KARAKTERISTIK PUISI SISWA SMP NEGERI KELAS VIII DI KABUPATEN SLEMAN.

(1)

i SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyusun Skripsi guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

Isnein Nurohmawati 12201244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

niscaya aku perkenankan harapanmu….” (QS. Ghafir : 60)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (QS. Asy-Syarh : 5)


(6)

vi Ibu, Bapak, Kakak,

Keluarga & Saudara, Sahabat & teman-teman,


(7)

vii

hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, dan Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan berbagai kemudahan kepada penulis.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing yaitu Bapak Dr. Maman Suryaman, M. Pd. yang penuh kesabaran dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan di sela-sela kesibukannya. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala SMPN 2 Ngemplak, SMPN 2 Gamping, SMPN 2 Depok, dan SMPN 1 Ngaglik beserta Ibu Dra. Catur Harini Utami, M. Pd., Bapak Yulius Eka Irianta, S. Pd., Ibu Agustina Setyawati, S. Pd., dan Ibu Is Susilaningtyas, S. Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Rasa sayang dan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Hj. Sukirah, Ayahanda tercinta Mujimin, dan kakak tersayang Wahid Muhammad Nuryadi, A. Md., atas segala kasih sayang, dukungan, doa, dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen-dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang sangat bermanfaat. Terima kasih kepada teman-teman Teater Cermin, teman-teman HIMA PBSI, dan teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNY yang telah menemani penulis dalam menjalani suka duka di perkuliahan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis.


(8)

viii

Yogyakarta, Maret 2017 Penulis,


(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Batasan Istilah ... 7

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A. Pembelajaran Sastra di SMP... 8

B. Pembelajaran Menulis Puisi di SMP ... 10

C. Perkembangan Kognitif dan Karakteristik Siswa SMP... 12


(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Pendekatan Penelitian... 34

B. Sumber dan Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 37

F. Uji Keabsahan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP ... 94

A. Simpulan... 94

B. Keterbatasan Penelitian ... 95

C. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(11)

xi

Tabel 2.1: Jenis-jenis Penggunaan Versifikasi Rima Bentuk Internal

Pola Bunyi dalam Puisi Siswa... 41 Tabel 2.2: Jenis-jenis Penggunaan Versifikasi Rima Bentuk Internal

Pola Persamaan Bunyi Akhir Baris dalam Puisi Siswa ... 42 Tabel 3: Jenis-jenis Penggunaan Majas dalam Puisi Siswa SMP Negeri

Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 44 Tabel 4: Jenis-jenis Penggunaan Imaji dalam Puisi Siswa SMP Negeri

Kelas VIII di Kabupaten Sleman... 45 Tabel 5: Jenis-jenis Penggunaan Tema dalam Puisi Siswa SMP

Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 47 Tabel 6: Jenis-jenis Penggunaan Nada dan Suasana dalam Puisi

Siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 50 Tabel 7: Jenis-jenis Perasaan dalam Puisi Siswa SMP Negeri

Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 52 Tabel 8: Amanat dalam Puisi Siswa SMP Negeri Kelas VIII


(12)

xii

Diagram 1: Jenis-jenis Penggunaan Versifikasi dalam Puisi Siswa

SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 43 Diagram 2: Jenis-jenis Penggunaan Majas dalam Puisi Siswa SMP

Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 45 Diagram 3: Jenis-jenis Penggunaan Imaji dalam Puisi Siswa SMP Negeri

Kelas VIII di Kabupaten Sleman... 46 Diagram 4: Jenis-jenis Penggunaan Tema dalam Puisi Siswa SMP

Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 47 Diagram 5: Jenis-jenis Penggunaan Nada dan Suasana dalam Puisi

Siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman ... 51 Diagram 6: Jenis-jenis Perasaan dalam Puisi Siswa SMP Negeri

Kelas VIII di Kabupaten Sleman... 53 Diagram 7: Amanat dalam Puisi Siswa SMP Negeri Kelas VIII


(13)

xiii

Lampiran 2: Kode dan Judul Puisi Siswa SMP Negeri 2 Gamping... 100

Lampiran 3: Kode dan Judul Puisi Siswa SMP Negeri 2 Depok Tahun... 101

Lampiran 4: Kode dan Judul Puisi Siswa SMP Negeri 1 Ngaglik Tahun ... 102

Lampiran 5: Data Induk Struktur Fisik Siswa SMP di Kabupaten Sleman ... 103

Lampiran 6: Data Induk Struktur Batin Siswa SMP di Kabupaten Sleman ... 110

Lampiran 7: Puisi Siswa ... 134

Lampiran 8: Daftar SMP Negeri di Kabupaten Sleman... 146

Lampiran 9: Foto-foto Dokumentasi ... 148


(14)

xiv 12201244016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman berdasarkan struktur fisik dan struktur batin.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian yakni puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman sebanyak 60 puisi. Objek penelitian ini adalah struktur fisik (versifikasi, majas, dan pengimajian) dan struktur batin (tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat) pada puisi siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian ini adalah human instrument. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan dengan teknik baca dan catat. Keabsahan data diperoleh melalui reliabilitasintraraterdaninterater.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur fisik dan struktur batin pada puisi siswa cukup bervariasi. Berdasarkan struktur fisik puisi, versifikasi rima frekuensi kemunculan paling tinggi adalah ulangan bunyi asonani. Pada aspek majas frekuensi kemunculan paling tinggi adalah simile. Pada pengimajian frekuensi kemunculan paling tinggi adalah imaji visual. Unsur selanjutnya yaitu struktur batin. Dari berbagai tema yang digunakan, frekuensi kemunculan tinggi adalah tema alam. Aspek selanjutnya yaitu nada dan suasana, frekuensi kemunculan paling tinggi adalah nada dan suasana santai. Pada aspek perasaan frekuensi kemunculan paling tinggi adalah perasaan gembira. Terakhir penggunaan amanat, frekuensi kemunculan paling tinggi adalah amanat menjaga lingkungan alam.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sastra dapat memberikan pencerahan batin kepada siswa. Melalui pembelajaran sastra, siswa dapat merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa yang dibuat pengarang. Dengan demikian, siswa menjadi kaya akan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan inilah yang pada akhirnya akan meningkatkan kepekaan perasaan siswa terhadap kehidupan di sekitarnya sehingga membentuk pribadi yang berbudi pekerti luhur.

Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Kata puisi sering didengar, tetapi setiap diminta untuk menjelaskan puisi, sering kali menjumpai kesulitan karena begitu banyaknya ragam puisi. Menurut Aminuddin (2009: 134), puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.

Menulis puisi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Menulis puisi dapat menjadi media curahan hati, pikiran, dan emosi. Kegiatan menulis puisi juga dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan lebih manusiawi sehingga siswa bisa menjauhi perbuatan-perbuatan negatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, siswa dapat mengapresiasi karyanya dan membentuk kepercayaan diri dengan cara mempublikasikan dalam media cetak.


(16)

Kegiatan menulis puisi tidak hanya digunakan untuk memperdalam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa, namun juga dapat digunakan untuk melatih kreativitas siswa. Dewasa ini banyak kalangan yang tertarik pada puisi baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan puisi memberikan kenikmatan seni serta dapat membangkitkan semangat penulisnya. Memahami puisi dirasakan oleh kebanyakan orang lebih sulit jika dibandingkan jenis karya sastra lain. Hal ini disebabkan cara dan konvensi bahasa yang digunakan berbeda.

Pada penelitian awal yang dilakukan oleh Istimurti (2009: 94) diketahui bahwa kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII SMPN 21 Kota Serang masih tergolong rendah. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata siswa menulis puisi yaitu 54,70. Akan tetapi setelah dilakukan perlakuan berbagai siklus, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Pada prasiklus yaitu 25,64%, siklus I yaitu 38,56%, dan siklus II yaitu 84,61%.Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Laeli (2013: 4-5) yang menunjukkan bahwa dari awal penelitian sudah dapat diketahui bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran menulis puisi keindahan alam. Hal tersebut dapat dilihat dengan hasil tes menulis puisi keindahan alam yang menunjukkan nilai rata-rata kelas mendapat skor 78, artinya sudah mencapai nilai KKM yaitu 70.

Berdasarkan pembelajaran menulis puisi kelas VIII semester genap, terdapat dua kompetensi dasar terkait penulisan puisi. Salah satu kompetensi dasar adalah menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai, artinya siswa dapat menulis puisi dengan tema bebas serta menggunakan diksi atau


(17)

pilihan kata yang sesuai. Tema bebas ini nantinya akan mempermudah siswa menuangkan hasil imajinasinya ke dalam bentuk tulisan serta memudahkan siswa dalam memahami dan menyusun puisinya.

