengan pertimbangan potensi dan berbangai kemungkinan perkembangan masing-masing kecamatan, serta kebijakan yang ada maka Kabupaten Pesawaran dapat dibangi menjadi sebangi berikut:

1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Gedong Tataan, Kawasan yang dipacu perkembangannya dengan peningkatan peran dan fungsi kecamatan sebangai pusat pertumbuhan berbasisis Agroindustri. Terdiri dari Kecamatan Gedong Tataan, Way Lima dan Kedondong. Pusat pengembangan dari PKW ini berada di Kota Gedongtataan.

2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Negrikaton, kawasan yang dipacu perkembangan dengan pemantapan kegiatan industri, perdagangan, jasa dan kegiatan lain. Adapun wilayah yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Negrikaton dan Tegineneng. Sebagai pusat pengembangan dari Satuan Wilayah Pembanguna (SWP) ini adalah Negrikaton.

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Padang Cermin, Merupakan kawasan yang dipacu perkembangan dengan pemantapan kegiatan pariwisata, perikanan dan pertanian. Adapun wilayah yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kecamatan Padang Cermin dan Punduh Pidada.

Perencanaan Tata Ruang merupakan dasar bagi pembanguan selanjutnya sebangai arahan didalam pelaksanaan pembangunan di masa yang akan datang, dengan adanya kebijakan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran dalam Perencanaan Tata Ruang sangat penting adanya pertanggungjawaban atau akuntabilitas terhadap perencanaan tersebut. Akuntabilitas merupakan asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat


(10)

dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran merupakan instasi pemerintah daerah yang mempunyai kewenangan dan tugas penyusun pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan tata ruang wilayah. Untuk menunjang sarana dan prasaran kota seperti disektor jasa layana publik, pendidikan, kesehatan dan perumahan bangi masyarakat. untuk mendukung terbentuknya kota. Perencanaan awal yang baik akan menentukan keberhasilan pembangunan Kabupaten Pesawaran selanjutnya. Sebagai Satuan Kerja yang memiliki tugas pokok melakukan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan.

Beranjak dari realita tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai “Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis kemukakan rumusan masalahnya adalah:

“Bangaimana Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota”.?


(11)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, hasil penelitian sebagai salah satu kajian manajemen pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat member kontribusi pemikiran terhadap pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam bindang Penataan Tata Ruang Kota.


(12)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Akuntabilitas

1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas Instansi Pemerintah Pusdiklatwas Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) – 2007 Terdapat berbagai definisi tentang akuntabilitas, yang diuraikan sebagai berikut :

Sjahruddin Rasul menyatakan bahwa akuntabilitas didefinisikan secara sempit sebagai kemampuan untuk memberi jawaban kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan “seseorang” atau “sekelompok orang” terhadap masyarakat secara luas atau dalam suatu organisasi. dalam konteks institusi pemerintah, “seseorang” tersebut adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai penerima amanat yang harus memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan amanat tersebut kepada masyarakat atau publik sebagai pemberi amanat.

J.B. Ghartey menyatakan bahwa akuntabilitas ditujukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan stewardship yaitu apa, mengapa, siapa, ke mana, yang mana, dan bagaimana suatu pertanggungjawaban harus dilaksanakan.

Ledvina V. Carino mengatakan bahwa akuntabilitas merupakan suatu evolusi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas baik yang masih berada pada jalur otoritasnya atau sudah keluar jauh dari tanggung jawab dan kewenangannya. Setiap orang harus benar-benar menyadari bahwa setiap tindakannya bukan hanya akan memberi pengaruh


(13)

pada dirinya sendiri saja. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa tindakannya juga akan membawa dampak yang tidak kecil pada orang lain. Dengan demikian, dalam setiap tingkah lakunya seorang pejabat pemerintah harus memperhatikan lingkungannya.

Sedangkan Menurut Taliziduhu Ndraha (2003:87), memberikan definisi

Accuntability sebagai berikut :

“Accuntability adalah menunjukakan sejauh mana seorang pelaku pemerintah terbukti mampu menjalankan tugas atau perintah yang diamanatkan kepadanya, menurut cara, alat, dan tingkatan pencapaan sasaran yang telah ditetapkan, terlepas dari persoalan, apakah ia menyetujui perintah itu atau ia merasa terpaksa, dipaksa, harus atau karena tiada pilihan, dan dalam pada itu harus menaggung resiko”.

Menurut budi supriyatno dalam buku manajemen pemerintahan (2009: 232) Ada empat (4) kewajiban yang harus dilakukan apratur dalam pelaksanaan akutabilitas publik, yaitu:

1. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban seseorang atau pimpinan dalam lembanga pemerintahan secara kolektif sebangai konsekuensi logis dari adanya pemberian hak dan kewajiban, maka perlu adanya sanksi bagi yang melanggarnya.

2. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan kinerja dan tindakan. Kinerja merupakan keseluruhan hasil, manfaat dan dampak dari suatu proses pengelolaan masukan guna mencapai tujuan yang di inginkan. Sedangkan tindakan adalah, aktivitas seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif untuk melakukan atau tidak dilakukan, berkaitan dengan hak dan kewenangan yang diberikan kepada seseorang atau pimpinan lembanga pemerintah. 3. Akuntabilitas publik merupakan kewajiban yang melekat pada

seseorang atau pimpinan lembanga pemerintahan yang karena jabatanya memperoleh hak dan kewajiban menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, akuntabilitas dapat perorangan, kelompok atau organisasi.

4. Akuntabilitas publik merupakan pertanggungjawaban yang ditujukan pada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk hal tersebut. Akuntabilitas yang dilakukan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif ditujukan kepada pihak-pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pihak-pihak tersebut adalah, pejabat yang berwenang atau para pemegang saham (stakeholder) dan masyarakat.


(14)

Pengawasan merupakan bangian penting dari akuntabilitas. dengan kata lain akuntabilitas publik tidak akan berjalan efektif dan efisien jika tidak ditunjang mekanisme pengawasan yang baik, demikian sebaliknya. Akuntabilitas publik tanpa pengawasan akan menyebabkan penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat dan dunia usaha. dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan perwujutan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggung jawaban secara periodik, tetapi harus dilakukan pengawasan secara ketat. Dalam hal ini, pemanfaatan sumberdaya meliputi sumber daya manusia (SDM), kekayaan alam, material, keungan, data/informasi dan tata ruang. Agar pemanfatannya sesui, harus dilakukan pengawasan secara terus- menerus.

Berdasarkan pengertian maupun pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik satu ke satuan pengertian mengenai akuntabilitas atau pertanggungjawaban yaitu walaupun seseorang mempunyai kebebasan dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepadanya, namun ia tidak dapat membebaskan dirinya dari hasil atau akibat perbuatannya dan ia dapat dituntut untuk melaksanakan secara layak apa yang menjadi kewajibanya.


(15)

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik pengertian tentang akuntabilitas adalah mekanisme perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Indikator & Alat Ukurnya Akuntabilitas

Menurut Loina Lalolo Krina P. Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta - Agustus 2003 menyatakan Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan.

Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil kesepakatan antara warga pemilih (constituency) para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta para pelaksana dilapangan.

Sedangkan dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan masyarakat secara umum, akuntabilitas didefinisikan sebagai mekanisme penggantian pejabat atau penguasa, tidak ada usaha untuk membangun mono loyalitas secara sistematis, serta ada definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule of law. Sedangkan public accountability didefinisikan sebagai adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berhubungan dengan kewajiban dari institusi pemerintahan maupun para aparat yang bekerja di dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi


(16)

yang sesuai dengan nilai yang berlaku maupun kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas publik menuntut adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi.

