CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN & BINTA AL MAMBA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

(1)

ABSTRAK

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU

ANGGUN & BINTA AL MAMBA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA

Oleh

HANA YAKFI ANINGSIH

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan yang ditampilkan dalam BBS dan TH, lalu membandingkan citra perempuan yang terdapat pada kedua novel tersebut serta menentukan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan adalah analisis teks. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa citra perempuan yang ditampilkan dalam novel BBS ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, dan Mamak Lainuri. Citra perempuan dalam novel TH ditampilkan oleh tokoh Gwen, Linda, dan Setyani.

Kesamaan citra perempuan yang ditampilkan dalam BBS dan TH adalah keduanya menampilkan sosok perempuan yang menyayangi keluarga dan sosok perempuan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Perbedaan citra

perempuan yang ditampilkan di dalam BBS dan TH adalah sosok perempuan yang ditampilkan dalam BBS adalah perempuan yang memiliki cacat secara fisik, rela


(2)

berkorban dan bekerja keras, sedangkan di dalam TH sosok perempuan yang ditampilkan adalah perempuan yang cantik, bertemperamen tinggi, memiliki sikap antipati pada laki-laki dan pernikahan serta citra sebagai perempuan yang setia, dan mencintai suami.

Citra perempuan dalam novel BBS dan TH dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA. Hal tersebut berdasarkan kriteria pemilihan bahan ajar yang ditinjau dari aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya, serta Kurikulum 2013 yang diterapkan pada kelas XI, Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Menganalisis pelaku, peristiwa, dan latar dalam novel yang dibaca.


(3)

CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU

ANGGUN & BINTA AL MAMBA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA

DI SMA

Oleh

HANA YAKFI ANINGSIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muhajirun pada tanggal 31 Maret 1992, sebagai anak sulung dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Anwar Sadar dan Ibu Siti Maryam.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Taman Kanak-kanak (TK) Al-Fatah Natar, selesai tahun 1998. 2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Fatah Natar, selesai tahun 2004. 3. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Fatah Natar, selesai tahun 2007. 4. Madrasah Aliyah (MA) Al-Fatah Natar, selesai tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lampung melalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi baik internal maupun eksternal kampus sebagai berikut.

1. UKM Tapak Suci Universitas Lampung:

a. Tahun 20011/2012 sebagai Wakil Sekretaris Umum. b. Tahun 2012/2013 sebagai Sekretaris Umum

2. UKM Pencak Silat Universitas Lampung a. Tahun 2013/2014 sebagai Ketua Umum.


(8)

Prestasi yang pernah diraih penulis antara lain sebagai berikut.

1. Juara II Seni Ganda Putri pada Kejurda Pencak Silat Unila Open tahun 2012. 2. Juara 1 Seni Ganda Putri pada Kejurnas Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi

IV di Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2012

3. Lima besar Seni Ganda Putri pada Kejuaraan Tapak Suci of Brawijaya University International Open di Malang tahun 2012.

Kegiatan-kegiatan yang pernah diikuti penulis antara lain sebagai berikut. 1. Peserta Pekan Olah Raga Provinsi Lampung (Porprov) VI tahun 2010.

2. Ketua Pelaksana Kejuaraan Tapak Suci Unila Cup I Se-Lampung tahun 2011. 3. Sekretaris Pelaksana Kejurda Pencak Silat Unila Open tahun 2012.

4. Panitia Pengarah pada Kejuaraan Regional Pencak Silat Championship University of Lampung Se-Jawa Sumatera tahun 2013.

5. Manajer tim Unila pada Kejuaraan Nasional Antar PPLM dan UKM di Universitas Negeri Surabaya tahun 2013.

6. Peserta pada Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) XIII di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013.

7. Peserta Seminar Nasional dan Diskusi Budaya Pencak Silat Indonesia “Pencak Silat Road to UNESCO” di Jakarta tahun 2014.

8. Manajer Tim Unila pada Kejurnas Pencak Silat Antar Perguruan Tinggi V di UGM Yogyakarta tahun 2014.

9. Panitia Pelaksana pada Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) VII di Kalianda tahun 2014.

10. Menjadi salah satu wakil Universitas Lampung pada Forbiminas “Silaturahim Presiden SBY dengan Mahasiswa Penerima Bidik Misi” di Jakarta tahun 2014.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sekincau, Lampung Barat dan PPL di MA Nurul Iman Sekincau, Lampung Barat.


(9)

PERSEMBAHAN

“Bismillahirrahmanirrahim...

Kupersembahkan dengan cinta, karya istimewaku ini kepada Bapak dan Ibuku terkasih,

Adik-adikku, Sahabat-sahabatku,

Keluarga Besar Tapak Suci Unila, Almamaterku,


(10)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka yang mengubahnya sendiri.

(QS. Ar-Ra’ad: 11)

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.

(HR. Muslim)

Dengan iman dan akhlak saya menjadi kuat, tanpa iman dan akhlak saya menjadi lemah.


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Citra Perempuan dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye dan Teatrikal Hati Karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta

Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Munaris, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah begitu tulus membimbing penulis dengan tekun dan sabar.

2. Drs. Kahfie Nazaruddin, M. Hum., selaku pembimbing II dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak masukan, arahan, dan bimbingan kepada penulis.

3. Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku penguji utama dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung.

4. Dr. Mulyanto Widodo, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung.

5. Dr. Wini Tarmini, M. Hum, selaku Pembimbing Akademik yang telah begitu baik kepada penulis selama ini.

6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 7. Dr. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

8. Kedua orang tuaku, Bapak Anwar Sadar dan Ibu Siti Maryam yang telah mendidik dan mendoakanku di setiap sepertiga malam mereka.


(12)

9. Adik-adikku, Amin Waliyudin, Ridlo Kurniawan, Amalia Mahmudah, dan Mikail Nabhan Albar, terimakasih telah mau jadi adikku.