Karakteristik puisi dapat dilihat dari struktur fisik dan struktur batin. Strurktur fisik meliputi bahasa kias, bunyi bahasa, dan citraan, sedangkan struktur batin meliputi tema, nada dan sausana, perasaan, dan amanat. Karakteristik tersebut merupakan unsur-unsur yang harus ada dalam puisi. Dari hasil penelitian Agustina (2012: 4-5) diketahui bahwa siswa telah menyusun puisi sesuai dengan karakteristik puisi. Hasil karya puisi siswa yang baik dan sesuai dengan karakteristik biasanya akan dipasang di majalah dinding sekolah dan tidak jarang juga dimuat dalam majalah-majalah dan koran. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi salah satu sekolah di Kabupaten Sleman yaitu SMPN 2 Ngemplak, yang setiap semesternya menerbitkan majalah AKSBI (Ajang Kreasi Siswa Bimomartani) yang di dalamnya memuat hasil karya-karya siswa.

Pada penelitian ini, penulis fokus pada struktur fisik dan struktur batin pada puisi siswa. Berdasarkan paparan di atas, penulis ingin menganalisis puisi siswa yang difokuskan pada struktur fisik dan struktur batin yang muncul dalam puisi siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur fisik dan struktur batin yang terdapat pada puisi siswa. Hal ini dilakukan agar pembaca atau penulis mengetahui gambaran karakteristik siswa SMP Negeri Kelas VIII dalam membuat puisi.


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana persepsi siswa mengenai menulis puisi? 2. Bagaimana persepsi guru mengenai karya puisi siswa? 3. Bagaimana pembelajaran menulis puisi di sekolah? 4. Bagaimana karakteristik puisi siswa?

5. Bagaimana siswa mengapresiasi karya sastra terutama puisi? 6. Bagaimana hasil kreativitas siswa dalam menulis puisi? 7. Bagaimana struktur fisik puisi siswa?

8. Bagaimana struktur batin puisi siswa?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat diketahui bahwa masalah yang muncul dalam penelitian ini cukup bervariasi. Penelitian ini lebih terfokus, terarah, dan mendalam permasalahan dibatasi pada struktur fisik (versifikasi, majas, dan pengimajian) dan struktur batin (tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat) puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.


(19)

1. Bagaimanakah struktur fisik puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman berdasarkan versifikasi, majas, dan pengimajian?

2. Bagaimanakah struktur batin puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman berdasarkan tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur fisik (versifikasi, majas, dan pengimajian) puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman.

2. Mendeskripsikan struktur batin puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan tolok ukur kajian pada penelitian lebih lanjut yaitu berupa alternatif yang dapat dipertimbangkan dalam usaha memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi. Manfaat teoretis lainnya adalah menambah kajian keilmuan yang


(20)

memberikan bukti tentang keefektifan model pembelajaran sinektik dalam pembelajaran menulis puisi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi empat, yaitu bagi peneliti, siswa, guru, dan sekolah.

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan pembelajaran menulis puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII.

b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran siswa dalam menulis puisi.

c. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan usaha guru dalam pembelajaran menulis puisi bagi siswanya.

d. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII.

G. Batasan Istilah

Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata itu mewakili makna yang lebih luas dan lebih banyak.


(21)

Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan bahasa figuratif.

Unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin. Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengikat keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Pertama, yang termasuk struktur fisik, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi. Kedua, yang termasuk dalam struktur batin, yaitu tema, nada dan suasana, feeling, dan amanat.


(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Sastra di SMP

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 57). Pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu pembelajaran adalah serangkaian proses yang dilakukan guru agar siswa belajar dan dari sudut pandang siswa, pembelajaran merupakan proses yang berisi seperangkat aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar (Abidin, 2013: 3). Berdasarkan dua pengertian ini, pada dasarnya pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu dalam bimbingan dan arahan serta motivasi dari seorang guru (Abidin, 2013: 3).

Pembelajaran sastra diorientasikan agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman bersastra. Pengetahuan sastra, artinya siswa mampu memahami karya sastra disertai dengan pengetahuan tentang teori, sejarah, dan kritik sastra. Pengalaman bersastra, artinya siswa harus mampu memiliki pengalaman dalam berkreasi dan berekspresi sastra (Abidin, 2013: 215).

Rosenblatt (dalam Gani 1988: 1-2) menegaskan bahwa pembelajaran sastra melibatkan peneguhan kesadaran tentang sikap etik. Siswa dihadapkan pada masalah kehidupan sosial yang digelutinya sepanjang hari di tengah masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa prinsip yang memungkinkan agar


(23)

pembelajaran sastra dapat berfungsi dengan baik. Pertama, Siswa diberi kebebasan untuk menampilkan respon dan reaksinya. Kedua, siswa diberi kesempatan untuk mempribadikan dan mengkristalkan rasa pribadinya terhadap cipta sastra yang dibaca serta dipelajarinya. Ketiga, guru berusaha menemukan butir-butir kontak di antara pendapat para siswa. Keempat, peran dan pengaruh guru merupakan daya dorong terhadap penjelajahan pengaruh di dalam sastra itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa harus mampu mengajarkan siswa tentang teori-teori yang harus siswa kuasai sebelum ia melakukan praktik berkaitan dengan pembelajaran sastra Rosenblatt (dalam Gani 1988: 2-3).

Pada penelitian yang dilakukan Anindyarini (2014: 6), bahwa pembelajaran apresiasi sastra menjadikan siswa berpikir lebih dewasa. Selain persepsi dari guru, persepsi juga diperoleh dari siswa. Persepsi siswa terhadap pembelajaran apresiasi sastra bahwa pembelajaran apresiasi sastra itu menarik karena banyak belajar tentang kehidupan dan menjadikan siswa kreatif.

Pada kurikulum KTSP pembelajaran sastra siswa SMP Kelas VIII semester II mengikuti standar kompetensi (SK). Terdapat empat kategori sastra yang digolongkan ke dalam masing-masing keterampilan, yakni keterampilan mendengarkan pada SK 13. Siswa mampu memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan, keterampilan berbicara pada SK 14. Siswa mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi, keterampilan membaca pada SK 15. Siswa memahami buku novel remaja


(24)

(asli atau terjemahan) dan antologi puisi, dan keterampilan menulis pada SK 16. Siswa mampu mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas.

B. Pembelajaran Menulis Puisi di SMP

Menulis puisi dapat membuat seseorang menggunakan kata-kata secara konotatif, menyusun irama, dan bunyi. Menyusun baris dan bait serta Tata Wajah (Tipografi) yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan (Saini, 1993: 153). Pedoman menulis puisi adalah penyair pemula (siswa) berusaha sebaik-baiknya menuliskan apa yang ada dalam hatinya dengan jelas dan konkret. Artinya, apa yang ditulis harus jelas bagi dirinya sehingga jelas pula bagi orang lain. Apabila puisi yang ditulis siswa jelas, pesan yang ingin disampaikan lebih mudah dipahami oleh penikmat puisi.

Pengalaman-pengalaman penyair dapat menjadi inspirasi untuk menulis sebuah puisi. Pengalaman tersebut berasal dari berbagai hal seperti alam maupun keadaan sosial sekitar. Menulis puisi pada hakikatnya merupakan proses pemberian bentuk pengalaman itu lewat bahasa pilihannya (Sayuti, 2000: 65).

Pembelajaran menulis puisi perlu ditanamkan kepada siswa di SMP sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk mengapresiasikan puisi dengan baik. Menulis puisi bukan hanya ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan berpengaruh mempertajam terhadap kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah kemanusiaan. Kemampuan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting dalam proses pembelajaran menulis puisi. Pada pembelajaran menulis puisi, peran guru sebagai fasilitator sangat penting. Guru hendaknya mampu mengajarkan pengetahuan sastra


(25)

terutama puisi secara detail kepada siswa sebagai salah satu dasar mereka dalam kegiatan menulis puisi. Pembelajaran menulis puisi dapat terlaksana dengan baik apabila ada kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Cara guru dalam mengajar puisi diduga masih menggunakan cara tradisional seperti ceramah dan penugasan. Guru mengajarkan puisi hanya dari buku-buku sastra berupa kumpulan puisi ataupun contoh puisi. Guru juga jarang mengunakan media dalam pembelajaran sastra termasuk pembelajaran puisi.

Menurut Sulistyorini (2010: 11), menulis puisi merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mengungkapkan perasaan, ide, gagasan dalam wujud tulisan dengan memperhatikan syarat-syarat unsur pembangun puisi. Kemuadian, Sulistyorini (2010: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran menulis puisi memiliki manfaat, yaitu siswa dapat mengekspresikan pikirannya melalui bahasa yang indah dalam puisi dan siswa dapat menjadikan puisi sebagai media untuk menuangkan segala hal yang dirasakan. Siswa juga semakin terasah kreativitasnya melalui menulis puisi.

Pada kurikulum Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang harus dibelajarkan dan dikuasai oleh siswa (Sulistyorini, 2010: 12). Berdasarkan pembelajaran menulis puisi kelas VIII semester II, terdapat dua kompetensi dasar.

KD 16.1 Siswa mampu menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.

KD 16.2 Siswa mampu menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan.

