PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA

KOTA METRO

Oleh: DIAN ANTIKA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas I B SDN 1 Metro Utara yang diketahui dari hasil observasi dan wawancara. Presentase siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori “baik” dan “sangat baik” hanya mencapai 51,61% (16 siswa) dari 31 siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IB SDN 1 Metro Utara menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar observasi dan soal- soal tes. Data yang didapat dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe examples non examples dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas I B SDN 1 Metro Utara. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai motivasi belajar siswa pada siklus I mencapai 64,03 dengan kategori “cukup”, meningkat sebesar 9,19 menjadi 73,23 dengan kategori “baik” pada siklus II, kemudian meningkat kembali sebesar 2,74 menjadi 75,97 dengan kategori “baik” pada siklus III. Rata-rata hasil belajar pada siklus I mencapai 68,67 dengan kategori “baik” meningkat sebesar 4,80 menjadi 73,74 dengan kategori “baik” pada siklus II, kemudian meningkat kembali sebesar 2,26 menjadi 75,73 dengan kategori “baik” pada siklus III.

Kata Kunci : Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples, Motivasi Belajar, Hasil Belajar.


(2)

(3)

PENERAPAN MODEL NON EXAMPLES

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1 B

PROGRAM STUDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1 B SDN 1 METRO UTARA

KOTA METRO

(Skripsi)

Oleh Dian Antika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

2014

TIPE EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1.Kerangka Berpikir Penelitian ... 34 1.1.Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 36 1.1.Peningkatan nilai kinerja guru siklu I, II dan III ... 106 1.2.Peningkatan nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada

siklus I, II dan III ... 107 1.3.Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik di SD ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 10

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 11

3. Tujuan Pembelajaran Tematik ... 11

4. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik ... 12

B. Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar... 14

2. Teori-Teori Belajar ... 15

3. Motivasi Belajar ... 18

a. Pengertian Motivasi Belajar ... 18

b. Fungsi Motivasi Belajar ... 19

c. Indikator dan Alat Ukur Motivasi ... 20

4. Hasil Belajar ... 21

a. Pengertian Penilaian Autentik ... 23

b. Jenis-Jenis Penilaian Autentik ... 24

C. Model Pembelajaran ... 25

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 25

2. Macam-Macam Model Pembelajaran ... 26

3. Model Cooperative Learning ... 27

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning ... 28

5. Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples ... 29

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples ... 30


(6)

E. Kerangka Pikir ... 33

F. Hipotesis Tindakan... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Setting Penelitian ... 37

1. Subjek Penelitian ... 37

2. Tempat Penelitian ... 37

3. Waktu Penelitian ... 37

C. Teknik Pengumpul Data ... 37

1. Teknik Non Tes ... 37

2. Teknik Tes ... 37

D. Alat Pengumpul Data ... 38

1. Alat Pengumpul Data Kualitatif ... 38

2. Alat Pengumpul Data Kuantitaif ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 39

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 43

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 44

1. Siklus I ... 44

2. Siklus II ... 47

3. Siklus III ... 50

G. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 53

H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SDN 1 Metro Utara ... 54

B. Prosedur Penelitian... 54

1. Deskripsi Awal ... 54

2. Refleksi Awal ... 56

C. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I, II dan III ... 56

1. Siklus I ... 56

a. Perencanaan ... 56

b. Pelaksanaan ... 57

c. Pengamatan ... 61

1) Kinerja Guru... 61

2) Motivasi Belajar Siswa ... 64

3) Hasil Belajar Siswa ... 67

d. Refleksi ... 70

e. Saran Perbaikan untuk Siklus II... 72

2. Siklus II ... 75

a. Perencanaan ... 75


(7)

3) Hasil Belajar Siswa ... 85

d. Refleksi ... 88

e. Saran Perbaikan untuk Siklus III ... 90

3. Siklus III ... 91

a. Perencanaan ... 91

b. Pelaksanaan ... 92

c. Pengamatan ... 96

1) Kinerja Guru... 96

2) Motivasi Belajar Siswa ... 99

3) Hasil Belajar Siswa ... 101

d. Refleksi ... 105

D. Pembahasan ... 105

1. Kinerja Guru ... 105

2. Motivasi Belajar Siswa ... 106

3. Hasil Belajar Siswa ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat-surat ... 116

2. Perangkat pembelajaran a. Siklus 1 ... 122

b. Siklus II ... 134

c. Siklus III ... 147

3. Kinerja Guru a. Siklus 1 ... 160

b. Siklus II ... 164

c. Siklus III ... 168

4. Motivasi Belajar Siswa a. Siklus 1 ... 172

b. Siklus II ... 175

c. Siklus III ... 178

5. Hasil belajar siswa a. Siklus 1 ... 181

b. Siklus II ... 183

c. Siklus III ... 185

6. Nilai unjuk kerja siswa a. Siklus 1 ... 187

b. Siklus II ... 189

c. Siklus III ... 191


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Persentase hasil belajar siswa tema kegemaranku kelas 1 ... 4

3.1. Penskoran kinerja guru ... 39

3.2. Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai ... 40

3.3. Penskoran motivasi belajar siswa ... 40

3.4. Kategori motivasi belajar siswa berdasarkan perolehan nilai ... 41

3.5. Penskoran psikomotor siswa siklus I dan II ... 42

3.6. Penskoran psikomotor siswa siklus III ... 42

3.7. Kategori hasil belajar psikomotor siswa ... 42

3.8. Kategori hasil belajar koghnitif siswa ... 43

4.1. Nilai kinerja guru siklus I ... 62

4.2. Nilai motivasi belajar siswa siklus I ... 65

4.3. Persentase motivasi belajar siswa siklus I ... 66

4.4. Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 67

4.5. Hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 68

4.6. Persentase hasil belajar siklus I ... 69

4.7. Nilai kinerja guru siklus II ... 79

4.8. Nilai motivasi belajar siswa siklus II ... 82

4.9. Persentase motivasi belajar siswa siklus II ... 84

4.10 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 85

4.11 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 86

4.12 Persentase hasil belajar siswa siklus II ... 87

4.13. Nilai kinerja guru siklus III ... 96

4.14. Nilai motivasi belajar siswa siklus III ... 99

4.15. Persentase motivasi belajar siswa siklus III ... 101

4.16. Hasil belajar kognitif siswa siklus III ... 102

4.17. Hasil belajar psikomotor siswa siklus III ... 103

4.18. Persentase hasil belajar siswa siklus III ... 104

4.19. Rekapitulasi nilai kinerja guru setiap siklus ... 106

4.20. Rekapitulasi motivasi belajar siswa setiap siklus ... 107


(10)

