DESKRIPSI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DESA KAMPUNG JAWA YANG BEKERJA DI OBYEK WISATA PANTAI LABUHAN JUKUNG KECAMATAN PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT
DESKRIPSI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DESA KAMPUNG JAWA YANG BEKERJA DI OBYEK WISATA PANTAI LABUHAN JUKUNG
KECAMATAN PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT Oleh
RICO ARIESTA PUTRA (Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
Kata Kunci: Jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum, dan tingkat kemiskinan.
ABSTRAK
DESKRIPSI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK DESA KAMPUNG JAWA YANG BEKERJA DI OBYEK WISATA PANTAI LABUHAN JUKUNG
KECAMATAN PESISIR TENGAH KABUPATEN PESISIR BARAT Oleh
RICO ARIESTA PUTRA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan sosial ekonomi penduduk yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Titik tekan kajiannya pada jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, pemenuhan kebutuhan pokok minimum dan tingkat kemiskinan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini sebanyak 23 orang, semuanya dijadikan responden. Pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara terstruktur, dan dokumentasi. Analisis data dengan tabel dan persentase sebagai dasar interpretasi, deskripsi pembuatan laporan penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Sebanyak 0,01% penduduk bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung. (2). Pendapatan total dari pedagang sebesar Rp 26.500.000/bulan, dan rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.944.444/pedagang, pendapatan pengusaha penginapan sebesar Rp 10.800.000/bulan, pendapatan 3 karyawan penginapan sebesar Rp 1.500.000/bulan atau rata-rata sebesar Rp 500.000/karyawan, pendapatan 10 pengelola sebesar Rp 12.651.000/bulan dan rata-ratanya sebesar Rp 1.265.100/pengelola. (3). Sebanyak: (3 anak belum sekolah, 12 SD/SMP, 7 SMA, dan 5 PT dari pedagang), pengusaha penginapan: (1 belum sekolah, 2 SD/SMP, dan 1 SMA), karyawan penginapan (sebanyak 4 SD/SMP), dan anak pengelola (9 SD/SMP, 23 SMA, dan 1 PT). (4). Sebanyak 86,96% terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum, dan 13,04% tidak terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum. (5). Sebanyak 86,96% berada pada kondisi hampir miskin dan tidak miskin, dari pedagang, pengusaha penginapan dan pengelola.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Pendekatan Geografi ... 10
1.1.Pengertian Geografi ... 10
1.2.Pendekatan Geografi ... 11
2. Geografi Pariwisata ... 12
2.1. Pengertian Pariwisata ... 13
2.2. Jenis-jenis Pariwisata ... 13
2.3. Obyek Wisata Alam ... 15
2.4. Peranan Pariwisata ... 16
3. Keadaan Sosial Ekonomi ... 18
3.1. Jenis Pekerjaan ... 19
3.2. Tingkat Pendapatan ... 21
3.3. Tingkat Pendidikan Anak ... 22
3.4. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum ... 23
3.5. Tingkat Kemiskinan ... 25
(7)
A. Metode Penelitian ... 27
B. Populasi ... 27
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian ... 28
2. Indikator Penelitian ... 29
a. Jenis pekerjaan ... ... 29
b. Tingkat Pendapatan ... 29
c. Tingkat Pendidikan Anak ... 30
d. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum ... 30
e. Tingkat kemiskinan ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi ... 31
2. Teknik Wawancara... 31
3. Teknik Dokumentasi ... 32
E. Teknik Analisis Data ... 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Desa Kampung Jawa 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah ... 34
2. Kondisi Topografi ... 38
3. Kondisi Iklim di Kecamatan Pesisir Selatan ... 39
4. Keadaan Penduduk di Desa Kampung Jawa ... . 43
a. Jumlah Penduduk ... 43
b. Kepadatan Penduduk ... 44
c. Komposisi Penduduk ... 45
1. Komposisi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin .... 46
2. Komposisi Menurut Mata Pencaharian ... 49
3. Komposisi Menurut Tingkat Pendidikan ... 50
B. Keadaan Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung ... 51
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Identitas Responden ... 55
1.1.Jenis Kelamin ... 55
1.2.Jumlah Anak yang Ditanggung ... 55
1.3.Umur ... ... 57
1.4.Pendidikan Terakhir ... 58
2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa yang Bekerja ... 61
2.1. Jenis Pekerjaan ... 61
2.1.1. Lama Bekerja di Obyek Wisata ... 65
a. Lama Bekerja Pedagang di Sekitar Obyek Wisata ... 65
b. Usaha Penginapan dan Lama Bekerja Karyawan Penginapan di Sekitar Obyek Wisata ... 66
(8)
2.4. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum ... 78 2.5. Tingkat Kemiskinan ... 80
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 83 B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan aset nasional. Setiap obyek wisata pasti mempunyai ciri khas atau kelebihan daripada obyek wisata yang lain yang membuat pengunjung ingin berkunjung ke obyek wisata tersebut. Obyek wisata alam yang terdapat di Indonesia diantaranya obyek wisata pantai, obyek wisata laut, obyek wisata bawah laut, dan lain-lain.
Keindahan alam yang terdapat di Indonesia membentang dari Sabang sampai Marauke. Keindahan alam yang dikelola dengan baik akan menjadi salah satu obyek wisata yang bisa dinikmati oleh orang banyak dan menjadi sumber pendapatan dari suatu daerah. Pegunungan, air terjun, pantai adalah suatu tempat yang dikatakan sebagai keindahan alam karena tempat tersebut di atas dari awal sudah indah dilihat, tidak ada campur tangan manusia dalam pembuatannya.
Provinsi Lampung memiliki keindahan pantai yang berpotensi untuk dapat dikembangkan menjadi obyek-obyek wisata daerah, sehingga sektor pariwisata dapat dijadikan salah satu harapan dalam peningkatan pendapatan ekonomi
(10)
daerah. Potensi wisata yang ada di Provinsi Lampung salah satunya berada di Kabupaten Pesisir Barat terutama di kawasan pesisir pantainya yang terkenal indah dan juga masih alami. Pantai-pantai yang terdapat di kawasan pesisir Lampung Barat terkenal sebagai Balinya Lampung dikarenakan masih alaminya keindahan pantai dan lautnya, juga dikarenakan masyarakat daerah pesisir Kabupaten Pesisir Barat yang terkenal sangat ramah dengan para pengunjung atau wisatawan baik itu wisatawan domestik atau wisatawan manca negara yang jumlahnya setiap tahun selalu bertambah.
Pantai yang terdapat di kawasan pesisir Kabupaten Pesisir Barat diantaranya Pantai Pesisir Utara, Pantai Tanjung Setia dan Pantai Labuhan Jukung. Pantai Pesisir Utara terletak di Kecamatan Pesisir Utara ± 69 km dari Liwa Ibukota Kabupaten Pesisir Barat, Pantai Tanjung Setia terletak ± 49 km dari Liwa terletak di Kecamatan Pesisir Selatan, dan Pantai Labuhan Jukung ± 32 km dari Liwa terletak di Kecamatan Pesisir Tengah.