Pada KD 16.1 siswa dapat menulis puisi dengan tema bebas serta menggunakan diksi atau pilihan kata yang sesuai dan pada KD 16.2 siswa dapat


(26)

menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan. Tema bebas ini nantinya akan mempermudah siswa menuangkan hasil imajinasinya ke dalam bentuk tulisan serta memudahkan siswa dalam memahami dan menulis puisi. C. Perkembangan Kognitif dan Karakteristik Siswa SMP

Memahami perkembangan kognitif remaja tidak bisa terlepas dari tokoh terkemuka Jean Piaget (1896-1980). Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2011: 48) bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecderdasan (intellegence) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangannya sesuai dengan usianya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarki. Artinya, harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget (dalam Budiningsih, 2004: 37-40) membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, pertama tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), keduatahap preoperasional (usia 2-7 tahun), ketiga tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), dan keempattahap operasional formal (usia 11-18 tahun).

Perkembangan intelektual remaja rata-rata pada tahap keempat (kemampuan berpikir abstrak) yang menunjukkan perhatian seseorang kepada kejadian dan peristiwa yang tidak kekal (Baharuddin, 2014: 118). Tahap


(27)

operasional formal, diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Menurut Baharuddin (2014: 117), remaja memiliki karakteristik intelektual pada tahapan operasional formal.Pertama, mampu memecahkan masalah yang abstrak. Artinya, mampu menemukan sebuah cara yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya, struktur fisik puisi siswa pada bunyi tidak beraturan, belum bisa memilih majas, terdapat citraan yang belum jelas sedangkan struktur batin puisi siswa tema masih terlalu monoton, nada dan suasana yang digunakan hanya yang tengah dirasakan. Kedua, dapat berpikir logis, artinya meningkatkan daya nalar, kreativitas, daya kritis, dan membangkitkan rasa ingin tahu. Misalnya, siswa dapat menyusun puisi dengan memperhatikan struktur fisik berupa bunyi, majas, citraan, serta struktur batin berupa tema yang berkesinambungan dengan amanat yang disampaikan. Ketiga, mengembangkan kepribadian, artinya adanya dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimilik dengan kegiatan yang sesuai dengan kepribadian individu masing-masing. Misalnya, seorang penyair akan selalu mempunyai dorongan untuk dapat menciptakan karya baru dengan memperhatikan struktur fisik berdasarkan bunyi, majas, citraan dan struktur batin berdasarkan tema, nada dan suasana, perasaan, amanat yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir dalam menghasilkan karya sastra dipengaruhi oleh kematangan otak yang mampu menunjukkan fungsinya secara baik. Selain itu, pikiran remaja juga dipengaruhi


(28)

lingkungan dan ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap berbagai macam karya sastra (Baharuddin, 2014: 118).

D. Unsur-unsur Puisi

Pada hakikatnya puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan penyair secara imajinatif. Menurut Aminuddin (2009: 134), puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. Menurut Sayuti (2010: 3-4), puisi merupakan bentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi tersebut mampu membangkitkan pengalaman dalam diri pembaca. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu karya imajinatif yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran pembaca akan pengalaman dan mengandung pesan kepada pembaca.

Menurut Aminuddin (2009: 134-136), dilihat dari bentuk maupun isinya, puisi dapat dibagi menjadi beberapa macam.

1. Puisi Epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan.

2. Puisi Naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa yang menjalin suatu cerita.


(29)

3. Puisi Lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

4. Puisi Dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.

5. Puisi Didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit.

6. Puisi Satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih.

8. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.

9. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun sikap kepahlawanan.

10.Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.

Secara umum unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin. Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur yang saling mengkait keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Menurut Waluyo (1987: 72-133), yang termasuk struktur fisik, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan yang


(30)

termasuk dalam struktur batin, yaitu makna, tema, amanat, feeling, dan suasana. Berikut ini diuraikan masing-masing struktur fisik dan struktur batin puisi.

1. Struktur Fisik

Menurut Waluyo (1987: 72-100), struktur fisik mencakup adalah diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah (tipografi). Berikut adalah enam macam unsur yang termasuk struktur fisik.

a. Diksi

Diksi atau pemilihan kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolute dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda (Waluyo, 1987: 73). Peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata adalah segala-galanya dalam puisi. Begitu pentingnya diksi dalam puisi, sehingga ada yang menyatakan bahwa diksi merupakan esensi penulisan puisi.

Abrams (dalam Wiyatmi, 2008: 63), menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra. Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan maksud yang diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, dan harus mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan.


(31)

Berikut contoh puisi yang di dalamnya terdapat diksi berjudul “Karawang Bekasi” karya Chairil Anwar (dalam Waluyo, 1987: 75).

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa

Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang-kenanglah kami

Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang-kenanglah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi b. Pengimajian

Menurut Waluyo (1987: 78), pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian disebut juga pencitraan. Sejalan dengan pendapat Effendi (dalam Waluyo, 1987: 80-81), menyatakan bahwa pengimajian dalam sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau


(32)

menggugah timbulnya imaji dalam diri pembacanya, sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hati untuk melihat benda-benda, warna, dengan telinga hati mendengar bunyi-bunyian, dan dengan perasaan hati dapat menyentuh kesejukkan dan keindahan benda dan warna.

Berikut contoh puisi yang di dalamnya terdapat imaji visual dan auditif berjudul “Malam dalam Lamunan” karya Amie ES (dalam Sarumpaet,2002: 143).

Di langit bintang bertebaran

di ujungnya bulan tampak segelintir membisikkan sekelumit resahku mengulir kataku dalam bisu mendera sebuah angan-angan

jengkerik menembang di balik rumput suara khas malam

sunyi di batas lamunan kucari lagi rindu terpisah tak pernah ada dalam lamunan

Pada kutipan puisi di atas, imaji penglihatan terdapat pada barispertama dan imaji pendengaran terdapat pada baris keenam dan kedelapan. Menurut Waluyo (1987: 79), ada tiga macam imaji yang ditimbulkan, yaitu imaji visual, imaji auditif, dan imaji taktil (cita rasa).

c. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Disini kata-kata konkrit dimaksudkan untuk menyaran kepada arti menyeluruh. Hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

Waluyo (1987: 81), mengatakan bahwa dengan kata yang diperkonkret, dapat membuat seorang pembaca membayangkan secara jelas peristiwa atau


(33)

keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Sebagai contoh dikemukakan oleh Waluyo (1987: 81) tentang bagaimana penyair melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis gembel. Penyair mempergunakan kata-kata “gadis peminta-minta” contoh lainnya, untuk melukiskan dunia pengemis yang penuh kemayaan, penyair menulis:Hidup dari kehidupan angan-angan yang gembira dari kemayaan ruang. Untuk melukiskan kedukaannya, penyair menulis “bulan di atas tidak ada yang punya/kotaku hidupnya tak punya tanda”. Untuk mengkonkretkan gambaran jiwa yang penuh dosa digunakan; aku hilang bentuk/remuk. Berikut contoh puisi yang di dalamnya terdapat kata konkret berjudul “Doa” karya Amir Hamzah (dalam Waluyo, 1987: 82).

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku? Dengan senja samar sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik

Angin malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir, membawa angan ke bawah kursimu.

Hatiku terang menerima katamu, bagai bintang memasang lilinnya. Kalbuku terbuka menunggu kasihmu, bagai sedap-malam menyirak kelopak

Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu,

biar bersinar mataku sendu, biar berbinar gelakku rayu d. Majas

Kehadiran majas dalam sebuah puisi menjadikan sajak-sajak dalam puisi menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan. Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Menurut Waluyo (1987: 83), majas atau figurative languagemerupakan bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang


(34)

menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna lambang. Kiasan atau gaya bahasa memiliki beberapa jenis, di antaranya metafora, simile, personifikasi, hiperbola, sinekdoce, dan ironi, sedangkan yang termasuk pelambangan, yakni lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, dan lambang suasana (Waluyo, 1987: 84-89).

1) Metafora

Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan tidak disebutkan jadi ungakpannya langsung berupa kiasan (Waluyo, 1987: 84). Kiasan ini dapat dilihat dari kutipan puisi berjudul “Padamu Jua” karya Amir Hamzah (dalam Sayuti, 2010: 198).

Habis kikis

Segala cintaku terbang hilang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu

Pada kutipan puisi di atas, upaya mengonkretkan Engkau Ilahiah dapat dicermati pada bait II. Di sana dimunculkan pembanding: kandil kemerlap, yaitu pelita yang menyala kelap-kelip. Perbandingan tersebut membuat sifat Tuhan Yang Maha Penerang menjadi lebih nyata dalam rongga imajinasi pembaca, sebab yang terlihat dan terasakan dalam diri pembaca adalahkandilyangkemerlap. 2) Simile

Kiasan yang tidak langsung disebut perbandingan atau simile. Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata seperti, laksana, bagaikan, bagai, bak, seumpama (Waluyo, 1987: 84). Kiasan ini dapat


(35)

dilihat dari kutipan puisi yang berjudul “Kampung” karyaSubagio Sastrowardojo (dalam Sayuti, 2010: 196).