10.Keluargaku di UKM Tapak Suci Unila: Kak Asri, Mba Vera, Kak Bagus, Kak Moko, Mba Andra, Kyay Amiril, Kak Dora, Kak Irfan, Kak Taufik, Kak Roni, Kak Devi, Mba Itek, Yuber, Ella, Awal, Wawan, Ummu, Mila, Arin, Fahmi, Ali, Afif, Yui, Egi, Wahyu, Yayi, Irfan Muzaffar, Dahlia, Eka, Eko, Anita, Ferdi, Dian, Paksi, Iko, dan maaf yang belum tersebut, terimakasih atas hubungan kekeluargaan ini. Semoga Allah senantiasa menjaga ukhuwah ini sampai ke surga-Nya.

11.Para sahabatku, Nikmah, Nesiana, Marlin, yang tega-teganya lulus duluan. Murni, Ania Dz, Umi L, Mutiara Dini, Luthfiana, Dinda, dan Nuhay yang telah memberi semangat serta terimakasih atas kebaikannya.

12.Teman-teman KKN-PPL, Dinny, Giyah, Rani, Amel, Tika, Nay, Yunita, Perdan, Rozi, dan Erwin, terimakasih untuk waktu tiga bulan yang kita habiskan

bersama di desa Sekincau.

13.Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2010.

14.Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Alloh SWT membalas amal dan kebaikan dari pihak-pihak yang telah disebutkan di atas. Semoga usaha keras dan niat baik penulis mendapat rahmat dari Alloh SWT dan skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandarlampung, Februari 2015


(13)

DAFTAR ISI

... Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1Pengertian Novel ... 8

2.2Pengertian Tokoh dan Penokohan ... 10

2.3Pengungkapan Citra Perempuan ... 17

2.4Pembelajaran Sastra di SMA ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1Metode Penelitian ... 25

3.2Sumber Data ... 26

3.3Prosedur Penelitian ... 26

3.4Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 27

IV. PEMBAHASAN ... 28

4.1Citra Perempuan dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye ... 28

4.1.1 Citra Perempuan pada Tokoh Laisa ... 28

4.1.2 Citra Perempuan pada Tokoh Yashinta... 46

4.1.3 Citra Perempuan pada Tokoh Mamak Lainuri ... 49

4.2 Citra Perempuan dalam Novel Teatrikal Hati Karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba ... 55

4.2.1 Citra Perempuan pada Tokoh Gwen ... 55

4.2.2 Citra Perempuan pada Tokoh Linda ... 66


(14)

4.3Perbandingan Citra Perempuan dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye dan Teatrikal Hati Karya Rantau Anggun

& Binta Al Mamba ... 82

4.3.1 Citra Perempuan pada Tokoh Laisa dalam BBS dan pada Tokoh Gwen dalam TH ... 82

4.3.2 Citra Perempuan pada Tokoh Yashinta dalam BBS dan pada Tokoh Linda dalam TH ... 113

4.3.3 Citra Perempuan pada Tokoh Mamak Lainuri dalam BBS dan pada Tokoh Setyani dalam TH ... 121

4.4Implikasi terhadap Pembelajaran Sastra di SMA... 137

1. Aspek Bahasa ... 137

2. Aspek Psikologi ... 139

3. Aspek Latar Belakang Budaya ... 141

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 145

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 159

5.1Simpulan ... 159

5.2Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Citra Perempuan pada Tokoh Laisa dalam BBS dan pada

Tokoh Gwen dalam TH ... 82 Tabel 2. Citra Perempuan pada Tokoh Yashinta dalam BBS dan pada

Tokoh Linda dalam TH ... 114 Tabel 3. Citra Perempuan pada Tokoh Mamak Lainuri dalam BBS dan


(16)

DAFTAR PETA KONSEP

4.1.1 Peta Konsep Citra Perempuan pada Tokoh Laisa ... 28

4.1.2 Peta Konsep Citra Perempuan pada Tokoh Yashinta ... 46

4.1.3 Peta Konsep Citra Perempuan pada Tokoh Mamak Lainuri ... 49

4.2.1 Peta Konsep Citra Perempuan pada Tokoh Gwen ... 55

4.2.2 Peta Konsep Citra Perempuan pada Tokoh Linda ... 66


(17)

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan hasil karya salah satu cabang kebudayaan, yakni kesenian. Seperti hasil kesenian umumnya, karya sastra mengandung unsur keindahan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan meyegarkan perasaan penikmatnya (Kusdiratin dkk, 1985:1).

Berbicara tentang karya sastra berarti berbicara tentang kata-kata yang berbalut keindahan. Ia merupakan sarana penyampaian aspirasi sastrawan, baik berupa ide, dukungan, harapan, penolakan, bahkan tuntutan tentang manusia dan

kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Karya sastra merupakan cerminan kehidupan suatu masyarakat, ia juga menjadi lambang kemajuan peradaban suatu masyarakat. Oleh karena itu, karya sastra selalu berubah dari zaman ke zaman sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang melatarinya.


(18)

2

Penelitian tentang karya sastra dilakukan untuk mengetahui relevansinya terhadap kenyataan yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra sejatinya mengandung pesan moral yang dapat memberikan pengaruh terhadap masyarakat.

Sastra merupakan produk sosial, untuk itu apa yang tergambar dalam karya sastra adalah sebuah potret dari wujud masyarakat yang bergerak, baik yang berkaitan dengan pola, struktur, fungsi, maupun aktivitas dan kondisi sosial budaya sebagai latar belakang kehidupan masyarakat pada saat karya itu diciptakan (Fananie dalam Handayani, 2011: 2). Karya sastra (novel) juga merupakan bahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Dalam dunia pendidikan, kurikulum yang berlaku saat ini adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dianggap sebagai kurikulum yang memartabatkan bahasa

Indonesia dalam penggunaannya pada proses pembelajaran di sekolah. Karena pada kurikulum ini, pembelajaran berbasis teks sehingga menempatkan bahasa sebagai posisi yang sentral untuk menggali ilmu pengetahuan. Salah satu teks yang digunakan adalah teks sastra. seperti yang tertuang pada silabus kelas XII, KI 3 (memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan, konseptual,

prosedural, berdasarkan rasa ingin tahu tentang bahasa dan sastra Indonesia serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian bahasa dan sastra yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni).