(11)

(12)

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Lokasi Penelitian

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas Kota Metro” adalah

bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumber dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaima

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang

HALAMAN PERYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Dian Antika Nomor Pokok Mahasiswa : 1013053007

: S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Ilmu Pendidikan

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Penelitian : SDN 1 Metro Utara

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 B SDN 1 Metro Utara adalah asli hasil penelitian saya dan tidak bersifat plagiat, kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari sumber dan disebutkan dalam Daftar

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaima

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku.

Metro, 10 Juni

Yang membuat pernyataan,

Dian Antika S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Examples Non Examples untuk 1 B SDN 1 Metro Utara asli hasil penelitian saya dan tidak bersifat plagiat, kecuali bagian tertentu yang dirujuk dari sumber dan disebutkan dalam Daftar

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup

10 Juni 2014 Yang membuat pernyataan,


(13)

MOTO

Berusaha, bekerja keras dan berdoalah…

Karena sesungguhnya kesuksesan tidak akan datang pada orang yang hanya berdiam diri (Dian Antika)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka

(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah: 186).


(14)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirrohim

Kupersembahkan karya tulis ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan bentuk terima kasih kepada orang tua tersayang:

Bapak Slamet dan Ibu Sri Nurlita

Yang telah bekerja keras, sehingga dapat mengantarkanku di bangku kuliah. Terima kasih atas pengorbanan yang diberikan serta do’a yang tulus, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Seluruh sahabatku mahasiswa SI PGSD angkatan 2010 Terima kasih karena telah menjadi sahabat dan teman seperjuanganku dikala sedih

maupun senang dan menjadi sumber motivasiku untuk terus bergerak maju, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwosari, Kecamatan Metro Utara Kota Metro, pada tanggal 06 April 1992, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Slamet dan Ibu Sri Nurlita. Pendidikan penulis dimulai dari TK Dharma Wanita Kecamatan Metro Utara Kota Metro tahun 1997 dan selesai tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 4 Metro Utara Kota Metro kemudian selesai pada tahun 2004, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Metro Utara Kota Metro kemudian selesai pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3 Metro Utara Kota Metro dan selesai pada tahun 2010, selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 B SDN 1 Metro Utara Kota Metro”, sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD Metro.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD Metro.

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Lampung sekaligus pembahas, yang telah memberikan dukungan, saran, serta masukan yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro, Dosen Pembimbing Akademik, serta Dosen Pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ilmu yang dimiliki


(17)

skripsi ini dengan lancar.

5. Bapak Drs. Mugiadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan ilmu, saran dan masukan yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

6. Ibu Mundriyani, S.Pd.SD., selaku Kepala SDN 1 Metro Utara yang telah memberikan izin dan selalu memberikan semangat dalam pelaksanaan penelitian.

7. Ibu Maryatun, A.Ma., selaku Guru Kelas 1 B SDN 1 Metro Utara serta siswa-siswi kelas 1 B SDN 1 Metro Utara yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh Staf pengajar PGSD FKIP Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

9. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan doa luar biasa demi keberhasilan proses pembuatan skripsi.

10. Adik-adikku serta keluarga besarku yang senantiasa memberiku semangat dan doa.

11. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 yang telah menjadi keluarga dan memberikan dukungan serta semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.


(18)

bagi semua orang yang membacanya.

Metro,12 Juni 2014 Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha pendewasaan diri melalui pentransferan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan dan bimbingan untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Era globalisasi abad ke-21 ini, menuntut manusia untuk lebih cerdas, lebih terampil dan memiliki karakter yang baik sehingga mampu menghadapi tantangan di era global yang sangat kompetitif. Demi membentuk manusia Indonesia yang mampu menghadapi tantangan di era global, maka pemerintah terus melakukan peningkatan mutu pendidikan. Salah satunya dengan memperbaiki sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Pada tahun 2013 pemerintah melakukan perbaikan sistem pendidikan dengan menerapkan kurikulum baru yang berbasis kompetensi dan karakter. Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter ini, merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(20)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, tujuan kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Melalui penerapan Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan karakter diharapkan siswa secara mandiri mampu meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, sehingga mampu bersaing dengan masyarakat dunia lainnya. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional tidak lepas dari kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap satuan pendidikan. Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan harus dibangun oleh individu sendiri melalui pengalaman nyata. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 47 Tahun 2007 tertulis bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Menurut Kemendikbud (2013:187) proses pembelajaran untuk jenjang Sekolah Dasar atau yang sederajat menggunakan pendekatan tematik, dimana pembelajaran


(21)

dilaksanakan berdasarkan pada tema-tema tertentu. Menurut Trianto (2010:70) pembelajaran tematik adalah:

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik. Dalam pembelajaran tematik, mata pelajaran-mata pelajaran yang ada di SD digabungkan atau diintegrasikan ke dalam berbagai tema yang dekat dengan lingkungan siswa, serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa sehingga proses belajar akan lebih bermakna bagi siswa.

Menurut Kemendikbud (2013:200) dalam proses pembelajaran tematik, menggunakan pendekatan scientific, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahamai berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak hanya bersumber dari informasi yang disampaikan oleh guru. Penggunaan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran di SD, menunjukan bahwa dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 menganut teori belajar konstruktivisme, dimana siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan-kegiatan ilmiah berupa mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Januari 2014 di kelas 1 B SD Negeri 1 Metro Utara, diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas masih didominasi oleh guru, diamana guru menjadi pihak yang menstranfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator, guru kurang melibatkan siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif, guru lebih sering melaksanakan pembelajaran


(22)

menggunakan metode ceramah dan penugasan, sehingga siswa terlihat kurang tertarik dan merasa jenuh saat pembelajaran berlangsung. Guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran tentunya akan membuat materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa akan lebih mudah dipahami oleh siswa dan lebih bermakna.