Kalau aku pergi ke luar negeri, dik Karena hawa di sini sudah pengap oleh pikiran-pikiran beku

Hidup di negeri ini seperti di dalam kampung

Di mana setiap orang ikin bikin peraturan mengenai lalu lintas di gang, jaga malam dan daftar diri di kemantren

Pemakaian kiasan simile dalam kutipan di atas, tampak pada unit sintaksis “hidup di negeri ini seperti di dalam kampung”, yang kemudian diikuti oleh unit-unit sintaksis yang terdapat pada bait-bait berikutnya sebagai penjelas pemakaian simile tersebut: “Di mana setiap orang ikin bikin peraturan / mengenai lalu lintas di gang, jaga malam / dan daftar diri di kemantren”. Pemanfaatan kiasan ini menjadi lebih jelas apa yang hendak diungkapkan dalam puisi tersebut, yakni tentang ketidakbetahan seseorang menghadapi lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun psikis.

3) Personifikasi

Personifikasi adalah keadaan atau peristiwa alam yang dikiaskan sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia, benda mati dianggap sebagai manusia (Waluyo, 1987: 85). Kiasan ini dapat dilihat dari puisi berjudul “Surat Untuk Ayah” yang diunduh melaluihttp://www.duniapuisi.com.

Ayah, air mataku bermain-main di atas kertas Ditemani pena yang menari-nari

Meninggalkan jejak tinta di kertas berhelai Aku rindu padamu Ayah.

Mengapa waktu tak kunjung menyerah

Sehingga takdir memberikan keindahan pertemuan Bukankah tak semua harta membahagiakan


(36)

Ayah, jangan biarkan aku sendiri Karena memang aku tak sanggup sunyi Menerkam hampa

Di dalam jiwa tanpa sang Imam keluarga

Puisi di atas, personifikasinya berupa pemberian sifat-sifat manusia terdapat pada bait pertama. Pada baris pertamaAyah, air mataku bermain-main di atas kertas dan pada baris kedua Ditemani pena yang menari-nari. Ungkapan personifikatif tersebut berperan dalam membangun keseluruhan dan keutuhan ekspresi puitik.

4) Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan, penyair merasa melebih-lebihkan hal yang dibandingkan agar mendapatkan perhatian dari pembaca (Waluyo, 1987: 85). Berikut contoh kutipan puisi yang menggunakan kiasan hiperbola berjudul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar (dalam Pradopo, 2007: 97-98).

Baik-baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapijangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku.

Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau dating Sembarang kau merebah.

Puisi di atas, kiasan hiperbola terdapat pada bait I baris ketiga dan keempat. Bait II dan III dikombinasi dengan penjumlahan, maksudnya untuk lebih


(37)

mengintensifkan pernyataan. Dengan demikian, lukisan tersebut menjadi sangat mengerikan dan menakutkan, perasaan dosa menjadi sangat terasa.

5) Sinekdoce

Sinekdoce merupakan kiasan yang menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (Waluyo, 1987: 85). Sinekdoce dibagi menjadi dua jenis yaitutotem pro parte danpart pro toto. Disebut totem pro parte apabila menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian. Sinekdoce part pro toto apabila menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.

6) Ironi

Ironi adalah pernyataan yang maknanya bertentangan dengan apa yang dinyatakan atau bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran (Waluyo, 1987: 86). Berikut contoh kutipan puisi berjudul Sajak Seonggok Jagung karya W.S. Rendra (dalam Waluyo, 1987: 85).

Apakah gunanya pendidikan

Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing Di tengah kenyataan persoalannya

Apakah gunanya pendidikan Bila hanya mendorong seseorang Menjadi laying-layang di ibu kota Kikuk pulang ke daerahnya?

Kutipan puisi di atas bermaksud penyair ingin menggambarkan kehidupan seorang guru dengan tujuan untuk menyindir guru-guru yang menyelewengkan wewenangnya demi memenuhi kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik generasi muda.


(38)

e. Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

Menurut Waluyo (1987: 90), bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Digunakan kata rima untuk mengganti istilah persajakan pada sistem lama karena diharapkan penempatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris, namun juga untuk keseluruha baris dan bait. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi.

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi puisi untuk membentuk musikalitas dan orkestrasi. Pengulangan bunyi bertujuan agar puisi menjadi merdu jika dibaca. Dalam rima terdapat onomatope, bentuk intern pola bunyi, dan pengulangan kata/ungkapan.Pertama, onomatope merupakan tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Menurut Sutradji (dalam Waluyo, 1987: 91), contoh penggunaan kata-kata onomatope pada puisi seperti: ngiau, huss, puss, wau, haha, dan lain sebagainya. Kedua, bentuk intern pola bunyi. Menurut Boulton (dalam Waluyo, 1987: 92), yang dimaksud bentuk internal ini adalah aliterasi, asonansi, persamaan awal, dan persamaan bunyi pada akhir baris (sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk). Alietrasi merupakan persamaan bunyi konsonan pada suku kata pertama. Asonansi merupakan ulangan bunyi vokal pada kata-kata tanpa selingan persamaan bunyi konsonan. Sajak berselang ialah persamaan bunyi dengan pola /ab, ab, cd, ef, ef/. Sajak berangkai ialah persamaan bunyi dengan pola /aa, bb, cc, dd/. Sajak berpeluk ialah persamaan bunyi dengan pola /abba, cddc, baab/. Ketiga, pengulangan kata/ungkapan. Menurut Boulton (dalam Waluyo, 1987: 93),


(39)

menyatakan bahwa pengulangan bunyi/kata/frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni.

2) Ritma

Ritma berhubungan dengan bunyi dan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Menurut Muljana (dalam Waluyo. 1987: 94), ritma merupakan pertentangan bunyi tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemas, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Ritma puisi berbeda dengan metrum (mantra). Berikut adalah contoh puisi yang di dalamnya terdapat perulangan bunyi berjudul “Salju” karya Wing Kardjo (dalam Aminuddin, 2009: 136-137).

Ke manakah pergi mencari matahari ketika salju turun pohon kehilangan daun Ke manakah jalan mencari lindungan ketika tubuh kuyup dan pintu tertutup Ke manakah lari mencari api ketika bara api padam tak berarti Ke manakah pergi selain mencuci diri

Pada contoh puisi di atas, terdapat perulangan bunyi asonansi atau bunyi vokal /e/ seperti pada baris pertama bait I ke manakah pergi. Perulangan bunyi aliterasi atau perulangan bunyi konsonan /n/ terdapat pada baris keempat bait I pohon kehilangan daun. Puisi tersebut juga terdapat perpaduan bunyi-bunyi antara


(40)

setiap akhir bait, sehingga menimbulkan pola persajakan (aa, bb, cc, dd) yang biasa disebut sajak berangkai.

f. Tata Wajah (Tipografi)

Menurut Waluyo (1987: 97), tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, yang biasa disebut sebagai ciri eksistensi sebuah puisi. Berikut adalah contoh tipografi yang terdapat pada puisi berjudul “Pergi!” karya Ayudya W. (dalam puisi terbaik

siswa SMPN 9 Semarang yang diunduh melalui

http://anitamisriyahmissy.blogspot.co.id). Aku ingin pergi

Pergi sejauh planet berputar Aku ingin pergi

Dari semua hal menyakitkan Aku ingin pergi

Walau hanya sekejap Aku ingin pergi

Walau masalah dating tiba-tiba Aku ingin pergi

Merasakan hawa sejuk kedamaian Aku ingin pergi

Untuk lebih bahagia

Menurut Wiyatmi (2008: 71), bentuk visual merupakan salah satu unsur puisi yang paling mudah dikenal. Bentuk visual meliputi penggunaan tipografi dan susunan baris (bait). Bait dalam puisi tidak terikat oleh aturan-aturan paragraf. Peranan bait adalah untuk menciptakan tipografi puisi dan penekanan gagasan serta loncatan gagasan.


(41)

2. Struktur Batin Puisi

Menurut Waluyo (2002: 17), struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada dan suasana penyair, dan amanat. Keempat unsur tersebut menyatu dalam wujud penyampaian bahasa penyair.

a. Tema

Tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya (Waluyo, 2002: 17). Pembaca harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi. Berikut contoh puisi dari Gema Tanah Air (dalam Sarumpaet, 2002: 35).

Rumput kering kemuning terhampar luas.

Gemetar tampak hawa panas atas padang sunyi.

Ah, rumput, akarmu jangan turut Mengering

Puisi di atas bertemakan tumbuhan. Tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya). Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema ketuhanan (religius), tema kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan, kegagalan hidup, alam, keadilan, kritik sosial, demokrasi, dan tema kesetiakawanan.

b. Nada dan Suasana Puisi

Selain tema, puisi juga mengungkapkan nada dan susasana kejiwaan. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca (Waluyo, 2002: 37). Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor


(42)

(bergurau), mencemooh, karismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya. Nada patriotik misalnya terdapat dalam puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar.

Di masa pembangunan ini tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti

Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri

Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti

Sudah itu mati. MAJU

Bagimu Negeri Menyediakan api.

Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai

Maju Serbu Serang Terjang c. Perasaan dalam Puisi

Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Pembacaan puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair yang melatarbelakangi terciptanya puisi. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, patah hati, tercekam, takut, dan menyesal (Waluyo, 2002: 40). Perasaan terharu terhadap suatu peristiwa terdapat dalam puisinya Hartoyo Andangjaya yang berjudul “Dari Seorang Guru kepada Muridnya”.