Novel sebagai salah satu karya sastra dapat digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan teks sastra. Novel adalah jenis prosa yang


(19)

3

mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan

manusia atas dasar sudut pandang pengarang, dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan (Zaidan dkk, 1994: 136).

Unsur yang menggerakkan jalannya cerita dalam sebuah novel disebut tokoh. Pembicaraan mengenai tokoh dengan segala perwatakan dengan berbagai citra dirinya akan banyak menarik perhatian pembaca. Karena melalui tokoh-tokoh dalam novel, pengarang berimaji, merefleksikan sikap dan tingkah manusia di masyarakat ke dalam karya sastra.

Penokohan dalam suatu novel bergantung pada seorang pengarang untuk memberikan jiwa pada setiap tokoh dalam karyanya. Salah satu tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra adalah tokoh perempuan. Dalam penelitian ini, penggambaran tentang sosok perempuan diarahkan pada pandangan bahwa perempuan sebagai cerita fiksi merupakan hasil pembayangan realitas kehidupan yang dihadapi pengarang meskipun dapat pula berbeda sama sekali dengan realitas kehidupan tersebut.

Permasalahan tentang perempuan selalu hangat dan menarik untuk diungkap secara tuntas, baik dari sisi kodratnya, aktivitasnya, maupun peranannya. Semua hal tersebut difokuskan pada citra diri perempuan di berbagai aspek

kehidupannya. Berbagai citra diri yang ditampilkan oleh seorang perempuan juga menunjukkan bahwa selain sebagai seorang pribadi, ia juga merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.


(20)

4

Novel Bidadari-Bidadari Surga (BBS) karya Tere Liye dan Teatrikal Hati (TH) karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba adalah novel yang dipilih oleh penulis sebagai objek penelitian pada skripsi ini. Kedua novel tersebut menampilkan perempuan sebagai tokoh utamanya.

Novel BBS merupakan hasil karya seorang penulis pria bertangan dingin bernama Darwis Tere Liye. Novel ini mengisahkan tentang tokoh perempuan bernama Laisa yang merupakan kakak tiri dari Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Tokoh Laisa digambarkan memiliki fisik yang jelek, namun ia memiliki karakter yang kuat sebagai seorang kakak yang menyayangi adik-adiknya. Ia rela berhenti sekolah untuk bekerja demi membantu ibunya membiayai adik-adiknya sekolah. Laisa digambarkan memiliki sifat pantang menyerah dan pekerja keras. Selain itu, terdapat juga tokoh perempuan yaitu Yashinta dan Mamak Lainuri yang. Banyak nilai-nilai hidup yang bisa dipetik dari membaca novel BBS; nilai edukasi, moral, dan agama. Novel ini juga merupakan novel dengan predikat Best Seller dan memiliki rating tinggi dari sebuah lembaga survei pembaca Good Readers. Novel Teatrikal Hati merupakan karya duet penulis perempuan Rantau Anggun dan Binta Al Mamba. Novel ini menceritakan tentang Zahra, Linda, Gwen, dan Setyani. Tokoh Zahra merupakan tokoh yang mengantarkan pembaca pada kisah ketiga tokoh lainnya, Linda yang dikisahkan sebagai seorang perempuan yang penyayang, Gwen seorang perempuan yang memiliki sikap antipati pada laki-laki dan pernikahan, dan Setyani seorang perempuan yang sangat mencintai suami dan anak-anaknya. Tokoh-tokoh perempuan tersebut dikisahkan secara selang-seling dalam cerita dengan menarik benang merah yang manis antara mereka. Novel dengan tokoh utama perempuan ini menyajikan kepada pembaca tentang


(21)

5

memuliakan wanita, ibu, dan juga istri. Selain itu, ada banyak juga nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik dari novel ini; nilai moral, agama, dan budaya. Penelitian mengenai citra perempuan ini merujuk pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Hana Riana dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Kasidah-Kasidah Cinta Karya Muhammad Muhyidin dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Kesamaan penelitian yang penulis teliti saat ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hana Riana adalah sama-sama menggunakan karya sastra berupa novel sebagai objek penelitian.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hana Riana adalah penelitian

sebelumnya hanya menggunakan satu novel sebagai objek penelitian, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis ada dua novel yang dijadikan objek penelitian yaitu novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta menilai implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Selain itu, penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk membandingkan citra perempuan yang ada pada kedua novel tersebut. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya bertujuan mendeskripsikan citra perempuan yang ada pada novel serta menilai kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah “Bagaimanakah citra

perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA?”


(22)

6

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye?

2. Bagaimanakah citra perempuan dalam novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba?

3. Bagaimanakah perbandingan citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba?

4. Bagaimanakah implikasi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba terhadap

pembelajaran sastra di SMA?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan citra perempuan yang ditampilkan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba.

2. Membandingkan citra perempuan yang ditampilkan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba.

3. Mendeskripsikan implikasi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba dalam


(23)

7

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat teoretis

Manfaat teoretis dari penelitian ini yaitu.

a. Dapat memberikan gambaran tentang citra perempuan yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba.

b. Dapat memperkaya wawasan bagi pengembangan ilmu dalam bidang sastra terutama tentang citra perempuan.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif dalam pembelajaran sastra di SMA.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Citra perempuan yang ditampilkan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga

karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba.

2. Implikasi novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba terhadap pembelajaran sastra di SMA.


(24)

II. KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan kajian pustaka terkait dengan penelitian tentang citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

2.1 Pengertian Novel

Novel adalah salah satu hasil karya sastra. Novel merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat lantaran daya komunikasinya yang luas dan daya imajinasinya yang menarik. Istilah novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan pula dari kata noveis yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain lain, maka jenis novel ini muncul kemudian (Tarigan, 2011:167). Sementara itu, Abrams (dalam Purba, 2010:62) mengemukakan istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman novelle). Novella diartikan sebuah barang baru yang kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.