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi nilai mid semester siswa, diketahui hasil belajar siswa pada kelas 1 SDN 1 Metro Utara tema Kegemaranku tahun pelajaran 2013/ 2014 adalah sebagai berikut:

Table 1.1 Persentase hasil belajar siswa tema kegemaranku kelas 1

Nilai Skala

0-100 Kategori

Kelas I A Kelas I B Jumlah Siswa Persentase

(%)

Jumlah Siswa Persentase (%) 81 - 100 SB (Sangat Baik) 3 9.68 3 9.68 66 – 80 B (Baik) 14 45.16 13 41.93

51 - 65 C (Cukup) 8 25.81 10 32.26

0 - 50 K (Kurang) 6 19.35 5 16.13

Jumlah 31 100 31 100

Jumlah siswa dengan kategori

baik (≥66) 54.84 51.61

Berdasarkan tabel diatas, diketahui persentase hasil belajar siswa pada tema kegemaranku, untuk kelas I A, siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori „‟sangat baik‟‟ dan „‟ baik‟‟ berjumlah 17 siswa (54,84%), siswa dengan kategori „‟cukup‟‟ dan „‟kurang‟‟ berjumlah 14 siswa (45,16%). Sedangkan untuk kelas 1 B, siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori „‟sangat baik‟‟ dan „‟baik‟‟ berjumlah 16 siswa (51,61%), siswa dengan kategori „‟cukup‟‟ dan „‟kurang‟‟ berjumlah 15 siswa (48,39%). Baik kelas 1 A maupun kelas 1 B, keduanya belum mencapai persentase keberhasilan ≥75%.


(23)

Menurut Mulyasa (2013:131) suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 75% dari seluruh siswa dikelas dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan kategori baik.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga karena kurangnya motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan rendahnya minat dan perhatian siswa saat proses pembelajaran, semangat siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sangat rendah, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berdasarkan nilai hasil belajar kelas 1 A maupun 1 B, keduanya belum mencapai persentase keberhasilan sebesar 75 %, namun kelas 1 B memiliki motivasi belajar yang rendah, sehingga peneliti memilih kelas 1 B sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, peneliti merasa perlu melakukan perbaikan pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan berada pada kategori baik. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas 1 B SDN 1 Metro Utara.

Model cooperative learning adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok dengan struktur kelompok yang heterogen yang dibentuk oleh guru berdasarkan jenis kelamin, suku, dan tingkat kecerdasan siswa. Model cooperative learning tipe examples non examples adalah strategi pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh gambar yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang akan disampaikan. Menurut Isjoni (2007:13) dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses


(24)

pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Selain itu, penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah yang dilakukan oleh McClelland (Suprijono, 2013:162) menyimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar. Sejalan dengan McClelland, menurut Sumiati & Asra (2009:59) motivasi belajar memegang peranan cukup besar terhadap pencapaian hasil belajar. Model cooperative learning tipe examples non examples adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarnyapun akan mrningkat. Menurut Sumiati & Asra (2009:164) penggunaan media pembelajaran bermanfaat untuk menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas, dan kreativitas belajar siswa. Menurut Hamdani (2011:290) motivasi belajar dapat ditingkatkan, ditinggikan, dan dipelihara oleh kondisi-kondisi luar, seperti penyajian pelajaran oleh guru dengan media bervariasi, metode yang tepat, komunikasi yang dinamis dan sebagainya.

Selain pendapat-pendapat para ahli diatas, terdapat beberapa alasan pemikiran mengapa peneliti menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Alasan pertama, menurut teori belajar kognitif yang dikemukakan Piaget (Budiningsih, 2005:37-40) yang menyatakan bahwa anak usia 7-11 tahun (siswa SD) berada pada tahap perkembangan operasional konkret dimana siswa


(25)

pada usia tersebut, mempelajari suatu konsep atau pengetahuan melalui hal-hal yang bersifat konkret atau nyata. Model cooperative learning tipe examples non examples menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah menangkap pelajaran yang diberikan guru karena media gambar membuat suatu konsep menjadi lebih nyata.

Alasan kedua, setelah peneliti mengkaji buku guru dan buku siswa kurikulum 2013 tema “Benda, hewan dan tanaman di sekitarku”, secara umum materi pelajaran dalam setiap kegiatan pembelajaran disampaikan menggunakan gambar-gambar, sehingga penggunaan model cooperative learning tipe examples non examples cocok digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 B SDN 1 Metro Utara Kota Metro”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas kurang melibatkan siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan sehingga guru menjadi pihak yang menstransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator.


(26)

2. Dalam proses pembelajaran dikelas, guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif.

3. Dalam proses pembelajaran, guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal, sehingga minat siswa kurang dalam belajar.

4. Rendahnya motivasi belajar siswa, ditunjukan dengan kurangnya minat dan perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta rendahnya semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. 5. Rendahnya hasil belajar siswa dengan persentase siswa yang mendapat

nilai ≥66 dengan kategori baik dan sangat baik hanya mencapai 51,61% (16 siswa) dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 31 siswa.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, diperoleh rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe examples non examples pada pembelajaran tematik kelas 1 B SDN 1 Metro Utara dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe examples non examples pada pembelajaran tematik kelas 1 B SDN 1 Metro Utara dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:


(27)

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas 1 B SDN 1 Metro Utara pada pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 B SDN 1 Metro Utara pada pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.

E.Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong motivasi siswa pada pembelajaran tematik di kelas 1B SDN 1 Metro Utara. 2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tematik di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam penerapan model cooperative learning tipe examples non examples.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengalaman pada saat proses pembelajaran sehingga dapat menjadi guru yang professional.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik di SD

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 yang diterapkan di SD menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu (integrated) yaitu pendekatan pembelajaran yang menyatukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema yang berkaitan dengan kehidupan anak. Menurut Prastowo (2013:223) pembelajaran tematik integrative (terpadu) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Menurut Trianto (2010:70) model pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajaran dapat bermakna bagi siswa.