Salah satu pantai yang terdapat di kawasan pesisir dari Kabupaten Pesisir Barat adalah Pantai Labuhan Jukung yang terletak di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah yang mulai diresmikan pada tahun 2003 dengan luas area 6 Hektare sebagai salah satu obyek wisata yang direkomendasikan sebagai obyek tujuan wisata di Kabupaten Pesisir Barat. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di obyek wisata antara lain pondok-pondokan, dan Gedung Serba Guna (GSG) yang masih dalam proses pembangunan.
Jumlah penduduk di Desa Kampung Jawa 2107 jiwa dengan jumlah penduduk sebanyak 525 KK (Profil Desa Kampung Jawa 2012). Sebelum berdirinya Obyek
(11)
Wisata Pantai Labuhan Jukung warga memiliki pekerjaan yang beragam antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, pengusaha kecil dan menengah dan nelayan. Dengan dibangunnya Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung maka membuat beberapa penduduk di sekitar kawasan Obyek Wisata bekerja sebagai pengelola Obyek Wisata dan juga pedagang di sekitar Obyek Wisata. Masih banyak pekerjaan yang sebenarnya yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kampung Jawa di obyek wisata, contohnya menyediakan jasa peminjaman ban-ban untuk mandi, jasa penyeberangan kapal ke Pulau Pisang, peminjaman papan selancar/papan surving, dan lain-lain.
Pantai Labuhan Jukung mudah dijangkau oleh masyarakat umum. Kondisi jalan dari pusat Kota Krui menuju obyek wisata tersebut beraspal dengan jarak tempuh sekitar 20 menit, dan sekitar 1 jam 30 menit dari Kota Liwa. Pada umumnya, wisatawan yang berkunjung menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, tetapi walaupun Pantai Labuhan Jukung mudah dijangkau belum tersedia mobil angkutan umum yang langsung menuju ke obyek wisata Pantai Labuhan Jukung. Keberadaan Pantai Labuhan Jukung ini diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan obyek wisata dan juga pendapatan daerah Kabupaten Pesisir Barat.
Menurut pendapat James J Spillane (1997:46-47) yaitu:
“Pertumbuhan yang berimbang bagi perekonomian itu dapat terjadi sebagai akibat
majunya pertumbuhan industri pariwisata yang dikembangkan dengan baik. Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat menyediakan kamar untuk menginap (hotel), makanan dan minuman (bar dan restoran), perencanaan perjalanan wisata (tour operator), agen perjalanan (travel agent), industri kerajinan (handicraft), pramuwisata (guiding and english course), tenaga terampil (tourism academy) yang diperlukan tetapi juga prasarana ekonomi seperti jalan raya, jembatan,
(12)
Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu industri pariwisata mempunyai peran yang bagus dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah apabila pariwisata di daerah tersebut dikelola dengan baik. Keberadaan obyek wisata di suatu daerah akan memberikan peluang kerja khususnya bagi penduduk di sekitar obyek wisata untuk bekerja agar dapat memberikan penghasilan yang lebih baik lagi daripada yang didapatkan sekarang.
Keberadaan Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung membuka peluang kerja bagi penduduk di sekitar obyek wisata untuk bekerja di obyek wisata. Peluang kerja adalah dambaan setiap pencari kerja maupun yang sudah bekerja dengan harapan akan memperoleh penghasilan yang lebih baik.
Peluang kerja yang terdapat di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung antara lain sebagai pengelola, pedagang, pemilik penginapan, jasa penyewaan penyeberangan kapal ke Pulau Pisang, jasa penyewaan papan seluncur/papan surving dan bekerja di penginapan. Peluang kerja yang disebutkan di atas ada yang sudah dimanfaatkan dan belum dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar obyek wisata sebagai pekerjaan.
Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pendapatan. Bekerja di obyek wisata dilakukan oleh penduduk Desa Kampung Jawa untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi agar mendapatkan penghasilan yang tinggi dan dapat menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
(13)
Pengunjung yang datang ke obyek wisata Pantai Labuhan Jukung ini berasal dari daerah sekitar obyek wisata bahkan ada juga pengunjung yang berasal dari luar negeri. Jumlah kunjungan pengunjung dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat tahun 2008-2012
No Tahun Kunjungan Jumlah Wisatawan Jumlah
Dewasa Anak-anak
1 2008 1532 178 1710
2 2009 1379 165 1544
3 2010 1211 143 1354
4 2011 1067 127 1194
5 2012 896 112 1008
Jumlah 6085 725 6810
Sumber : Pengelola Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Tahun 2013.
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pengunjung yang datang ke obyek wisata setiap tahunnya mengalami penurunan, hal ini dikarenakan fasilitas-fasilitas yang terdapat di obyek wisata tidak pernah mengalami perawatan dan juga penambahan fasilitas sehingga fasilitas yang ada setiap tahunnya mengalami kerusakan, contohnya pagar yang mengelilingi obyek wisata sebagian sudah ada yang runtuh, pondok-pondokan dicoret-coret sehingga terlihat kotor serta atapnya sudah ada yang hilang. Pemda Kabupaten Pesisir Barat seharusnya memperbaiki dan juga menambah fasilitas-fasilitas pariwisata yang terdapat di obyek wisata ini agar setiap tahunnya pengunjung yang datang bertambah banyak bukan bertambah sedikit. Apabila pengunjung yang datang ke obyek wisata Pantai Labuhan Jukung ini setiap tahunnya bertambah banyak maka akan memberikan dampak positif terhadap pedagang, pengusaha penginapan beserta karyawannya dan pengelola karena akan menambah pendapatan per bulannya.
(14)
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam skripsi tentang “Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Apakah jenis pekerjaan penduduk yang bekerja di sekitar Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
2. Pendapatan rata-rata penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
3. Tingkat pendidikan anak dari penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
4. Pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
5. Tingkat kemiskinan penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
(15)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja jenis pekerjaan yang dilakukan penduduk Desa Kampung Jawa di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung?
2. Berapakah pendapatan rata-rata penduduk Desa Kampung Jawa dari bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung?
3. Bagaimanakah pendidikan anak-anak dari penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung?
4. Bagaimanakah tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung?
5. Bagaimanakah tingkat kemiskinan penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk memberikan informasi tentang jenis-jenis pekerjaan penduduk Desa
Kampung Jawa di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
2. Untuk memberikan informasi tentang peningkatan pendapatan rata-rata penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
3. Untuk memberikan informasi tentang pendidikan anak-anak dari penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
(16)
4. Untuk memberikan informasi tentang tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
5. Untuk memberikan informasi tentang tingkat kemiskinan penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
E. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suplemen mata pelajaran Geografi di SMA Kelas XI semester satu, dengan materi tentang sosial ekonomi masyarakat pedesaan, SMA kelas XI semester dua dengan pokok bahasan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. pada pokok bahasan perhubungan, pengangkutan dan pariwisata dengan Sub Pokok Bahasan Pariwisata.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian sosial ekonomi.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, pendidikan anak, pemenuhan kebutuhan pokok minimum dan tingkat kemiskinan.
