Analisis Struktural Dalam Lagu مقادير / maqādīr /

(1)

LAMPIRAN

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/maqādīr/ (۱) ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ﺎﻨﻌﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr...maqādīr..yā qalbiy l’nā maqādīr/

ꞌtakdir..takdir..Wahai hatiku yang sakitꞌ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۰۰ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ﺎﻧﺁ ﻲﺒﻧﺫ ﺵﻭ

/maqādīrWisy żanbi anā maqādīrun/

ꞌtakdir..apa dosaku takdirꞌ (۲) ﺎﻨﻌﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr yā qalbi l’nā /

ꞌtakdir Wahai hatiku yang sakit ꞌ ﺎﻧﺃ ﻲﺒﻧﺫ ﺵﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲


(2)

/ maqādīr wisy ẕanbi anā /

ꞌtakdir apadosakuꞌ (۳)

ﻲﺗﺎﻴﺣ ﻲﻀﻤﺗ ﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr witimḍiy ḥayāti/

ꞌhidupku terus melangsungkan perjalananꞌ

ﺎﻨﻬﻟﺍ ﻰﻨﻤﺗﺃ ﻭ ﺮﻳﻭﺎﺸﻣ /Masyāwir wiltamnil hana/

ꞌaku berharap akan adanya kebahagiaanꞌ

Reff

ﺎﻨﻌﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr yā qalbiy l’nā /

ꞌtakdir Wahai hatiku yang sakit ꞌ ﺎﻧﺃ ﻲﺒﻧﺫ ﺵﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×


(3)

ꞌtakdir apa dosakuꞌ ﻲﺗﺎﻴﺣ ﻲﻀﻤﺗ ﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr witimḍi ḥayāti/

'hidupku terus melangsungkan perjalanan'

ﺎﻨﻬﻟﺍ ﻰﻨﻤﺗﺃ ﻭ ﺮﻳﻭﺎﺸﻣ /masyāwir wiltamnil hana/

ꞌaku berharap akan adanya kebahagiaanꞌ

(٤)

ﺎﻨﻛ ﺡﺮﻔﻟﺍﻭ ﺎﻨﺣ ﺎﻨﺣ ﺩﺎﻌﻴﻣ ﻰﻠﻋ ۳

×

/’lā mi’ād ḥinā-ḥinā wal faraḥkunā/

ꞌkami berada di atas janji sebuah kesenanganꞌ

ﺎﻨﺣ ﻞﻣﻷ ﻰﻠﻋ ﺎﻨﺸﻋﻭ ﺎﻨﺸﻋﻭ ﺩﺎﻌﺑ ﺎﻨﻛﻭ ۳

×

/wakunā ba’ād wa’isynā-wa’isynā ‘lal Amal ḥinā/

ꞌakan tetapi kami jauh dan hidup dengan pengharapanꞌ


(4)

ﺐﻳﺎﻏ ﺡﺮﻔﻟﺍ ﻥﺎﻛﻭ ۲

×

/wakānil faraḥ ghaib/

ꞌkesengan menjadi raibꞌ

ﺏﺫﺎﻛ ﻞﻣﻷﺍ ﺮﺛﺃﻭ ۲

×

/wa aṣrul amal kāẕib/

ꞌperasaan harapan hanyalah ilusiꞌ

ﺮﻳﺩ ﺎﻘﻣ /maqādīr/

ꞌtakdirkuꞌ Reef

ﺮﻳﺩ ﺎﻘﻣ /maqādīr/

ꞌtakdirkuꞌ ﺎﻨﻌﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×


(5)

ꞌwahai hatiku yang sakit takdirꞌ

ﻲﺗﺎﻴﺣ ﻲﻀﻤﺗ ﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīrun wi timḍi ḥayāti/

ꞌhidupku terus melangsungkan perjalananꞌ

ﺎﻨﻬﻟﺍ ﻰﻨﻤﺗﺃ ﻭ ﺮﻳﻭﺎﺸﻣ /masyāwir wiltamnil hana/

ꞌaku berharap akan adanya kebahagiaanꞌ

( ) ﻥﻮﻬﺗ ﺔﺒﺤﻤﻟﺍ ﻒﻴﻛ ﻯﻮﻬﻟﺍ ﻞﻫﺃﺎﻳ ٤

×

/ya ahlal hawa kayfal maḥabatu tuhwun/

ꞌwahai orang yang mepunyai cinta bagaimana caranya agar cinta bisa menjadi mudahꞌ

ﻥﻮﻴﻌﻟﺍ ﻲﺴﻨﻳ ﺭﺪﻘﻳ ﻯﻮﻨﻟﺍ ﻒﻴﻛ ٤

×

/kayfa nawa yaqdiru yansil u’yuwun/

ꞌbagaimana kejauhan mampu membuat mata menjadi lupaꞌ


(6)

ﻦﻴﻨﺳ ﻰﻠﺣﺃ ﻭ ﻦﻴﻨﺣ ﺓﺮﻈﻧ ۳

×

/naẓroh ḥanin wahla sinin/

ꞌsekali padangan kerinduan mendapat manis bertahun-tahunꞌ

ﻦﻳﺰﺤﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺎﻫﺎﻨﺸﻋ ﺎﻫﺎﻨﺸﻋ /’isynā hā ‘isynā hā ya galbi ḥazin/

ꞌberikan aku sedikit pandangan kerinduan wahai hatiku yang sedihꞌ

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ /maqādīr/

ꞌtakdirkuꞌ Reff

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ /maqādīr/

ꞌtakdirkuꞌ ﺎﻨﻌﻟﺍ ﻲﺒﻠﻗ ﺎﻳ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×


(7)

ꞌwahai hatiku yang sakit takdirꞌ

ﺎﻧﺃ ﻲﺒﻧﺫ ﺵﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr wisy ẕanbiy anā /

ꞌtakdir apa dosakuꞌ ﻲﺗﺎﻴﺣ ﻲﻀﻤﺗ ﻭ ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ ۲

×

/maqādīr witimḍiy hayāti/

ꞌhidupku terus melangsungkan perjalananꞌ

ﺎﻨﻬﻟﺍ ﻰﻨﻤﺗﺃ ﻭ ﺮﻳﻭﺎﺸﻣ /masyāwiyr wiltamnil hana/


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghulayayni, Mustafa. 2007. Jami’ Ad-durus Al-‘Arabiyyah. Beirut: Dar Al-fikri Al-khulli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary Of Theoretical Linguistics

(English-Arabic). Lebanon: Librairie Du Liban

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa IndonesiaI. Jakarta: Balai Pustaka

Akhmad, Mazakki. 2011.Pengantar teori sastra arab. Malang:UIN-MALIKI PRESS.

Ahmad Munnawir, Fairus Muhamad. 2007 . kamus Indonesia-Arab. Surabaya : Pustaka Progesif.

Ejaan yang Disempurnakan (Kep.Mendikbud no.0543a Th.1987).Bumi Aksara.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : Media Pressindo.

Fannie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Fitri, nurul (skripsi). 2015. “analisis nilai religius dalam lagu maher zein versi bahasa arab”, Departemen Sastra Arab FIB USU.

Hubeis, Umar dan Yazid, A. 1985. Fiqihul luqhah 2. Surabaya: Pustaka Progresif.

Kamil, Sukron. 2012. Teori kritik sastra arab klasik dan modreni. Jakarta: Rajawali pers.

Luxemburg, Ahmad Warson. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


(9)

Mu’minin, Imam Saiful. 2008. Kamus Ilmu Nahwu dan Sharaf. Jakarta: Amzah

Rusli, Nurul Ansar (skripsi). 2000. Studi perkembangan syair arab pada masa jahiliah. Departemen Sastra Arab FIB USU.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Said, Fuad H.A, 1984: pengantar sastra arab, Medan, Pustaka Babussalam

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar teori sastra.Jakarta : PT Grasindo.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1999. Pengkajian puisi.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan pengajaranya (sebuah pengantar).Semarang : IKIP semarang press.