(29)

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran lainnya. Menurut Kemendikbud (2013:194) karakteristik pembelajaran tematik antara lain adalah:

a) berpusat pada anak; b) memberikan pengalaman langsung pada anak; c) pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan); d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya); e) bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran); f) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).

Sedangkan karakteristik pembelajaran tematik menurut Rusman (2013:258) adalah berpusat pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa; menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan meyenangkan.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran lainnya, pembelajaran tematik sesuai dengan taraf perkembangan siswa SD yang masih berfikir secara holistik.

3. Tujuan Pembelajaran Tematik

Setiap pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran Tematik menurut Sukayati (Prastowo, 2013:140) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna.


(30)

2. Mengembangkan kemampuan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.

5. Meningkatkan gairah dalam belajar.

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa.

Sedangkan Tujuan pembelajaran tematik menurut Kemendikbud (2013:193) adalah sebagai berikut:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu 2) Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama

3) Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan

4) Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik

5) Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6) Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas

7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8) Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pembelajaran tematik memiliki banyak tujuan yang sangat baik, tentunya tujuan-tujuan pembelajaran tematik akan tercapai jika guru dapat melaksanakan pembelajaran tematik di kelas dengan baik dan benar.

4. Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran Tematik

Pendekatan scientific merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang dirancang agar siswa secara aktif mengkontruksi sebuah konsep,


(31)

prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan hasil temuannya kepada orang lain atau khalayak. Menurut Kemendikbud (2013:209)pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Langkah-langkah pendekatan scientific menurut Kemendikbud (2013:9-11) adalah sebagai berikut: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, mengkomunikasikan. a. Mengamati, mengamati atau observasi dapat dilakukan siswa melalui

kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

b. Menanya, siswa mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati.

c. Mengumpulkan informasi/ mencoba, setelah bertanya, kegiatan yang dilakukan siswa adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, seperti membaca, mengamati fenomena yang terjadi bahkan melakukan percobaan. Metode eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu afektif, kognitif dan psikomotor.

d. Mengasosiasikan/ menalar, merupakan proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.


(32)

e. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan scientific adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui kegiatan ilmiah dengan langkah-langkah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, mengkomunikasikan.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh keterampilan atau kompetensi tertentu melalui latihan dan interaksi dengan lingkungan. Menurut Suprihatiningrum (2013:14) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Uno & Nurdin (2012:138) belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan dan pengalaman baru ke arah yang lebih baik. Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara


(33)

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Prastowo (2013:65) belajar adalah suatu proses mental yang tidak terlihat melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa. Menurut Ahmadi (2009) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dilakukan secara sadar melalui pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan.

2. Teori-Teori Belajar

Teori belajar merupakan suatu penjelasan bagaimana proses perubahan tingkah laku itu dilakukan oleh siswa. Menurut Trianto (2011:27) teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Ada banyak teori belajar yang berkembang dalam dunia pendidikan, antara lain sebagai berikut:

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses membangun pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa itu sendiri. Menurut Vygotsky (Komalasari, 2010:22) perolehan pengetahuan seseorang dan perkembangan kognitif seseorang sesuai dengan teori sosiogenetis. Artinya pengetahuan dan


(34)

perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya. Menurut Trianto (2011:28) teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut Sumiati & Asra (2009:15) teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa belajar adalah proses mengkontruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dialami siswa sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan sekitar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa teori belajar konstruktivisme berpendapat bahwa belajar merupakan proses membangun atau mengkontruksikan pengetahuan yang dilakukan oleh siswa sendiri berdasarkan pengalaman yang dialami siswa.

b. Teori Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu aktiviatas berfikir. Menurut Bruner (Komalasari, 2010:21) proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Menurut Piaget (Budiningsih, 2005:37-40) perkembangan kognitif individu terbagi menjadi empat tahapan yaitu: 1) tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun); 2) tahap preoperasional (umur 2-7 tahun); 3) tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun); 4) tahap


(35)

operasional formal (11-18 tahun). Menurut Komalasari (2010:20) teori perkembangan kognitif berpandangan bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada diluar tahap kognitifnya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar menurut teori perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir melalui tahap-tahap perkembangan untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan, dimana setiap tahap-tahap perkembangannya akan dilalui secara berurutan dan siswa tidak dapat belajar sesuatu yang diluar tahap perkembangan kognitifnya.

c. Teori Pembelajaran Perilaku (Behaviorisme)

Teori behaviorisme berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku karena adanya stimulus atau rangsangan. Menurut Torndike (Suprijono, 2013:20) belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut dengan stimulus dan respons artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Budiningsih (2005:20) menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan perubahan tingkah laku.


(36)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa menurut teori behaviorisme, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh adanya stimulus dan respons.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi belajar adalah dorongan yang menyebabkan siswa aktif dalam belajar. Menurut Dimyati & Mudjiono (2009:296) motivasi adalah tenaga pendorong yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut Suprijono (2013:163) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Menurut Hamdani (2011:290) motivasi adalah daya atau perbuatan yang mendorong seseorang; tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai akibat dari adanya motivasi tersebut. Sedangkan menurut Sumiati & Asra (2009:59) motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong siswa untuk berperilaku yang langsung menyebabkan munculnya perilaku dalam belajar. Munurut Sardiman (2011:75) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Menurut Hanafiah & Cucu (2010:26) fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1) alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik; 2) alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik; 3) alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian


(37)

tujuan pembelajaran; 4) alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna. Menurut Eggen, Paul & Don Kauchak (2012:9) domain afektif atau sikap terkait dengan sikap, motivasi, kesediaan berpartisipasi, menghargai apa yang sedang dipelajari, dan pada akhirnya menghayati nilai-nilai itu kedalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam maupun dari luar individu untuk melakukan kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan perilaku.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan suatu dorongan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar memiliki beberapa fungsi. Menurut Hanafiah & Cucu (2010:26) fungsi motivasi adalah sebagai berikut: a) alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik (siswa); b) alat untuk mempengaruhi prestasi peserta didik; c) alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran; d) alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna. Sedangkan menurut Suprijono (2013:163-164) motivasi memiliki fungsi: a) mendorong peserta didik (siswa) untuk berbuat; b) menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai; c) menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan pembelajaran.