(17)
2. Ruang lingkup subjek penelitian yaitu penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
3. Ruang lingkup tempat peneltian yaitu Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. 4. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2013
5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Geografi Pariwisata.
Menurut Ramaini (1992:3), Geografi pariwisata merupakan geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata banyak sekali seginya di mana semua kegiatan itu biasa disebut dengan industri pariwisata, termasuk di dalamnya perhotelan, restoran, toko cinderamata, transportasi, biro jasa di bidang perjalanan, tempat-tempat hiburan, objek wisata, atraksi budaya dan lainnya. Segi geografi umum yang perlu diketahui wisatawan antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, budaya, perjalanan darat, perjalanan laut dan udara, dan sebagainya. Dua segi tersebut yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum menjadi bahasan dalam Geografi Pariwisata.
Dalam penelitian ini digunakannya Geografi Pariwisata sebagai ruang lingkup ilmu, karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu memberikan informasi yang akan menggambarkan kondisi sosial ekonomi penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung. Karena daerah tersebut sebagai obyek wisata, dengan panorama alam indah dan dikelola oleh penduduk yang menyediakan beberapa fasilitas untuk mendukung dalam pelayanan wisatawan yang berkunjung di obyek wisata, maka judul tentang Deskripsi Sosial Ekonomi tersebut termasuk dalam kajian Geografi Pariwisata.
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.Tinjauan Pustaka
Supaya penelitian ini dapat terarah dengan baik maka penulis merujuk kepada pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Pengertian dan Pendekatan Geografi 1.1. Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menerangkan dan menggambarkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk, serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dan unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto, 1977:9). Berdasarkan pengertian tersebut, maka obyek wisata sebagai lingkungan alam memiliki hubungan timbal balik dengan manusia, di mana manusia dapat mencari dan mengetahui fungsi dari lingkungan alam serta manfaatnya.
Cabang-cabang geografi menurut pendapat Nursid Sumaatmadja (1988:52-53) adalah:
Secara garis besar, geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu geografi fisik, geografi manusia, dan geografi regional. Geografi fisik yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Kerangka kerja geografi fisik ditunjang oleh geologi, geomorfologi, ilmu tanah, meteorologi, klimatologi dan oseanografi. Geografi manusia adalah cabang
(19)
geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok. Yang termasuk geografi manusia yaitu: geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi pemukiman dan geografi sosial. Sedangkan geografi regional adalah studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pariwisata merupakan salah satu cabang dari geografi sosial, di mana manusia sebagai pelaku kegiatan pariwisata.
Pengertian geografi menurut hasil Seminar Lokakarya di Semarang tahun 1988 adalah bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. Bardasarkan pengertian tersebut, maka obyek wisata sebagai lingkungan alam memiliki hubungan timbal balik dengan manusia, di mana manusia dapat mencari dan mengetahui fungsi dari lingkungan alam serta memanfaatkannya.
1.2. Pendekatan Geografi
Studi geografi pada dasarnya memiliki 3 pendekatan seperti yang dikemukakan oleh Bintarto (1977:2) bahwa ada 3 pendekatan geografi yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis). Sehubungan dengan adanya penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah anlisis ekologi, karena penelitian ini hanya mendeskripisikan tentang dampak positif obyek wisata meliputi keadaan sosial ekonomi kepala keluarga yang berdagang dan bekerja di sekitar Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
(20)
Berkaitan dengan analisis keruangan, Sujali (1989:4) mengemukakan pendapat sebagai berikut:
“Pendekatan geografi yang mendasar pada aspek keruangan mempunyai kaitan
erat dengan persebaran suatu obyek pembahasan dan secara umum pendekatan geografi dapat dilakukan dengan melihat unsur, letak, batas, bentuk, maupun luas sehingga kajian tentang perkembangan pariwisata dapat dijadikan obyek penelitian geografi karena terdapat hubungan pemikiran dan penghidupan manusia tergantung pada potensi yang dimiliki daerahnya masing-masing”.
2. Geografi Pariwisata
Menurut pendapat Ramaini (1992:3) geografi pariwisata:
“Geografi pariwisata adalah cabang ilmu geografi yang berhubungan dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata ini banyak sekali seginya, semua kegiatan itu biasa disebut industri pariwisata termasuk di dalamnya perhotelan, rumah makan, toko cinderamata, transportasi, biro perjalanan, tempat-tempat hiburan, obyek wisata, wisata budaya, iklim, flora, fauna, keadaan alam, adat budaya, perjalanan darat, laut dan udara”.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa geografi pariwisata sangat erat kaitannya dengan industri pariwisata. Di dalam industri pariwisata itu terdapat berbagai macam peluang usaha dan peluang kerja yang sangat bermanfaat untuk masyarakat di sekitar obyek wisata.
Dengan bergeraknya industri pariwisata maka masyarakat yang tinggal di sekitar obyek wisata akan merasakan sekali dampak positifnya yaitu bertambahnya pendapatan mereka dari pekerjaannya, terbukanya peluang usaha pekerjaan yang baru, dan semakin memperkenalkan suatu adat istiadat daerah setempat kepada para wisatawan yang berkunjung.
(21)
2.1.Pengertian Pariwisata
Pengertian pariwisata menurut Oka A Yoeti (1982:109) yaitu:
“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk berekreasi atau yang sifatnya hanya sementara atau sebentar untuk mencari suasana baru dan menghilangkan tekanan bekerja.
Sedangkan menurut Chafid Fandeli (1995:58) yaitu:
“Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah”.
Dari pengertian di atas kegiatan pariwisata hanya dilakukan sementara atau perjalanan singkat seseorang atau kelompok untuk mengunjungi tempat wisata menikmati keindahan tempat wisata tersebut bukan untuk mencari nafkah.
2.2. Jenis-jenis Pariwisata
Menurut Nyoman Pendit dalam Eldes Safitri (2013:19-20) jenis-jenis pariwisata yaitu:
“ Jenis-jenis pariwisata antara lain:
a.Pariwisata Budaya
Wisata budaya ini dimaksudkan dengan melakukan perjalanan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang, dengan cara mempelajari keadaan masyarakat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan kesenian. Jenis wisata budaya ini adalah jenis wisata paling populer di Indonesia, jenis wisata ini yang banyak menarik wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.