Yunus, Mahmud. 2000. kamus arab-indonesia. Jakarta :PT Hidakarya Agung.

Zakaria, Ahmad. 1996. Al-Muyassar fi ‘llm An-nahwi. Garut: Pesantren Persatuan Islam


(10)

http:// alfarisi. web.id/articles/pembagian-kalmah-kata-bahasa-arab/


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian struktural biasanya mengkaji unsur ekstrinsik dan unsur instrinsik, tetapi dalam analisis struktural dalam penelitian ini peneliti menggunakan unsur batin dan unsur fisik. Dalam hal ini tidak ada bedanya antara instrinsik dan batin serta juga ekstrinsik dan fisik, hanya saja jika kita menggunakan analisis instrinsik dan ekstrinsik biasanya pada kajian prosa sedangkan pada batin dan fisik untuk kajian puisi. Dalam lagu maqadir ini peneliti menggunakan unsur batin dan unsur fisik yang menggunakan teori siswanto.

Penelitian mengenai unsur batin dan fisik syair/puisi pernah diteliti antara lain oleh : Roselyn (2012) dengan judul “analisis perbandingan struktur batin dan struktur fisik puisi “lautan” karya W.S.Rendra dengan puisi “lautan” karya Rustam Effendi”, penelitian ini membahas perbandingan struktur batin dan fisik puisi. Hasilnya dari penelitian ini adalah ada persamaan dan perbedaan struktur batin dan struktur fisik yang terdapat di dalam kedua-dua puisi tersebut, teori yang digunakan adalah teori Siswanto.

Adapun anlisis Shodik (2003) dengan judul “analisis struktur fisik dan struktur batin kumpulan sajak perjalanan perdua karya M.Poppy Donggo Huta Galung dan A. D. Donggo”, penelitian ini membahas bahwa struktur fisik yang dipakai oleh M. Poppy Donggo Huta Galung dan A.D.Donggo antara lain dalam memilih kata sama secara denotative tetapi secara konotatif berbeda.


(12)

penelitian yang mendekati dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama membahas tentang struktur batin dan fisik. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah Roselyn membahas puisi sedangkan Shodik membahas kumulan sajak. Penelitian ini membahas analisis struktural dalam lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir'). Jadi perbandingan penelitian di atas dengan peneliti ini adalah sama-sama membahas struktur batin dan fisik dengan judul yang berbeda dan teori yang sama-sama. Kedua penelitian ini akan dijadikan acuan bagi penulisan penelitian skripsi ini.

2.2 Landasan Teori

Secara etimologis, kata syair berakar dari kata /sya’ara–yasy’ara–syi’ran– syu’uwran/ ﺍﺭﻮﻌﺷ-ﺍﺮﻌﺷ-ﺮﻌﺸﻳ-ﺮﻌﺷ yang berarti mengetahui, merasakan, sadar, mengkomposisi, atau mengubah sebuah syair (fadl, 1990:409). Menurut Zaidan, syair berarti nyanyian (al-ghina), lantunan (insyadz), atau melagukan (tartil). Asal kata ini telah hilang dari bahasa arab, namun masih ada dalam bahasa-bahasa lain, seperti ﻮﻌﺷ dalam bahasa ibrani yang berarti suara, bernyanyi, dan melantunkan lagu. Diantara sumber kata syi’i adalah ﺮﻴﺷ (syir) yang berarti kasidah atau nyanyian.

Menurut Iskandari dan Inani, (1992:42 dalam Muzzaki, 2011:40) bahwa :

ﻊﻳﺪﺒﻟﺍ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ﺭﻮﺻ ﻦﻋ ﺎﺒﻟﺎﻏ ﺮﺒﻌﻤﻟﺍ ﻰﻘﻤﻟﺍ ﻥﻭﺯﻮﻤﻟﺍ ﺢﻴﺼﻔﻟﺍ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟﺍ /asy-syi’ru huwal kalāmul fasīul muwzuwnul muqfal ma’bura ghālibān ‘an ṣuwaril

khayālil badī’i/.′Syair adalah kata-kata yang diciptakan fasih yang berirama dan berqafiah yang mengespresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah′.

Sementara Rusli (2000:19) mengatakan

ﻞﻛ ﻞﻘﺘﺴﻤٮﻭﺮﻟﺍﻮﻧﺯﻮﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻘﻔﺘﻣ ءﺬﺟﺎﺑ ﻞﻀﻔﻠﻤﻟﺍ ﻑﺎﺻﻭﻻﺍﻭ ﺓﺭﺎﻌﺘﺳﻹﺍ ﻰﻠﻋ ﻰﻨﺒﻤﻟ ﺍ ﻡﻼﻜﻟ ﺍ ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟ ﺍ : ﻝ ﺪﺟ) ﻩﺪﻌﺑ ﻭ ﻪﻠﺒﻗ ﺎﻤﻋ ﻩﺪﺼﻘﻣﻭ ﻪﺿﺮﻏ ﻲﻓ ﺎﻬﻨﻣ ءﺰﺟ ۳٥


(13)

/asy-syi’ru huwa al-kalamul mabni ‘ala al-isti’arati wa al-ausāfi al-mufassali bi ajzai mutafaqqati fi al-wazni waar-rawi mustaqilin kullu juzin minhā fi ghardihi wa maqsudihi ‘amma qablahu wa ba’dahu/ (jidal:53).

′syair ialah kata-kata yang dibentuk dari kata-kata kiasan dan kata sifat, menjelaskan bagian-bagian yang sesuai dengan timbangan dan kehidupan yang diperkecil tiap-tiap bagian untuk tujuan dan maksud kalimat yang sebelum dan sesudahnyaꞌ.

Adapun said, (1987:73) juga mengatakan bahwa syair itu banyak mengandung hal-hal yang menggetarkan hati, perasaan rindu, dendam yang meluap-luap serta perasaan iba, kasih, sedih dan pilu. Syair dijalin kata-kata pilihan yang indah dan menarik, tetapi mengandung makna yang begitu mendalam dan indah. Syair adalah salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Persia (sekarang syair) dan telah dibawa masuk ke nusantara bersama-sama dengan kedatangan islam. Disimpulkan bahwa syair dapat dikatakan sama dengan puisi.

menurut Arnold puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impressif dan yang paling efektif mendendengkan sesuatu. Lirik lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya, hal yang sama juga dikatakan oleh Luxemburg (1992:175) yaitu defenisi teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa.

Lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyayian, maka lirik lagu termasuk dalam salah satu genre sastra. Jadi lirik lagu sama dengan puisi hanya saja lirik biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian.

Lagu adalah seni nada atau suara dalam urutan, komunikasi dan hubungan temporal yang biasanya diiringi denganalat music untuk menghasilkan musik yang mengandung irama atau suara berirama yang biasanya dinyanyikan secara solo (sendiri),


(14)

duet (berdua), trio (bertiga), koir (beramai-ramai). (http://apa-pengertian-lagu.com./16-10-2015).

Pradopo (2001:722, dalam Wilson 2003 :7) mengatakan Puisi sukar dimengerti karena kiasan-kiasan, dan pemikiran yang sukar. Puisi merupakan kristalitas pengalaman, maka hanya inti masalah yang ditemukan, untuk mencapai hal secara implist, sugestif dan mempergunakan ambiguitas. Semuanya itu yang menyebabkan sukarnya pemahaman puisi. Oleh karena itu, perlu adanya kajian puisi untuk memahaminya. Jadi dari pendapat-pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa syair sama dengan puisi seperti halnya di bawah ini.

Lagu maqadir merupakan lagu yang liriknya berbentuk puisi. Sebuah puisi terdiri dari dua struktur yakni struktur fisik dan struktur batin puisi, untuk mengetahui struktur fisik dan struktur batin lagu maqadir digunakan teori Siswanto (2008). Menurut Siswanto (2008:113) struktur puisi dapat dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin.