(25)

9

Novel merupakan cerminan relitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Cerita yang terdapat dalam novel memuat permasalahan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya serta dengan pencipta-Nya. Sebagai hasil karya sastra, novel mengandung nilai keindahan yang dapat menimbulkan rasa senang, terharu, penasaran, menarik simpati, serta memberikan pengalaman jiwa kepada pembaca.

Dalam The American College Dictionary (dalam Tarigan 2011:167), dapat kita jumpai keterangan bahwa “novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut”.

Sementara Kusdiratin dkk (1985: 14) mengungkapkan bahwa sebuah novel tidak mempunyai persyaratan-persyaratan mengenai panjang, pokok persoalan atau cara pengarang menyampaikan ceritanya. Novelis menulis cerita seperti yang

disenanginya. Ia bisa menulis buku yang panjang atau yang pendek. Tulisannya mungkin bersifat anggun dan formal atau mungkin bernada seolah-olah ia seorang pribadi biasa yang sedang berbicara kepada seorang tetangga.

Novel merupakan cerita fiktif dan imajinatif yang didalamnya terdapat unsur-unsur pembangun, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Novel merupakan sebuah cerita yang panjang dan dibangun oleh suatu alur yang menceritakan kehidupan laki-laki dan perempuan secara imajinatif. Hal ini sesuai dengan


(26)

10

pendapat yang tertuang dalam The Advanced Learner’s Dictionary of Current English yang menyatakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan suatu alur, cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menganggap kehidupan pria dan wanita bersifat imajinatif (Purba, 2010:62).

2.2 Pengertian Tokoh dan Penokohan

Dalam karya sastra, tokoh merupakan unsur yang sangat penting karena tokoh adalah pelaku yang mengemban bergeraknya jalan cerita dan peristiwa dalam suatu cerita rekaan. Sedangkan penokohan dalam teori sastra sering disebut dengan perwatakan atau karakteristik yang menunjuk pada penempaan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak dan peran tertentu dalam suatu cerita. Atau seperti dikatakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, sedangkan tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karangan naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita (character), menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita,


(27)

11

bagaiman perwatakan, dan bagaiman penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Achyar (1980/1981: 16) mengungkapkan bahwa fungsi tokoh dalam cerita ialah untuk memberikan gambaran tentang watak atau karakter manusia berdasarkan imajinasi pengarang. Dalam lingkungan para tokoh itu pula persoalan yang dijadikan tema cerita muncul dan berkembang. Bagaimana perkembangan persoalan atau tema itu, tampak dalam alur cerita yang ditentukan oleh watak dan perilaku para tokohnya.

Meskipun tokoh cerita hanya merupakan hasil rekaan atau imajinasi

pengarangnya, tapi tokoh tersebut haruslah hidup seperti wajarnya manusia yang memiliki perasaan dan pikiran sehingga tokoh dan pencitraan yang ditampilkan menjadi lebih kuat. Melalui citra yang ditampilkan, tokoh dalam suatu cerita juga menempati posisi strategis sebagai penyampai pesan, moral, kritik, maupun hal lainnya yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

Untuk memberikan gambaran tentang perwatakan para tokoh cerita, Nurgiyantoro (1998: 194 - 201) mengungkapkan bahwa secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya dapat dibedakan ke dalam dua cara. Cara-cara tersebut sebagai berikut.

1. Teknik ekspositori/teknik analitis/secara langsung, ialah pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara alngsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan


(28)

12

langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya.

2. Teknik dramatik (secara tak langsung), ialah pengarang tidak

mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan (baca: menyiasati) para tokoh cerita untuk

menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang

dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupu nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi.

Adapun Minderop (2005: 6 – 22) mengungkapkan bahwa dalam menyajikan dan menentukan karakter (watak) para tokoh, pada umumnya pengarang

menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya. Pertama, metode langsung (telling) dan kedua, metode tidak langsung (showing).

1. Metode Langsung (Telling)

Metode langsung (telling) pemaparan dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan jaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata.

2. Metode Tidak Langsung (Showing)

Metode tidak langsung (showing) adalah dengan metode dramatik yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku mereka.


(29)

13

Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita, Nurgiyantoro (1998: 176 - 177) membagi tokoh jadi dua, yakni tokoh utama cerita (central character, main character) dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan sering berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan alur dalam suatu cerita. Selain tokoh utama, terdapat pula tokoh tambahan untuk mendukung peranan tokoh utama. Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral dalam suatu cerita, pemunculannya dalam suatu cerita juga lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada

keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau pun tak langsung, namun kehadiran tokoh tambahan sangat berguna untuk menunjang dan mendukung tokoh utama.

Berdasarkan perwatakannya, Foster (dalam Nurgiyantoro, 1994: 181-188) membagi tokoh cerita ke dalam tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (complex atau round character).

1. Tokoh Sederhana.

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memilki suatu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja, bersifat statis, jarang berubah karakternya sehingga hanya nampak sebagai tokoh berwatak baik atau jahat. Sebagai seorang tokoh, ia tak diungkap berbagai kemungkinan sisi


(30)

14

Tokoh sederhana tidak memberikan kejutan apa-apa dalam suatu cerita karena ia hanya memiliki satu karakter saja. Sifat dan tingkah laku seorang tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu. Tokoh sederhana dapat saja melakukan tindakan, namun semua tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Dengan demikian, pembaca akan dengan mudah memahami watak dan tingkah laku tokoh sederhana. Ia mudah dipahami , lebih familiar, dan cenderung stereotip. Hal ini sejalan dengan pendapat Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1998: 182) bahwa tokoh sebuah fiksi yang bersifat familiar, sudah biasa, atau yang stereotip, memang dapat digolongkan sebagai tokoh-tokoh yang sederhana.

2. Tokoh Bulat

Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai

kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Oleh karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat.

Dibandingkan dengan tokoh sederhana, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998: 183) mengemukakan bahwa tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia


(31)

15

yang sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan.