Karena pemerintah bertanggung jawab baik dari segi penggunaan keuangan maupun sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus dilengkapi dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan balik dari para pemakai jasa pelayanan maupun dari masyarakat.

Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para

stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :

1. Pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah :

a. pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan

b. pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders

c. adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku d. adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi,

dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak terpenuhi

e. konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.

2. Pada tahap sosialisasi kebijakan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah :

a. penyebarluasan informasi mengenai suatu keputusan, melalui media massa, media nirmassa, maupun media komunikasi personal


(17)

b. akurasi dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan cara-cara mencapai sasaran suatu program

c. akses publik pada informasi atas suatu keputusan setelah keputusan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat

d. ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai oleh pemerintah.

B. Tinjauan Tentang Badan Perencanaan Pembanguan Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Tugas Dan Fungsi

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencanaan pembangunan, mepunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Perencanaan Pembanguan Daerah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagai mana dimaksut, Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Menyelenggarakna fungsi:

a. Perumusan Kebijakan teknis perencanaan serta penelitian dan pengembangan;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembanguan serta penelitian dan pengembangan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah serta penelitian dan pengembangan;


(18)

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang perencanaan pembangunan;

e. Pelayanan administrasi.

C. Tinjauan Tentang Perencanaan

Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:5) Moekijat menyebutkan ada delapan perumusan tentang arti perencanaan. Empat di antar kutip berikut ini:

1. “Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan datang dalam mengambarka dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diguanakan.”

2. “Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu perencanaan tindakan, artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu dilakukan.”

3. “Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.”

4. “Perencanaan adalah suatu penentuan sebelunya dari tujuan-tujuan yang diinginkan dan bangaimana tujuan tersebut harus tercapai.”

Dari berbagai perumusan diatas dapat disimpulkan inti dari perencanaan adalah menentukan tujuan dan merumuskan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:4) Menurut Friedman perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Sasaran yang


(19)

dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan program.

Robinso Tarigan dalam perencanaan pembangunan wilayah (2004:4) Menurut

conyers & Hiils dalam Arsyad, perencanaan adalah “suatu proses yang bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan apabial pilihan-pilihan sebagai alternative penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.”

Berdasarkan definisi di atas, Arsyad berpendapat ada empat dasar perencanaan, yaitu:

1. Merencanakan berarti memilih

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya, 3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan 4. Perencanaan berorientasi kemasa depan.

Berdarkan pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa perencanaan adalah perumusan tujuan-tujuan dan bangai mana mencapai tujuan tersbut.

Mulyono Sadyohutomo (2008:36) Levy mengemukakan ada tiga pendekatan teori merencanakan (theory of planning) yang dapat dipilih dalam melakukan proses perencanaan kota dan wilayah, yaitu sebagai berikut.

a. The Rational Comprehensive Model

Pendekatan model rasional ini sekarang termasu dalam model ortodok/kuno. Model ini beranjak dari asumsi dimilikinya informasi secara lengkap dan akurat serta didukung adanya manusia yang berpikir dan bertindak rasional. Dengan asumsi tersebut maka diketahui seluruh dimensi persoalan dan dapat disusun alternative pemecahan secara


(20)

rasional. Sasarannya adalah optimalisasi kegiatan secara rasional dan sitematis sehingga diperoleh perencanaan komprehensif.

Berikut langkah-langkahnya. 1.Merumuskan masalah

2.Memperjelas pentingnya masalah (nilai Masalah)

3.Merumuskan Tujuan (goal) dan sasaran-sasaran (objectives) 4.Merumuskn alternatif-alternatif rencana.

5.Mengevaluasi alternatif-alternatif rencana dan memilih satu atau beberapa alternative yang terbaik.

6.Perkiraan kosekuensi alternative rencana pilihan 7.Penjabaran ke rencana detail/program.

8.Review dan evaluasi.

b. Disjointed Incrementalism = Muddling Through

Model ini ditunjukkan pada system yang bersifat pluralistik dan untilitas perencanaan dilakukan secara Increment (perubahan bertahap)

Dengan mengacu pada perencanaan (planners) karena kemampuan dan pengalamannya langsung dapat merumuskan kemungkinan-kemungkinan perubahan rencan atau kebijaksanaan (policy) yang lalu dengan mengubah atau menyempurnakannya menjadi rencana artau kebijakan paling baru.

c. Mixel scanning

Mixel scanning merupakan model jalan tengah yang diperkenalkan oleh amitai Etzioni pada tahun 1968, yaitu memanfaatkan keunggulan-keunggulan dari model rasional dan model incremental. Model ini lebih banyak digunakan dalam perencanaan Karen dianggap, lebih luwes pemakainya dan efisien dalam menghadapi permaslahan yang komplek. Disebut Mixel scanning karena ada dua langkah perencanaan, yaitu sebangai berikut:

1) Mempelajari gambar secara umum (scanning). Dari pengamatan atau penyelidikan secara global ini diperoleh hal-hal menonjol yang bersifat strategis untuk ditangani.

2) Memfokuskan bangai mana yang penting atau strategis untuk diteliti lebih lanjut secara detail. Dalam pendetailan ini perencana dapat memilih model pendekatan perencanaan yang cocok, apakah model rasional atau model incremental sesuai dengan kondisi.


(21)

D. Tijauan Tentang Perencanaan Wilayah

Menurut Robinson Tarigan dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah (2004: 28) terdapat beberapa pengertian Perencanaan wilayah sebagai berikut:

1. Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan pembanguan didalam ruang wilayah) dan perencanaan ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan wilayah di atur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah dia atur dalam perencanaan tata ruang wilayah. Tata ruang wilayah merupakan landasan dan sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembanguan wilayah.

2. Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan aktifitas pada ruang wilayah.

Berdarkan pendapat di atas dapat disimpulakan Perencanaan wilayah adalah perencanaan yang mengambarkan kegunaan ruang wilayah dalam perencanaan aktivitas didalam wilayah.

Perencanaan ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan tujuan agar pengguanaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan terjamin kehidupan yang berkesinambungan. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam perencanaan tersebut. Setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakn makro pemanfatan ruang berupa:

1. Tujuan pemanfaatan ruang,

2. Struktur dan pola pemanfatan ruang, dan 3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang


(22)

Tujuan penataan tata ruang adalah menciptakan hubungan yang serasi antara kegiatan berbagai subwilayah agar tercipta hubungan yang serasi atara berbagai kehidupan. Dengan demikian, hal itu mempercepat proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestariam lingkungan hidup. Struktur ruang berdasarkan pemanfaatanya serta hierarki dari dari pusat pemukiman dan pusat layanan.

E. Tinjauan Tentang Tata Ruang Kota

1. Pengertian Kota

(www.google.com. Diakses 2 Mei 2010)Menurut definisi universal kota adalah sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau status hukum, dalam konteks administrasi pemerintahan di Indonesia, kota adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia setelah provinsi, yang dipimpin oleh seorang walikota. Selain kota, pembagian wilayah administratif setelah provinsi adalah kabupaten. Secara umum, baik kabupaten dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah

bawahan dari provinsi, karena itu bupati atau walikota tidak bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri.