(22)
b.Pariwisata Kesehatan
yang memuaskan kebutuhan perawatan medis di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya: sumber Air panas, tempat kubangan lumpur yang berkhasiat, perawatan dengan air mineral yang berkhasiat penyembuhan secara khusus, perawatan dengan pasir hangat dan sebagainya. Pariwisata ini memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu misalnya kebersihan, ketenangan, maupun fasilitas yang memadai.
c.Pariwisata Olah Raga
Pariwisata olah raga ini bertujuan untuk menyalurkan hobi-hobi para wisatawan seperti memancing ikan, berburu binatang liar, menyelam dasar laut, bermain sky, dan mendaki gunung.
d.Pariwisata pertanian
Wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya di mana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi, maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya pembibitan berbagai jenis sayuran dan palawija di sekitar perkebunan yang dikunjungi. Tidak jarang pusat-pusat pertanian seperti ini menyediakan pramuwisata guna menjelaskan segala sesuatunya kepada wisatawan.
e.Pariwisata Maritim (Marina) atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, dan sebagainya. Di tanah air banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti misalnya Pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, Pulau Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
f. Pariwisata Cagar Alam
Untuk wisata jenis ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan derah pegunungan, dan sebagainya yang kelestarianya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar alam ini banyak digemari oleh penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan yang dapat perlindungan dari masyarakat maupun pemerintah. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
g.Pariwisata Berburu
Jenis pariwisata ini dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang diizinkan oleh pemerintah. Wisata berburu ini diatau dalam bentuk safari buru seperti negara di Afrika yang diizinkan untuk berburu gajah, singa, ziraf dan sebagainya, sedangkan di Indonesia pemerintah membuka wisata buru untuk daerah baluran di Jawa Timur di mana wisatawan boleh menembak banteng dan babi hutan.
Manusia dalam menjalani kehidupan tidak dapat lepas dari rutinitas sehari-hari, baik rutinitas dalam pekerjaan maupun rutinitas pribadi. Rutinitas tersebut dilakukan secara berulang terus-menerus. Keadaan tersebut menjadi monoton dan
(23)
membosankan sehingga kerap kali timbul titik jenuh dalam menjalan aktivitas. Pola hidup yang penuh persaingan menyebabkan banyak orang menjadi stress dan memicu timbulnya ketegangan psikis”.
Penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pariwisata terbagi menjadi tujuh jenis yang berbeda satu dengan yang lainnya, wisatawan yang melakukan pariwisata menyesuaikan dengan kebutuhan dan juga hobi pariwisatanya. Ada orang yang hobinya melihat keindahan bawah laut maka dia akan melaksanakan pariwisata olah raga sedangkan untuk orang yang senang mempelajari kebudayaan suatu suku maka dia akan melaksanakan pariwisata budaya untuk melihat kebudayaan, adat-istiadat dan juga kesenian dari suku tersebut.
2.3. Obyek Wisata Alam
Sebelum kita mengenal obyek wisata alam alangkah baiknya apabila kita mengenal terlebih dahulu obyek wisata. Menurut Chafid Fandeli (1995:58) yaitu:
“Obyek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni
budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan”.
Jadi obyek wisata yaitu suatu tempat yang telah ada atau hasil kreasi manusia yang menarik para wisatawan untuk berkunjung sekedar menikmati atau mempelajari hal yang terdapat di obyek wisata tersebut.
Masih menurut Chafid Fandeli (1995:58) pengertian obyek wisata alam yaitu:
“Obyek wisata alam adalah obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada
keindahan sumber daya alam dan tata lingkungannya”.
Jadi obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang sudah ada di alam atau terdapat di alam tanpa campur tangan manusia atau dibuat oleh manusia.
(24)
dua kelompok menurut Chafid Fandeli (1995:89-90) yaitu:
“Wisata perairan atau wisata bahari berupa kegiatan berenang, snorkling, menyelam, berlayar, berselancar, memancing, berjemur, rekreasi pantai, photografi bawah air, canoing, dan lain-lain serta wisata daratan berupa kegiatan lintas alam, daki gunung, penelusuran gua, berburu, berkemah, photografi, jalan santai, penelitian, terbang layang dan lain-lain”.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa kegiatan wisata di obyek wisata alam hanya terjadi di kawasan alam saja seperti daerah pegunungan, pesisir dan laut.
2.4. Peranan Pariwisata
Menurut pendapat James J Spillane (1997:46-47) yaitu:
“Pertumbuhan yang berimbang bagi perekonomian itu dapat terjadi sebagai akibat
majunya pertumbuhan industri pariwisata yang dikembangkan dengan baik. Tidak hanya perusahaan-perusahaan yang dapat menyediakan kamar untuk menginap (hotel), makanan dan minuman (bar dan restoran), perencanaan perjalanan wisata (tour operator), agen perjalanan (travel agent), industri kerajinan (handicraft), pramuwisata (guiding and english course), tenaga terampil (tourism academy) yang diperlukan tetapi juga prasarana ekonomi seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan dan lapangan udara”.
Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa suatu industri pariwisata mempunyai peran yang bagus dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah apabila pariwisata di daerah tersebut dikelola dengan baik. Selain itu segi transportasi penunjang ke obyek wisata sangat diperlukan agar obyek wisata itu dapat dijangkau dengan mudah baik oleh kendaraan roda dua atau roda empat.
Menurut pendapat Gamal Suwantoro (1997:18) yaitu:
“Dalam upaya memuaskan kebutuhan dan selera wisatawan lahirlah unsur baru
yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang bergerak di sektor pariwisata, yaitu unsur pelayanan. Persiapan atas jasa dan produk harus sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Hal ini mengakibatkan timbulnya spesialisasi pelayanan yang akhirnya membentuk suatu distribusi pelayanan pada pendukung industri wisata. Unsur wisata dapat dibagi dalam tiga unsur pokok, yaitu:
1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure): a. Biro perjalanan umum dan agen perjalanan.
(25)
b. Transportasi wisata baik darat, laut maupun udara. c. Restoran (catering trades).
d. Obyek wisata antara lain:
Keindahan alam (natural amenities), iklim, pemandangan, fauna dan flora yang aneh (uncommon vegetation & animals), hutan (the shylvan
elements), dan health center (sumber kesehatan) seperti sumber air panas
belerang, mandi lumpur dan lain-lain.
Ciptaan manusia (man made supply) seperti monumen-monumen, candi candi, art gallery dan lain-lain.
e. Atraksi wisata (tourist attraction)
Ciptaan manusia seperti kesenian, festival, pesta ritual, upacara perkawinan tradisonal, khitanan dan lain-lain.
2. Sarana pelengkap kepariwisataan (suplementing tourisn superstructure):
Fasilitas rekreasi dan olah raga, seperti gold course, tennis court, pemandian, kuda tunggangan, photography dan lain-lain.
Prasarana umum seperti jalan raya, jembatan, listrik, lapangan udara, telekomunikasi, air bersih, pelabuhan dan lain-lain.
3. Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure):
Nightclub dan steambath, Casino dan entertainment,
Souvenir shop, mailing service, dan lain-lain”.
Penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa di bidang pariwisata bahwa tiga sarana di atas harus saling mendukung satu sama lainnya. Apabila ketiga sarana pariwisata di atas sudah terdapat di suatu obyek wisata maka dapat dikatakan bahwa obyek wisata itu sudah menjadi obyek wisata nasional bahkan internasional karena lengkapnya sarana yang terdapat.