1. Struktur fisik puisi meliputi: a. Tipografi

Tipografi (perwajahan puisi) adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait puisi. Pada kata konvensional, kata-katanya diatur dengan deret yang disebut larik dan baris. Setiap satu larik tidak selalu mencerminkan satu pernyataan. mungkin saja satu pernyataan ditulis dalam satu atau dua larik bahkan bisa lebih. Larik dalam puisi tidak selalu dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik (.), kumpulan pernyataan dalam puisi tidak berbentuk paragraf, tetapi membentuk bait. Sebuah bait


(15)

dalam suatu puisi mengandung satu pokok pikiran. Pengaturan dalam bait sudah berkurang atau sama sekali tidak ada pada puisi modern atau puisi kontemporer. Bahkan, puisi kontemporer tipografinya bisa membentuk suatu gambar. Orang menyebutnya puisi kongkret.

Ciri lain puisi adalah bahwa halamanya tidak dipenuhi dengan kata-kata seperti halnya prosa tepi kanan kiri halaman yang memuat puisi belum tentu terisi oleh kata-kata puisi. Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaru terhadap pemaknaan puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya (Siswanto, 2008:114).

Contoh perwajahan puisi (tipografi) seperti dibawah ini: Perambahan Hutan

Perambah hutan ialah kita yang berpesta

yang menista yang menderita

yang lupa membaca peta

Perambah hutan ialah kita

yang tertusuk mencari jalan-Nya yang terbius fatamorgana

yang lupa bagaimana mengeja nama-Nya

Ciri lain puisi adalah bahwa halamannya tidak dipenuhi degan kata-kata seperti halnya prosa. Tepi kanan atau tepi kiri halaman yang muat puisi belum tentu terisi oleh


(16)

kata-kata puisi. Perhatikan contoh puisi Dimas ArikaMihardja di atas yang menunjukan bahwa tidak ditulis mulai dari tepi kiri hingga tepi kanan halaman.

Pengaturan baris dalam puisi sangat berpengaruh terhadap pemakaian puisi, karena menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas). Perwajahan puisi juga mencerminkan maksud dan jiwa pengarangnya. Tipografi puisi juga “Hyang?” (Sutardji Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus, dan meloncat-loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan ketidak menentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang (Tuhan).

Hyang?

yang mana

ke atau

dari

mana meski

pun

lalu se

bab antara

kau

dan aku


(17)

b. Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Salah satu contoh bait puisi “Doa” karya Chairil Anwar berbunyi biar susah sungguh/mengingat kau penuh seluruh. Dua baris tersebut tidak bisa diganti dengan biar sangat susah/ mengingat Tuhan dengan sepenuhnya atau dibalik susunannya menjadi Susah sungguh biar/ penuh seluruh mengingat kau.

Pemilihan kata berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobotlah kata-kata yang digunakan. Kata dalam puisi tidak hanya, kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Penyair yang religius akan menggunakan kosa kata yang berbeda dengan pengarang yang sosial. Penyair yang berasal dari Yogyakarta akan berbeda dengan yang berasal dari Tapanuli (Batak). Pengarang yang dokter akan berbeda dengan pengarang yang guru. Kata dalam puisi juga dapat mengungkapkan perasaan pengarang seperti marah, rian, cemas, khawatir, tegang, atau takut.

Penyair harus cermat memilih kata-kata dalam puisinya. Hal ini juga berkaitan dengan keberadaan bahasa dalam puisi yang kaya akan makna simbolik, bermakna konotatif, asosiatif, dan sugestif. Ada usaha penyair untuk melakukan penggalian, pengurangan, penambahan makna terhadap kata-kata yang telah kita kenal. Ada usaha


(18)

penyair untuk memberi makna yang asing dari kata-kata yang semula sudah biasa kita dengar.

Menurut Geoffry (1987) ada Sembilan jenis penyimpangan bahasa yang sering dijumpai dalam puisi, yaitu (1) penyimpangan leksikal, (2) penyimpangan semantis, (3) penyimpangan fonologis, (4) penyimpangan morfologis, (5) penyimpangan sintaksis, (6) penggunaan dialek, (7) penggunaan register, (8) penyimpangan historis, (9) penyimpangan grafologis.

1). Penyimpangan leksikal

Kata-kata yang digunakan dalam puisi menyimpang dari kata-kata yang digunakan dalam hidup sehari-hari. Penyair memilih kata-kata yang sesuai dengan mengungkapkan jiwanya dengan estetika tertentu, misalnya kata-kata mentari, pepintu, cerlang, dan menyera. Harusnya kata-kata itu menjadi matahari, pintu-pintu, cemerlang dan menyerang.

2). Penyimpangan semantik

Makna dalam puisi tidak menunjukan pada satu makna, tetapi menunjukan pada makna ganda. Oleh karena itu, kata-kata dalam puisi tidak selalu dalam sama dengan maknanya dengan bahsa sehari-hari. Kata matahari mungkin bisa bermakna kehangatan cinta bagi seorang penyair. Bagi penyair lain, matahari bisa bermakna kegersangan, kehidupan, petunjuk waktu dan bukan seperti kata sehari-hari yang memberi makan sebagai bintang dalam tata surya kita.


(19)

Untuk kepentingan rima, penyair sering mengadakan penyimpangan bunyi. Dalam puisi “ perasaan seni “ karya J.E Tatengkeng, kata menderu diganti dengan menderuh.

4). Penyimpangan morfologis

Penyair sering melanggar kaidah morfologis secara sengaja. Selain untuk keindahan bunyi, hal ini juga dimaksudkan untuk menunjukan kekhasan, keindividuan, dan kebaruan. Darmanto Jatman dalam puisinya “ kisah karto tukul dan saudaranya atmo mboten “ menggunkan kata-kata dicandra, tak karasan, dan sepasar. Kata yang hanya digunakan, dalam puisi Darmanto. Seharusnya kata itu berbentuk disandra, tak kerasan, pasaran.

5). Penyimpangan sintaksis

Kata-kata digunakan dalam puisi tidak membangun kalimat, tetapi membangun larik atau baris. Larik-larik puisi tidak harus berupa kalimat karena makna yang dikemukakan mungkin lebih luas dari satu kalimat. Penyimpangan sintaksis digunakan untuk mencapai efek estetis dan untuk menekankan maksud. Dalam puisinya Chairil Anwar menggunakan aku sudah saksikan, padahal kaidah yang benar sudah aku saksikan.

6). Penggunaan dialek

Untuk mengungkapkan makna yang diinginkan, suasana dan perasaan yang sesuai, penyar sering menggunakan dialek. Bila dialek ini diungkapkan dalam bahasa Indonesia, ada kandungan makna yang hilang. Sebagai contoh, Darmanto Jatman


(20)

mengguakan kata ceples, pleg,kepleng-kepleng, den mas, priyagung, atau ngurushi untuk memberi warna kejawaan dalam puisinya.

7). Penggunaan register

Register ialah ragam bahasa yang digunakan kelompok atau profesi tertentu dalam masyarakat. Penggunaan register bisa menunjukkan dari mana penyair berasal. Darmanto Jatman menggunakan kata-kata status persen, wong lanang, hoong, setan bekasan,kanioyo.

8). Penyimpangan historis

Penyimpangan historis berupa penggunaan kata-kata kuno yang sudah tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaanya seperti dimaksudkan untuk mempertinggi nilai estetik, misalnya kata-kata jenawai, bilur, lebuh, bonda, dewangga, ripuk, lilih, bahana, dan sebagainya.

9). Penyimpangan Grafologis

Dalam menulis kata-kata, kalimat, larik (baris), penyair sengaja melakukan penyimpangan kaidah bahasa yang biasa berlaku. Penyimpangan system tulisan. Misalnya, tidak digunakannya huruf besar dan titik.

Perlu diketahui, tidak semua puisi memiliki sembilan penyimpangan di atas. Ada puisi yang hanya memiliki beberapa penyimpangan saja (Siswanto, 2008:114). c. Imaji

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji pengelihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji


(21)

taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair. Imaji berhubungan erat dengan kata kongkrit. Imaji suara misalnya tampak pada puisi “ rakyat “ karya Hartojo Andangdjaja.