2. Tata Ruang Kota

Tata ruang kota merupakan suatu usaha pemegang kebijakan untuk menentukan visi ataupun arah dari kota yang menjadi tanggung jawab pemegang kekuasaan di wilayah tersebut, dalam upaya untuk mewujudkan tata ruang yang dapat mewadahi kegiatan seluruh warga secara berkesinambungan.


(23)

3. Klasifikasi Perencanaan Pembangunan Kota

Menurut Ruddy Williams (2001: 48-49), klasifikasi perencanaan pembangunan kota adalah sebagai berikut:

a. Rencana Tapak

Rencana Tapak merupakan rencana secara terperinci untuk merancang bangunan dan pertamanan, tetapi yang lebih sering ialah gambar yang dimaksudkan sebagai contoh dari apa yang mungkin terjadi jika ada kebijaksanaan umum lagi yang akan dipakai contoh ini di beri judul dengan rencana tapak ilustratif, tetapi yang mengagumkan dalam banyak hal contoh gambar itu mempunyai pengaruh yang penting atas apa yang sebenarnya dibangun. ilustrasi tersebut membantu orang untuk melihat kira-kira hasil keputusan-keputusan kebijaksanaan, jadi membantu proses untuk mencapai kesepakatan atas suatu rencana b. Rencana Struktur

Rencana Struktur merupakan satu langkah menyajikan suatu yang direncanakan secara realistis, rencana struktur ini memusatkan perhatiannya pada aspek-asek tertentu dari lingkungan: biasanya tata guna lahan, sistem pergerakan utama, dan besaran serta lokasi dari fasilitas-fasilitas penting dan bangunan-bangunan. Rencana ini dimaksudkan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan lokasi tertentu yang menjadi kunci, sambil mengenal adanya perbedaan antara daerah belakang dan daerah depan. Jika daerah harus dikembangkan dalam waktu yang lama, ada kebijaksanaan untuk memberi kebebasan dan tetap berpegang teguh kepada beberapa aspek perencanaan yang penting.

c. Rencana Konsep

Rencana konsep merupakan peryataan rencana yang dimaksudkan lebih dari sekedar uraian untuk pelaksanaan kerja. Pada rencana konsep, jalur hijau yang menghubungkan antara garis pantai kota dan daerah-daerah distrik pemukiman dapat diterangkan dalam bentuk diagram, tanpa menyebutkan keputusan-keputusan tentang bentuk (jalur taman atau sejumlah taman yang dihubungkan) untuk dibicarakan dan diperdebatkan nanti. Memang arti utama dari rencana konsep ini adalah agar memusatkan pembahasan pada seluruh hal yang penting, dari pada mengubah pembahasan secara terperinci sebelum waktunya.rencana-rencana konsep itu akan menjadi paling efektif jika disertai dengan gambaran-gambaran yang mungkin nanti dihasilkan.

Ketiga macam perencanaan merupakan komponen dari tahap pembangunan kota yang memang perlu ada pada tahapan atau proses pembangunan dari


(24)

berbagai aspek yang menunjang bagi masyarakat kota agar kehidupannya menjadi lebih baik. dan untuk itu dalam setiap program perencanaan tata ruang kota juga tidak luput dari ketiga konsep tersebut yang memang harus di laksanakan sesuai konsep perencanaan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Perencanaan Kota Menurut Ruddy Williams (2001: 51):

Menurut kebiasaan yang berlaku perencanaan itu paling baik kalau dilaksanakan selangkah demi selangkah, yang diatur menurut urutannya, yaitu perencanaan dimulai dengan pengumpulan data yang relevan kemudian dilanjutkan dengan menentukan persoalan yang mungkin dapat dilakukan, dengan mengadakan pengujian pemecahan soal-soal tahapan pelaksanaan yang diinginkan dan menjabarkan tahapan pelaksanaan itu kedalam rencana tindakan, proses ini memiliki keluesan tertentu, tetapi kurang tepat ditinjau dari segi tata kerja perencanaan. Dengan memerankan perencanaan sebagai kegiatan memecahkan masalah, diperkirakan ada kesepakatan bahwa suatu tindakan tertentu harus dilakukan dan pokok bahasannya adalah bagaimana menemukan pilihan yang tepat,.sesuai dengan kondisi lingkungan. Tujuan perencanaan pada umumnya tidak jelas sampai kemungkinan pemecahan diuji dan dibicarakan, diperlukan waktu beberapa tahap untuk merencanakan, memperjelas tujuan, dan membuat rencana baru sebelum orang merasa puas dan kemungkinan pelaksanaan kerja berpengaruh besar atas tindakan yang dapat dipertimbangkan, sebenarnya,perencanaan itu seringkali berjalan bagaikan alat untuk mencapai tujuan, begitu juga dari tujuan menjadi alat.

Menurut Ruddy Williams (2001: 51): faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan kota adalah:

a. Keahlian Profesional

Keahlian khusus dalam menyusun perencanaan lingkungan fisik, merancang lingkungan tidak hanya sekedar masalah apa yang lebih disukai tetapi harus diteliti dan di konsep sebaik mungkin dalam proses perencanaan pemembangunan kota berwawasan lingkungan untuk itu diperlukan keahlian profesional dalam merencanakan pembangunan kota lingkungan dengan mengacu pada aspek-aspek yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


(25)

b. Keterlibatan Masyarakat

Kunci lain agar perencanaan bisa efektif ialah mengetahui bahwa keterlibatan masyarakat perlu untuk mencapai kesepakatan masyarakat yang diperlukan untuk pelaksanaan kerja. Perencanaan harus membantu semua pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesepakatan tentang sifat permasalahan dan rencana yang diinginkan. Bermacam-macam teknik telah difikirkan secara baik untuk membuka proses perencanaan untuk membuat setiap rencana. Paling umum adalah mengadakan lokakarya atau dengar pendapat secara umum mengenai pokok-pokok permasalahan agar dapat mengumpulkan gagasan-gagasan dan mengundang tanggapan-tanggapan tentang perencanaan. proses yang lebih ambisius ialah yang melibatkan rakyat secara langsung dalam pembuatan rencana pembangunan kota berwawasan lingkungan yaitu dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat kota agar beramai-ramai ikut membantu pemerintah dalam mewujudkan kota.

c. Mencapai Kesepakatan Tindakan Pelaksanaan

Dalam merencanakan kota berwawasan lingkungan perlu mencapai cukup kesepakatan atas keinginan melakukan perubahan dalam rangka mewjudkan suatu tindakan, sementara ada banyak contoh usaha-usaha perbaikan kota waktu lampau yang dipahami dibalik ruang tertutup dan dilaksanakan dengan sedikit keterlibatan masyarakat, karena seharusnya proses perencanaan tidak berjalan dengan baik tanpa keterlibatan dari masyarakat. Dalam hubungan ini proses perencanaan kota berwawasan lingkungan harus menggunakan sumber daya perubahan secara efektif karena rencana yang tidak dilanjutkan dengan tindakan pelaksanaan berarti suatu proses yang gagal.

d. Mewujudkan Rencana Menjadi Kenyataan

Perencanaan bertujuan mengubah kenyataan suatu tempat dengan memaparkan gambaran masa depan yang diinginkan dan pada akhirnya mengusahakan supaya gambaran ini dapat diterima oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya, lalu diwujudkan dalam bentuk nyata. Dalam usaha perencanaan umum ada tiga macam tindakan pelaksanaan yang diperlukan supaya dapat melaksanakan keputusan-keputusan:

1) Tindakan Langsung, tindakan tertentu dapat diambil secara langsung oleh Negara dan badan pemerintah di daerah, yang berusaha memutuskan tindakan-tindakan mana harus diambil dan berusaha agar tindakan itu apat diterima pembuat undang-undang 2) Tindakan Tak Langsung, tindakan lain menentukan campur tangan

sektor swasta, dan cara-caranya harus diikuti untuk menentukan apakah tindakan-tindakan itu sesuai dengan rencana umum.