Peranan pariwisata yaitu suatu proses timbal balik antara wisatawan dengan pengelola obyek wisata atau tuan rumah di mana proses itu harus berjalan dengan baik sehingga menimbulkan suatu kenangan yang berkesan dan kepercayaan dari wisatawan kepada pengelola obyek wisata sehingga membuat wisatawan akan kembali berkunjung ke obyek wisata tersebut suatu saat nanti.
Selain itu keramah-tamahan warga setempat menjadi nilai tambah bagi para pengunjung karena dengan keramahan warganya obyek wisata itu akan berkesan
(26)
bagi pengunjung yang datang, selain itu interaksi yang dilakukan oleh tuan rumah dengan wisatawan, bisnis, pemerintah harus memberikan pelayanan terbaik sehingga semunya mendapatkan kepuasan serta kepercayaan dalam hubungan tersebut.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Pengertian kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status. Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.
Sumber Daya Manusia (SDM) setiap manusia sebenarnya belum mencapai kemampuan terbaik atau maksimal karena masih bayak sekali masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan yang salah satu sebabnya adalah belum tercapainya kemampuan maksimal dari SDM masyarakat. Dari daerah pesisir pantai dapat kita temui masih banyak sekali masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan itu disebabkan bayak faktor antara lain tingkat pendidikan masyarakatnya, pola hidup masyarakat dan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.
Sedangkan kondisi sosial ekonomi menurut Winkel dalam Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982:32) adalah suatu kondisi yang ada di dalam masyarakat yang
(27)
menunjukkan pada kemampuan finansial dan perlengkapan material yang dimiliki keluarga yang keadaan ini dapat bertaraf baik, cukup, dan kurang baik.
Kondisi sosial ekonomi yang dibahas di dalam penelitian ini adalah dampak positif dari keberadaan obyek wisata Pantai Labuhan Jukung yang meliputi kesempatan kerja dari kepala keluarga di sekitar kawasan obyek wisata, tingkat pendapatan kepala keluarga yang bekerja dan berdagang di sekitar kawasan obyek wisata, serta tingkat pendidikan anak dari kepala keluarga yang bekerja dan berdagang di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
3.1.Jenis Pekerjaan
Keberadaan suatu obyek wisata diharapkan dapat membuka kesempatan berusaha dari masyarakat yang berada di sekitar kawasan obyek wisata untuk berusaha (berwiraswasta), seperti menjual makanan dan minuman, menjual oleh-oleh khas daerah setempat, dan penyewaan tempat menginap untuk wisatawan dan kesempatan kerja untuk menjadi pengelola di obyek wisata.
Menurut Departemen Pariwisata dalam buku Panduan Sadar Wisata I (2004:17) menyebutkan bahwa manfaat ekonomi pembangunan pariwisata selain membuka lapangan pekerjaan bagi penduduk, juga memberikan kesempatan berusaha, baik usaha langsung (toko souvenir, sanggar seni, pramuwisata, dan lain sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung (pertanian, kerajinan, perindustrian).
Pekerjaan yaitu aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Di sekitar Obyek Wisata
(28)
Pantai Labuhan Jukung banyak masyarakat yang bekerja di sektor perdagangan (pedagang makanan, minuman, dan lain-lain) dan di sektor lainnya (menjadi pengelola).
Dampak positif dengan adanya suatu obyek wisata di suatu daerah adalah menciptakan lapangan pekerjaan baru, mutasi pekerjaan dari pekerjaan awalnya, pindah jenis pekerjaan, dan pengembangan dari pekerjaan awalnya bagi masyarakat di sekitar kawasan obyek wisata sehingga diharapkan ke depannya masyarakat di sekitar kawasan obyek wisata dapat hidup lebih baik lagi daripada sebelum obyek wisata tersebut berdiri.
Menurut Departemen Pariwisata dalam buku Sadar Wisata I (1994:17) menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari pembangunan pariwisata, yaitu terbukanya lapangan kerja, baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata merupakan sektor padat karya karena kegiatannya lebih banyak pelayanan jasa yang membutuhkan tenaga manusia seperti Pramuwisata, Supir, Seniman dan lain sebagainya.
Dari penjelasan di atas sebenarnya sangat diharapkan sekali dengan adanya Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung di Desa Kampung Jawa dapat memberikan pekerjaan, membuka lapangan pekerjaan baru, lapangan usaha berdagang baru bagi penduduk Desa Kampung Jawa di obyek wisata tersebut seperti sebagai pengelola obyek wisata ataupun menjadi pedagang di sekitar kawasan Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
(29)
3.2.Tingkat Pendapatan
Menurut Samuelsen dan Nordhaus dalam Nora Fidya (2010:19) pendapatan adalah:
“Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti (sewa, bunga, deviden) serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran”.
Berdasarkan uraian di atas, pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan yang diperoleh dalam keluarga, baik dari pekerjaan pokok yang bekerja di obyek wisata maupun pekerjaan tambahan dalam satu bulan. Tingkat pendapatan dalam satu keluarga sangat berhubungan sekali dengan pengeluaran keluarga tersebut dalam memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Pendapatan tambahan adalah pekerjaan lain yang dipunyai di samping pekerjaan utamanya dalam tenggang waktu paling sedikit seminggu yang lalu dan dapat pula dalam waktu sebulan atau semusim yang lalu.
Berdasarkan penjelasan di atas, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan dalam satu bulan dari masyarakat Desa Kampung Jawa yang bekerja di kawasan obyek wisata di mana pendapatan tersebut akan menjadi acuan dalam melihat tingkat pendapatan masyarakat yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung apakah di atas Upah Minimum Provinsi Lampung tahun 2013 sebesar Rp 1.150.000.
(30)
3.3.Tingkat Pendidikan Anak
Tingkat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting di dalam pemenuhan kebutuhan hidup suatu masyarakat apabila tingkat pendidikan suatu masyarakat sudah tinggi maka kebutuhan hidup masyarakat itu juga akan tinggi namun apabila tingkat pendidikan suatu masyarakat rendah maka kebutuhan hidup masyarakat itu juga rendah.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar (SD, SLTP, MTS), pendidikan menengah (SLTA, SMK), dan pendidikan tinggi (Sarjana, Diploma).
Tingkat pendidikan anak yang orang tuanya bekerja di sekitar kawasan Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung ataupun bekerja sebagai pengelola obyek wisata sekarang ini bisa dikatakan masih rendah, dengan adanya Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat di sekitar Obyek Wisata sehingga membuat tingkat pendidikan anaknya dapat lebih tinggi lagi sehingga suatu saat nanti anak tersebut dapat bekerja di obyek wisata tersebut dan mengembangkan Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung menjadi lebih baik dan lebih berkembang lagi.