(38)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar berfungsi untuk memberi petunjuk kepada siswa dalam menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan dan kegiatan apa yang seharusnya tidak dilakukan, guna tercapainya tujuan pembelajaran.

c. Indikator dan Alat Ukur Motivasi 1) Indikator motivasi belajar

Indikator merupakan suatu penanda tercapainya sesuatu. Untuk mengukur motivasi belajar siswa, diperlukan suatu indikator motivasi belajar, sehingga motivasi belajar tersebut dapat diukur. Menurut Hamzah B. Uno (Suprijono, 2013:163) indikator motivasi belajar adalah: a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; d) adanya penghargaan dalam belajar; e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; f) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik (siswa) dapat belajar dengan baik. Sedangkan kriteria atau indikator motivasi menurut Sudjana (2010:61) adalah: a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; b) semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; c) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; d) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.


(39)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menggunakan indikator motivasi belajar menurut Sudjana (2010:61).

2) Alat ukur motivasi

Terdapat beberapa instrumen atau alat yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa. Menurut Hanafiah & Cucu (2010:29) motivasi seseorang dapat diukur menggunakan: a) tes tindakan; b) kuesioner; c) mengarang bebas untuk memahami informasi tentang visi dan aspirasinya; d) tes prestasi; e) skala untuk memahami informasi tentang sikapnya. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010:135) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu: a) tes proyektif; b) kuesioner; c) observasi perilaku.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti mengukur motivasi belajar siswa menggunakan teknik observasi yaitu dengan cara mengamati perilaku siswa berdasarkan indikator motivasi belajar.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah mengalami dan melakukan proses belajar. Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai, pengertian-pengertian, sikap–sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013:37) hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Menurut Sudjana (2010:22) hasil belajar adalah


(40)

kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Djamarah & Aswan (2006:11) hasil kegiatan belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior. Menurut Sanjaya (2008:111) hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari penilaian. Menurut Kunandar (2013:61) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik (siswa) setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan Bloom (Sudjana, 2010:22-23) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif (intelektual), ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotoris (keterampilan atau kemampuan bertindak).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah proses belajar yang dapat diukur dan diamati berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas, peneliti dalam penelitian ini akan menilai ketiga ranah yang merupakan hasil belajar yaitu ranah afektif, ranah kognitif, dan ranah psikomotor yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Ranah afektif, penilaian untuk ranah sikap ini diintegrasikan ke dalam penilaian motivasi belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Eggen, Paul & Don Kauchak (2012:9) yang menyatakan bahwa domain afektif atau sikap salah satunya terkait dengan motivasi.


(41)

b. Ranah kognitif, penilaian ranah pengetahuan ini dinilai menggunakan soal-soal tes yang mengacu pada indikator pembelajaran.

c. Ranah psikomotor, penilaian ranah keterampilan ini dinilai menggunakan penilaian kinerja. Setiap kinerja yang dinilai, sesuai dengan rubrik penilaian kinerja yang ada pada buku guru kurikulum 2013 tema “Benda, hewan dan tanaman di sekitarku”. Penilaian kinerja untuk siklus I adalah menyanyikan lagu “Kucingku belang tiga” dan untuk siklus II adalah menyanyikan lagu “Pepaya mangga pisang jambu” dengan kriteria yang dinilai sesuai dengan buku guru tema “Benda, hewan dan tanaman di sekitarku”(2013:37) yaitu kemampuan bernyanyi dan kepercayaan diri. Sedangkan untuk siklus III penilaian kinerja mengelompokkan dan merapikan benda dengan kriteria yang dinilai sesuai dengan buku guru tema “Benda, hewan dan tanaman di sekitarku”(2013:91) yaitu kerja sama, keaktifan dalam diskusi, ketepatan waktu menyelesaikan tugas, ketepatan mengelompokkan benda dan kerapian mengelompokkan benda.

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan diukur menggunakan penilaian autentik.

a. Pengertian Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah penilaian yang sebenarnya. Kegiatan penilaian dilakukan dengan sebenarnya dan menggunakan alat yang sesuai dengan ranah yang dinilai. Menurut Kemendikbud (2013:240) asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan


(42)

pengetahuan. Menurut Kemendikbud (2013:7) penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian autentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan. Menurut Komalasari (2010:148) penilaian autentik adalah:

suatu penilaian belajar yang menunjuk pada situasi atau konteks „‟dunia nyata‟‟ yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinana bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Asesmen autentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Penilaian autentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik adalah penilaian yang dilakukan secara keseluruhan meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa dengan menggunakan alat ukur yang tepat.

b. Jenis-Jenis Penilaian Autentik

Penilaian di SD dilakukan dengan berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Depdiknas (Komalasari, 2010:153) jenis penilaian autentik antara lain adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, portofolio dan penilaian diri. Menurut Kunandar (2013:99-313)


(43)

jenis penilaian autentik untuk menilai hasil belajar berupa ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan keterampilan (psikomotor) adalah sebagai berikut: 1) ranah sikap, menggunakan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal dan wawancara; 2) ranah pengetahuan, menggunakan tes tertulis, tes lisan dan penugasan/ proyek; 3) ranah keterampilan, menggunakan penilaian unjuk kerja (performance), penilaian proyek, portofolio dan penilaian produk.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa banyak sekali jenis penilaian autentik yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang meliputi tiga aspek atau ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, dimana setiap aspek dinilai menggunakan teknik yang berbeda untuk memperoleh hasil penilaian yang tepat atau valid.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menentukan model pembelajaran yang tepat digunakan dalam penyampaian materi pelajaran atau kompetensi dasar tertentu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Menurut Warsono & Hariyanto (2012:35) model pembelajaran adalah model yang dipilih dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dilakukan dengan sintaks (langkah– langkah yang sistematis dan urut). Menurut Hanafiah & Cucu (2010:41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka


(44)