Rakyat ………

Rakyat ialah kita

beragam suara dilangit tanah tercipta suara bangsi dirumah berjenjang bertangga suara kecapi di pegunungan jelita

suara boning mengambang di pendapa suara kecak di muka rupa

suara tifa di hutan kebun pala Rakyat ialah suara beraneka

Imaji yang terdapat pada puisi di atas dari baris pertama hingga baris terakhir adalah imaji suara.(Siswanto, 2008:118).

d. Kata kongkret

Kata kongkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Seperti yang diterangkan di atas bahwa kata kongkret berhubungan erat dengan imaji. Kata kongkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra. Dengan kata kongkret akan memungkinkan imaji muncul (Siswanto, 2008:119). Menurut Situmorang (1974 : 21) yang dimaksud kata-kata yang kongkret ialah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tapi secara konotatif tidak sama menurut kondisi dan situasi pemakain kata-kata senja, senyap, camar, bakau, teluk, benang raja, ubur, dalam sanjak Amir Hamzah diatas (berdiri aku) benar-benar merupakan kata-kata yang sesuai, kata-kata yang kongkrit untuk memenuhi keinginan penyair melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu akan apa yang hendak dikemukakannya. Jadi penyair memilih kata-kata


(22)

kongkret untuk melukiskan atau mengatakan sesuatu itu dengan setepat-tepatnya, secermat-cermatnya dan sekongkrit-kongkritnya. Tak ada kata-kata lain yang setepat itu dan sekongkrit itu untuk mengatakan atau melukiskan hal itu.

Kata kongkret akan memungkinkan imaji muncul. Perhatikan puisi karya Wahyudi S. dibawah ini.

Ikan

aku lihat ikan di akuarium tidak pernah tidur

lalu bagaimana ia mengitung hari dan kematian barangkali memang tidak perlu dirisaukannya karena ia selalu berdzikir dengan mata dan siripnya

pada puisi di atas, kata kongkret ditujukan oleh kata ikan, akuarium, mata, dan sirip. Kata kongkret berhubungan dengan kiasan atau lambing, kata kongkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata kongkret rawa-rawa dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan. (Siswanto,2008)

e. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatik, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Perrine menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan


(23)

kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi kongkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Menurut Pradopo gaya bahasa merupakan cara penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu. Dalam karya sastra efek ini adalah efek estetik yang turut menyebabkan karya sastra bernilai seni. Nilai seni karya sastra tidak semata-mata disebabkan oleh gaya bahasa saja, juga disebabkan oleh gaya bercerita ataupun penyusunan alurnya. Akan tetapi, gaya bahasa sangat besar sambungannya kepada pencapaian nilai seni karya sastra.

Perhatikan contoh bahasa figurative pada puisi Sapardi Djoko Darmono di bawah ini.

Di Depan Pintu

Di depan pintu; baying-bayang bulan

Terdiam di rumput. Cahaya yang tiba-tiba pasang Mengajaknya pergi

Menghitung jarak dengan sunyi

Keindahan bahasa puisi karya Sapardi Djoko Darmono adalah keindahan menggunakangaya bahasa. Perhatikanah baris-baris puisi seperti dikutip dibawah ini.

a. Baying-bayang bulan terdiam dirumput b. Cahaya yang tiba-tiba pasang mengajak pergi


(24)

Jadi makhluk apakah yang bisa terdiam atau mengajak pergi, yang bisa bertingkah laku seperti itu adalah manusia. Namun, Sapardi menganggap baying-bayang dan cahaya sebagai manusia. Gejala semacam ini disebut asonansi. Kata asonansi diartikan sebagai pertautan di ingatan pada orang atau barang lain, bisa juga dimaknai sebagai pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindra. (Siswanto:2008)

f. Rima 1). Rima

Ada sedikit perbedaan konsep rima dengan sajak. Sajak adalah persamaan bunyi pada akhir baris puisi, sedangkan rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, di tengah, maupun akhir baris puisi.

2). Aliterasi

Pengertian alitrasi adalah persamaan bunyi itu dapat berupa persamaan bunyi vokal, dapat pula berupa persamaan konsonan. Pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan dalam satu baris berupa bunyi konsonan inilah yang disebut aliterasi.

Misalnya:

Takut titik lalu tumpah.

Keras-keras kerak kena air lembut juga. 3). Asonansi

Asonansi adalah pengulangan bunyi dalam satu rangkaian kata-kata yang berdekatan satu baris berupa bunyi vokal. Biasanya dipergunakan dalam puisi,


(25)

kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Misalnya:

Ini muka penuh luka siapa punya.

Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. 2. Struktur batin puisi yang meliputi :

a. Tema

Tema atau makna adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang sedangkan makna berhubungan dengan isi yang terdapat dalam puisi. Tema bersifat khusus tapi objek (bagi semua penafsiran) dan lugas (tidak dibuat-buat), tema tidak dapat dilepaskan dari perasaan penyair, nada yang ditimbulkan dan amanat yang hendak disampaikan.

Siswanto, 2008 mengatakan salah satu tataran dalam bahasa adalahhubungan tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan dengan makna maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, sampai keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata-baris, bait sampai keseluruhan puisi mempunyai makna, tetapi mulai berkurang pada puisi modern/kontemporer. Bahkan sutardji Calzoum Bachri menghilangkan dan membebaskan kata dari makna, meskipun demikian puisi-puisi Sutardji mempunyai satu gagasan pokok. Gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh pengarang atau yang terdapat dalam puisi inilah yang disebut tema. Meskipun bahasa yang digunakan bebeda, tema dalam “Padamu Jua” (Amir Hamzah) dan “Doa” (Chairil Anwar) sama, yakni kembali ke Tuhan.


(26)

b. Rasa

rasa atau feeling dalam puisi adalah perasaan yang disampaikan penyair melalui puisinya. Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Siswanto, 2008:124 menyatakan bahwa rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,kelas social, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, srta pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja tetapi lebih banyak bergantung kepada wawasan, pengetahua, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

Contoh pada puisi Toto Sudarto Bachtiar dalam “gadis peminta-minta”, menyikapi pengemis dengan netral, tidak membenci dan tidak juga dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti disangka orang.

c. Nada

nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisinya terhadap pembacanya, nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendekte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan


(27)

masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca. Dalam puisi “Jalan Segera”, sikap Taufiq Ismail terhadap penguasa sinis. Dalam puisi “Nyanyian Angkasa”, Rendra seakan menganjak pembaca untuk melihat perlakuan masyarakat, dokter dan paspot terhadap pelacur. (Siswanto, 2008:125)

d. Amanat

Amanat atau tujuan adalah alasan atau latar belakang yang mendorong penyair menciptakan puisi, amanat adalah pesan apakah atau nasehat yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. Amanat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca, sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi.

Menurut Siswanto ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi maupun dapat ditemui dalam puisi. Dorongan sebelum dia menciptakan puisi mungkin berupa(1) dorongan untuk memuaskan nafsu seksualnya yang terhambat (ada kemunkinan, yang masih harus dibuktikan, puisi-puisi porno merupakan indikasi adanya dorongan ini), (2) dorongan makan (untuk mencari uang), (3) dorongan keamanan diri (misalnya mengarang puisi yang realism sosialis karena takut terhadap PKI), (4) dorongan berkomunikasi, (5) dorongan untuk mengaktualisasikan diri dan (6) dorongan untuk berbakti baik kepada Tuhan maupun kepada manusia, misalnya puisi “Doa” (Chairil Anwar) .


(28)

2.3 Struktural

Dalam bahasa arab strktural di sebut juga dengan

ﺐﻴﻛﺮﺗ

ﻝﺍ

,

Kelahiran kritik sastra struktural berawal dari upaya yang dirintis kaum formalis (asy-syakliyyah) Rusia yang ingin membebaskan karya sastra dari lingkungan ilmu-ilmu lain, seperti psikologi, sejarah, atau penelitan kebudayaan. Pendekatan yang dipakai kaum formalis itu kemudian berkembang di beberapa negara barat menjadi aliran kritik sastra baru yang kemudian dikenal dengan strukturalisme (al-bina’iyyah).