Adakah yang kupunya, anak-anakku selain buku-buku dan sedikit ilmu sumber pengabdianku kepadamu.

Kalau hari Minggu kau datang ke rumahku aku takut, anak-anakku


(43)

kursi-kursi tua yang di sana dan meja tulis sederhana

dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya semua padamu akan bercerita

tentang hidupku di rumah tangga Ah, tentang ini tak pernah aku bercerita

depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja horison yang selalu biru bagiku

karena kutahu, anak-anakku engkau terlalu muda

engkau terlalu bersih dari dosa untuk mengenal ini semua d. Amanat Puisi

Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi (Waluyo, 2002: 40). Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amanat puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal. Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

Puisi Hartoyo Andangjaya yang berjudul “Dari Seorang Guru kepada Murid-muridnya” menampilkan kemiskinan hidup seorang guru. Keceriaan di kelas tidak tergambar di rumahnya yang miskin dengan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya, kursi-kursi tua, dan meja tulis sederhana yang tidak pernah diceritakan oleh guru itu di depan kelas. Tema puisi tersebut adalah kritik sosial terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan nasib guru. Amanat dari puisi tersebut adalah perbaikilah nasib guru, muliakanlah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, hormatilah guru yang hidupnya menderita namun tetap berbakti dengan penuh semangat, dan jangan menilai harkat guru dari harta kekayaan tetapi dari keseluruhan martabatnya.


(44)

E. Hubungan Perkembangan Kognitif dan Menulis Puisi Siswa

Perkembangan kognitif siswa berperan penting dalam tingkah laku dan hasil belajar siswa. Pola pikir dan tingkah laku siswa merupakan hasil dari fungsi kognitif. Fungsi kognitif siswa setelah diaplikasikan maka akan timbul implikasinya dalam pembelajaran, yaitu siswa menjadi lebih mudah dalam memproses informasi atau pengetahuan yang akan didapatkan, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.

Menulis puisi pada hakikatnya merupakan proses pemberian bentuk pengalaman lewat bahasa pilihannya (Sayuti, 2000: 65). Puisi itu sendiri memang merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2007: 7). Dapat disimpulkan, bahwa menulis puisi adalah kegiatan menyampaikan ide, perasaan, pikiran, atau gagasan ke dalam sebuah bentuk kata-kata indah dalam susunan terindah yang memiliki makna daya imajinasi yang kuat berdasarkan pengamatan sepintas. Menurut Sulistyorini (2010: 12), pembelajaran menulis puisi memiliki manfaat, yaitu siswa dapat mengekspresikan pikirannya melalui bahasa yang indah dalam puisi dan siswa pun dapat menjadikan puisi sebagai media untuk menuangkan segala hal yang dirasakan. Siswa juga semakin terasah kreativitasnya melalui menulis puisi.

Remaja bukanlah generasi yang berdiam diri melihat perubahan sosial. Remaja juga mampu menyuarakan ketimpangan–ketimpangan sosial. Tema dan ide-ide yang ditampilkan selaras dengan pikiran, emosi, cita–cita, hasrat, dan sikap kaum remaja. Puisi remaja tidak berarti memiliki nilai lebih rendah dari puisi para penyair yang sudah terkenal. Dengan demikian, puisi remaja tetap


(45)

diperhitungkan dalam perpuisian Indonesia juga dalam pembelajaran karena dalam puisi remaja nilai–nilai sastra.

Dilihat dari segi jenis puisi, karakteristik puisi siswa SMP yang sering muncul, yakni puisi lirik, puisi epik, puisi naratif, puisi dramatik, romance, dan ode. Hal tersebut dikarenakan siswa masih berada pada tahap proses berpikir logis. Pada tahap tersebut siswa meningkatkan daya nalar, kreativitas, daya kritis, dan membangkitkan rasa ingin tahu untuk dijadikan ide suatu karyanya.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang dilakukan oleh Reny Astuti (2013) yang berjudul Karakteristik Gaya Bahasa dalam Puisi Karya Siswa Kelas VII SMPN 14 Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten. Sumber data penelitian ini adalah puisi karya siswa kelas VII B dan kelas VII D SMP Negeri 14 Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini adalah jenis, wujud, dan makna gaya bahasa pada puisi siswa. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif. Keabsahan data diperoleh melalui validitas (semantis, referensial, expert judgement) dan reliabilitas (intrarater). Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Reny adalah sama-sama mendeskripsikan karakteristik puisi karya siswa dan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian Astuti menunjukkan bahwa terdapat 2 wujud satuan gaya bahasa yang ditemukan, yaitu satuan kata dan satuan kalimat atau sintaksis. Adapun menurut jenisnya, terdapat 11 jenis gaya bahasa, yaitu gaya bahasa retorik


(46)

ritense, repetisi, metafora, simile, perumpamaan epos, personifikasi, metonimi, sinekdoke pars pro toto, pertanyaan retorik, pleonasme, dan paralelisme. Makna gaya bahasa diklasifikasikan menjadi sebanyak kenam, yaitu (1) mempertanyakan situasi jiwanya, (2) alam sebagai tempat tinggal, (3) perasaan yang takterungkap, (4) situasi/ keadaan yang tentram, (5) perbuatan manusia yang tidak menjaga kelestarian alam, dan yang ke (6) kekaguman pada keindahan alam.

Penelitian kedua dilakukan oleh Muakibatul Hasanah (2013) dengan judul “Karakteristik Struktural-Semiotik Puisi-Puisi Karya D. Zawawi Imron”. Hasil penelitian Muakibatul bahwa karakteristik puisi-puisi karya D. Zawawi Imron ditandai hal-hal berikut. Pertama, diksi yang digunakan meliputi kata-kata konkret dan konotatif yang berhubungan dengan lingkungan alam, sosial, dan spiritual. Kedua, majas yang terbentuk dari diksi yang terbanyak adalah metafora, diikuti personifikasi, dan sedikit simile. Ketiga, gaya bahasa yang digunakan adalah gaya deskriptif, parafrastis, paradoks, simbolik, klimaks, dan ironi. Keempat, citraan yang terbentuk dari penggunaan majas dan gaya bahasa adalah citraan taktil, visual, dinamik, dan auditif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Hasanah adalah sama-sama mendeskripsikan karakteristik puisi dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitan ini dengan penelitian Muakibatul, yakni penelitian ini fokus pada karaktersitik puisi karya siswa bedasarkan struktur fisik (bunyi, majas, citraan) dan struktur batin (tema, nada dan suasana, perasaan, amanat) sedangkan penelitian Muakibatul fokus pada struktural-semiotik puisi-puisi karya D. Zawawi Imron.


(47)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nur’aini (2014) dengan judul “Karakteristik Puisi Karya Siswa Kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang”. Penelitian Nur’aini fokus pada karakteristik penggunaan diksi, karakteristik penggunaan gaya bahasa, karakteristik pemilihan Tata Wajah (Tipografi) puisi, karakteristik dalam penciptaan rima, dan karakteristik dalam hal penentuan tema.

Hasil penelitian Nur’aini menunjukkan bahwa puisi karya siswa kelas VIII Akselerasi SMPN 5 Malang memiliki karakteristik tersendiri dilihat dari segi penggunaan diksi, penggunaan gaya bahasa, pemilihan Tata Wajah (Tipografi), penciptaan rima, dan penentuan tema. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Nur’aini adalah sama-sama mendeskripsikan karakteristik puisi karya siswa dan menggunakan metode deskriptif kualitatif.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Boydan dan Taylor (dalam Moleong, 2002: 4) mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang terkumpul kemudian dianalisis bersifat kualitatif. Jenis penelitian deskriptif kualitatif disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alami. Objek yang diteliti bersifat alamiah, berkembang sesuai keadaan sebenarnya tanpa dimanipulasi. Kehadiran peneliti dalam situasi ini tidak berpengaruh apapun terhadap objek.

B. Sumber dan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman, terdapat 54 SMP Negeri (terdapat pada lampiran). Sampel dalam penelitian ini adalah sekolah yang dipilih secara acak dari populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling digunakan untuk mengkategorikan SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Penentuan kategori tersebut berdasarkan


(49)

wilayah sekolah yang datanya diperoleh dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman.

Berdasarkan pembagian wilayah daerah yang diperoleh, MGMP mengkategorikan SMP Negeri di Kabupaten Sleman menjadi empat korwil, yaitu utara, timur, tengah, dan barat.

