Pengertian Novel KAJIAN PUSTAKA

bagaiman perwatakan, dan bagaiman penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Achyar 19801981: 16 mengungkapkan bahwa fungsi tokoh dalam cerita ialah untuk memberikan gambaran tentang watak atau karakter manusia berdasarkan imajinasi pengarang. Dalam lingkungan para tokoh itu pula persoalan yang dijadikan tema cerita muncul dan berkembang. Bagaimana perkembangan persoalan atau tema itu, tampak dalam alur cerita yang ditentukan oleh watak dan perilaku para tokohnya. Meskipun tokoh cerita hanya merupakan hasil rekaan atau imajinasi pengarangnya, tapi tokoh tersebut haruslah hidup seperti wajarnya manusia yang memiliki perasaan dan pikiran sehingga tokoh dan pencitraan yang ditampilkan menjadi lebih kuat. Melalui citra yang ditampilkan, tokoh dalam suatu cerita juga menempati posisi strategis sebagai penyampai pesan, moral, kritik, maupun hal lainnya yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Untuk memberikan gambaran tentang perwatakan para tokoh cerita, Nurgiyantoro 1998: 194 - 201 mengungkapkan bahwa secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya dapat dibedakan ke dalam dua cara. Cara-cara tersebut sebagai berikut. 1. Teknik ekspositoriteknik analitissecara langsung, ialah pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara alngsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya, yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan juga ciri fisiknya. 2. Teknik dramatik secara tak langsung, ialah pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan baca: menyiasati para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupu nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi. Adapun Minderop 2005: 6 – 22 mengungkapkan bahwa dalam menyajikan dan menentukan karakter watak para tokoh, pada umumnya pengarang menggunakan dua cara atau metode dalam karyanya. Pertama, metode langsung telling dan kedua, metode tidak langsung showing. 1. Metode Langsung Telling Metode langsung telling pemaparan dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Metode ini biasanya digunakan oleh kisah-kisah rekaan jaman dahulu sehingga pembaca hanya mengandalkan penjelasan yang dilakukan pengarang semata. 2. Metode Tidak Langsung Showing Metode tidak langsung showing adalah dengan metode dramatik yang mengabaikan kehadiran pengarang, sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku mereka. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita, Nurgiyantoro 1998: 176 - 177 membagi tokoh jadi dua, yakni tokoh utama cerita central character, main character dan tokoh tambahan peripheral character. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan sering berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan alur dalam suatu cerita. Selain tokoh utama, terdapat pula tokoh tambahan untuk mendukung peranan tokoh utama. Tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral dalam suatu cerita, pemunculannya dalam suatu cerita juga lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung atau pun tak langsung, namun kehadiran tokoh tambahan sangat berguna untuk menunjang dan mendukung tokoh utama. Berdasarkan perwatakannya, Foster dalam Nurgiyantoro, 1994: 181-188 membagi tokoh cerita ke dalam tokoh sederhana simple atau flat character dan tokoh kompleks atau tokoh bulat complex atau round character. 1. Tokoh Sederhana. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memilki suatu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja, bersifat statis, jarang berubah karakternya sehingga hanya nampak sebagai tokoh berwatak baik atau jahat. Sebagai seorang tokoh, ia tak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya.

Dokumen yang terkait

EKRANISASI NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN FILM “BIDADARI-BIDADARI SURGA”: KAJIAN HUMANIORA

7 57 106

Analisis isi pesan dakwah dalam novel bidadari-bidadari surga karya Tere-Liye

1 15 84

NOVEL BIDADARI BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)

7 150 223

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 12

PENDAHULUAN Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 4 30

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Aspek Sosial Dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 14

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LAISA DALAM NOVEL BIDADARI- Aspek Kepribadian Tokoh Laisa Dalam Novel Bidadari -Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

3 10 12

PENDAHULUAN Aspek Kepribadian Tokoh Laisa Dalam Novel Bidadari -Bidadari Surga Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

1 12 40

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA DARWIS TERE LIYE - Raden Intan Repository

0 0 110

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

0 1 130