(31)
3.4. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum
Kebutuhan pokok yaitu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk dapat hidup secara wajar. Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieters Evers (1982: 50), Kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan, perumahan, sandang serta barang-barang dan jasa serta pendidikan, kesehatan dan partisipasi.
Untuk mengukur kebutuhan pokok keluarga ditetapkan dengan memakai standar pokok yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok keluarga telah menetapkan sembilan bahan pokok yaitu beras, ikan asin, minyak tanah, minyak goreng, gula pasir, garam, sabun cuci, tekstil kasar dan batik.
Sembilan bahan pokok merupakan kebutuhan yang paling dasar bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena itu kebutuhan atas sembilan bahan pokok ini termasuk kedalam kebutuhan primer yang tidak dapat ditukar atau diganti dengan kebutuhan sekunder maupun tersier. Dalam penelitian ini akan dipaparkan tingkat pemenuhan sembilan bahan pokok atau kebutuhan pokok minimal keluarga, sesuai dengan pendapat Totok Mardikanto (1990:23) kebutuhan 9 bahan pokok minimum perkapita per tahun meliputi yaitu beras 140 kg, ikan asin 15 kg, gula pasir 3,5 kg, tekstil kasar 4 meter, minyak goreng 6 kg, minyak tanah 60 liter, garam 9 kg, sabun 20 kg, dan kain batik 2 potong. Untuk memenuhi tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat. Adapun rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
(32)
Tabel 2. Rincian Kebutuhan Pokok Minimum Keluarga yang Harus Dipenuhi Perkapita Pertahun di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2012.
No Jenis Kebutuhan Pokok Jumlah Kebutuhan (perkapita pertahun) Harga Per Kg/Lt/Mtr/Pt (Rupiah) Total Kebutuhan (Rupiah) 1 Beras 140 Kg 7.500 1.050.000 2 Ikan asin 15 Kg 6.000 90.000 3 Gula 3,5 Kg 12.000 42.000 4 Tekstil kasar 4 meter 25.000 100.000 5 Minyak goreng 6 Kg 12.000 72.000 6 Minyak tanah 60 Liter 7.000 420.000 7 Garam 9 Kg 3.000 27.000 8 Sabun 20 Kg 10.000 200.000 9 Kain batik 2 Potong 100.000 200.000
Jumlah 2..201.000
Sumber: Harga jual di Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Bulan Desember Tahun 2012.
Dari Tabel 2 di atas, maka hasil penjumlahan seluruh kebutuhan pokok yang kemudian disesuaikan dengan nilai rupiah, kebutuhan pokok minimum satu tahun berdasarkan harga barang konsumsi sembilan bahan pokok di daerah penelitian adalah sebesar Rp 2.201.000,- dan untuk menghitung standar pemenuhan pokok minimum perkapita per bulan maka dapat dihitung dengan cara membagi standar pemenuhan pokok per tahun dengan 12 bulan, yaitu Rp 2.201.000 : 12 bulan = Rp 183.417,- dengan demikian, standar kebutuhan pokok perkapitanya per bulan yaitu sebesar Rp 183.417.
Maka pemenuhan kebutuhan pokok minimum pada setiap orang akan terpenuhi apabila pengeluarannya lebih besar atau sama dengan Rp 2.201.000 per tahun atau Rp 183.417 per bulan dan tidak terpenuhi apabila pengeluarannya lebih kecil dari dari Rp 2.201.000 per tahun atau Rp 183.417 per bulan.
(33)
3.5.Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Berdasarkan Totok Markidianto (1990:24), perhitungan garis kemiskinan dilakukan dengan membandingkan antara nilai kebutuhan sembilan bahan pokok minimum tersebut dengan pendapatan absolut per kepala per bulan. Klasifikasinya adalah: < 75% miskin sekali, 75%-125% miskin, 125%-200% hampir miskin dan > 200% tidak miskin. Sehingga dalam menilai tingkat garis kemiskinan menggunakan perbandingan nilai kebutuhan sembilan bahan pokok dengan pendapatan.
B.Kerangka Pikir
Bahwa keberadaan obyek wisata akhir ini, diharapkan dapat berkembang di seluruh wilayah dan pelosok Indonesia. Hal ini, karena semakin sulitnya kesempatan kerja di berbagai bidang pekerjaan dan industri. Oleh karena itu, perlu ditemukan upaya-upaya dalam membuka lapangan dan kesempatan kerja agar dapat memberikan kesempatan kerja dan usaha pada masyarakat yang ada di wilayah kota dan pedesaan.
Suatu upaya pengembangan kesempatan kerja yang harus diupayakan pemerintah hendaknya mengarah kepada aneka keahlian dan keterampilan masyarakat, namun hal ini masih nampak sulit untuk dapat ditemukan oleh masyarakat di suatu wilayah-wilayah tertentu. Namun ditemukan adanya wilayah Obyek Wisata
(34)
Pantai Labuhan Jukung yang berada di wilayah Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat, nampaknya menjadi tempat kunjungan para wisatawan dan bahkan telah dikelola oleh beberapa petugas dan beberapa pedagang yang berada di lokasi obyek wisata Pantai Labuhan Jukung.
Berdasarkan pada keberadaan obyek wisata dengan petugas dan pedagang tersebut, menarik bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja Di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
(35)
III.METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antarfenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:29).
Berdasarkan pendapatan tersebut, penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif karena bertujuan untuk menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung, dan ide disampaikan dalam penelitian ini.
B. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2010:173). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung di Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat yang berjumlah 23 orang terdiri atas 9 orang yang berdagang di obyek wisata, 4 orang yang membuka usaha penginapan beserta karyawannya dan 10 orang yang
(36)
menjadi pengelola Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung. Pengelola obyek wisata Pantai Labuhan Jukung hanya bekerja apabila ada aktivitas pariwisata.
Penelitian populasi adalah penelitian semua elemen yang ada di wilayah penelitian (Suharsimin Arikunto, 2010:173). Populasi hanya berjumlah 23 penduduk maka semuanya dijadikan subjek di dalam penelitian ini. Penelitian menggunakan penelitian populasi guna mendeskripsikan sosial ekonomi penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian
Variabel merupakan konsep yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian. Variabel didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi. Variabel dalam penelitian ini yakni Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja Di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan dalam penelitian ini indikatornya adalah mutasi pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, pemenuhan kebutuhan pokok minimum dan tingkat kemiskinan.
1. Variabel penelitian
Langkah penting dalam penelitian ini adalah penentuan variabel. Menurut Kusmayadi (2000:22) variabel adalah unsur yang diteliti, merupakan ciri yang melekat pada objek penelitian tersebut. Variabel dalam penelitian ini yakni
(37)
Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
2. Indikator Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat lima indikator penelitian, yaitu jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum dan tingkat kemiskinan.
a. Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan adalah jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata Pantai Labuhan Jukung yaitu dari tidak bekerja menjadi bekerja, bekerja dari jenis yang satu ke jenis yang lain, dan berubahnya volum pekerjaan (dari sedikit ke banyak dan dari banyak ke sedikit).
b. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan rata-rata per bulan penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung dinyatakan dalam satuan rupiah.