Tabel 1:Kategorisasi Sekolah Berdasarkan Pembagian Wilayah Daerah

No. Korwil Nama Sekolah

1. Utara

SMPN 2 Ngemplak SMPN 1 Cangkringan SMPN 1 Pakem SMPN 1 Turi

2. Timur

SMPN 1 Kalasan SMPN 1 Prambanan SMPN 2 Depok SMPN 1 Berbah

3. Tengah

SMPN 1 Ngaglik SMPN 1 Mlati SMPN 3 Sleman SMPN 1 Seyegan

4. Barat

SMPN 1 Godean SMPN 1 Minggir SMPN 2 Gamping SMPN 1 Moyudan SMPN 1 Tempel

Setelah dilakukan pengkategorian pada seluruh populasi, dilanjutkan penentuan sampel dengan teknikpuposive sampling.Puposive samplingbertujuan untuk memilih sampel dari setiap wilayah. Pada penelitian kali ini, terpilih empat sekolah yang mewakili kategori masing-masing wilayah, yaitu SMPN 2 Ngemplak mewakili korwil utara, SMPN 2 Depok mewakili korwil timur, SMPN 1 Ngaglik mewakili korwil tengah, dan SMPN 2 Gamping mewakili korwil barat. Selanjutnya, dari keempat SMP tersebut, digunakan lagi teknik purposive sampling untuk menentukan jumlah data yang akan diambil. Pengambilan data


(50)

dilaksanakan pada saat KBM menulis puisi berlangsung. SMPN 2 Ngemplak terdiri dari 6 kelas kemudian 3 kelas untuk pengambilan data yang masing-masing kelas diambil 5 sampel, SMPN 2 Gamping terdiri dari 4 kelas kemudian 3 kelas untuk pengambilan data yang masing-masing kelas diambil 5 sampel, SMPN 2 Depok terdiri dari 4 kelas 2 kelas untuk pengambilan data yang masing-masing kelas diambil 7 sampai 8 sampel, dan SMPN 1 Ngaglik terdiri dari 6 kelas kemudian 3 kelas untuk pengambilan data yang masing-masing kelas diambil 5 sampel. Hal tersebut bertujuan untuk mereduksi data yang dipilih. Puisi yang dipilih diutamakan yang memiliki kelengkapan unsur struktur fisik dan struktur batin. Setiap sekolah diambil sebanyak 15 puisi siswa sehingga total sampel yang diperoleh adalah 60 puisi siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, penulis mencari dan mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan puisi karya siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman sebanyak 60 sampel. Puisi tersebut merupakan hasil dari keterampilan menulis siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik riset kepustakaan menggunakan metode simak dengan teknik baca dan catat. Penggunaan metode simak dikarenakan penelitian memang berupa penyimakan, dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan struktur fisik dan batin.


(51)

Pengumpulan data menggunakan teknik baca karena cara yang digunakan dalam memperoleh data dilakukan dengan cara membaca penggunaan isi. Teknik catat dilakukan untuk mencatat dan mengklasifikasikan struktur-struktur yang telah dicatat. Langkah-langkah dalam membaca dan mencatat data adalah sebagai berikut.

1. Membaca minimal sebanyak 3 kali hingga paham agar peneliti dapat memahami keseluruhan isi puisi.

2. Mengidentifikasi dan mencatat struktur fisik puisi yang berupa versifikasi, majas, dan pengimajian.

3. Mengidentifikasi dan mencatat struktur batin yang berupa tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri yang didukung oleh pengetahuan tentang seperangkat teori puisi. Pada penelitian ini, peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya (Moleong, 2002: 121).

E. Teknik Analisis Data

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa puisi karya siswa Kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Teknik analisis data adalah kegiatan pemaknaan data yang telah diperoleh dari struktur fisik dan struktur batin dalam puisi karya siswa. Teknis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini


(52)

adalah teknik deskriptif kualitatif. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi data.

Pada langkah ini penulis mengambil data sesuai sampel dari berbagai sekolah yang akan dijadikan penelitian, memilah-milah data berupa puisi siswa dari tiap sekolah, dan mengidentifikasi struktur fisik berupa versifikasi, majas, dan pengimajian, kemudian struktur batin berupa tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat.

2. Mendeskripsikan data.

Setelah mendapatkan sampel, penulis membagi data menjadi beberapa bagian dan mendeskripsikan data sesuai struktur fisik berupa versifikasi, majas, dan pengimajian, kemudian struktur batin berupa tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat.

3. Mengklasifikasikan data yang terkumpul dalam bentuk tabel.

Penulis membagi data sesuai unsur dan membuat tabulasi data mengenai struktur fisik berupa versifikasi, majas, dan pengimajian, kemudian struktur batin berupa tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat.

4. Mendeskripsikan data secara deskriptif kualitatif.

Menganalisis konten sebagai analisis isi dengan tujuan untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin dari puisi siswa.


(53)

F. Uji Keabsahan Data

Untuk mendapatkan keabsahan data penelitian dilakukan pengecekan data yang telah ditemukan. Keabsahan data bertujuan untuk meyakinkan bahwa analisis data atau temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dipercaya. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah intrarater, yaitu dengan cara membaca dan meneliti subjek penelitian secara berulang-ulang sampai memperoleh data yang dikehendaki. Moleong (2002: 177), mengatakan bahwa peneliti harus melakukan ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Interater, yaitu diskusi dengan teman sejawat. Teknik ini menurut Moleong (2002: 179) bertujuan untuk mempertahankan sikap peneliti agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, dan juga untuk memberikan satu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap puisi siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman, hasil yang diperoleh adalah 60 puisi siswa. Daftar judul puisi dan pengkodean puisi yang digunakan sebagai data tercantum dalam tabel. Tabel tersebut merupakan tabel data terpilih yang akan digunakan sebagai data penelitian. Penyajian dalam bentuk tabel bertujuan untuk memudahkan peneliti menganalisis data. Selain itu, tabel juga bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami pembahasan yang akan diuraikan pada bagian selanjutnya. Pemberian kode pada setiap puisi bertujuan untuk memudahkan dalam menemukan data selama menganalisis setiap puisi.

Menurut Waluyo (1987: 102-134), puisi memiliki struktur fisik yang dibagi menjadi enam, yaitu diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tata wajah (tipografi), sedangkan struktur batin dibagi menjadi empat, yaitu tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat. Adapun tabel struktur fisik dan batin puisi sebagai berikut.

1. Struktur Fisik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, struktur fisik yang diteliti yaitu versifikasi, majas, dan pengimajian. Tabel penelitian struktur fisik sebagai berikut.


(55)

Tabel 2.1:Jenis-jenis Penggunaan Versifikasi Rima Bentuk Internal Pola Bunyi dalam Puisi Siswa

No. Jenis Klasifikasi Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%)

Total (%) 1. Aso UB /a/ Kau terang di bawah awan (A1/1)

Masa muda yang bahagia (B1/16) Aku tau kau ada di sana (C13/43) Bunga-bunga bermekaran (D15/60)

33 (55%)

60 (100%) UB /i/ Berwarna-warni bagaikan pelangi (A3/3)

Dirimu menghiasi taman ini (A5/5) Kau mengajariku arti hidup ini (B13/28) Orang sendiri membaca diri (D12/57)

16 (26,7%) UB /u/ Tubuh yang mulai tua itu (B5/20)

Engkaulah muara kasihku (B7/22)

Oh Ibu, kau yang telah melahirkanku (C8/38) Serasa alam ini tercipta untukku (D2/47)

11 (18,3%) 2. Ali UB /n/ Kicauan burung bermain di taman (A1/1)

Melengkapi kehidupan pertanian (A12/12) Walaupun aku pergi ke mana pun (B11/26) Saat itulah embun menetes dari daun ke daun (B15/30)

12 (20%)

52 (86,6%) UB /ng/ Engkau yang sekarang menjadi lebih kecil

(C2/32)

1 (1,7%) UB /m/ Membentuk lambang kesucian (A13/13)

Sinar mentari pagi menyinari semangatku (B6/21)

Seakan membuat harinya semakin sulit (C5/35) Miskin ilmu miskin harta (C15/45)

4 (6,7%) UB /k/ Raketku oh raketku (A9/9)

Kau bangkitkan semangatku (C3/47) Mengajariku untuk berakhlak mulia (C8/48) Ku buka tanganku sejenak (D2/32)

Kuhentakkan kaki ke luar rumah (D3/33)

19 (31,7%) UB /t/ Sederet buku tertata di sini (A7/7)

Tak segelintir rasa takut (C9/39) Batu karang indah terawat (C14/44) Kabut putih menyelimutimu (D7/52)

12 (20%) UB /l/ Lelah, lelah yang selalu kau hadapi (C6/36)

Lelah dan letih kau tinggalkan aku (D4/49) Kini tlah hilang berlalu (D6/51)

Lelehan lilin mengering (D15/60)

4 (6,7%) 3. Pers Awal UB kata Setiap, Sebagai, Negri, Terima kasih, Kaupada awal baris

Setiap hari kau ku gunakan Setiap hari kau ku mainkan Setiap kali aku latihan

Kau selalu ku ikut sertakan (A9/9) Ibu…

Terimakasih atas kasih sayangmu Terimakasih atas perjuanganmu

Terimakasih atas pengorbananmu (C8/38)

1 (1,7%)

5 (8,3%)


(56)

Keterangan:

UB : Ulangan Bunyi Aso : Asonansi Ali : Aliterasi

Pers Awal : Persamaan Awal

Tabel 2.2:Jenis-jenis Penggunaan Versifikasi Rima Bentuk Internal Pola Persamaan Bunyi Akhir Baris dalam Puisi Siswa

No. Jenis Klasifikasi Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) Total (%) 1. Sjk Blg