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, Nurgiantoro (1998: 178) membedakan ke dalam tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Tokoh protagonis ialah tokoh yang berkarakter positif dan membawa nilai-nilai yang positif pula. Altendbert & Lewis (dalam Nurgiyantoro, 1998: 178) mengemukakan bahwa dalam membaca sebuah novel, pembaca sering mengidentifikasikan diri dengan tokoh (-tokoh) tertentu, memberikan simpati dan empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian oleh pembaca disebut sebagai tokoh protagonis. Sedangkan tokoh antagonis berkebalikan dengan protagonis. Tokoh antgonis digambarkan berkarakter negatif dan membawa nilai-nilai negatif pula. Biasanya tokoh antagonis adalah penyebab suatu konflik dalam sebuah novel. Berdasarkan kriteria, Nurgiyantoro (2009: 188-190) membagi penokohan menjadi dua, yakni statis dan berkembang (tokoh dinamis).

1. Tokoh Statis

Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009: 188). Tokoh jenis ini tampak seperti kurang terlibat dan tak pengaruh oleh adanya hubungan antarmanusia. Jika diibaratkan, tokoh statis adalah bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan walau tiap hari dihantam dan disayang ombak.


(32)

16

Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita.

2. Tokoh dinamis

Tokoh dinamis adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan

perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikishakan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, mupun yang lain, yang kesemuanya itu akan memenagruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di luar dirinya, dan adanya hubungan antarmanusia yang bersifat saling memengaruhi yang dapat menyentuh kejiwaannya dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan perkembangan sikap dan wataknya.

Karya sastra menyajikan para tokoh dengan latar belakang tertentu yang

mengalami suatu kejadian, peristiwa, atau konflik dalam suatu cerita. Pengarang menggambarkan bagaiman para tokoh menyikapi dan bisa keluar dari konflik tersebut dengan cara-cara yang mencirikan watak tokoh sehingga melahirkan citra diri tokoh. Novel sebagai suatu karya sastra juga dibangun atas tokoh dan


(33)

17

2.3 Pengungkapan Citra Perempuan

Karakter tokoh yang ditampilkan pengarang dalam karya sastra tidak hanya diterima pembaca sebagai sebuah wacana saja, tetapi juga merupakan sarana pengimajian yang dibuat oleh pengarang untuk mengungkapkan citra yang menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh tafsiran pembaca terhadap suatu objek. Oleh karena itu, sebuah pencitraan yang dilakukan pembaca terhadap karya sastra berkaitan erat dengan karakter tokoh yang ditampilkan pengarang. Semakin kuat karakter tokoh yang ditampilkan pengarang maka akan mengantarkan

pembaca pada pencitraan yang kuat pula.

Studi perempuan dalam sastra merupakan penelaahan tokoh perempuan sebagai manusia dalam kaitannya dengan manusia dan kelompok masyarakat lain secara lebih luas. Pemahaman kaitan itu terarah pada kaitan antarunsur yang berdasarkan pola dan tatanan nilai budaya tertentu. Latar belakang yang bervariasi pantas dipertimbangkan (Sugihastuti, 2010: 22).

Citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat yang menjadi unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi (Zaidan dkk, 2004: 52). Citra dapat dimaknai juga sebagai sebuah refleksi, bayangan, pantulan atau pun cerminan. Citra merupakan sebuah

pengandaian dan penggambaran yang dihantarkan melalui bahasa berupa kalimat-kalimat yang tertuang dalam karya sastra.

Citra adalah gambaran rekaan yang ditimbulkan oleh daya khayal seorang seniman pada khususnya dan setiap orang pada umumnya. Daya khayal tersebut tidak terbatas hanya pada kesan sensoris, tapi juga kesan mental dari tanda yang


(34)

18

dihadapi (tokoh). Kesan yang kita peroleh mengenai karakter, sikap, cara bepikir tokoh, juga cara tokoh menanggapi masalah juga merupakan citra dari suatu tanda (Handayani, 2011: 24). Berikut contoh kutipan citra yang dapat dilihat dari sikap yang ditampilkan tokoh.

Sekarang kami telah resmi bercerai. Meski demikian, hubungan kami masih baik. Kami tidak saling membenci. Bahkan, saat menuju bandara, mantan suamiku itu dan anak-anak mengantarku. “Terima kasih Mas. Aku titip anak-anak,” ujarku di dekat pintu check-in (Nazara dkk, 2010: 38).

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat citra tokoh aku dari sikap yang ditampilkan. Meskipun telah terjadi peceraian antara tokoh aku dan suaminya, tokoh aku tetap bersikap baik dan tidak saling membenci satu sama lain. Tokoh aku juga sempat menitipkan anak-anak pada mantan suaminya sebelum ia pergi. Abrams (dalam Sofia, 2009:24) mengemukakan bahwa citra merupakan sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan lewat kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Sementara itu, pencitraan merupakan kumpulan citra (the collection of image) yang dipergunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan dalam karya sastra, baik dengan deskripsi harfiah maupun secara kias. Citra diartikan sebagai buah dari hasil pengindraan, pengamatan, kesan dan daya khayal yang dipadukan secara tepat. Berikut contoh yang mengungkapkan pengalaman berupa penglihatan.

Namun, begitu turun dari panggung, datang seorang wanita cantik, berkulit putih, bertubuh langsing, dengan busana begitu mewah langsung memeluk Mas Pram. Aku sih biasa saja. Aku menyangka dia adalah teman Mas Pram (Nazara dkk, 2010: 74).


(35)

19

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dilihat bahwa citra dapat muncul dari penglihatan. Citra yang muncul dari kutipan tersebut adalah kehadiran seorang perempuan cantik, berkulit putih, bertubuh langsing dibalut dengan gaun yang sangat mewah.