(26)

3) Tindakan kelembagaan, dalam banyak contoh akan adanya kebutuan perubahan-perubahan organisasi guna menjamin apakah inisiatif dijalankan secara benar dan terkoordinir dan bahwa keputusan-keputusan yang dating kemudian menentukan jiwa rencana aslinya. Kekuatan kelembagaan untuk menjalankan perubahan-perubahan akan mempengaruhi oleh rencana-rencana lingkungan fisik kota.

F. Tinjauan Tentang Pembangunan

Riyadi dan Deddy supriady Bratakusuma dalam buku perencanan pembangunan (2003: 4) terdapat pengertian pembangunan menurut para ahli sebangai berikut:

Siagian memberikan pengertian Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhahan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju moderntas dalam rangka pembinaan bangsa (nasion building)”.

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita memberikan pengertian yang lebih sederhan, yaitu sebagai “ suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”

Dalam buku ajar teori pembangunan Agus Hadiawan (2006:5) pembanguan terkandung arti adanya suatu usaha untuk mengembangkan, mempengaruhi, mengganti yang tidak atau kurang baik dengan yang baik, membuat yang baik lebih baik, yang sudah baik di usahakan agar semakin baik. Dalam pengertian pembanguan tersebut terkandung pula arti adanya suatu usaha agar benar-benar lebih maju, lebih modern, usaha untuk maju terus dengan modernisasi dan pembaharuan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan adalah suatu usah secara sadar yang dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan perubahan di segala bidang kehidupan kearah yang lebih


(27)

baik dengan perencanaan yang optimal untuk mencapai sasaran pembanguan dan perubahan dimasa mendatang.

Disamping itu pembanguan dilaksaknakan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyaraka, baik secara spiritual maupu dengan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Pembanguan harus bersifat rasional, artinya kebijakan yang diambil harus dilaksankan pada pertimbangan rasional.

2. Adanya rencana pembangunan dan proses pembangunan 3. Peningkatan produktivitas

4. Peningkatan standar kehidupan

5. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat serta sama di bidang politik, sosial, ekonomi dan hukum.

6. Pengembangan lembanga-lembanga sosial dan sikap-sikap dalam masyarakat yang mencakup:

a. Efisiensi

b. Kerajian dan ketekunan c. Keteraturan

d. Ketetapan

e. Kesederhanaan dan kecermatan f. Ketelitian dan kejujuran

g. Bersifat rasional dalam mengambil keputusan h. Selalu siap untuk mengahadapi perubahan i. Selalu menggunakan kesempatan dengan benar j. Giat dalam usaha

k. Mempunyai intergritas dan dapat berdiri sendiri l. Bersifat koorperatif

7. Konsolidasi nasional 8. Kemerdekaan nasional

Dengan demikian proses perubahan yang dilakukan secara sengaja itu harus memperhatiakan tujuan pokok dari pada pembanguan yaitu untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat, baik spiritual maupun materil.

G. Kebijakan Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah

Otonomi daerah memberikan kewenangan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan perkiraan kecendurungan dan arah


(28)

perkembangan pembanguan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa depan sesuai dengan jangka waktu perencanaan. Penyusunan RTRW kabupaten harus berdasarkan kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, kepaduan, kelestarian kesinambumgan dalam lingkup kabupaten dan kaitan dengan provinsi serta kabupaten sekitarnya. Selain itu RTRW diharapkan menjadi salah satu landasan kebijakn bangi pemerintah dalam memicu pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat memberikan dampak signipikan terhadap struktur ruang wilayah, tata sosial ekonomi dan budaya.

Tujuan perencanaan wilayah pada tahap akhirnya menghasilakan rencana yang menetapkan lokasi dari berbangai kegiatan yang direncanakan baik oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbangai pihak. Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan manfaat antara lain dapat dikemukakan sebangai berikut:

1. Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbangai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut dimasa yang akan datang. Dengan demikian, sejak awal telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan untuk dan yang akan dijadikan wilayah penyangga.

2. Dapat membantu atau memandu para pelaksana ekonomi untuk memilih kegiatan apa yang perlu dikembangkan dimasa yang akan datang dan diama lokasi kegiatan seperti itu masih diizinkan. Hal ini bisa


(29)

mempercepat proses pembanguan karena investor mendapat kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin keteraturan dan menjauhkan benturan kepentingan.

3. Sebangai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah pertumbuhan kegiatan dan arah penggunaan lahan. 4. Sebangai landasan bangi rencan-rencana lain yang lebih sempit tetapi

lebih detail, misalnya merencanakan sektor dan perencanaan prasaran 5. Lokasi itu sendiri dapat digunakan untuk bebagai kegiatan tertentu pada

lokasi tertentu haruslah memberikan nilai tambah maksimal bagi seluruh masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Badan Perencanaan Pembanguan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pesawaran merupakan instasi pemerintah daerah yang mempunyai kewengan dan tugas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan tata ruang wilayah. Untuk menunjang sarana dan prasaran kota seperti disektor jasa layana publik, pendidikan, kesehatan dan perumahan bangi masyarakat. untuk mendukung terbentuknya kota.

H. Kerangka Pikir

Akuntabilitas adalah perwujudan pertanggungjawaban seseorang atau unit organisasi, dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai, dalam rangka pencapaian tujuan dan menunjukakan sejauh mana seorang pelaku pemerintah terbukti mampu menjalankan tugas atau perintah yang


(30)

diamanatkan kepadanya, menurut cara, alat, dan tingkatan pencapaan sasaran yang telah ditetapkan.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah adalah perencanaan penggunaan atau pemanfatan ruang wilayah, yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use plan-ning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut. Perencanaan ruang wilayah pada dasarnya adalah menetapkan kawasan atau zona yang tegas diatur pengguanaannya. Pengembangan sistem perkotaan harus diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan arah pengembangan wilayah. yang dimaksut dengan prinsip akuntabilitas adalah akan menunjukkn bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiyaannya, maupun hasilnya.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran (BAPPEDA) dalam kontek otonomi daerah adalah instasi pemerintah daerah yang mempunyai kewengan melakukan penyusun dan pelaksaan kebijakan daerah di bidang perencanaan termasuk perencanaan Tata Ruang Wilayah. Tata Ruang Kota merupakan bangian dari Tata Ruang Wilayah dalam hal ini pengembangan system tata perkotaan atau kawasan perkotaan tentunya harus diarahkan sedemikiaan rupa agar selaras dengan arahan pengembangan wilayah.

Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders yang


(31)

berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :

1. Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah. a. Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah b. Proses Perencanaan Tata Ruang

c. Proses Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah 2. Pada tahap sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah

Untuk lebih jelas pertanggungjawaban perencanaan pembangunan wilayah dapat kita lihat pada kerangka pikir berikut ini.