UB /ab, ab, cd, ef, ef/ pada akhir baris

Burung berkicau

Pohon melambai-lambai Angin mencubitku

Akan terasa sejuk di pagi hari (B9/24) Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Kini petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi (C15/45)

5 (8,3%) 5 (8,3%) 2. Sjk Brk

UB /aa, bb, cc, dd/ pada akhir baris

Dirimu menghiasi taman ini Daunmu tajam bagaikan duri Dirimu di kejauhan tampak indah

Seperti bunga mawar yang merekah (A5/5) Guru engkau bagaikan sang mentari Yang selalu menyinari

Setiap langkahku

Dalam menuntut ilmu (B3/18)

8 (13,3%) 8 (13,3%) 3. Sjk Bpk

UB /abba, cddc, baab/ pada akhir baris

Aku yang pernah Engkau kuatkan Dan kau bangkitkan Disaatku tertatih (D6/51) Gemercik air sungai Begitu beningnya

Bagaikan zamrud katulistiwa

Itulah alam desaku yang permai (D9/54)

3 (5%)

3 (5%)

Keterangan:

Sjk Blg : Sajak Berselang Sjk Brk : Sajak Berangkai Sjk Bpk : Sajak Berpeluk UB : Ulangan Bunyi


(57)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa versifikasi rima bentuk internal pola bunyi dibagi menjadi empat, yakni asonansi, aliterasi, persamaan awal, dan persamaan bunyi pada akhir baris (sajak berselang, sajak berangkai, dan sajak berpeluk). Asonansi dapat diklasifikasikan ulangan bunyi /a/ sebanyak 33 data atau 55%, ulangan bunyi/u/sebanyak 11 data atau 18,3%, dan ulangan bunyi /i/sebanyak 16 data atau 26,7%. Aliterasi dapat diklasifikasikan ulangan bunyi/k/ sebanyak 19 data atau 31,7%, ulangan bunyi /t/ sebanyak 12 data atau 20%, ulangan bunyi/n/ sebanyak 20 data atau 20%, ulangan bunyi/m/ sebanyak 4 data atau 6,7%, ulangan bunyi /l/ sebanyak 4 data atau 6,7%, dan ulangan bunyi /ng/ hanya terdapat 1 data atau 1,7%. Persamaan awal terdapat ulangan bunyi pada awal kata baris, yaitu Setiap, Sebagai, Negri, Terima kasih, dan Kau masing-masing terdapat 1 data atau 1,7%. Pada persamaan bunyi pada akhir baris terdapat sajak berangkai sebanyak 8 data atau 13,3%, sajak berselang sebanyak 5 data atau 8,3%, dan sajak berpeluk sebanyak 3 data atau 5%.

Diagram 1:Penggunaan Versifikasi Rima dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa ulangan bunyi asonansi dan aliterasi sangat menonjol jika dibandingkan dengan ulangan bunyi lainnya. Ulangan bunyi

0 10 20 30 40 50 60 70

Asonansi

Aliterasi

Persamaan Awal

Sajak Berselang

Sajak Berangkai


(58)

asonansi terdapat 60 data atau jika dipersentasekan 100% dan aliterasi sebanyak 52 data atau 86,6%. Adapun bunyi yang lainnya meliputi sajak berangkai sebanyak 8 data atau 13,3%, persamaan awal sebanyak 5 data atau 8,3%, sajak berselang sebanyak 5 data atau 8,3%, dan yang terakhir adalah sajak berpeluk sebanyak 3 data atau 5%.

Tabel 3:Jenis-jenis Penggunaan Majas dalam Puisi Siswa

No. Jenis Klasifikasi Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 1. Perbandingan Personifikasi Berbagai bunga yang indah nancantik

menghiasimu(A3/3) Angin mencubitku(B9/24)

Sang surya telahbangun dari perpaduannya (B15/30)

Nyanyian burungterdengar merdu (D2/47)

12 (20%)

Simile Hidupku inisepertiterhempas tanpa daya (B1/16)

Guru engkaubagaikansang mentari (B3/18) Laksanasinar yang menyinari dunia ini (B12/27)

Bakmentari di pagi hari (C7/37) Engkau laksana lampu dalam kegelapan (D13/58)

14 (23,3%)

Metafora Kau tempat cahaya titik ilmu(A7/7) 1 (1,7%) 2. Pertentangan Hiperbola Kau menimpanberibupengetahuan (A7/7)

Bintang yang akanku gapai(D10/55) 2 (3,3%) Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa majas dibagi menjadi dua, yakni perbandingan dan pertentangan. Perbandingan terdapat personifikasi sebanyak 12 data atau 20%, simile sebanyak 14 data atau 23,3%, dan metafora hanya terdapat 1 data atau 1,7%, sedangkan pertentangan terdapat hiperbola yang muncul sebanyak 2 data atau 3,3%.


(59)

Diagram 2:Jenis-jenis Penggunaan Majas dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa penggunaan majas simile sangat menonjol jika dibandingkan dengan majas yang lainnya yaitu 14 data atau jika dipersentasekan 23,3%. Adapun majas yang lainnya, meliputi personifikasi sebanyak 12 data atau 20%, hiperbola sebanyak 2 data atau 3,3%, dan yang terakhir metafora hanya terdapat 1 data atau 1,7%.

Tabel 4:Jenis-jenis Penggunaan Imaji dalam Puisi Siswa

No. Imaji Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 1. Visual Pohon tinggi indah menjulang (A2/2)

Gunung-gunung yang indah (B11/26) Pasirmu seputih salju (C14/44) Hamparan hijau nan luas (D2/47)

46 (76,7%) 2. Auditif Suara gemercik air yang mengalir (A10/10)

Seekor burung yang berkicau (B15/30) Ayam berkokok bersahutan (D9/54)

10 (16,7%) 3. Taktil (cita rasa) Terasa sejuk saat mendekatinya (A10/10)

Dinginnya angin memberi kesejukan (B9/24) Berjalan menuju tempatku menimba ilmu (B14/29)

Pakaian dengan seribu wangian (C9/39) Senang rasanya aku lari ke hutan (C10/40) Angin pantai terasa sejuk semilir (C14/44) Ku buka tanganku sejenak (D2/47)

21 (35%) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Personifikasi Simile Hiperbola Metafora


(60)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengimajian dibagi menjadi tiga, yakni visual, auditif, dan taktil (cita rasa). Imaji visual sebanyak 46 data atau 76,7%, imaji auditif sebanyak 10 data atau 16,7%, dan imaji taktil (cita rasa) sebanyak 21 data atau 35%).

Diagram 3:Jenis-jenis Penggunaan Imaji dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa penggunaan imaji visual sangat menonjol jika dibandingkan dengan imaji yang lainnya yaitu 46 data atau jika dipersentasekan 76,7%. Adapun imaji lainnya meliputi imaji taktil (cita rasa) sebanyak 21 data atau 35% dan imaji auditif sebanyak 10 data atau 16,7%.

2. Struktur Batin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, struktur batin yang diteliti yaitu tema, nada dan suasana, perasaan, dan amanat. Tabel penelitian struktur batin sebagai berikut.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Visual

Auditif


(61)

Tabel 5:Jenis-jenis Penggunaan Tema dalam Puisi Siswa

No. Tema Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 1. Alam Begitu indah saat aku lihat pelangi

Aku ingin seperti pelangi Meskipun berbeda warna-warna

Mereka begitu indah bila bersama (B8/23) Nyanyian burung terdengar merdu Menyambut lahirnya hari baru

Hamparan sawah nan hijau membuatku terpakau Serasa ala mini tercipta untukku (D2/47)

23 (38,3%)

2. Tumbuhan Oh pohon….

Daunmu sangat lebat sekali Batangmu menjulang tinggi Tinggi ke atas langit biru

Kau adalah ciptaaan Tuhan terindah bagiku (A11/11)

Oh rumput

Keindahanmu sungguh mempesona Warnamu hijau sangat indah

Butiran-butiran embun membasahimu Menghiasi taman-taman

Melengkapi kehidupan pertanian (A12/12)

3 (5%)

3. Pendidikan Kau guru yang hanya diam membisu Namun kau memberikan jutaan ilmu Untuk kelak bekal hidupku (B13/28) Engkau laksana lampu dalam kegelapan Yang menerangi alam kalbuku

Engkau bagaikan angin

Yang selalu berbisik tentang kebaikan (D13/58)

7 (11,7%)

4. Patriotisme Pahlawan…

Kau pahlawan bangsa

Semangatmu menggentarkan musuh-musuhmu Bambu runcing bagaikan pluru tanpa kendali (B4/19)

Tekadmu membela negeri

Dengan gagah berani engkau berdiri Tak pedulikan hidup ataupun mati Demi sang saka merah putih ini (C1/31)

7 (11,7%)

5. Kritik Sosial Masa muda yang bahagia

Di mana aku belum mengenal narkoba Yang ingin bergembira dengan dunia Sebagai manusia yang terlahir mulia (B1/16)

1 (1,7%)


(62)

No. Tema Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 6. Kemanusiaan Sahabatku….