Perlu kita garis bawahi, bahwa citra adalah refleksi, bukan hal yang sebenarnya, tapi hanyalah reproduksi hal tersebut dalam bentuk yang berbeda. Dalam hal ini reproduksi itu dilakukan melalui bahasa berupa kalimat-kalimat yang tertuang dalam karya sastra. Kata citra dalam judul penelitian ini mengacu pada makna setiap gambaran pikiran. Gambaran pikiran adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan pembaca terhadap sebuah objek yang dapat dilihat dengan mata, saraf penglihatan, dan daerah-daerah otak yang berhubungan atau yang bersangkutan (Pradopo dalam Sofia, 2009: 24).

Effendi (dalam Handayani, 2011: 22) menyatakan bahwa semua yang terlihat, terdengar, dan terasakan seakan-akan dalam kehidupan nyata disebut imaji atau citra. Berdasarkan kutipan tersebut segala hal yang berkenaan dengan citra dapat berkaitan dengan aspek indrawi sensoris maupun mental. Berikut contoh kutipan dalam novel yang dapat dibayangkan, digambarkan dan terasa seakan-akan dalam kehidupan nyata.

Bunga terlihat sendirian duduk dibangku tunggu penumpang stasiun kereta api, Tugu. Entah apa yang akan dilakukan, dirinya pun tidak tahu. Hari juga sudah malam. Jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya telah menunjukkan pukul sembilan


(36)

20

malam. Stasiun sudah kelihatan sepi. Semua kereta keberangkatan ke Jakarta telah habis (Khotimah, 2012: 7).

Dari kutipan cerita tersebut dapat dibayangkan dan dirasakan suasana dan kondisi yang terdapat dalam kutipan yang menunjukkan keadaan dalam stasiun pada malam hari yang sepi.

Pencitraan dapat dilakukan dengan berbagai model, salah satunya penelitian mengenai citra perempuan dengan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Djajanegara (2003:28) mengungkapkan bahwa kritik sastra feminis yang paling banyak dipakai adalah kritik ideologis. Kritik sastra feminis ini melibatkan wanita, khususnya kaum feminis sebagai pembaca. Yang menjadi pusat perhatian pembaca wanita adalah citra serta stereotip wanita dalam karya sastra.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa citra perempuan adalah refleksi tentang perempuan yang tersaji melalui penokohan perempuan dalam karya sastra. Pengungkapan citra perempuan tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat kepada perempuan, akan tetapi harus dilakukan dalam hubungannya dengan laki-laki, keluarga dan dan anggota masyarakat disekitarnya.

2.4 Pembelajaran Sastra di SMA

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah ada dua ranah pembelajaran. Yaitu pembelajaran bahasa dan pembelajaran sastra. Penyajian keduanya haruslah proporsional atau seimbang. Karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa


(37)

21

diharapkan mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta dapat berapresiasi terhadap karya sastra anak bangsa.

Pembelajaran sastra menjadi penting dilaksanakan di sekolah karena sastra merupakan warisan budaya bangsa. Sebagai sebuah warisan, sastra harus di jaga dan dilestarikan dengan cara diapresiasi oleh bangsanya. Hal tersebut dapat dimulai dari jenjang sekolah di SMA. Dengan membelajarkan sastra di sekolah, guru diharapkan mampu menanamkan kecintaan terhadapa sastra serta mampu mengarahkan siswa untuk mengapresiasi karya sastra dengan baik. Selain itu, di dalam karya sastra siswa juga dapat mempelajari nilai-nilai hidup dan kehidupan baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Agar pembelajaran sastra di SMA berjalan dengan baik, maka diperlukan faktor pendukung yang baik pula, salah satunya adalah penentuan bahan ajar yang digunakan. B. Rahmanto dalm bukunya Metode Pengajaran Sastra menyatakan bahwa ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan ajar sastra, yaitu aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

1. Bahasa

Aspek bahasa dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga faktor-faktor lain seperti cara penulisan yang dipakai, cirri-ciri karya sastra pada wktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar pembelajaran sastra di SMA dapat berjalan dengan baik, maka guru harus memilih bahan ajar sastra yang sesuai dengan tingkat pengusaan bahasa siswa di SMA.


(38)

22

2. Psikologi

Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis siswa hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar pengaruhnya terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Oleh karena itu, guru hendaknya menyajikan bahan ajar sastra yang dapat menarik minat siswa terhadap terhadap karya sastra yang dijadikan bahan ajar tersebut. Berikut tahap-tahap untuk membantu guru untuk memahami tingkatan perkembangan psikologi anak didik.

a. Tahap penghayalan (8 sampai 9 tahun)

Pada tahap ini majinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

b. Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya pada tahap ini masih sederhana, tetapi di tahap ini anak mulai menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangn, bahkan kejahatan.

c. Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak sudah terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka berusaha mengikuti fakta-fakta dalam menghadapi masalah dalam kehidupan


(39)

23

d. Tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.

3. Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geogarfis, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, moral, etika dan sebagainya. Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka atau dengan orang-orang sekitar mereka. Dengan demikian, secara umum guru hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip mengutamakan karya-karya sastra yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa. Guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh para siswa sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswanya (Rahmanto, 1998:31).

Berdasarkan pendapat di atas, Rahmanto membatasi pemilihan bahan ajar ditinjau dari aspek latar belakang budaya pada dua hal yaitu (1) guru harus memerhatikan karya sastra yang erat hubungannya dengan latar belakang peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mudah tertarik dan (2) guru hendaknya memilih bahan pengajaran yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa sehingga tidak menuntut


(40)

24

gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswanya.

Pembatasan yang dilakukan Rahmanto dalam pemilihan bahan ajar sastra berdasarkan aspek latar belakang budaya tersebut dirasa memiliki kekurangan oleh peneliti, terutama bila diterapkan di negara Indonesia. Hal tersebut karena budaya yang ada di Indonesia memiliki keanekaragaman, oleh karena itu peneliti memberikan poin tambahan dalam pemilihan bahan ajar sastra ditinjau dari aspek latar belakang budaya yaitu (1) karya sastra dapat memberikan pengetahuan dan wawasan baru mengenai budaya yang belum peserta didik ketahui dan (2) dapat membantu melestarikan budaya yang ada.