(38)
c. Tingkat Pendidikan Anak
Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh anak-anak dari penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung. Menurut Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pendidikan dikategorikan menjadi 3 yaitu:
1. Pendidikan dasar (SD, SLTP, MTS)
2. Pendidikan menengah (SLTA, SMK, MAN) 3. Pendidikan tinggi (Sarjana, Diploma)
d. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum
Tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pemenuhan akan kebutuhan pokok minimum yang meliputi 9 bahan pokok perkapita per tahun yang dituangkan dalam satuan rupiah, dengan ketentuan:
a) Terpenuhi : Apabila jumlah pengeluaran perkapita per bulan lebih besar dari atau sama dengan Rp 183.417,- b) Tidak terpenuhi : Apabila jumlah pengeluaran perkapita per bulan kurang dari Rp 183.417,-
e. Tingkat Kemiskinan
Dalam melihat garis kemiskinan digunakan teori Totok Mardikanto dengan keriteria yaitu:
a) Miskin sekali jika kebutuhan pokok terpenuhi < 75% b) Miskin jika kebutuhan pokok terpenuhi 75%-125%
(39)
c) Hampir miskin jika kebutuhan pokok terpenuhi > 125% -200% d) Tidak miskin jika kebutuhan terpenuhi > 200%
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Menurut Kusmayadi (2000:84), observasi adalah cara pengumpulan data dengan meneliti kejadian yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, teknik observasi dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan data awal dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data tentang keadaan lingkungan Obyek Wisat Pantai Labuhan Jukung, jenis pekerjaan dan jenis usaha yang dilakukan penduduk Desa Kampung Jawa kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan terstruktur untuk mendapatkan keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah ada. Interview atau wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (Kusmayadi, 2000:150). Penelitian ini menggunakan teknik wawancara langsung, wawancara terstruktur dengan cara mendatangi langsung penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung dipandu dengan kuisioner. Teknik wawancara dilengkapi dengan kuesioner. Kemudian hal-hal yang ditanyakan yaitu tentang jenis pekerjaan,
(40)
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan anak, tingkat pemenuhan kebutuhan pokok minimum dan tingkat kemiskinan.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah. Teknik Dokumentasi ini memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang didapat dari suatu instansi yang ada hubungannya dengan obyek yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berupa kondisi umum obyek wisata Pantai Labuhan Jukung, banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada pengelolaan obyek wisata dan juga banyaknya penduduk yang bekerja di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis persentase dengan tabel distribusi yang frekuensinya telah diubah dalam persentase (Arief Sadiman, 1990:96). Langkah-langkah dalam penyusunan distribusi persentase yaitu:
1. Membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah Frekuensi (N).
2. Setelah di bagi, hasilnya dikalikan 100 untuk menghasilkan persentase. Distribusi sederhana total (T) dari persentase harus sama dengan 100 namun jika ada pembulatan mungkin sedikit berbeda. Adapun rumus mencari persentase adalah sebagai berikut:
(41)
% =
Keterangan:
% : persentase yang di peroleh f : variabel
N : jumlah frekuensi
(42)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian mengenai “Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja Di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung telah memberikan kesempatan kerja sebanyak 0,01% (23 orang) bagi penduduk Desa Kampung Jawa, menjadi pedagang bakso, rumah makan, pedagang kelontong, penjual minuman, pengusaha penginapan, karyawan penginapan dan pengelola di obyek wisata. 2. Pendapatan total pedagang sebesar Rp 26.500.000/bulan atau rata-rata
pendapatan sebesar Rp 2.944.444/pedagang, pendapatan total dan rata-rata pengusaha penginapan sebesar Rp 10.800.000/bulan, pendapatan total karyawan penginapan sebesar Rp 1.500.000/bulan atau rata-rata pendapatan sebesar Rp 500.000/karyawan penginapan, dan pendapatan total pengelola sebesar Rp 12.651.000/bulan atau rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.265.100/pengelola.
3. Tingkat pendidikan anak pedagang (3 belum sekolah, 12 SD/SMP, 7 SMA, dan 5 PT), anak pengusaha penginapan (1 belum sekolah, 2 SD/SMP, dan 1 SMA),
(43)
anak karyawan penginapan (4 SD/SMP), dan anak pengelola (9 SD/SMP, 23 SMA, dan 1 PT).
4. Sebanyak 86,96% (20 penduduk) terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum (bekerja sebagai pedagang, pengusaha penginapan dan pengelola), dan 13,04% (3 penduduk) tidak terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum (bekerja sebagai karyawan penginapan).
5. Sebanyak 86,96% (20 penduduk) berada pada kondisi hampir miskin bahkan tidak miskin (bekerja sebagai pedagang, pengusaha penginapan dan pengelola) dan 13,04% (3 penduduk) berada pada kondisi miskin (bekerja sebagai karyawan penginapan).
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Disarankan kepada pihak pengelola Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung agar dapat lebih kreatif dan mampu mengadakan kegiatan yang dapat menarik pengunjung untuk berkunjung ke obyek wisata pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) selain aktivitas pariwisata, sehingga pengunjung dapat ditarik retribusi biaya masuk setiap akhir pekan sehingga pendapatan pengelola dapat meningkat lagi dari yang mereka dapatkan sekarang.
2. Disarankan kepada pemilik penginapan agar karyawan penginapan yang bekerja dinaikkan gajinya, minimal gajinnya per bulan sesuai dengan UMP Provinsi Lampung tahun 2013.
(44)
3. Disarankan kepada karyawan penginapan supaya diusahakan anak-anaknya bersekolah semaksimal mungkin, dimana pendidikan ini terkendala oleh biaya oleh sebab itu orang tua yang berpendapatan rendah untuk mencari nafkah lebih maksimal lagi agar dapat membiayai sekolah anaknya.
4. Disarankan kepada penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata apabila belum terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum dapat bekerja lebih keras dan kreatif lagi agar pendapatannya per bulan dapat meningkat dari sekarang.
5. Disarankan kepada penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata yang berada pada kondisi miskin agar mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatannya per bulan agar dapat mengentaskan kemiskinan keluarganya.
(45)
DAFTAR PUSTAKA
Arief Sadiman. 1990. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan. Erlangga. Jakarta.
_______. 1994. Sadar Wisata 1. Departemen Pariwisata. Jakarta.
_______. 2004. Panduan Sadar Wisata I. Departemen Pariwisata. Jakarta. Bintarto. 1977. Geografi Sosial. U.P Spring. Yogyakarta.
Bintarto, 1987. Geografi Penduduk dan Demografi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Chafid Fandeli. 1995. Dasar-Dasar Manejemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.
Eldes Safitri. 2013. Deskripsi Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bumi Di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Ida Bagus Mantra. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. I Gede Sugiyanta. 2006. Geomorfologi II (Bahan Ajar). Unila. Bandar Lampung.
