perulangan pada huruf konsonan. Pada lagu Rembang Bangkit, teknik aliterasi
terdapat pada kalimat “ cancut gumregut, gotong royong, kanthi kerja keras”.
Menurut Sayuti 2002: 254, agar lirik lebih menarik, maka hendaknya menggunakan sarana retorik. Sarana retorik adalah sikap penyair terhadap obyek
atau gagasan yang dituangkan dalam sebuah puisi tampak lebih jelas. Lebih
lanjut Sayuti 2002: 254 menjelaskan adanya 2 sarana retorik, yaitu sarana repetisi dan sarana ironi. Sarana repetisi adalah perulangan kata atau kalimat yang
bertujuan sebagai penekan yang dimaksud penyair. Sarana repetisi pada lagu Rembang Bangkit adalah terdapat pada kalimat “Rembang Bangkit”
yang diulang-ulang sepanjang lagu, sedangkan sarana ironi adalah penulisan lirik yang
bertentangan dengan maksud sebenarnya merupakan ejekan atau sindiran dan pada lagu Rembang Bangkit tidak terdapat kata ejekan.
Komponis yang seharusnya memiliki peran penting dalam memberikan keseimbangan melalui nada dan pemilihan kata yang tersusun Pasaribu, 1986:
38. Dalam hal ini Anom Subekti menulis lirik Rembang Bangkit dengan nada dan susunan kata yang tersusun rapi sehingga Rembang Bangkit memiliki lirik
yang bermakna dalam, sampai menjadi moto kabupaten Rembang.
C. Rembang Bangkit
Rembang Bangkit merupakan lagu yang menjadi moto kabupaten Rembang. Menurut Anom Subekti selaku pencipta lagu Rembang Bangkit,
mengatakan bahwa Rembang Bangkit tercipta karena saat itu kabupaten Rembang belum mempunyai moto kabupaten seperti halnya kabupaten-kabupaten lain,
sebagai contohnya Pati Bumi Mina Tani, Kudus Semarak dan Blora Mustika. Anom Subekti menciptakan 2 lagu sebagai moto kabupaten Rembang saat itu,
yaitu Rembang Endah dan Rembang Bangkit, namun yang terpilih oleh pemerintah daerah Rembang sebagai moto kabupaten adalah Rembang Bangkit.
Rembang Bangkit merupakan gendhing yang lahir dan berkembang di daerah Rembang dan liriknya menggunakan bahasa Jawa. Menurut Sumarsam
1995:232 gendhing adalah lagu yang diungkapkan dengan menggunakan nada- nada waditra komposisi alat-alat gamelan. Sejalan dengan pernyataan Supriyono
2008:126, bahwa gendhing merupakan lagu-lagu yang dimainkan oleh gamelan. Pola lagu paling kecil dalam gendhing terkandung dalam empat nada balungan
instrumen jenis saron. Empat nada tersebut adalah gatra, dimana gatra digunakan sebagai penjelas komposisi dan variasi dalam gamelan. Selain gatra,
dalam gendhing terdapat pula cengkok yang merupakan tabuan instrumen tertentu dengan memainkan pola lagu penyanyi Sumarsam, 1995:232. Gendhing
gamelan memiliki tabuhan mulai dari pembukaan sampai gong terakhir dibunyikan, dimana didalamnya terdapat alat musik lainnya berupa saron, bonang,
gender, rebab, suling dan lainnya. Rembang Bangkit menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Purnomo dan
Subagyo 2010:4 mengungkapkan bahwa penulisan lirik lagu untuk suatu daerah tertetntu menggunakan dialek daerah tersebut pula, sehingga orang dari daerah
lain sulit memahaminya. Rembang Bangkit merupakan karya sastra Jawa, karena sejatinya lagu yang menggunakan bahasa Jawa adalah karya sastra Jawa. Agar
mencapai keharmonisan dan keselarasan, lagu pada sastra Jawa terdiri dari beberapa unsur, antara lain adalah Guru Lagu, Guru Wilangan dan Purwakanthi.
Selera musik masyarakat Rembang berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Selera musik di era tahun 85an, masyarakat cenderung gemar karawitan
dan organ, Sedangkan di era 2000an sampai sekarang, hanya sedikit orang yang suka karawitan, mayoritas masyarakat Rembang lebih cenderung gemar dengan
musik rock dan dangdut, padahal penyajian lagu Rembang Bangkit diiringi dengan karawitan. Karawitan adalah musik yang menggunakan alat musik
Gamelan Soedarsono, 1992:18. Purnomo dan Subagyo 2010:32 Musik Jawa adalah menggunakan Gamelan laras Pelog dan Slendro. Gamelan merupakan
musik tradisional yang menggunakan laras pelog dan slendro. Rembang Bangkit menggunakan alat musik Jawa Tengah yaitu Gamelan laras Pelog Nem dimana
laras Pelog merupakan jenis tangga nada dengan kesan tenang, luhur, halus dan damai Purnomo dan Subagyo,2010:35.