Terkait implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA, penelitian mengenai citra perempuan dalam novel BBS karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba adalah diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh kepada siswa mengenai peranan perempuan masa kini di dalam masyarakat. Dengan demikian siswa dapat mengambil nilai-nilai positif dari citra yang ditampilkan oleh tokoh perempuan dalam novel.


(41)

III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan metode penelitian, sumber data, prosedur penelitian, dan teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba.

3.1 Metode Penelitian

Pada hakikatnya sebuah penelitian dilakukan untuk mencari jawaban dari

pertanyaan peneliti dengan menggunakan metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Sudjud (dalam Arikunto, 2010: 310) mengungkapkan bahwa penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja.

Bodgan dan Taylor (dalam Soewadji, 2012: 51 - 52) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif diartikan sebagai salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.


(42)

26

Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masayarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Soewadji, 2012: 52). Dengan penelitian deskriptif kualitatif tersebut peneliti melakukan penelitian berlandaskan citra perempuan yang diidentifikasi dari novel BBS karya Tere Liye dan novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba berdasarkan dialog-dialog yang dilakukan tokoh perempuan serta bagaimana cara berpikir tokoh perempuan tersebut, kemudian menilai implikasinya terhadap pembelajaran Sastra di SMA.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, cetakan XIII terbitan Republika tahun 2013 dengan tebal buku 362 halaman dan novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba terbitan PT Elex Media Komputindo tahun 2013 dengan tebal buku 337 halaman.

3.3Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Membaca novel secara keseluruhan dengan cermat.

2. Mencari teori yang sesuai dan mendukung tujuan penelitian.


(43)

27

4. Membandingkan citra-citra tokoh perempuan yang terdapat dalam kedua novel.

5. Menentukan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. 6. Menarik simpulan dan memberi saran.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perempuan dalam novel.

2. Mengklasifikasikan tokoh-tokoh perempuan dalam novel berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat.

3. Mengidentifikasi citra perempuan dalam novel.

4. Memaparkan citra tokoh-tokoh perempuan dalam novel melalui penokohan oleh pengarang

5. Menyimpulkan citra perempuan yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh perempuan dalam novel BBS karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat.

6. Mengkaji implikasi hasil penelitian citra perempuan dalam novel BBS karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan simpulan dan saran dari pembahasan mengenai citra perempuan dalam novel novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis tentang citra tokoh perempuan dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA yang telah diuraikan pada bab IV diambil simpulan sebagai berikut.

1. Citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, dan Mamak Lainuri. Citra perempuan dalam novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba

ditampilkan oleh tokoh Gwen, Linda, dan Setyani.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan citra perempuan dalam novel BBS dan TH adalah sebagai berikut.

a. Kesamaan citra perempuan yang ditampilkan dalam BBS dan TH adalah keduanya menampilkan sosok perempuan yang menyayangi keluarga dan sosok perempuan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Citra sebagai perempuan yang menyayangi keluarga ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, Mamak Lainuri dalam BBS dan ditampilkan oleh


(45)

160

tokoh Gwen, Linda, dan Setyani dalam TH. Selanjutnya, sosok perempuan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anak ditampilkan oleh tokoh Mamak Lainuri dalam BBS dan Setyani dalam TH.

b. Perbedaan citra perempuan yang ditampilkan di dalam BBS dan TH adalah sosok perempuan yang ditampilkan dalam BBS adalah perempuan yang memiliki cacat secara fisik, rela berkorban dan bekerja keras yang ditampilkan oleh tokoh Laisa, sedangkan di dalam TH sosok perempuan yang ditampilkan adalah perempuan yang cantik, bertemperamen tinggi, memiliki sikap antipati pada laki-laki dan pernikahan yang ditampilkan oleh tokoh Gwen, dan citra sebagai perempuan yang setia, dan mencintai suami yang ditampilkan oleh tokoh Setyani.

c. Secara keseluruhan, novel BBS yang merupakan tulisan seorang laki-laki, menampilkan tokoh-tokoh perempuan yang kuat, mandiri, dan penyayang yang ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, dan Mamak Lainuri.

Sama halnya dengan Tere Liye, Rantau Anggun dan Binta Al mamba, dua orang perempuan ini juga menampilkan sosok perempuan yang kuat, mandiri, dan penyayang yang ditampilkan oleh tokoh Gwen dan Linda. Namun, selain itu, Rantau Anggun dan Binta Al Mamba juga

menampilkan tokoh yang lemah dan tergantung pada laki-laki, yaitu tokoh Setyani.

3. Berdasarkan hasil penelitian, citra perempuan dalam novel BBS dan TH dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA yang merujuk pada Kurikulum 2013. Terdapat pada kelas XI, KD 3.9 Menganalisis pelaku, peristiwa, dan latar dalam novel yang di baca.


(46)

161

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar dapat menggunakan novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba sebagai alternatif bahan pembelajaran tokoh dan penokohan serta pencitraan dalam sebuah karya sastra di SMA.

2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan informasi tambahan bagi peminat sastra untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama yang berkenaan dengan penelitian berspektif feminis.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, Warnida. 1980/1981. Apresiasi Sastra Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas Lampung (penulisan Buku/ Diktat). Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.

Depdiknas. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya. Handayani, Ellen. 2011. Citra Perempuan dalam Novel Ma Yan Karya Sanie B

Kuncoro dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA). Bandarlampung: Universitas Lampung. Khotimah, Khusnul. 2012. Bunga-Bunga Kertas.Jogjakarta: Safirah.

Kulsum, Umi & Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kusdiratin dkk. 1985. Memahami Novel Atheis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nazara, Nurul dkk. 2010. Ya Alloh Aku Jatuh Cinta Lagi. Jakarta: Belanoor. Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Medan: Graha Ilmu. Rahmanto, Bernandus. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Xanisius. Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Citra Pustaka. Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Zaidan dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.