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Prastowo (2013:65) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola–pola pembelajaran tertentu. Menurut Amri (2013:4) model pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Menurut Komalasari (2010:57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Menurut Suprijono (2013:46) model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual berupa sintaks atau langkah–langkah pembelajaran dari awal sampai akhir yang disusun secara urut dan sistematis yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Macam-Macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu pola konseptual yang menggambarkan suatu kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Terdapat beberapa model–model yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran. Menurut Arends (Trianto, 2010:76) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,


(45)

masing-masing adalah: presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, cooperative learning, pengajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas. Sedangkan menurut Amri (2013:7-8) macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut: model pembelajaran mencari dan bermakna; model pembelajaran terpadu; model pembelajaran kooperatif (cooperative learning); model pembelajaran berdasarkan masalah; model pembelajaran langsung; model pembelajaran kontekstual; model pembelajaran penemuan; model pembelajaran problem solving.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3. Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana kelompok dibuat oleh guru berdasarkan suku, jenis kelamin, tingkat kecerdasan, sehingga tercipta kelompok yang heterogen. Menurut Slavin (2005:4) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Komalasari (2010:62) pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur


(46)

kelompoknya yang bersifat heterogen. Menurut Hamdani (2011:41) model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok–kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Menurut Isjoni (2007:15) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Berdasarkan definisi model cooperative learning menurut para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok dengan struktur kelompok yang heterogen yang dibentuk oleh guru berdasarkan jenis kelamin, suku, dan tingkat kecerdasan siswa.

4. Tipe-Tipe Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Model cooperative learning memiliki banyak sekali tipe. Menurut Komalasari (2010:62) tipe-tipe pembelajaran kooperatif (cooperative learning) antara lain: kepala bernomor; skrip kooperatif; tim siswa kelompok prestasi; berfikir berpasangan berbagi; model jigsaw; melempar bola salju; tim TGT; kooperatif terpadu membaca dan menulis; dan dua tinggal dua tamu. Sedangkan tipe-tipe cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menurut Suprijono (2013:89-133) antara lain adalah Jigsaw, Think-Pair-Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match, Listening Team, Inside-Outside Circle, Bambo Dancing, Point-Counter-Point, The Power of Two, Listening Team, Examples Non Examples, Picture and Picture, Cooperative Scipt, dll.


(47)

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

5. Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples

Model cooperative learning tipe examples non examples merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh gambar yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang akan disampaikan. Dalam model cooperative learning tipe examples non examples siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 2-3 siswa untuk berdiskusi menganalisis gambar-gambar yang diperlihatkan oleh guru. Menurut Huda (2013:234) examples non examples merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan. Sedangkan menurut Hamdani (2011:94) examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD. Menurut Komalasari (2010:61) model cooperative learning tipe examples non examples merupakan model pembelajaran yang membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/ foto/ kasus yang bermuatan masalah.


(48)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe examples non examples adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar-gambar yang sesuai atau relevan dengan KD dan tujuan pembelajaran, dengan tujuan untuk membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis gambar.

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan model cooperative learning tipe examples non examples. Menurut Huda (2013:236) kelebihan model cooperative learning tipe examples non examples adalah: 1) siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; 3) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kekurangannya adalah tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain karena persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu yang lama.

Sejalan dengan Huda, menurut Hamdani (2011:94) kelebihan model cooperative learning tipe examples non examples adalah:

1) siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; 3) siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kekurangannya adalah: 1) tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar; 2) memakan waktu lama.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe examples non examples memiliki banyak


(49)

kelebihan, yaitu membuat siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, siswa tahu aplikasi materi berupa contoh gambar. Setiap kelebihan yang ada pada model pembelajaran cooperative learning tipe examples non examples akan diperoleh siswa jika guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan

7. Langkah-Langkah Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah atau sintaks yang sistematis, begitu pula dengan model cooperative learning tipe examples non examples. Menurut Huda (2013:235) langkah-langkah model cooperative learning tipe examples non examples adalah sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.

c. Guru membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri 2-3 siswa.

d. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan/atau menganalisis gambar. e. Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas.

f. Memberi kesempatan bagi tiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya.

g. Berdasarkan komentar atau diskusi siswa, guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

h. Penutup.

Langkah-langkah pembelajaran model cooperative learning tipe examples non examples sesuai dengan langkah-langkah dalam pendekatan scientific, yang dijelaskan sebagai berikut:


(50)

a) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memperhatikan dan/ atau menganalisis gambar ( mengamati, menanya).

b) Mencatat hasil diskusi dari analisis gambar pada kertas (mengumpulkan informasi/ mencoba, dan mengasosiasikan/ menalar). c) Memberi kesempatan bagi tiap kelompok untuk membacakan hasil

diskusinya (mengkomunikasikan).

D. Penelitian yang Relevan

Peneliti berpendapat bahwa pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Pendapat peneliti ini, diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati mahasiswa Universitas Negeri Malang (Library.um.ac.id) dengan judul ”Penerapan model Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Jetis 1 Pace Nganjuk” menunjukan bahwa penerapan model cooperative learning tipe examples non examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Judul penelitian yang telah dilaksanakan oleh Rahmawati dengan judul penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti, keduanya sama-sama menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples namun perbedaanya terdapat pada subjek yang diteliti, dan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati adalah siswa kelas VI SDN Jetis 1 Pace Nganjuk, sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I B SDN I Metro Utara


(51)

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar, sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh Saudari Rahmawati adalah untuk meningkatkan hasil belajar saja.

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah berupa input, tindakan dan output. Input merupakan masalah-masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 yaitu: 1) proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas kurang melibatkan siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan sehingga guru menjadi pihak yang menstransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator; 2) dalam proses pembelajaran dikelas, guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif; 3) dalam proses pembelajaran, guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal, sehingga minat siswa kurang dalam belajar; 4) rendahnya motivasi belajar siswa, ditunjukan dengan kurangnya minat dan perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta rendahnya semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru; 5) rendahnya hasil belajar siswa dengan presentase siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori baik dan sangat baik hanya mencapai 51,61% (16 siswa) dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 31 siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti mengatasinya dengan menerapkan model cooperative learning tipe examples non examples pada pembelajaran tematik di kelas 1 B SDN 1 Metro Utara, dengan output yang


(52)

diharapkan adalah motivasi belajar siswa meningkat dan hasil belajar siswa meningkat.