Kau adalah bagian hidupku Dan aku pun tak kan

Pernah sanggup hidup tanpamu (B10/25) Aku adalah hati yang selalu melekat di dirimu Aku adalah cerminan darimu selamanya Kau bawa aku ke mana pun aku bisa merasakannya

Kau terlahir begitu sempurna (D7/52)

11 (18,3%)

7. Penyesalan Akh, apa guna ku sesalkan Menyesal tua tiada guna Hanya menambah luka sukma Kepada muda ku harapkan Atur barisan di hari pagi

Menuju ke arah padang bakti (C15/45)

1 (1,7%)

8. Cinta Kasih Pria dan Wanita

Saat badai memisahkan kau dan aku Kau tidak pernah akan meninggalkanku Aku sangat bahagia bersamamu

Aku sedih kau slalu menenangkanku (D5/50) Cintamu yang dulu kuat bagai petir

Kini tak seindah namamu Yang slalu terukir (D6/51)

2 (3,3%)

9. Kehidupan Ku hentakkan kaki ke luar rumah Bergandeng tangan pergi berlibur Bersama keluarga tercinta

Penuh canda dan juga tawa (D3/48) Aku merenung dalam kesunyian Merenung dalam keeningan…. Dan kesepian

Yang sungguh aku rindukan (D15/60)

5 (8,3%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tema diklasifikasikan menjadi sembilan, yakni alam, tumbuhan, pendidikan, patriotisme, kritik sosial, kemanusiaan, cinta kasih pria dan wanita, penyesalan, dan kehidupan. Penggunaan tema alam sebanyak 23 data atau 38,3%, tema tumbuhan sebanyak 3 data atau 5%, tema pendidikan sebanyak 7 data atau 11,7%, tema patriotisme sebanyak 7 data atau 11,7%, tema kemanusiaan sebanyak 11 data atau 18,3%,


(63)

tema kehidupan sebanyak 5 data atau 8,3%, tema cinta kasih pria dan wanita sebanyak 2 data atau 3,3%, serta tema kritik sosial dan penyesalan masing-masing hanya terdapat 1 data atau 1,7%.

Diagram 4:Jenis-jenis Penggunaan Tema dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa penggunaan tema alam sangat menonjol jika dibandingkan dengan tema yang lainnya yaitu 23 data atau jika dipersentasekan 38,3% dan diikuti tema kemanusiaan sebanyak 11 data atau 18,3%. Adapun tema yang lainnya meliputi tema pendidikan dan patriotisme sebanyak 11 data atau 11,7%, tema kehidupan sebanyak 5 data atau 8,3%, tema tumbuhan sebanyak 3 data atau 5%, tema cinta kasih pria dan wanita sebanyak 2 data atau 3,3%, dan yang terakhir tema kritik sosial dan penyesalan hanya terdapat 1 data atau 1,7%.

Alam

Tumbuhan

Pendidikan

Patriotisme

Kritik Sosial

Kemanusiaan

Penyesalan

Cinta Kasih Pria dan Wanita


(64)

Tabel 6:Jenis-jenis Penggunaan Nada dan Suasana dalam Puisi No. Nada dan

Suasana

Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 1. Santai Dirimu merangkai-rangkai

Yang panjang seperti rantai Kau bisa dibentuk sedemikian rupa

Rumput manila... kau sangat mempesona (A5/5) Cahaya mentari menghangatiku

Dinginnya angin memberi kesejukan Terima kasih Tuhan

Atas semua yang engkau berikan (B9/24)

31 (51,7%)

2. Protres Tuhan apa yang terjadi di lingkungan sekolah ini? Panas yang sangat membara

Bunga-bunga mendaki layu

Dan pepohonan menjadi kering (A4/4) Aku semakin terjerumus

Dalam janji-janji kelabu Dunia seperti memburu

Yang tak tau arah akan petunjukmu (B1/16)

2 (3,3%)

3. Belas Kasih Bunda….

Kadang tak sengaja ku membuat Relung hatimu terluka…. Engkaulah yang selalu ada di Dalam hatiku…. (B7/22)

Saat badai memisahkan kau dan aku Kau tidak pernah akan meninggalkanku Aku sangat bahagia bersamamu

Aku sedih kau slalu menenangkanku (D5/50)

10 (16,7%)

4. Patriotik Hiduplah Merah Putih

Jangan takut menghadapi mereka Kami di sini dan akan slalu di sini Berkibarlah slama-lamanya (A13/13) Indonesiaku, Indonesia kalian Jangan hanay tinggal diam kawan Mari bersatu ambil peranan

Sebagai pemudi untuk perubahan (C4/34)

6 (10%)

5. Tenang Desaku….

Keindahanmu mengagumkanku Kedamaianmu menenangkan hatiku

Kebersihanmu yang menentrankan hati (B11/26) Hembus angin yang terasa sejuk

Ku buka tanganku sejenak Semilir angin ku rasakan

Membuatku serasa melayang kegirangan (D2/47)

11 (18,3%)


(65)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat lima penggunaan nada dan suasana, yakni santai, protes, belas kasih, patriotik, dan tenang. Penggunaan nada dan suasana santai sebanyak 31 data atau 51,7%, nada dan suasana tenang sebanyak 11 data atau 18,3%, nada dan suasana belas kasih sebanyak 10 data atau 16,7%, nada dan suasana patriotik sebanyak 6 data atau 10%, serta nada dan suasana protes hanya terdapat 2 data atau 3,3%.

Diagram 5:Jenis-jenis Penggunaan Nada dan Suasana dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa penggunaan jenis nada dan suasana santai sangat menonjol jika dibandingkan dengan yang lainnya yaitu 31 data atau jika dipersentasekan 51,7% diikuti nada dan suasana tenang sebanyak 11 data atau 18,3%. Adapun nada dan suasana yang lainnya meliputi nada dan suasana belas kasih sebanyak 10 data atau 16,7%, nada dan suasana patriotik sebanyak 6 data atau 10%, dan yang terakhir nada dan suasana protes terdapat 2 data atau 3,3%.

Santai

Protres

Belas Kasih

Patriotik


(66)

Tabel 7:Jenis-jenis Perasaan dalam Puisi Siswa

No. Perasaan Contoh

(Kode Puisi dan Kode Judul)

Jumlah (%) 1. Kagum Memandangmu hati terasa nyaman

Pohon tinggi indah menjulang

Kamboja mekar, pucuk merah merona Rerumputan seraya ikut menghiasi (A2/2) Oh mentari…

Ku ingin setiap hariku kau sapa Dengan kemilau sinarmu (C3/33)

14 (23,3%)

2. Gembira Sungai….

Airmu jernih mengalir dengan tenang Enak hati setelah memandangnya Terasa sejuk saat mendekatinya (A10/10) Pagi hari yang cerah

Penuh arti dan juga makna Hari baru telah tiba

Ku mulai hari ini dengan kebersamaan (D3/48)

21 (35%)

3. Menyesal Tuhan izinkanlah kami untuk menjagamu Dari kerusakan yang dibuat oleh manusia… Bagiku bumi ini tak lengkap tanpamu (A4/4) Aku semakin terjerumus

Dalam janji-janji kelabu Dunia seperti memburu

Yang tak tau arah akan petunjukmu (B1/16)

2 (3,3%)

4. Terharu Perdamaian buat semua tampak indah Tampak indah seperti pelangi

Dan keindahan itu mengingatkan perdamaian Seperti pelangi yang selalu tampak indah (B8/23) Suci dan ikhlas pemberianmu

Dari kami buta menjadi tau Suci dan ikhlas pengorbananmu Tiada ternilai jasa baikmu (D13/58)

16 (26,7%)

5. Sedih Rumput... Kau sangat kuat

Telah banyak manusia yang merusakmu

Kau tetap berdiri kokoh dengan tubuh mungilmu Rumput... Manusia telah menyesal karena telah merusakmu (A12/12)

Saat badai memisahkan kau dan aku Kau tidak pernah akan meninggalkanku Aku sangat bahagia bersamamu

Aku sedih kau slalu menenangkanku (D5/50)

7 (11,7%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat lima penggunaan perasaan, yakni kagum, gembira, menyesal, terharu, dan sedih.


(67)

Penggunaan perasaan kagum sebanyak 14 data atau 23,3%, perasaan gembira sebanyak 21 data atau 35%, perasaan terharu sebanyak 16 data atau 26,7%, perasaan sedih sebanyak 7 data atau 11,7%, dan perasaan menyesal hanya terdapat 2 data atau 3,3%.

Diagram 6:Jenis-jenis Penggunaan Perasaan dalam Puisi Siswa

Pada diagram di atas terlihat bahwa penggunaan jenis perasaan gembira sangat menonjol jika dibandingkan dengan yang lainnya yaitu 21 data atau jika dipersentasekan 35%, diikuti perasaan terharu sebanyak 16 data atau 26,7%. Adapun perasaan yang lainnya meliputi perasaan kagum sebanyak 14 data atau 23,3%, perasaan sedih sebanyak 7 data atau 11,7%, dan yang terakhir perasaan menyesal terdapat 2 data atau 3,3%.

Amanat yang terdapat dalam puisi karya siswa SMP Negeri Kelas VIII di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Kagum

Gembira

Menyesal

Terharu


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)