(1)

Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masayarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Soewadji, 2012: 52). Dengan penelitian deskriptif kualitatif tersebut peneliti melakukan penelitian berlandaskan citra perempuan yang diidentifikasi dari novel BBS karya Tere Liye dan novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba berdasarkan dialog-dialog yang dilakukan tokoh perempuan serta bagaimana cara berpikir tokoh perempuan tersebut, kemudian menilai implikasinya terhadap pembelajaran Sastra di SMA.

3.2 Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye, cetakan XIII terbitan Republika tahun 2013 dengan tebal buku 362 halaman dan novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba terbitan PT Elex Media Komputindo tahun 2013 dengan tebal buku 337 halaman.

3.3Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Membaca novel secara keseluruhan dengan cermat.

2. Mencari teori yang sesuai dan mendukung tujuan penelitian.


(2)

27

4. Membandingkan citra-citra tokoh perempuan yang terdapat dalam kedua novel.

5. Menentukan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. 6. Menarik simpulan dan memberi saran.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perempuan dalam novel.

2. Mengklasifikasikan tokoh-tokoh perempuan dalam novel berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat.

3. Mengidentifikasi citra perempuan dalam novel.

4. Memaparkan citra tokoh-tokoh perempuan dalam novel melalui penokohan oleh pengarang

5. Menyimpulkan citra perempuan yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh perempuan dalam novel BBS karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat.

6. Mengkaji implikasi hasil penelitian citra perempuan dalam novel BBS karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun dan Binta Al Mamba terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyajikan simpulan dan saran dari pembahasan mengenai citra perempuan dalam novel novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA.

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis tentang citra tokoh perempuan dalam novel

Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA yang telah diuraikan pada bab IV diambil simpulan sebagai berikut.

1. Citra perempuan dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, dan Mamak Lainuri. Citra perempuan dalam novel Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba

ditampilkan oleh tokoh Gwen, Linda, dan Setyani.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan citra perempuan dalam novel BBS dan TH adalah sebagai berikut.

a. Kesamaan citra perempuan yang ditampilkan dalam BBS dan TH adalah keduanya menampilkan sosok perempuan yang menyayangi keluarga dan sosok perempuan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Citra sebagai perempuan yang menyayangi keluarga ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, Mamak Lainuri dalam BBS dan ditampilkan oleh


(4)

160

tokoh Gwen, Linda, dan Setyani dalam TH. Selanjutnya, sosok perempuan yang mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anak ditampilkan oleh tokoh Mamak Lainuri dalam BBS dan Setyani dalam TH.

b. Perbedaan citra perempuan yang ditampilkan di dalam BBS dan TH adalah sosok perempuan yang ditampilkan dalam BBS adalah perempuan yang memiliki cacat secara fisik, rela berkorban dan bekerja keras yang ditampilkan oleh tokoh Laisa, sedangkan di dalam TH sosok perempuan yang ditampilkan adalah perempuan yang cantik, bertemperamen tinggi, memiliki sikap antipati pada laki-laki dan pernikahan yang ditampilkan oleh tokoh Gwen, dan citra sebagai perempuan yang setia, dan mencintai suami yang ditampilkan oleh tokoh Setyani.

c. Secara keseluruhan, novel BBS yang merupakan tulisan seorang laki-laki, menampilkan tokoh-tokoh perempuan yang kuat, mandiri, dan penyayang yang ditampilkan oleh tokoh Laisa, Yashinta, dan Mamak Lainuri.

Sama halnya dengan Tere Liye, Rantau Anggun dan Binta Al mamba, dua orang perempuan ini juga menampilkan sosok perempuan yang kuat, mandiri, dan penyayang yang ditampilkan oleh tokoh Gwen dan Linda. Namun, selain itu, Rantau Anggun dan Binta Al Mamba juga

menampilkan tokoh yang lemah dan tergantung pada laki-laki, yaitu tokoh Setyani.

3. Berdasarkan hasil penelitian, citra perempuan dalam novel BBS dan TH dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran sastra di SMA yang merujuk pada Kurikulum 2013. Terdapat pada kelas XI, KD 3.9 Menganalisis pelaku, peristiwa, dan latar dalam novel yang di baca.


(5)

5.2 Saran

Dari hasil penelitian, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut.

1. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar dapat menggunakan novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye dan Teatrikal Hati karya Rantau Anggun & Binta Al Mamba sebagai alternatif bahan pembelajaran tokoh dan penokohan serta pencitraan dalam sebuah karya sastra di SMA.

2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan informasi tambahan bagi peminat sastra untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terutama yang berkenaan dengan penelitian berspektif feminis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, Warnida. 1980/1981. Apresiasi Sastra Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Universitas Lampung (penulisan Buku/ Diktat). Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineke Cipta.

Depdiknas. 2010. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya. Handayani, Ellen. 2011. Citra Perempuan dalam Novel Ma Yan Karya Sanie B

Kuncoro dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA). Bandarlampung: Universitas Lampung. Khotimah, Khusnul. 2012. Bunga-Bunga Kertas.Jogjakarta: Safirah.

Kulsum, Umi & Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kusdiratin dkk. 1985. Memahami Novel Atheis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nazara, Nurul dkk. 2010. Ya Alloh Aku Jatuh Cinta Lagi. Jakarta: Belanoor. Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Medan: Graha Ilmu. Rahmanto, Bernandus. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Xanisius. Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Sofia, Adib. 2009. Aplikasi Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Citra Pustaka. Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Zaidan dkk. 2004. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.


Dokumen yang terkait

EKRANISASI NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN FILM “BIDADARI-BIDADARI SURGA”: KAJIAN HUMANIORA

7 57 106

Analisis isi pesan dakwah dalam novel bidadari-bidadari surga karya Tere-Liye

1 15 84

NOVEL BIDADARI BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

7 150 223

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 12

PENDAHULUAN Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 4 30

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 14

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LAISA DALAM NOVEL BIDADARI- Aspek Kepribadian Tokoh Laisa Dalam Novel Bidadari -Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 10 12

PENDAHULUAN Aspek Kepribadian Tokoh Laisa Dalam Novel Bidadari -Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 12 40

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA DARWIS TERE LIYE - Raden Intan Repository

0 0 110

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

0 1 130