Menurut Prawirodisastro 1976:21, susunan tangga nada pada laras pelog adalah sebagai berikut:
1. Laras pelog pathet lima = 2-3-4-5-6-1-2
2. Laras pelog pathet nem = 5-6-1-2-3-4-5
3. Laras pelog pathet barang = 6-7-2-3-4-5-6
Sementara itu, susunan tangga nada pada laras slendro adalah sebagai berikut:
1. Laras slendro pathet nem = 2-3-5-6-1-2
2. Laras slendro pathet sanga = 5-6-1-2-3-5
3. Laras slendro pathet mayura = 6-1-2-3-5-6 Tangga nada Jawa dibaca sebagai berikut “ji, ro, lu, mo, nem, “. Not
tersebut dalam
musik Jawa
disebut “Not
Kepatihan”. Sejalan
dengan Prawirodisastro 1997:13 yang mengatakan bahwa not kepatihan merupakan not
angka yang digunakan dalam seni musik atau suara Jawa. Rembang Bangkit menggunakan alat musik Jawa Tengah yaitu Gamelan laras Pelog Nem dimana
laras Pelog merupakan jenis tangga nada dengan kesan tenang, luhur, halus dan damai. Lagu Rembang Bangkit mengajak masyarakat Rembang untuk terus maju
membangun kabupaten Rembang untuk lebih baik, untuk pembangunan yang baik. Cancut gumregut tali wondo makaryo menggambarkan masyarakat
Rembang yang bersemangt bekerja. Lirik Bangkit merupakan singkatan dari Bahagia, Aman, Nyaman, Gotong royong, Kerja keras, Iman dan Taqwa. Lirik
yang menggambarkan kehidupan masyarakat Rembang yang bahagia, aman dan nyaman, serta bekerja keras dengan gotong royong. Selain itu, masyarakat
Rembang juga beriman dan bertaqwa kepada pencipta Tuhan Yang Maha Esa yang
merupakan kepribadian
utama dari
masyarakat Rembang
dengan berlandaskan Pancasila. Lewat lagu Rembang Bangkit, masyarakat Rembang
bermaksud untuk menata pemerintahan kabupaten Rembang dengan baik. Berikut adalah notasi dan teks lagu Rembang Bangkit.
Notasi dan teks lagu Rembang Bangkit oleh Anom Subekti
Lagu Rembang Bangkit disajikan dalam iringan Karawitan dengan alat musik gamelan laras pelog nem. Iringan Karawitan tersebut diaransemen oleh
Ahmad Subardjo dengan notasi gamelan pelog nem sebagai berikut. Pembukaan : . 2 2 .
6 1 2 3 5 6 2 1
3 2 1 6
. 3 6 . 3 2 1 2
. 3 2 1 3 2 1 6
. 3 5 . 2 3 6 5
6 6 2 1 2 6 5 3
. 2 . 1 . 2 . 3
5 6 2 1 3 2 1 6
Lagu: 5 6 1 2
5 3 5 6 2 1 2 3
2 1 2 6 3 5 6 5
6 2 3 5 6 1 3 2
5 3 5 6 5 3 5 6
5 6 1 2 3 2 6 5
3 1 2 3 6 5 6 1
2 3 2 1 3 2 1 6
3 5 3 2 3 2 3 1
3 2 1 6
Dengan iringan notasi gamelan tersebut, diperoleh nada dan irama yang bernuansa tegas, gembira dan penuh semangat. Iringan Karawitan pada lagu
Rembang Bangkit dapat menyatu baik dengan nada lagu, sehingga membuat masyarakat yang mendengarkan lagu Rembang Bnagkit dapat menikmati dan
memahami lagu Rembang Bangkit dengan baik.
23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan fungsi tertentu Sugiyono, 2006: 3. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey, karena penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi dalam bentuk opini masyarakat Rembang
mengenai lagu Rembang Bangkit. Penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan peryataan-pernyataan terstruktur dengan menggunakan skala likert,
dan disebarkan kepada banyak orang, kemudian jawaban yang diperoleh akan dicatat, diolah dan dianalisis Prasetyo, 2005: 143. Penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui tingkat apresiasi masyarakat kecamatan Rembang terhadap lagu Rembang Bangkit. Sukmadinata 2008:82 mengatakan bahwa, penelitian survey
memiliki tiga karakteristik utama, yaitu mengumpulkan informasi dari sekelompok masyarakat,
mengumpulkan informasi
dari pengajuan
pernyataan, dan
mengumpulkan informasi dari pemilihan sampel. Sejalan dengan hal tersebut, Sugiyono 2006: 7 mengatakan bahwa,
penelitian survey digunakan untuk mendapatkan data dan informasi dari tempat tertentu secara ilmiah dengan memberikan kuesioner. Dari penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian survey merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari sekelompok orang tertentu melalui kuesioner
yang telah diberikan.