GAMBAR 1 : Skema Kerangka Pikir

Akuntabiltas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran

dalam Penataan Tata Ruang Kota

Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah

a. Proses Pembentukan badan koordinasi penataan ruang daerah b. Proses Perencanaan Tata Ruang c. Proses Perencanaan Penyusunan

dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah

Pada tahap sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah


(32)

III METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara terperinci mengenai fenomena-fenomena sosial tertentu yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti, yaitu berusaha menggambarkan proses Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

Menurut Moleong (2004:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan Bog dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2000:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tulisan/lisan dari orang-orang/prilaku yang dapat diamati. Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan peristiwa riil di lapangan bahkan mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi dari hasil penelitian.

Penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif ini karena sesuai dengan kebutuhan penelitian ini yaitu menuturkan dan mendefinisikan data tentang


(33)

proses Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

B. Fokus Penelitian

Penelitian kualitaitif yang harus diperhatiakn adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting dalam memandu dan mengarahkan jalanya suatu penelitian. Fokus penelitian sangat membantu seseorang peneliti angar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian. Fokus memberikan kemudahan dalam pengumpulan data, sehingga peneliti fokus memahami masalah yang menjadi tujuan peneliti. Menurut Moleong (2005:92) penetapan fokus sebagai penting artinya dalam usaha menentukan batasan penelitian.

Untuk mengetahui Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembanguan Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Kota maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:

1. Pada tahap proses pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah meliputi: a. Pembentukan badan koordinasi penataan ruang daerah

1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan

b. Proses Perencanaan Tata Ruang

tahap menentukan struktur ruang dan pola ruang

c. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah 2. pada tahap sosialisasi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah


(34)

C. Lokasi Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong (2005:86):

Dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangakn teori subtantif; pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktir seperti waktu, biaya, dan tenaga, perlu pula dijadikan penentu dalam pemilihan lokasi penelitian.

Lokasi yang diambil penelitian ini di tentukan denga cara sengaja (purposive)

yaitu dilakukan pada Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten Pesawaran. Pemilihan lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas kerterkaitan Badan Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten Pesawaran dalam perencanaan penataan tata ruang adalah badan yang menangani secara langsung tentang perencanaan tata ruang di Kabupaten Pesawaran. Hal ini tentu saja mempermudah peneliti untuk memperoleh data yang lebih lengkap dari badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten pesawaran dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan biaya dalam pelaksanaan penelitian.

Waktu penelitian atau turun lapangan dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai Agustus 2010. Penelitian denga teknik wawan cara mendalam banyak dilakukan di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran dan kediaman Imforman.

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lonfand dalam Moleong (2005:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan yang dapat dari informan melaului wawancara, melebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah benda, hal, atau orang maupun tempat yang


(35)

dapat dijadikan sebangai acuan peneliti untuk melakukan analisis data. Untuk mendapakan informasi yang akurat dengan fokus penelitian.

Sacara umum penelitian dapat dibangi 2 (dua) jenis, yakni: a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini, data primer didapat melalui wawancara langsung dengan informasi yang ditentukan dari keterkaitan informan tersebut dengan masalah penelitian.wawancara dilaksanakan dalam waktu kurang lebih satu bulan. Infoman-informan berasal dari unsur pelaksana kebijakan serta beberapa orang yang berkaitan langsung dengan kebijakan penataan tata ruang dalam perencanaan pembanguna tata ruang kota.

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang dilakukan dari sumber data primer. Data tesebut berupa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, berupa dokumentasi Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008.

E. Sumber Informasi

Penentuan sumber informasi dilakukan secara sengaja (Purposive) sesuai dengan kebutuhkan penelitian ini. Adapun sumber informasi dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Bapak Ir. Fredy SM. MM (Kepala Badan)


(36)

3. Bapak Drs. M. Zuheriadi, MH (Kabid Pendataan dan Pengendalian) 4. Bapak Abdullah Sani, SE (Subbid Penelitian Dan Pengembangan) 5. Bapak Ir. Samsul Hidayat (Kabid Perencanaan Wilayah)

6. Bapak Alkhoud, SH. MM (Subbid Saran dan Prasarana)

7. Bapak Zainal Fikri. ST (Subbid Penataan ruang dan Lingkungan SDA)

Pemilihan sumber informasi di atas dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa mereka dapat memberikan informasi yang akurat tentang hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti menyangkut obyek penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian maka pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara /Interview

Teknik tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab antar peneliti dengan beberapa narasumber yang dilakukan telah memenuhi atau relevan dengan penelitian ini. Wawancara yang dilakukan secara terbuka serta mendalam agar dapat memberikan kesempatan nara sumber tersebut dalam rangka menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data tersebut yang belum dapat dipahami oleh sipeneliti


(37)

serta untuk memperoleh penertian maupun penjelasan yang lebih mendalam tentang realitas objek yang diteliti.

Proses wawancara ini dilakukan dengan panduan wawancara sebagai alat bantu penulis dalam penyajian data. Nara sumber dalam penelitian ini adalah Bapak Ir. Fredy SM. MM, Ibu Nurleli SP. M.Si, Bapak Dra. M. Zuheriadi, MH, Bapak Zainal Fikri. ST, Bapak Ir. Samsul Hidaya, Bapak Alkhoud, SH. MM, Bapak Abdullah Sani, SE. Wawan cara dilakukan di Kantor Bappeda Kab. Pesawaran dan kediaman informan. Waktu yang penulis lakukan wawancara ialah dari bulan 20 Juli 2010 sampai 20 Agustus 2010.

2. Dokumentasi

Dokumen diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran Tahun 2008.

b. Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Jabatan Badan Perencanaan Pembanguanan Daerah Kabupaten Pesawaran.

c. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran

G. Teknik Pegelolahan Data

Setelah data-data diperoleh melalui teknik pengumpulan data, selanjutnya data diolah. Teknik pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:


(38)

1. Editing

Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara diperiksa kembali apakah masih ada yang kurang atau terdapat kekeliruan. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi keabsahan dan kesempurnaan data yang diperoleh serta lebih mengarahkan pada tingkat yang lebih lanjut. Data yang diedit oleh penulis ialah hasil wawancara antar peneliti terhadap nara sumber.

2. Interprestasi

Proses memberikan penapsiran dari data yang telah didapatkan penulis dari lokasi pelitian, baik data primer maupun data sekunder untuk mencari makna dengan menghubungkan jawaban informasi dengan data hasil yang lainnya.

H. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis data kualitatif dan menggunakan 3 komponen analisis. Menurut Mettew Milles dan A. Michael Haberman, (1992:16), yaitu meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan melalui proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan informasi data kasar yang muncul dari hasil wawancara. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisa melalui tahapan penajaman informasi, penggolongan berdasarkan kelompoknya, pengarahan atau diarahkan arti


(39)

dari data tersebut, membuang yang tidak perlu atau diorganisasikan dengan cara-cara sedemikian rupa hingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi. Pengelompokan analisis data berkaitan dengan “Akuntabilitas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran Dalam Penataan Tata Ruang Kota.”

2. Penyajian Data (Display)

Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan atau memaparkan hasil temuan wawancara terhadap informan. Data yang telah didapat kemudian diklasifikasikan menjadi sebuah bagian-bagian dari data yang akan disusun secara sistematis sesuai dengan kajian penelitian serta mengumpulkan dokumen sebagai penunjang data.

3. Verifikasi Data (Menarikan Kesimpulan)

Verifikasi data dimaksudkan bahwa penelitian berusaha mencari arti, pola, tema, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, penjelasan akan sebab akiabat dan sebagainya. Simpulan harus senantiasa diuji selama penelitian berlangsung. Dalam hal ini dilaksanakan dengan cara penambahan data baru.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan setelah data yang ada, dicari polanya dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan aturan normatif yaituUU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.


