Hasil Analisis Data Penelitian
37
kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi sangat kurang sejumlah 20 siswa 83,33, 2 siswa 8,33 tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada
pada klasifikasi kurang, 1 siswa 4,17 tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi cukup baik, 1 siswa 4,17 tingkat kesegaran
kardirespirasinya berada pada klasifikasi baik, dan 0 siswa 0 yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik sekali maupun
istimewa. Daftar distribusi frekuensi klasifikasi tingkat kesegaran kardiorespirasi
siswa putra kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut kemudian disajikan dalam bentuk histogram yang
dapat dilihat seperti pada gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Klasifkasi Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi Siswa Putra Kelas VIII di
SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
5 10
15 20
25
35 35 - 37
38 - 44 45 - 50
51 - 55 55
4,17 4,17
8,33 83,33
38
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi Siswi Putri Kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Interval Klasifikasi
Frekuensi Absolut
Persentase 25
Sangat Kurang 15
62,50 25 – 30
Kurang 7
29,17 31 – 34
Cukup Baik 2
8,33 35 – 38
Baik 39 – 41
Baik Sekali 41
Istimewa Jumlah
- 24
100
Tabel 5 distribusi frekuensi klasifikasi tingkat kesegaran kardiorespirasi siswi putri kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta di atas dapat dilihat bahwa dari 24 siswi putri yang mengikuti tes lari multistage fitness test menunjukkan siswi putri yang tingkat
kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi sangat kurang sejumlah 15 siswi dan jika dipersantase sebesar 62,50, 7 siswi 29,17 tingkat kesegaran
kardiorespirasinya berada pada klasifikasi kurang, 2 siswi 8,33 tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada klasifikasi cukup baik, dan 0 siswa 0
yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik, baik
sekali, maupun istimewa.
39
Daftar distribusi frekuensi klasifikasi tingkat kesegaran kardiorespirasi siswi putri kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta tersebut kemudian disajikan dalam bentuk histogram yang
dapat dilihat seperti pada gambar 3 di bawah ini:
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Klasifikasi Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi Siswi Putri Kelas VIII di
SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.
B.
Pembahasan
Data hasil penelitian tingkat kesegaran kardiorespirasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang
menggunakan tes lari multistage fitness test diperoleh skor maksimal yang berhasil dicapai siswa yaitu 45,55 dan skor minimal yaitu 20,40. Data hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kesegaran kardiorespirasi antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda-beda. Data hasil capaian siswa yang telah
melakukan tes lari multistage fitness test kemudian dikonversikan menurut norma pengklasifikasian tes lari multistage fitness tes pada tabel 1 dan 2.
2 4
6 8
10 12
14 16
25 25 - 30
31 - 34 35 - 38
39 - 41 41
8,33 29,17
62,50
40
Hasil dari pengklasifikasian data tersebut adalah dari 48 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta yang
mengikuti tes lari multistage fitness test guna mengetahui tingkat kesegaran kardiorespirasinya menunjukkan bahwa siswa yang tingkat kesegaran
kardiorespirasinya berada pada klasifikasi sangat kurang yaitu sejumlah 35 siswa dan jika dipersentase sebesar 72,95, kemudian 9 siswa 18,75 tingkat
kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi kurang, 3 siswa 6,25 tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi cukup baik, 1 siswa
2,08 tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik, dan 0 siswa 0 yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik
sekali maupun istimewa. Hasil pengklasifikasian data untuk siswa putra menunjukkan bahwa siswa
putra yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi sangat kurang yaitu sejumlah 20 siswa dan jika dipersentase sebesar 83,33, 2 siswa
8,33 tingkat kardiorespirasinya berada pada klasifikasi kurang, 1 siswa 4,17 tingkat kardiorespirasinya berada pada klasifikasi cukup baik, 1 siswa
4,17 tingkat kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik, dan 0 siswa 0 yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik sekali
maupun istimewa. Hasil pengklasifikasian data siswi putri menunjukkan siswi putri yang
tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi sangat kurang sejumlah 15 siswi dan jika dipersantase sebesar 62,50, 7 siswi 29,17 tingkat
kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi kurang, 2 siswi 8,33
41
tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada klasifikasi cukup baik, dan 0 siswa 0 yang tingkat kesegaran kardiorespirasinya berada pada klasifikasi baik, baik
sekali, maupun istimewa. Hal tersebut diduga disebabkan oleh faktor-faktor yang dipengaruhi berikut ini:
1. Genetik Daya tahan kardiovaskuler dipengaruhi oleh faktor genetik yakni sifat-sifat
spesifik yang ada dalam tubuh seseorang sejak lahir. Pengaruh genetik pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan komposisi
serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang yang memiliki serat merah lebih banyak lebih tepat untuk melakukan kegitan bersifat aerobic,
sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih, lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula pengaruh keturunan
terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf bentuk tubuh bulat dan pendek cenderung memiliki
jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan dengan tipe otot ektomorf bentuk tubuh kurus dan tinggi DepKes, 1994. Oleh karena keadaan faktor
genetik yang berbeda-beda dari siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel maka kemampuan mereka dalam melakukan tes lari multi stage fitness test untuk
mengukut tingkat kesegaran kardiorespirasisnyapun hasilnya berbeda satu dengan lainnya.
2. Jenis kelamin Kesegaran kardiorespirasi antara siswa putra dan siswi putri kelas VIII di
SMP Negeri 3 Tempel berbeda karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang
42
terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiorespirasi pada masa pubertas terdapat perbedaan, karena putri memiliki jaringan lemak yang lebih banyak di
bandingkan putra. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran aerobik antara 15- 25 lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada tingkat aktivitas mereka.
Hal yang sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena perbedaan kekuatan otot antara pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan ukuran otot baik besar maupun
proposinya dalam tubuh Depkes, 1994. 3. Kegiatan fisik
Kegiatan fisik sangat yang mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur akan
meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan dapat mengurangi lemak tubuh . Dengan melakukan latihan olahraga atau kegiatan fisik yang baik dan benar
berarti seluruh organ dipicu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan Depkes, 1994. Kaitannya
dengan kegitan fisik yang dilakukan oleh siswa baik pada saat pembelajaran pendidikan jasmani maupun di luar jam pelajaran sekolah dapat dikatakan kurang.
Hal ini juga dikarenakan tidak adanya wadah bagi siswa untuk melakukan kegiatan fisik yaitu semacam ekstrakurikuler yang berhubungan dengan olahraga.
Oleh karena itu setelah dilakukannya penelitian untuk mengukur kesegaran kardiorespirasi siswa menggunakan tes lari multistage fitness test didapatkan hasil
bahwa tingkat kesegaran kardiorespirasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Tempel berada pada klasifikasi sangat kurang.
43