Analisis struktural berkembang di Prancis pada tahun 1965 di tangan Levi-Strauss dan Ronald Barthes. Aliran ini berkembang di tangan TS. Eliot dan terutama di Amerika oleh aliran new Cristidism (madrasah an-naqd al-jalid) yang dipelopori oleh antara lain WK. Wimsatt dan John Crow Ranson.

Aliran strukturalisme memandang bahwa kritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai penikmat, hal-hal yang disebut ekstrinsik (di luar karya sastra), seperti data-data biografi, psikologi, sosiologi, dan sejarah. Aliran ini menandai dimulainya studi sastra yang bukan bersifat diakronis, tetapi singkronis.

Karya sastra dalam hal ini merupakan karya otonom yang harus diteliti dari karya sastra itu sendiri, sebagaimana telah disinggung di atas. Ide dasarnya adalah menolak teori mimetic (yang mengangap karya sastra sebagai tiruan), teori ekspresif (yang melihat karya sastra sebagai ungkapan watak dan perasaan pengarang), dan prakmatik (yang memandang karya sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembaca yang musti berguna bagi pembaca).


(29)

Dilihat dari sisi bahwa karya sastra sebagai karya otonom, antara teori formalis dengan strukturalisme adalah sama, yaitu sama-sama berpusat pada teks sastra itu sendiri. Yang membedakannya adalah bahwa kaum formalis lebih menekankan pada keindahan sastra. Sedangkan strukturalisme memongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek-aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Dalam strukturalisme, yang penting bukanlah penjumlahan anasir-anasir sastra, Tetapi sumbangan yang diberikan semua anasir pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinanya secara keseluruhan, unsur teks hanya mempunyai arti penuh melalui relasi, terutama dalam konteks sastra, elasi asosiasi. Karya sastra dilihat kaum sturukturalis sebagai phenomena yang memiliki stuktur (bangunan)yang saling terkait satu sama lain. Struktur tersebut memiliki hubungan yang kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan pada hubungan antarunsur secara keseluruhan. (Kamil, 2009).

Dengan demikian, kritik sastra struktural adalah kritik objektif yang menekan aspek instrinsik karya sastra, dimana yang menentukan estetiknya tidak saja estetika bahasa yang digunakan, tetapi juga relasi antar unsur. Unsur-unsur itu dilihat sebagai artefak (benda seni) yang terdiri dari berbagai unsur. Prosa terdiri dari tema, plot, latar, tokoh, dan gaya bahasa. Sedangkan puisi terdiri dari tema, stilistika atau gaya bahasa, imajnasi atau daya bayang, ritme atau irama (mantra [bahr/wazan dalam puisi tradisional arab ]), diksi atau pilihan kata, simbol, dan enyambemen (sambung-menyambung baris atau larik seperti qasidah yang barisnya sejajar atau ruba’iyaat yang


(30)

barisnya empat dengan tersususn ke bawah) artinya hal ini dilakukan untuk menegaskan makna dalam setiap baris dan bait. Semua unsur-unsur itu dilihat teori strukturalisme jalan menjalin dengan rapi yang memiliki interrelasi dan saling ketergantungan (interrelation and mutual dependencies). (Kamil, 2009)

Pentingnya relasi antarunsur sastra pandangan bahwa karya sastra harus dipandang sebagai karya yang otonom dalam teori strukturalisme tentu saja bisa dipahami. Alasanya karena sebagaimana dikatakan Jean Piage, struktur apa pun, baik politik, psikologis, maupun sastra, mempunyai tiga sifat: totalisasi (wholeness), perubahan bentuk (transpormation), dan mengatur diri sendiri (self regulation). Kendati, sebuah struktur terdiri dari berbagai unsur, tetapi sebagai totalitas (keseluruhan), semua unsur-unsur itu berkaitan satu sama lain dan unsur-unsur itu membentuk struktur. Selain itu, secara hierakis, sebuah struktur mesti terdiri dari substruktur-substruktur yang terikat oleh struktur yang lebih besar. Namun konsep struktur bukan berarti terstruktur, tetapi juga menstruktur. Sebuah struktur pun akan mengalami perubahan yang terjadi pada sebuah unsurnya akan mengakibatkan perubahan unsur-unsur lainnya. Dengan demikian, struktur juga mengatur dirinya sendiri. (Kamil, 2009)

Strukturalisme telah dimulai sejak masa Yunani, yaitu ketika Aristoteles menulis poetika pada taun 340 SM yang telah diterjemahkan kedalam bahasa arab. Menurutnya, untuk menghasilkan efek yang baik. Sebagaimana sebagainya telah disinggung dipembahasan balaqah sebagai teori formalis arab, kelebihan strukturalisme antara lain menjadikan studi karya sastra mendekati positisme, sebagaimana ilmu sosial. Selain itu, dalam strukturalisme juga akan terlihat totalitas antar unsur yang membentuk keindahan


(31)

struktur luar dan struktur dalam sebuah karya sastra dan strukturalisme juga tidak mensyaratkan seseorang pengkaji sastra memiliki penetahuan seluas mungkin mengenai latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, filsafat, dan lain-lain. Strukturalisme hanya mensyaratkan kemampuan bahasa, kepekaan sastra, dan minat yang intensif.

Karya sastra disamping memiliki unsur instrinsik yang otonom, tetapi juga ekstrinsik. Karya sastra merupakan struktur makna yang mewiliki pandangan dunia atau ideolgi yang diekspresikannya.Yang dimaksud pandangan dunia adalah kompleks menyeluruh dari gagasan-gagasan, inspirasi-inspirasi, dan perasaan-perasaan yang menyatukan anggota-anggota suatu kelompok social tertentu, sebagai hasil dari situasi sosial politik dan ekonomi yang dihadapi secara kolektif, yang karena itu berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Jadi, strukturalisme genetik bermaksud menerangkan karya sastra dari sisi homologi, persesuaian dengan struktur sosialnya (Kamil, 2009:182-188).

Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami karya sastra harus dianalisis (Hill, 1966: 6, dalam pradopo), dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya dengan demikian makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami.

Muzakki , 2011 mengatakan Dalam bahasa arab karya sastra disebut adab, adab memliki batasan makna yang jelas, yaitu syair dan prosa. Sementara adab dalam pengertian makna yang umum adalah :


(32)

ﺔﻠﻳﺫﺮﻟﺍ ﻦﻋ ﺪﻌﺒﻳﻭ ﺔﻠﻴﻀﻔﻟﺍ ﻰﻟﺍﻮﻋﺪﻳﻭ ﻖﻠﺨﻟﺍ ﺏﺬﻬﻳﻭ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻰﻓ ﺮﺛﺆﻳ ﺮﺜﻧ ﻭﺃ ﺮﻌﺷ ﻞﻛ ﺏﺩﻷﺍ

ﻞﻴﻤﺟ ﺏﻮﻠﺳ ﺄﺑ

/al-‘adabu kulu syi’ru ‘aw nasyisi yu’syiru fil nafsi wa yahẕabu khalaqa wa yad’uw lil

fadīlatu wa yab’adu ‘an raẕiati bi’usluwtu jamīlu / ꞌAdab adalah setiap syair atau prosa yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah, dapat mempengaruhi jiwa, dan mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercelaꞌ.

Karya sastra merupakan sebuah struktur. Artinya Bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait, saling berkaitan, dan saling tergantung.

Dalam pengertian struktur ini (piaget via hawkes,1978:16, dalam pradopo:119) melihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide besar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation). Strukturalisme itu dasarnya merupakan cara berfikir tentang pembahasan syair yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur seperti tersebut di atas. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan sususnan hubungan dari pada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam stuktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur lainya yang terkandung dalam struktur itu (hawkes,1978:17-18). dengan pengertian seperti itu analisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam


(33)

kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur (pradopo,1999:118).