James J. Spillane. 1999. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lukman Sutrisno. 1997. Kemiskinan Perempuan dan Pemberdayaan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever. 1982. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarata.
(46)
Nora Fidya. 2010. Peranan Obyek Wisata Tabek Indah Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Pamanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Oka A.Yoeti. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Profil Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat Ramaini. 1992. Geografi Pariwisata. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
RinekaCipta. Jakarta.
Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sumiyarti. 2011. Tinjauan Geografis Pola Pemukiman Penduduk Di Desa Sindang Agung Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011. (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Suryatna Rafi’i. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung. Supeno. 1982. IPS Geografi dan Kependudukan. Tiga Serangkai. Solo. SISDIKNAS. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara. Bandung.
Totok Mardikanto. 1990. Pembangunan Pertanian. PT. Tri Tunggal Tata Fajar. Surakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung. Alumni.
WS. Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.
Http : // Wikipedia. Org/Wiki/Upah_Minimum_Provinsi Lampung Tahun 2013. www.google.com. Diakses, Selasa 5 Maret 2013 Pukul 19.50 WIB.
Http : // Www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/1120.pdf. Diakses, Minggu 18 Agustus Pukul 19.20 WIB.
(1)
% =
Keterangan:
% : persentase yang di peroleh
f : variabel
N : jumlah frekuensi
(2)
83
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian mengenai
“Deskripsi Sosial Ekonomi Penduduk Desa Kampung Jawa Yang Bekerja Di Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung telah memberikan kesempatan kerja sebanyak 0,01% (23 orang) bagi penduduk Desa Kampung Jawa, menjadi pedagang bakso, rumah makan, pedagang kelontong, penjual minuman, pengusaha penginapan, karyawan penginapan dan pengelola di obyek wisata. 2. Pendapatan total pedagang sebesar Rp 26.500.000/bulan atau rata-rata
pendapatan sebesar Rp 2.944.444/pedagang, pendapatan total dan rata-rata pengusaha penginapan sebesar Rp 10.800.000/bulan, pendapatan total karyawan penginapan sebesar Rp 1.500.000/bulan atau rata-rata pendapatan sebesar Rp 500.000/karyawan penginapan, dan pendapatan total pengelola sebesar Rp 12.651.000/bulan atau rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.265.100/pengelola.
3. Tingkat pendidikan anak pedagang (3 belum sekolah, 12 SD/SMP, 7 SMA, dan 5 PT), anak pengusaha penginapan (1 belum sekolah, 2 SD/SMP, dan 1 SMA),
(3)
anak karyawan penginapan (4 SD/SMP), dan anak pengelola (9 SD/SMP, 23 SMA, dan 1 PT).
4. Sebanyak 86,96% (20 penduduk) terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum (bekerja sebagai pedagang, pengusaha penginapan dan pengelola), dan 13,04% (3 penduduk) tidak terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum (bekerja sebagai karyawan penginapan).
5. Sebanyak 86,96% (20 penduduk) berada pada kondisi hampir miskin bahkan tidak miskin (bekerja sebagai pedagang, pengusaha penginapan dan pengelola) dan 13,04% (3 penduduk) berada pada kondisi miskin (bekerja sebagai karyawan penginapan).
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Disarankan kepada pihak pengelola Obyek Wisata Pantai Labuhan Jukung
agar dapat lebih kreatif dan mampu mengadakan kegiatan yang dapat menarik pengunjung untuk berkunjung ke obyek wisata pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu) selain aktivitas pariwisata, sehingga pengunjung dapat ditarik retribusi biaya masuk setiap akhir pekan sehingga pendapatan pengelola dapat meningkat lagi dari yang mereka dapatkan sekarang.
2. Disarankan kepada pemilik penginapan agar karyawan penginapan yang bekerja dinaikkan gajinya, minimal gajinnya per bulan sesuai dengan UMP Provinsi Lampung tahun 2013.
(4)
85
3. Disarankan kepada karyawan penginapan supaya diusahakan anak-anaknya bersekolah semaksimal mungkin, dimana pendidikan ini terkendala oleh biaya oleh sebab itu orang tua yang berpendapatan rendah untuk mencari nafkah lebih maksimal lagi agar dapat membiayai sekolah anaknya.
4. Disarankan kepada penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata apabila belum terpenuhi pemenuhan kebutuhan pokok minimum dapat bekerja lebih keras dan kreatif lagi agar pendapatannya per bulan dapat meningkat dari sekarang.
5. Disarankan kepada penduduk Desa Kampung Jawa yang bekerja di obyek wisata yang berada pada kondisi miskin agar mencari pekerjaan sampingan untuk menambah pendapatannya per bulan agar dapat mengentaskan kemiskinan keluarganya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arief Sadiman. 1990. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan. Erlangga. Jakarta.
_______. 1994. Sadar Wisata 1. Departemen Pariwisata. Jakarta.
_______. 2004. Panduan Sadar Wisata I. Departemen Pariwisata. Jakarta. Bintarto. 1977. Geografi Sosial. U.P Spring. Yogyakarta.
Bintarto, 1987. Geografi Penduduk dan Demografi. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Chafid Fandeli. 1995. Dasar-Dasar Manejemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.
Eldes Safitri. 2013. Deskripsi Obyek Wisata Pemandian Air Panas Bumi Di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Gamal Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Ida Bagus Mantra. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. I Gede Sugiyanta. 2006. Geomorfologi II (Bahan Ajar). Unila. Bandar Lampung.
James J. Spillane. 1999. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lukman Sutrisno. 1997. Kemiskinan Perempuan dan Pemberdayaan. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Ever. 1982. Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Perilaku Menyimpang. Rajawali. Jakarata.
(6)
Nora Fidya. 2010. Peranan Obyek Wisata Tabek Indah Terhadap Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Pamanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. (Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Oka A.Yoeti. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.
Profil Desa Kampung Jawa Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Lampung Barat Ramaini. 1992. Geografi Pariwisata. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
RinekaCipta. Jakarta.
Sujali. 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sumiyarti. 2011. Tinjauan Geografis Pola Pemukiman Penduduk Di Desa Sindang Agung Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara Tahun 2011.
(Skripsi). Unila. Bandar Lampung.
Suryatna Rafi’i. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung. Supeno. 1982. IPS Geografi dan Kependudukan. Tiga Serangkai. Solo. SISDIKNAS. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara. Bandung.
Totok Mardikanto. 1990. Pembangunan Pertanian. PT. Tri Tunggal Tata Fajar. Surakarta.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung. Alumni.
WS. Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.
Http : // Wikipedia. Org/Wiki/Upah_Minimum_Provinsi Lampung Tahun 2013. www.google.com. Diakses, Selasa 5 Maret 2013 Pukul 19.50 WIB.
Http : // Www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/1120.pdf. Diakses, Minggu 18 Agustus Pukul 19.20 WIB.