(40)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran

1. Kondisi Geografis Kabupaten Pesawaran

Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak pada 104 54’ sampai dengan 105 14’ bujur timur dan 5 7’ sampai dengan 5 48’ lintang selatan. Secara umum memiliki iklim hujan tropis sebagaimana iklim Provinsi Lampung pada umumnya, curah hujan per tahun berkisar antara 2.264 mm sampai dengan 2.868 mm dan jumlah hari hujan antara 90 sampai dengan 176 hari/tahun. Luas wilayah Kabupaten Pesawaran adalah ± 1173,77 km2 dengan kedudukan ibukota di Gedong Tataan. Perekonomian Kabupaten Pesawaran yang berpenduduk ± 409.615 jiwa, memiliki potensi pertanian, perkebunan dan kehutanan yang masih terbuka untuk dikembangkan. Dengan kondisi wilayah yang ada di Kabupaten Pesawaran memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi pusat kawasan perdagangan dan perekonomian di Provinsi Lampung, karena letaknya yang strategis yang berbatasan langsung dengan 4 (empat) kabupaten/kota dan di sebelah selatan yang berbatasan langsung dengan Teluk Lampung.


(41)

Penetapan batas wilayah Kabupaten Pesawaran saat ini masih mengikuti batas wilayah yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung, batas-batas tersebut yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kalirejo, Bangun Rejo, Bumiratu Nuban, Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Natar Kab. Lampung Selatan, Kemiling dan Telukbetung Barat Kota Bandar Lampung. 3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kecamatan Pardasuka, Ambarawa,

Gading Rejo, Sukoharjo Kabupaten Tanggamus.

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung, Kelumbayan, Cukuh Balak Kabupaten Tanggamus.

Untuk penetapan batas wilayah sesuai patok-patok perbatasan secara fisik belum dilakukan, patok yang digunakan sementara sebagai batas wilayah adalah patok yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Lampung. Sedangkan untuk penetapan patok batas wilayah Kabupaten Pesawaran untuk sementara dalam proses sosialisasi dan secepatnya akan ditetapkan seiring berjalannya kegiatan-kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran terdiri dari 7 Kecamatan dan 133 Desa, secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1: Daftar Nama Kecamatan dan Luas Wilayah

No Nama Kecamatan Luas (Km) Luas (Ha) Jumlah Desa

1. Gedong Tataan 97,06 9.706 19 Desa

2. Negeri Katon 152,69 15. 269 19 Desa


(42)

1 2 3 4 5 4. Way Lima 99,83 9.983 16 Desa

5. Padang Cermin 317,63 31.763 22 Desa

6. Punduh Pedada 224,19 22.419 21 Desa

7. Kedondong 131,11 13.111 21 Desa

JUMLAH 1.173,77 117.377 133

Sumber : Bappeda Kabupaten Pesawaran 2009

2. Kondisi Demografi Kabupaten Pesawaran

Kabupaten Pesawaran memiliki jumlah penduduk 409.615 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 102.370 KK. Terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 204.406 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 201.209 jiwa yang tersebar di 7 (tujuh) Kecamatan. Perincian penduduk menurut jenis kelamin dan wilayah kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2 : Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Jenis Kelamin

No Nama

Kecamatan

Jumlah KK

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah (Jiwa) 1. Gedong Tataan 21.170 43.018 42.590 81.169 2. Negeri Katon 16.689 30.528 29.488 73.729 3. Tegineneng 13.621 26.895 25.286 49.326

4. Way Lima 7.895 19.881 19.382 29.514

5. Padang Cermin 21.799 44.200 42.357 91.349 6. Punduh Pedada 6.856 13.956 13.881 26.573 7. Kedondong 14.340 29.928 28.255 57.955 JUMLAH 102.370 208.406 201.209 409.615 Sumber : Disdukcapil Kabupaten Pesawaran (Data diolah tahun 2009)

Jumlah penduduk Kabupaten Pesawaran mayoritas menganut agama Islam (97.95 %) selain agama lainnya seperti Protestan (0.61 %), Katolik (0.95 %), Hindu (0.2 %) dan Budha (0.25 %) yang secara kultur dan


(43)

tradisi selalu hidup rukun berdampingan. Data Penduduk Pesawaran dilihat dari agama yang dianut per Kecamatan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3: Jumlah Penduduk Per Kecamatan Dilihat Dari Agama

No Nama

Kecamatan

Islam Protestan Katolik Hindu Budha jumlah

1. Gedong Tataan 79.489 650 965 25 40 81.169

2. Negeri Katon 70.715 566 987 773 688 73.729

3. Tegineneng 46.905 895 1.3l6 56 154 49.326

4. Way Lima 29.49l 8 15 - - 29.514

5. Padang Cermin 90.257 314 578 31 169 91.349

6. Punduh Pidada 26.430 74 60 9 - 26.573

7. Kedondong 57.932 10 7 3 3 57.955

JUMLAH 401.219 2.5l7 3.928 897 1.054 409.615 Sumber : Disdukcapil Kabupaten Pesawaran 2009 (Data diolah tahun

2009)

3. Peraturan Organisasi Pemerintahan Kabupaten Pesawaran

Penataan Perangkat Daerah Kabupaten Pesawaran pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Organisasi perangkat Daerah Kabupaten dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain kewenangan pemerintahan yang dimiliki oleh Daerah Kabupaten, karakteristik, potensi dan kebutuhan daerah, kemampuan keuangan daerah, ketersediaan sumberdaya aparatur, serta pengembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga.

Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tugas dan kewenangan Penjabat Bupati Pesawaran yang salah satu tugas pokoknya adalah mempersiapkan struktur dan mekanisme pemerintahan daerah dan sesuai dengan Surat


(44)

Menteri Dalam Negeri Nomor : 138/2051/SJ, tanggal 31 Agustus 2007, tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten/Kota, maka pembentukan Struktur Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Pesawaran menggunakan pola minimal dan bersifat ramping, yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Bupati Pesawaran sebagai berikut :

1. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan Kecamatan Kabupaten Pesawaran.

2. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 02 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pesawaran.

3. Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesawaran.

B. Gambaran Singkat Tentang Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran, dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03 Tahun 2007 tanggal 22 Nopember 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesawaran, yang merupakan tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung, dimana secara umum tugas pokok Bappeda


(45)

Kabupaten Pesawaran Sesuai dengan Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 03 Tahun 2008 pasal 7 adalah ”melakukan penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan daerah di bidang perencanaan”, untuk melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud Bappeda mempunyai fungsi yaitu melakukan perumusan kebijakan teknis perencanaan; Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan; Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perencanaan pembangunan; dan Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

C. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran terdiri dari: 1. Pimpinan : Kepala Badan

2. Sekretariat : Sekretaris, membawahi : a. Kepala Sub Bagian Perencanaan;


(46)

b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepengawaian; c. Kepala Sub Bagian Keuangan.

3. Kepala Bidang Ekonomi, membawahi: a. Kepala Sub Bidang Produksi; b. Kepala Sub Bidang dan Keuangan.

4. Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, membawahi : a. Kepala Sub Bidang Pemerintahan dan SDM;

b. Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Rakyat. 5. Kepala Bidang Perencanaan Wilayah, membawahi :

a. Kepala Sub Bidang Sarana dan Prasarana;

b. Kepala Sub Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan SDA.