Berdasarkan pengertian strukturalisme diatas dapat disimpulkan bahwa struktural puisi atau syair yaitu membahas unsur instrinsik dan ekstinsik yang mencakup unsur fisik dan unsur batin.

2.4 Puisi

Dalam bahasa arab puisi di sebut juga dengan

ﺮﻌﺷ

ﻝﺍ

,

karya sastra terdiri atas dua jenis sastra ( genre), yaitu prosa dan puisi. Biasanya, prosa disebut sebagai karangan bebas, sedangkan puisi disebut karangan terikat. Prosa itu karangan bebes berarti bahwa prosa tidak terikat oleh aturan-aturan ketat. Puisi itu karangan terikat berarti puisi itu terikat oleh aturan-aturan ketat. Akan tetapi, pada waktu sekarang, para penyair berusaha melepaskan diri dari aturan yang ketat itu. Dengan demikian terjadilah kemudian apa yang disebut sajak bebas. Akan tetapi, sungguhkah sajak itu bebas. Sajak tetap tidak bebas, tetapi yang terikat adalah hakikat sendiri, bukan aturan yang ditentukan oleh sesuatu di luar dirinya. Aturan di luar puisi itu ditentukan oleh penyair yang membuat dahulu ataupun masyarakat. Hal ini tampak pada puisi lama yang harus mengikii aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, yaitu aturan-aturan bait, baris, jumlah kata, dan pola sajak, terutama sajak akhir.

Teeuw, 1980:12 mengatakan puisi sebagai salah sebuah karya seni sastra yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau


(34)

ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut kseejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang jaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan ( inovasi ). Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya.

Meskipun demikian, orang tidak akan memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karangan estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis.

Adapun Shahnon Ahmad (1978:3) mengumpulkan defenisi-defenisi puisi pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungan, dan sebagainya.

Carlyes berkata puisi merupakan pemikiran yang bersifat musukal. Penyair dalam menciptakan puisi itu memikrkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata di susun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkain bunyinya yang menonjol seperti music, yaitu dengan mengguakan orkestrasi bunyi.

Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan bercampur-baur,


(35)

sedangkan Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Di sini, misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan di susun secara artistik ( misalnya selaras, simetris, pemilihan katanya tepat, dan sebagainya ) dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik ( pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur ).

Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Misalnya saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai. Semuanya itu merupakan detik-detik yang paling indah untuk direkam.

Jadi, dari defenisi-deenisi tersebut kelihatan adanya perbedaan-perbedaan pemikiran mengenai pengertian puisi. Namun, seperti dikemukakan Shahnon Ahmad bahwa bila unsur-unsur dari pendapat-pendapat itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya. Unsur-unsur tersebut berupa: emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancra indra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur baur. Disitu dapat disimpulkan ada tiga unsur yang pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi; kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. Semuanya terungkap dalam media bahasa.

Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting , yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan


(36)

memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

2.5 Lagu Maqadir

Lagu dalam bahasa arab disebut dengan

ءﺎﻨﻏ

,

Sebuah lagu sudahlah tentu berhubungan dengan musik, begitu banyak peranan musik dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai ungkapan emosional, penghayatan estesis, hiburan, komunikasi, perlambangan, reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial dan lain

sebagainya.

menurut Yunus (1990) kata ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīrun/ berasal dari kata ﺭﺪﻗ /qadara/ jamaknya ﺭﺍﺪﻗﺃ /aqdāra/ yang berarti 'ditentukan tuhan'. Seperti halnya dalam lagu maqādīr ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') ini bahwa huruf qaf () dalam bahasa arab pasaran (amiyah) dibaca dengan huruf ghein () atau bunyi huruf g. Oleh karena itu, kata magādīr sebenarnya dalam tulisan arabnya tertulis ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīrun/) tetapi untuk bahasa arab pasaran huruf qaf biasanya dibaca menjadi g sehingga jadinya magādīr. Kata maqadir berasal dari timbangan (wajan) ﻞﻴﻋﺎﻔﻣ , bahasa arab itu memang ada dua jenis, yaitu bahasa formal (fushha) dan bahasa pasaran (‘amiyah). Jadi lagu maqādīr ini diucapkan dengan bahasa pasaran. Oleh karena itu huruf ﻕ berubah menjadi g.

Lagu ini dinyanyikan oleh Wardah Al-jazairia yang lahir pada tanggal 22 Juli 1939, diPuteaux, Perancis, dari seorang ibu asal Lebanon dan seorang ayah dari Aljazair. Dia mulai bernyanyi pada usia sebelas tahun 1951. Dia dengan cepat menjadi terkenal karena bernyanyi lagu-lagu patriotik Aljazair. lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/


(37)

maqādīr/'takdir') berisi 7 bait dan berisi tentang pengharapan kebahagian dalam


(38)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lagu magadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/ 'takdir') merupakan salah satu lagu favorit yang banyak dinyanyikan oleh umat islam baik dikalangan tua maupun remaja, kalangan biasa maupun artis, lagu ini mengandung makna yang sangat menarik untuk diteliti dan perlu dikaji dalam kajian sastra, karena banyak orang yang menyanyikan lagu ini sama sekali tidak mengetahui apa makna yang terkandung didalam lagu tersebut.

Lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/ 'takdir') bila diamati dari sisi sastra termasuk dalam kelompok puisi, puisi diartikan sebagai ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, serta penyusunan larik dan bait. Siswanto (2008:107) menyebutkan, puisi adalah teks-teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.

Lagu berperan sebagai salah satu komunikasi masa. karena fungsinya sebagai media komunikasi, lagu juga sering digunakan sebagai sarana untuk mengajak simpati masyarakat mengamati masalah realitas yang sedang terjadi maupun atas cerita-cerita imajinatif, dengan demikian lagu dapat mempermainkan emosi dan perasaan seseorang. Tujuan lainya menanamkan sikap atau nilai yang kemudian dapat dirasakan oleh sebagai sarana untuk menanamkan kesadaran dan penghayatan tentang nilai-nilai kemanusiaan secara mendalam. (http://daemoo.blogspot.com/2014/03/pengertian-lirik-lagu.html.)


(39)

Lirik lagu dapat dianggap sebagai puisi begitu pula sebaliknya, hal yang sama juga dikatakan oleh Luxemburg (1992:175) yaitu defenisi teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra melainkan juga ungkapan yang bersifat pepatah, pesan iklan, semboyan-semboyan politik, syair-syair lagu pop dan doa-doa. Lirik adalah karya sastra yang berisi curahan perasaan pribadi susunan kata sebuah nyanyian, maka lirik lagu termasuk dalam salah satu genre sastra. Jadi lirik lagu sama dengan puisi hanya saja lirik biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian.

Kata ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/maqādīr/ berasal dari kata ﺭﺪﻗ /qadara/, jamaknya ﺭﺍﺪﻗﺃ /aqdāra/ yang berarti ditentukan tuhan, lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/ 'takdir') pernah dibawakan oleh banyak artis penyanyi. Salah satunya adalah Wafiq Azizah yang berkebangsaan Indonesia, lagu maqadir ini dinayanyikan oleh wardah al-jazairia. Seorang musisi arab dari darah keturunan Al-Jazair dan Lebanon, lahir pada 22 Juli 1939 – 17 Mei 2012 dia menyanyikan lagu ini dengan dialek Mesir.

Lagu adalah seni nada atau suara dalam urutan, komunikasi dan hubungan temporal yang biasanya diiringi denganalat music untuk menghasilkan musik yang mengandung irama atau suara berirama yang biasanya dinyanyikan secara solo (sendiri), duet (berdua), trio (bertiga), koir (beramai-ramai). (http://apa-pengertian-lagu.com./16-10-2015).