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelitian

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas 1 B SDN 1 Metro Utara Kota Metro”.

Masukan (input)

Permasalahan yang muncul pada pelaksanaan pembelajaran tematik kurikulum 2013:

1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas kurang melibatkan siswa dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, mengasosiasikan/ menalar, dan mengkomunikasikan sehingga guru menjadi pihak yang menstransfer pengetahuan bukan sebagai fasilitator.

2. Dalam proses pembelajaran dikelas, guru belum menggunakan model pembelajaran yang variatif.

3. Dalam proses pembelajaran, guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal, sehingga minat siswa kurang dalam belajar.

4. Rendahnya motivasi belajar siswa, ditunjukan dengan kurangnya minat dan perhatian siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta rendahnya semangat siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

5. Rendahnya hasil belajar siswa dengan persentase siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori baik dan sangat baik hanya mencapai 51,61% (16 siswa) dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 31 siswa.

Proses

Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Examples Non Examples Pendekatan scientific

Keluaran (output)


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering juga disebut dengan Classroom Action Research. Menurut Kunandar (2011:46) PTK adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Sedangkan menurut Wardani (2006:1.4) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa PTK adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya untuk memperbaiki pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. Dalam PTK ini peneliti menggunakan PTK model siklus menurut Arikunto,

dkk. (2011:16) dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu; 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) pengamatan; 4) refleksi.


(54)

dst

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Metro Utara Kota Metro dan berkolaborasi dengan guru kelas 1 B. Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Gambar 3.1. Prosedur PTK (Adopsi dari Arikunto, dkk., 2011:16) PERENCANAAN

SIKLUS I PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

PENGAMATAN

PELAKSANAAN SIKLUS II

REFLEKSI

PERENCANAAN

PENGAMATAN

PELAKSANAAN SIKLUS III

PERENCANAAN


(55)

B. Setting Penelitian 1) Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipan antara peneliti dengan guru kelas 1 B SDN 1 Metro Utara. Subjek penelitian ini yaitu guru kelas 1 B dan siswa kelas 1 B yang berjumlah 31 siswa.

2) Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas 1 B SDN 1 Metro Utara yang beralamatkan di Jalan Pattimura No. 36 Banjarsari Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

3) Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015 yaitu pada bulan Januari sampai dengan April.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Teknik non tes, dilakukan dengan observasi. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan mengamati objek secara langsung maupun tidak langsung, menggunakan lembar observasi yang berisi sejumlah indikator atau aspek perilaku yang diamati dengan memberikan tanda cek (√).

b. Teknik tes, digunakan untuk mendapatkan data berupa hasil belajar kognitif siswa kelas 1 B pada pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.


(56)

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat pengumpul data diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Lembar Observasi

Lembar observasi adalah alat yang berisi sejumlah indikator perilaku yang digunakan untuk mengamati seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran pada obyek tertentu, dalam hal ini kinerja guru, motivasi belajar siswa dan hasil belajar psikomotor siswa.

Lembar observasi motivasi belajar siswa berisi 5 indikator perilaku yang diamati yaitu: a) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; b) semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya; c) tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya; d) reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru; e) rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Lembar penilaian hasil belajar psikomotor siswa untuk siklus I dan II terdiri dari 2 kriteria yang dinilai yaitu kemampuan bernyanyi dan kepercayaan diri. Penilaian hasil belajar psikomotor siklus III terdiri dari 5 kriteria yang dinilai yaitu kerja sama, keaktifan dalam diskusi, ketepatan waktu menyelesaikan tugas, ketepatan mengelompokkan benda dan kerapian mengelompokkan benda.

2.Soal-soal Tes

Soal-soal tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar kognitif siswa.


(57)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1.Teknik Analisis Data kualitatif

Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar, hasil belajar psikomotor siswa dan kinerja guru.

a) Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102).

Tabel 3.1. Penskoran kinerja guru.

Skor Keterangan

4 4= Sangat Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul sangat nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati). 3 3= Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan

nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati). 2 2= Cukup (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup

nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati) 1 1= Kurang (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul kurang

nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati).


(58)

Tabel 3.2. Kategori kinerja guru berdasarkan perolehan nilai.

Predikat Nilai

Sangat Baik (A) 90< A ≤100 Baik (B) 75< B ≤ 90 Cukup (C) 60< C ≤75

Kurang (K) ≤60

(Sumber: Kemendikbud, 2013:314)

b) Nilai motivasi belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102).

Tabel 3.3. Penskoran motivasi belajar siswa.

Skor Keterangan

4 4= Sangat Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul sangat nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati).

3 3= Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati). 2 2= Cukup (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup

nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati) 1 1= Kurang (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati).


(59)

Tabel 3.4 Kategori motivasi belajar siswa berdasarkan perolehan nilai.

(Sumber: Kemendikbud, 2013:131)

c) Untuk menghitung persentase keberhasilan motivasi belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

(Sumber: Aqib, dkk., 2011:41)

d) Nilai hasil belajar psikomotor siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap (Sumber: Purwanto, 2008: 102).

Nilai Skala 0-100 Predikat Kategori 86 - 100 A SB (Sangat Baik)

81 – 85 A-

76 – 80 B+

B (Baik)

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 - 65 C+

C (Cukup)

56 - 60 C

51 - 55 C-

46 - 50 D+ K (Kurang)


(60)

Tabel 3.5. Penskoran psikomotor siswa siklus I dan II. Aspek yang

diamati

Skor Keterangan

Kemampuan bernyanyi

4 Memenuhi tiga aspek (hafal syair, nada tepat dan ekspresif)

3 Memenuhi dua dari tiga aspek 2 Memenuhi satu dari tiga aspek

1 Belum mampu memenuhi semua aspek Kepercayaan

diri

4 Tidak terlihat ragu-ragu 3 Terlihat ragu-ragu

2 Memerlukan bantuan guru 1 Belum berani tampil bernyanyi (Sumber: Kemendikbud, 2013:37)

Tabel 3.6 Penskoran psikomotor siswa siklus III.

