32 kereta api Purwodadi-Gundi dilayani oleh Semarang-Joana Stoomtram
Maatschappij SJS.
3. Pembangunan Jalan Rel di Pulau Jawa
Pada bulan November 1871 Menteri Urusan Jajahan Belanda Jawa Mr. P. P. van Bosse mengajukan rencana undang-undang yang bertujuan
untuk membangun lintas jalan rel di Pulau Jawa, yang bersambungan dari lintas NISM Semarang-Surakarta-Yogyakarta melalui daerah penghasil gula
di Jawa Tengah bagian selatan Subarkah, 1987: 3. Keuntungan yang diperoleh NISM dari pengoperasian kereta api jalur Semarang-Surakarta-
Yogyakarta sejak tahun 1875, memberi gambaran dan harapan baru kepada para pengusaha swasta yang telah berminat untuk menanamkan modal
mereka dalam kegiatan jasa angkutan kereta api. Dengan disahkannya undang-undang yang mengatur perkeretaapian
tanggal 6 Juni 1878, maka asas pengusahaan kereta api mulai diakui pemerintah dan hal tersebut berpengaruh terhadap struktur organisasi
perkeretaapian. Perusahaan kereta api milik pemerintah, yaitu bernama Staats Spoorwegen
SS merupakan bagian dari Burgelijke Openbare Werken
BOW berarti Departemen Pekerjaan Umum yang menangani pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak-kontrak dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan pembangunan jalan rel oleh pemerintah. SS mengadakan perluasan jaringan jalan rel, pelaksanaannya selalu didasarkan pada sistem
33 pembangunan yang berlaku di lingkungan perusahaan pemerintah, yang
berpedoman pada semboyan berbunyi:
“Siap dengan masukan yang tangguh, sehingga segala pekerjaan sesuai dengan rencana
”
Subarkah, 1987: 6. Perluasan jaringan jalan rel didasarkan bukan hanya pada kepentingan
ekonomi, melainkan juga menyangkut masalah pasifikasi atau pengamanan daerah yang banyak mengalami pergolakan dan pembukaan daerah-daerah
baru serta pengembangan administrasi pemerintahan dan pengembangan kota Sartono Kartodirdjo, 1987: 364.
Pada tanggal 14 Januari 1895 dibuatlah perjanjian antara pemerintah dengan pihak NISM yang menetapkan bahwa sejak tahun 1899
lintas Jawa bagian timur dan selatan menjadi milik SS. Jalur Yogyakarta- Solo ukuran lebar kereta apinya 1.435 mm ditambah dengan rel baja ketiga
diantaranya, sehingga ada satu pasang lagi jalan rel dengan lebar kereta api 1.067 mm. Antara dua kota tersebut dapat dilalui oleh kereta api yang
berbeda ukuran lebar kereta apinya, yakni milik NIS dan milik SS. NIS menyelesaikan hubungan jalan rel pada lintas dari Yogyakarta ke Magelang
dengan lebar kereta api 1.607 mm sampai Ambarawa. Jalur tersebut merupakan titik akhir dari lintas cabang yang telah ada pada jalur utama
Semarang-Yogyakarta dengan lebar kereta api 1.435 mm. Lintas Magelang ini kemudian diperluas lagi dengan dibangunnya kereta api cabang dari
Secang ke Temanggung Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997: 71-72.
34
4. Dampak Pembangunan Kereta Api Terhadap Kehidupan Pribumi