Adapun alasan peneliti memilih lirik lagu maqadir (ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/ 'takdir') sebagai objek kajian penelitian adalah karena lagu ini merupakan salah satu lagu yang sangat populer bagi umat muslim di Indonesia khususnya lagu ini banyak mengandung makna tersirat yang banyak dinyanyikan oleh orang-orang tetapi mereka tidak


(40)

mengetahui maknanya, di antara makna yang terdapat dalam struktur batin dan struktur fisik yaitu menginginkan suatu harapan dalam hidup. Adapun pesan-pesan moral (amanat) yang terdapat dalam lagu ini adalah bahwa hidup tanpa cinta dan kasih sayang akan hampa jika hanya mengharapkan janji kesenangan semata. Peneliti memilih penyanyi arab dari pada penyanyi Indonesia karena irama musik yang dibawakan penyanyi arab Wardah al-jazairia lebih sedih. Lagu ini terdiri atas 7 bait. Peneliti membahas struktur batin dan struktur fisik lagu ini. Salah satu fenomena yang berkembang dimasyarakat bahwa lagu magadir ini adalah lagu religi tetapi sebenarnya lagu ini bukan lagu religi, karena masyarakat tidak mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung di dalam lagu tersebut, untuk itu peneliti akan meneliti lagu maqadir yang biasa dinyanyikan pada acara menikah, khitanan, maulid nabi SAW dan isra mi’raj.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah struktur batin lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') ?

2. Bagaimanakah struktur fisik lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') ? 1.2.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui struktur batin lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') . 2. Untuk mengetahui struktur fisik lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') .


(41)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dapat memberi kontribusi ilmiah bagi kajian sastra arab berkaitan dengan lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/ maqādīr/'takdir') .

b. Dapat dijadikan sebagai motivasi dan acuan bagi penelitian lanjutan, sehingga memperoleh konsep baru yang akan memperkaya wawasan dan pengetahuan di bidang sastra.

c. Sebagai bahan informasi bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan bahan banding bagi penelitian yang berkaitan dengan struktur lagu.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library reseatch). Menurut Ratna (2004:17) penelitian perpustakaan dilakukan dalam kaitannya dengan objek dalam bentuk karya tertentu. Artinya, objek tersebut sudah dianggap sah dan dianggap valid sebagai objek.

Data ini berbentuk lagu maqadir yang bersumber dari internet yang berbentuk tulisan dan lisan, maksud dari lagu ini adalah mengharapkan kebahagian dalam kehidupan yang dan dipopulerkan oleh Wardah Al-jazairia dengan berjumlah 7 bait.

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriftif analisis. Metode deskriftif analitik adalah metode yang dilakukan dengan cara mendeskrifsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara analisis telah diberi penambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman penjelasan


(42)

secukupnya (Ratna:53). Teknik-teknik atau langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian berupa lirik lagu. 2. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan konsep penelitian.

3. Membaca lirik lagu secara cermat, menerjemahkan dan memahami lirik lagu. 4. Menganalisis lirik lagu.

5. Menghubungkan semua unsur struktur sehingga mewujudkan kepaduan makna struktur kemudian mendeskripsikan penafsiran hubungan tersebut.


(43)

ABSTRAK

Hidayah Suwita Army, 2015 Analisis struktural dalam lagu ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ /maqādīr/ 'Takdir' . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur batin dan struktur fisik lagu maqadir ( ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ /maqādīr/ 'takdir' ). Teori yang digunakan adalah teori Siswanto (2008). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan (1) Struktur batin lagu maqadir (

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ

/maqādīr/ ) terdiri dari: (a) Tema yang berbentuk kekecewaan; (b) rasa, pengarang lagu bersikap pesimis karena mengharapkan kebahagiaan yang tidak kunjung datang; (c) nada, pengarang lagu bersikap sinis dan pesimis karena kehidupan cintanya tidak pernah sesuai dengan kenyataan; (d) amanat, bersifat dedaktis yakni pengarang mengajak agar kita agar bersyukur dalam keadaan apapun. (2) Struktur fisik lagu maqadir (

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ

/ maqādīr/ ) terdiri dari: (a) tipografi yang berbentuk piramida; (b) diksi yang digunakan seperti kata

ﺎﻨﻫ

/

hana

/

'kebahagiaan'

,

ﺎﻨﺸﻋ

/i’synā/

'harapan'

,

ﺎﻨﻋ

/i’na/

'sakit'

,

dan

ﺎﻨﺣ

/ḥinā/ 'kesenangan', penyimpangan semantik terdapat kata

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ

/maqādīr/ 'takdir' yang seharusnya bermakna 'banyaknya sesuatu', penyimpangan sintaksis bertemunya dua fi’il mudhoriq pada kata ﺭﺪﻘﻳ /yaqdiru/ dan kata ﻲﺴﻨﻳ /yansi/ seharusnya ada huruf

ﻥﺃ

/an/ di antara keduanya, penyimpangan fonologis terdapat huruf qaf ( ) yang dibaca menjadi huruf ghein () atau bunyi huruf /g/ sehingga jadinya magādīr, dan penyimpangan dialek adalah penyimpangan dari bahasa arab fusha kedialek Mesir; (c) imaji, diungkapkan melalui perasaan pengarang yang lagi kecewa, putus asa dan khawatir yang terdapat pada bait ketiga; (d) kata kongkret terdapat pada bait pertama kata ﻲﺒﻠﻗ /qalbi/'hati', bait keenam kata ﻥﻮﻴﻌﻟ /al-u’yuwn/ 'mata', dan bait ketujuh kata ﻦﻴﻨﺳ /sinin/ 'tahun'; (e) bahasa figuratif yang berbentuk gaya bahasa repetisi dan personifikasi; (f) rima yang berumus aa; aliterasi berupa pengulangan bunyi konsonan /r/ pada bait pertama dan pengulangan konsonan /y/ pada bait keenam; asonansi berupa pengulangan bunyi vokal /ī/ yang terdapat pada bait ketiga.


(44)

ANALISIS STRUKTURAL DALAM LAGU

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ

/maqādīr

/ 'TAKDIR'

SKRIPSI SARJANA D

I S U S U N OLEH:

U

Hidayah Suwita ArmyU 110704001

PROGARAM STUDI SASTRA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(45)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan sumbernya.

Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Oktober 2015

Hidayah Suwita Army 110704001


(46)

KATA PENGANTAR

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟﺍ ِﻦﻤ ْﺣﱠﺮﻟﺍ ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

Alhamdullilah yang senantiasa memberikan kemudahan dalam segala hal dan tiada pernah putus untuk memberikan peluang kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW., semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu berpegang dengan Al-Qur’an dan Hadits, sehingga kita dapat berkumpul di jannah yang telah dijanjikan Allah SWT.

Skripsi ini berjudul Analisis Struktural Dalam Lagu

ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ

/ maqādīr /

,

maka dengan adanya pembahasan ini, pembaca ataupun masyarakat tidak lagi salah paham mengartikan lagu ini yang sebenarnya bukan lagu religi. Selain itu, skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis ucapkan terimah kasih atas bimbingan dan arahan dari pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, karena tanpa itu belum tentu penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Oktober 2015

U

Hidayah Suwita Army

U


(47)

UCAPAN TERIMA KASIH

ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍ

Atas rahmat dan ridha Allah SWT. serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam penulisan ini, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Bapak Drs.Yuddi Adrian M., M.A.

2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Sekretaris Progrm Studi Satra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr.,Khairina Nasution, M.S selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mengajarkan dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr.,Khairina Nasution, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini telah mengarahkan dalam kegiatan perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar, khususnya staf pengajar Program Studi Sastra Arab yang telah banyak memberi ilmu, wawasan, dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan, serta Abang Andika selaku staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.

5. Orang tua saya yang saya cintai karena Allah, Ayahanda Sugeng dan Ibunda Sutarmi. Tiada kata dan perbuatan yang mampu untuk membalas jasa kalian, duhai Ayah dan Ibu. Hanya doalah yang selalu kumohonkan kepada Allah di setiap sujudku untuk kalian, duhai Ayah dan Ibu. Senyuman bahagia ingin selalu ku berikan untuk kalian, amiin.