6. Kepala Bidang Pengendalian dan Penelitian Pengembangan, membawahi : a. Kepala Sub Bidang Pengendalian;

b. Kepala Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan. 7. Kepal Unit Pelaksana Teknis Dinas

8. Kelompok jabatan

Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada gambar 2.


(47)

D. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran

1. Kepala Badan

Tugas pokok kepala badan adalah memimpin badan sesuai dengan tugas pokok dalam fungsinya yaitu melakukan koordinasi proses penyusunan pembangunan sesuai dengan tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial daerah dalam jangka waktu tertentu, serta melaksakan pembinaan terhadap aparatur Badan sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut, Kepala Badan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. mempersiapkan program dan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan daerah dalam rangka pencapaian tujuan penyelengaraan tugas pokok, fungsi dan kewenangan Badan;

b. memimpin, membina, mengkoordinasikan, memantau dan mengendalikan pelaksanaan program dan kebijakan teknis di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, agar sesuai dengan rencanan strategi (renstra) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah membangun daerah;

c. mengkordinasikan dan mensingkronisasikan perencanaan pembangunan daerah dengan satker guna menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Rencana Menengah (RPJM) dan rencana pembangunan tahunan sesuai dengan tahapan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya serta melakuakan pengendalaian dan evaluasi perencanaan pembanguan daerah agar dapat tercapai visi, misi pembangunan daerah;

d. mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perencanaan pembanguan daerah berbagai acuan pelaksanaan tugas;


(48)

e. membangi habis tugas kedinasan di bidang teknis dan administasi kepada bawahan/staf, agar setiap aparatur yang berada dilingkungan Badan akan mengetahui dan memahami beban tugas dan tanggung jawabnya;

f. memberi petunjuk teknis dan pengarahan serta bimbingan kepada bawahan tentang pelaksanaan tugas, untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas;

g. memberi masukan, usulan saran dan pertimbangan kepada atasan tentang langkah dan kebijakan yang akan di ambil di bidang perencanaan pembangunan daerah;

h. menilai aktivitas, kreativitas dan produktivitas pelaksaaan tugas bawahan;

i. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan, untuk kelancaran pelaksanaan tugas;

j. membuat laporan kepada atasan sebagai masukan untuk di jadikan bahan pertimbangan lebih lanjut.

2. Sekertaris

Tugas pokok Sekertaris adalah melakukan koordinasi penyusunan program kerja Badan, mengelola urusan keuangan, kepengawaiyan perlengkapan, rumah tangga, hubungan masyarakat. Surat menyurat, kearsipan, protokol dan pembuatan laporan Badan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kelancaran pelaksaan tugas.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut, Sekertaris mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. melaksanakan koordinasi dengan seluruh bidang dalam rangka penyusunan program kerja Badan sebagai pedoman anggaran pendapatan belanja Badan serta rencana kerja sekertariat untuk dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan tugas;

b. memimpin, mengarahkan serta memantau bawahan dalam melaksakan tugas pengelolaan urusan administrasi kantor, kepengawaian,


(49)

perlengkapan, keungan, rumah tangga, hubungan masyarakat, surat menyurat, kearsipan, protokol, perencanaan dan pembuatan laporan Badan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan sesuai dengan program kerja yang telah disusun;

c. mempelajari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perencanaan pembanguan daerah serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan bidang kesekertariatan sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas sekertaris;

d. membagi habis tugas sekretariat kepada bawahan agar setiap aparatur yang ada memahami tugas dan tanggung jawab;

e. menerima, mempelajari laporan dan saran dari bawahan sebagai masukan untuk dijadikan bahan dalam menyusun program kerja selanjutnya;

f. memberi motivasi kepada bawahan agar mampu melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna;

g. mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas bawahan ;

h. melakukan kerja sama dengan unit kerja yang ada guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas;

i. membuat laporan pada kepala badan sebagai masukan untuk di jadikan bahan dalam menyusun program kerja Badan lebih lanjut; j. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan; 3. Kepala Sub Bagian Perencanaan

Tugas pokok Kepala Sub Bagian Perencanaan adalah melaksanakan sebagian tugas sekretaris didalam rangka program kerja Badan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut, Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. melaksanakan singkronisasi dan korelasi kerja dengan unit kerja lainnya di lingkungan sekretariat dalam menyusun program kerja sub bagian perencanaan untuk di jadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas;


(50)

b. menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan bidang tugas sub bagian perencanaan dan menyusun bahan untuk memecahkan masalahnya;

c. mengkoordinasikan dan mengumpulkan hasil/dokumen perencanaan seluruh satker yang telah dihimpun oleh bidang teknis;

d. mengumpulkan data untuk bahan penyusunan rencana kegiatan badan baik bulanan, triwulan, maupun tahunan;

e. mencari, mengumpulkan, menghimpun, menyusun serta menyajikan data informasi yang berhubungan dengan aktvitas Badan sebagai bahan perencanaan lebih lanjut;

f. melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan BAPPEDA;

g. memimpin, mengarahkan dan memotivasi aparatur non stuktural umum di lingkungan sub bagian perencanaan agar dapat melaksanakan tugas secara berdaya guna dan berhasil guna;

h. membagi habis tugas sub bagian perencanaan kepada aparatur non sruktural umum sebagai bawahannya agar setiap personil memahami tugas dan tanggung jawabnya;

i. mengumpulkan, menghimpun dan menyusun data dan informasi dari bawahan sebagai bahan untuk membuat laporan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai masukan dalam menyusun program lebih lanjut;

j. mengevaluasi hasil pelaksanaan tugas bawahan;

k. melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh atasan; 4. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tugas pokok Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian adalah melaksanakan sebagian tugas Sekretaris di bidang Surat menyurat, kearsipan pembekalan, peralatanan keperawatan, kepegawaian, hubungan masyarakat, dokumentasi, keamanan dan keterlibatan dalam lingkungan Badan, keolahragaan, ketatalaksanaan dan urusan rumah tangga lainnya.


(51)

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tesebut, Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai rincian tugas sebagai berikut :

a. melakukan singkronisasi dan korelasi kerja dengan unit kegiatan unit kerja lainnya di lingkungan sekretariat dalam rangka menyusun program kerja sub bagian umum dan kepegawaian untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan pekerjaan;

b. menginventarisasi pekerjaan yang berhubungan dengan bidang tugas sub bagian umum dan kepegawaian serta menyusun bahan untuk pemecahan masalahnya;

c. mengendalikan tertib administrasi persuratan/kearsipan sesuai dengan pedoman tata naskah dinas yang berlaku;

d. memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menyangut urusan kedinasan;

e. melaksanakan tugas rumah tangga Badan yang meliputi pelayanan angkutan dan akomodasi, pemeliharaan sarana dan prasarana kantor serta perjalanan badan;

f. mengumpulkan bahan penyusunan rencana kebutuhan perlengkapan dan perbekalan, peralatan dan perawatan termasuk penyiapan, penggunaan dan penghapusan barang untuk keperluan rumah tangga badan;

g. menyiapkan dan memantau penyedian tempat dan perlengkapannya untuk keperluan pelaksanaan rapat dan pertemuan badan lainnya; h. melakukan penyusunan jadwal acara dan administrasi kegiatan kepala

Badan;

i. membina kegiatan keolahragaan, ketertiban, kehumasan, dan ketatalaksanaan di lingkungan Badan;

j. melaksanakan pengelolaan dan pelayanan kepustakaan Badan;

k. mencari, mengumpulkan, menghimpun, menyusun serta menyajikan data dan informasi yang berhubungan dengan bidang kepegawaian; l. menyiapkan bahan dalam rangka menyelesaikan masalah

kepegawaian di lingkup Badan yang meliputi usulan kenaikan pangkat, usulan mutasi jabatan, penyelesaian kenaikan gaji berkala,


(1)

informasi yang berkaian dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang Wilayah; dan melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. Semua itu diperoleh dari hasil observasi dan wawancara pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabuaten Pesawaran.