(48)

6. Almarhum kakek tercinta Ngaliman yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada cucu tercinta sehingga menjadi yang diharapkan keluarga, tiada kata selalin doa agar ditempatkan sebaik-baiknya di sisi Allah. amiin

7. Paman ku tercinta Tarmino pengganti orang tuaku yang selama ini memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi selama ini, tiada kata yang pantas untuk diucapkan hanya doa dan kata terima kasihlah yang bisa ku persembahkan untukmu dan pak deh dan bu’ deh serta keluarga besar Ngawas terima kasih nasihat dan motivasinya.

8. Adinda: Imam, dan sikembar Yani dan yani (semoga menjadi anak yang shalih dan shalihah, serta Allah memudahkan kalian dalam meraih mimpi dan cita-cita kalian yang mulia, amiin). Untuk Siti sebagai adik juga sahabatku, semoga Allah membalas semua kebaikan dan bantuanmu (keep istiqamah).

9. Sahabatku seperjuangan angkatan 2011: Ratih, Lia ( …!!), Fuza, Suarti, Suci, Bibah, Nisa, Fitri, Ayu, Alfi, Dila, Desi, Oza, Naya, Tika, Dini, Hani, Andi, Supri, Nuriza, Fadda, Maulana, Nurdin, Reza (pokoknya KING SAUD 2011 berkesan di hati) dan senior juga junior di Sastra Arab (IMBA) -‘afwan gak bisa disebuti semua-.

10.Sahabatku Imut, Rina, Winda (laa tay-as wa hammasah…!!!) dan Novy, yuli yang menemani saat suka maupun duka serta mendukungku hingga terselesaikannya skripsi ini serta teman-teman kos pisang 1a tanpa terkecuali terima kasih semangatnya.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman, ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membalas semua bantuan yang telah diberikan dan Allah memudahkan semua urusan kalian. Jazakumullahu khairan.


(49)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL dan SINGKATAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Metode Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Struktural ... 23

2.4 Puisi ... 29

2.5 Lagu Maqadir ………...32

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

3.1 Struktur Batin Dalam Lagu Maqadir ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/maqādīrun/ ... 34

3.1.1 Tema ... 34

3.1.2 Rasa ... 35

3.1.3 Nada ... 35

3.1.4 Amanat ... 36


(50)

3.2.1 Tipografi ... 37

3.2.2 Diksi... 38

3.2.3 Imaji ... 41

3.2.4 Kata kongkret ... 42

3.2.5 Bahasa figuratif ... 42

3.2.6 Rima ... 44

BAB IV PENUTUP ... 48

4.1 Kesimpulan ... 50

4.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(51)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ba b Be

ta t Te

sa ś es (dengan titik di atas)

jim j Je

ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

kha kh ka dan ha

dal d De

zal ż zet (dengan titik di atas)

ra r Er

zai z Zet

sin s Es


(52)

sad ș es (dengan titik di bawah)

dad ḍ de (dengan titik di bawah)

ta ṭ te (dengan titik di bawah)

za ẓ zet (dengan titik di bawah)

‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

gain g Ge

fa f Ef

qaf q Ki

kaf k Ka

lam l El

mim m Em

nun n En

waw w We

ha h Ha

ء hamzah ` Apostrof


(1)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

ُﻪُﺗﺎَﻛَﺮَﺑَﻭ ِﷲ ُﺔَﻤ ْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡ َﻼﱠﺴﻟﺍ

Atas rahmat dan ridha Allah SWT. serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait dalam penulisan ini, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., Pembantu Dekan II Bapak Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Bapak Drs.Yuddi Adrian M., M.A.

2. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Fauziah, M.A. selaku Sekretaris Progrm Studi Satra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr.,Khairina Nasution, M.S selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Fauziah,

M.A. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk mengajarkan dan memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dr.,Khairina Nasution, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selama ini telah mengarahkan dalam kegiatan perkuliahan di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar, khususnya staf pengajar Program Studi Sastra Arab yang telah banyak memberi ilmu, wawasan, dan berbagi pengalaman selama masa perkuliahan, serta Abang Andika selaku staf tata usaha di Program Studi Sastra Arab.

5. Orang tua saya yang saya cintai karena Allah, Ayahanda Sugeng dan Ibunda

Sutarmi. Tiada kata dan perbuatan yang mampu untuk membalas jasa kalian, duhai Ayah dan Ibu. Hanya doalah yang selalu kumohonkan kepada Allah di setiap sujudku untuk kalian, duhai Ayah dan Ibu. Senyuman bahagia ingin selalu ku berikan untuk kalian, amiin.


(2)

iv

6. Almarhum kakek tercinta Ngaliman yang senantiasa selalu mencurahkan kasih

sayangnya kepada cucu tercinta sehingga menjadi yang diharapkan keluarga, tiada kata selalin doa agar ditempatkan sebaik-baiknya di sisi Allah. amiin

7. Paman ku tercinta Tarmino pengganti orang tuaku yang selama ini memberi

semangat untuk menyelesaikan skripsi selama ini, tiada kata yang pantas untuk diucapkan hanya doa dan kata terima kasihlah yang bisa ku persembahkan untukmu dan pak deh dan bu’ deh serta keluarga besar Ngawas terima kasih nasihat dan motivasinya.

8. Adinda: Imam, dan sikembar Yani dan yani (semoga menjadi anak yang shalih

dan shalihah, serta Allah memudahkan kalian dalam meraih mimpi dan cita-cita kalian yang mulia, amiin). Untuk Siti sebagai adik juga sahabatku, semoga Allah membalas semua kebaikan dan bantuanmu (keep istiqamah).

9. Sahabatku seperjuangan angkatan 2011: Ratih, Lia ( …!!), Fuza, Suarti, Suci,

Bibah, Nisa, Fitri, Ayu, Alfi, Dila, Desi, Oza, Naya, Tika, Dini, Hani, Andi, Supri, Nuriza, Fadda, Maulana, Nurdin, Reza (pokoknya KING SAUD 2011 berkesan di hati) dan senior juga junior di Sastra Arab (IMBA) -‘afwan gak bisa disebuti semua-.

10.Sahabatku Imut, Rina, Winda (laa tay-as wa hammasah…!!!) dan Novy, yuli

yang menemani saat suka maupun duka serta mendukungku hingga terselesaikannya skripsi ini serta teman-teman kos pisang 1a tanpa terkecuali terima kasih semangatnya.

11.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman,

ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membalas semua bantuan yang telah diberikan dan Allah memudahkan semua urusan kalian. Jazakumullahu khairan.


(3)

v DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL dan SINGKATAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Metode Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 7

2.3 Struktural ... 23

2.4 Puisi ... 29

2.5 Lagu Maqadir ………...32

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

3.1 Struktur Batin Dalam Lagu Maqadir ﺮﻳﺩﺎﻘﻣ/maqādīrun/ ... 34

3.1.1 Tema ... 34

3.1.2 Rasa ... 35

3.1.3 Nada ... 35

3.1.4 Amanat ... 36


(4)

vi

3.2.1 Tipografi ... 37

3.2.2 Diksi... 38

3.2.3 Imaji ... 41

3.2.4 Kata kongkret ... 42

3.2.5 Bahasa figuratif ... 42

3.2.6 Rima ... 44

BAB IV PENUTUP ... 48

4.1 Kesimpulan ... 50

4.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(5)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ba b Be

ta t Te

sa ś es (dengan titik di atas)

jim j Je

ha ḥ ha (dengan titik di bawah)

kha kh ka dan ha

dal d De

zal ż zet (dengan titik di atas)

ra r Er

zai z Zet

sin s Es


(6)

viii

sad ș es (dengan titik di bawah)

dad ḍ de (dengan titik di bawah)

ta ṭ te (dengan titik di bawah)

za ẓ zet (dengan titik di bawah)

‘ain ‘ koma terbalik (di atas)

gain g Ge

fa f Ef

qaf q Ki

kaf k Ka

lam l El

mim m Em

nun n En

waw w We

ha h Ha

ء hamzah ` Apostrof