2. Pada Tahap Sosialisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran.

Menurut Sub Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan SDA Zainal Fikri, ST (Agustus 2010) proses sosialisai dilakukan pertam kali dilakukan pada saat rapat pleno di gedung sekertariat DPRD Kab. Pesawaran Kepada seluruh tim koordinasi yang berkaitan dengan penyusunan dan penetapan rencana tata ruang daerah Kabupaten Pesawaran. yang berupa dokumen Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2008.

Tahapan di dalam proses sosialisasi penataan tata ruang daerah kabupaten pesawaran bupati melaporkan hasil rapat pleno kepada Gubernur dan Mendagri, di dalam mekanismenya hasil Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 di ajukan ditingkat propinsi yakni Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung untuk dikaji dan dievaluasi berkaitan dengan Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Wilayah, telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan kebijakan Propinsi di bidang penataan tata ruang wilayah. jika ada yang masih diperkirakan bertentang dan belum memenuhi ketentuan maka laporan


(2)

rencana tata ruang kabupaten harus di tinjau dan di evaluasi kembali sesuai dengan rekomendasi ditingkat Propinsi.

Apabila ditingkat propinsi telah sesuai dan disetujui maka selanjunya di bawa ketingkat nasional dengan melaluli pengkajian dan pembahasan Mendagri bila telah sesuai maka akan dikembalikan ditingkat kabupaten dan bisa di ajukan kepada pejabat yang berwenang untuk dilakukan pengajuan kepada DRPD Kabupaten Pesawaran untuk menjadikan rencana tata ruang daerah sebangai Undang-Undang Tata Ruang Daerah.

Kedala di dalam proses sosialisasi berkaitan dengan waktu yang cukup lama proses pengajuan di tingkat Propinsi dan Mendagri hal ini menjadi hambatan dalam pembungunan di tingkat Kabutan Pesawaran karena dalam proses yang panjang belum mendapat pengesahan darai DPRD sebangan aturan didalam pelasanaan pembangunan daerah.

Penyebaran informasi tahap sosialisasi kebijakan setelah kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesawaran dibuat melalui media massa dan Websait Resmi Pemkab. Pesawaran yang dapat diakses Publik untuk akuntabilitas sendiri dibuat dengan mekanisme pengaduan masyarakat serta akurasi informasi atas suatu keputusan.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan nilai akuntabilitas pada tahap proses sosialisasi perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Pesawaran. Telah melalui prosedur di dalam penataan tata ruang. melalui


(3)

tahapan-tahapan pengkajian oleh semua pihak yang memiliki kewenangan di dalamnya. Ini menunjukan telah terpenuhinya standar etika yang berlaku sesuai prinsip administrasi.

B. Mekanisme Akuntabiltas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pesawaran (BAPPEDA) Dalam Penataan Tata Ruang Kota.

Mekanisme dalam penyelenggaraan Penatan Tata Ruang Wilayah dengan arahan Pusat Regional (pusat kota) kegiatan pemerintahan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Fredy, SM. MM, selaku Kepala Bappeda (Agustus 2010) sesuai dengan di dalam Laporan Akhir Penataan Tata Ruang Kabupaten Pesawaran. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencanaan pembangunan, mepunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Perencanaan Pembanguan Daerah.

Dengan memberdayakan bawahan sesuai dengan bidang-bidangnya dalam memandu pembanguan di Kabupaten Pesawaran agar tercipatanya keselaran, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkungan kabupaten. Maka dalam prosesnya meliputi:

1. Melaksanakan survey, analisa, dan perencanaan serta menyiapkan ketentuan dan pedoman teknis dalam rencana sistem perkotaan, dengan cara melakukan survey ke tujuh kota kecamatan dalam rencana sistem perkotaan, yaitu Gedongtataan Sebangai pusat regional Kabupaten Pesawaran, Padang cermin, Kedondong, Negrikaton dan Tegineneng, Sebagai Pusat Sub-Regional Ibukota Kecamatan, Punduh Pidada dan Way Lima, Pusat Lokal Ibu Kota Kecamatan.


(4)

2. Menyusun pedoman dan petunjuk teknis dalam mempersiapkan pola lingkungan peruntukan, pola jaringan lalu lintas angkutan dan prasarana fisik kota, pola penyebaran sarana kota, pola intensitas, ketinggian dan tata letak bangunan serta arah dan tahapan pembangunan lingkungan kota. 3. Menyusun pedoman dan petunjuk pelaksanaan dalam rangka perumusan

rencana terperinci yang menurut ketetapan lingkungan peruntukan penggunaan tanah dan bangunan serta jaringan sarana dan prasarana kota. 4. Merencanakan dan melaksanakan pengukuran, pemetaan tanah,

dokumentasi dan tata letak bangunan dalam rangka perencanaan dan penerapan rencana kota serta meneliti rencana bangunan, kelengkapan/persyaratan permohonan izin mendirikan bangunan dan penggunaan bangunan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang pembanguan fisik kota.

5. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis tentang rencana pembuatan rencana kota dan hal-hal yang berhubungan dengan tata letak bangunan dalam pelaksanaan rencana kota.

6. Mengawasi segala kegiatan pelaksanaan mendirikan bangunan, penggunaan dan pemeliharaannya termasuk dipatuhinya persyaratan yang tercantum dalam keputusan izin mendirikan bangunan dan penggunaannya sesuai dengan ketentuan serta mengadakan penertiban atas pelanggaran terhadap ketentuan peraturan bangunan yang berlaku. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengawasan kepada perusahaan pengembang yang membangun perumahan di Kabupaten Pesawaran.


(5)

7. Memberikan penyuluhan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan baik kepada masyarakat, pemohon, perencana dan pelaksana bangunan tentang Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kota Kabupaten Pesawaran di bidang perencanaan dan pelaksanaan bangunan serta memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pemilik, pemakai, pelaksana teknis bangunan tentang penggunaan dan pemeliharaan bangunan.

Melihat dari tahapan yang merupakan wewenang Bappeda dalam melaksanakan tugas dan fugsi. Berdasarkan wewenangnya dalam memandu pembanguan di Kabupaen Pesawaran yang berdasarkan kewenangan sebangai daerah otonomi dengan bedasarkan UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang berkaitan dengan pengaturan, pembianaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan raung wilayah Kabupaten dan kawasan stategis Kabupaten.


(6)

Menurut Kabid Perencanaan Bappeda Wilayah Ir. Syamsul Hidayat (Agutus 2010) Faktor yang diperhatikan di dalam membuat rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pesawaran yakni kaidah-kaidah perencanaan seperti keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian dan kesinambungan dalam lingkungan Kabupaten kaitannya dengan Propinsi serta kabupaten sekitarnya. Selain itu RTRW diharapkan dapat menjadi satu landasan kebijakan bagi pemerintah daerah Kabupaten Pesawaran dalam memicu pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat memberikan dampak signipikan terhadap struktur ruang wilayah, tatanan sosial ekonomi dan budaya di Kabupaten Pesawaran.