Skor Keterangan

4 4= Sangat Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul sangat nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati).

3 3= Baik (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai dengan indikator aspek yang diamati). 2 2= Cukup (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup

nyata dan cukup sesuai dengan indikator aspek yang diamati)

1 1= Kurang (jika aspek atau kriteria yang diamati muncul kurang nyata dan kurang sesuai dengan indikator aspek yang diamati).

(Sumber: Adaptasi dari Kunandar, 2013:126) Tabel 3.7 Kategori hasil belajar psikomotor siswa.

(Sumber: Kemendikbud, 2013:131)

Nilai Skala 0-100 Predikat Kategori 86 - 100 A SB (Sangat Baik)

81 – 85 A-

76 – 80 B+

B (Baik)

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 - 65 C+

C (Cukup)

56 - 60 C

51 - 55 C-

46 - 50 D+ K (Kurang)


(61)

2.Teknik Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.

a. Hasil belajar kognitif siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

x 100 Keterangan:

S = Nilai yang dicari

R = Jumlah skor/item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 112).

Tabel 3.8 Kategori hasil belajar kognitif siswa.

Nilai Skala 0-100 Predikat Kategori

86 - 100 A SB (Sangat Baik)

81 – 85 A- 76 – 80 B+

B (Baik)

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 - 65 C+

C (Cukup)

56 - 60 C

51 - 55 C-

46 - 50 D+ K (Kurang)

0 - 45 D

(Sumber: Kemendikbud, 2013:131)

b. Untuk menghitung nilai rata-rata kelas menggunakan rumus: ̅


(62)

Keterangan:

̅ = nilai rata-rata yang dicari ∑ x = jumlah nilai

n = Jumlah aspek yang dinilai (Sumber: Aqib,dkk., 2011: 40)

c. Persentase keberhasilan belajar siswa dihitung dengan rumus: ∑ (Sumber: Aqib, dkk., 2011:41)

F. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Siklus I dilaksanakan sebagai usaha meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi pembelajaran tematik tema ”Benda, hewan dan tanaman di sekitarku” subtema ”Hewan di sekitarku” menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan, sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan KD. b) Peneliti bersama guru berdiskusi membuat kesepakatan mengenai


(63)

sekitarku” subtema ”Hewan di sekitarku” menggunakan model. cooperative learning tipe examples non examples.

c) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.

d) Menyiapkan media pembelajaran.

e) Menyiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa, kinerja guru dan lembar penilaian hasil belajar psikomotor.

f) Menyiapkan soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa. 2. Pelaksanaan

Tindakan yang dilaksanakan dalam pembelajaran tematik tema ”Benda, hewan dan tanaman di sekitarku” subtema ”Hewan di sekitarku” pembelajaran 1 menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal :

a. Guru mengkondisikan keadaan kelas sebelum memulai pembelajaran. b. Guru menyampaikan apersepsi kepada siswa.

Kegiatan Inti :

a. Guru menempelkan gambar-gambar hewan di papan tulis ( hewan yang dapat dipelihara dan tidak dapat dipelihara).

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar-gambar hewan yang telah ditempel di papan tulis. (mengamati)


(64)

c. Melalui pengamatan gambar siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi ciri-ciri hewan yang dapat dipelihara dan tidak dapat dipelihara. d. Guru mengelompokkan siswa, setiap kelompok terdiri dari 2-3 siswa. e. Guru membagikan lembar kerja yang di selesaikan secara berdiskusi

kelompok.

f. Setelah diskusi selesai, setiap kelompok maju kedepan kelas untuk membacakan hasil diskusinya.

g. Guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. h. Guru melaksanakan evaluasi untuk mendapatkan nilai hasil belajar

siswa.

Kegiatan Akhir:

a. Siswa bersama guru melakukan refleksi (membuat penegasan atau kesimpulan mengenai pembahasan).

b. Guru menyampaikan pesan penguatan kepada siswa. c. Guru memberikan Pekerjaan Rumah sebagai tindak lanjut.

3. Pengamatan

Selama proses pembelajaran tematik menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples berlangsung, peneliti mengamati motivasi belajar siswa, kinerja guru, dan keterampilan siswa menyanyikan lagu ”Kucingku belang tiga” dengan menggunakan lembar observasi dan lembar penilaian yang telah dibuat sebelumnya.


(65)

4. Refleksi

Peneliti bersama guru kelas menganalisis hasil pengamatan kinerja guru, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Analisi hasil belajar dan motivasi belajar siswa dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata kelas dan persentase siswa yang mendapat nilai ≥66 dengan kategori ”baik” dan ”sangat baik”. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan pembanding untuk siklus berikutnya.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan sebagai usaha memperbaiki kinerja guru, meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar dengan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples. Hasil pembelajaran pada siklus II diharapkan akan lebih baik dari siklus sebelumnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Peneliti membuat perangkat pembelajaran dan menyiapkan materi pembelajaran tematik tema ”Benda, hewan dan tanaman di sekitarku” subtema ”Tanaman di sekitarku” pembelajaran 1 menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru berdiskusi mengenai kegiatan pembelajaran 1 subtema ”Tanaman di sekitarku” menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.


(66)

b) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative learning tipe examples non examples.

c) Menyiapkan media pembelajaran.

d) Menyiapkan lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar penilaian kinerja guru dan lembar penilaian hasil belajar psikomotor siswa menyanyikan lagu ”Pepaya mangga pisang jambu”.

e) Menyiapkan soal tes untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran tematik tema ” Benda, hewan dan tanaman di sekitarku subtema ”Tanaman di sekitarku” pembelajaran 1, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal :

a.Guru mengkondisikan keadaan kelas sebelum memulai pembelajaran. b.Guru menyampaikan apersepsi kepada siswa.

Kegiatan Inti :

a. Guru menempelkan gambar-gambar tumbuhan dan hewan di papan tulis (gambar tumbuhan yang memperlihatkan 6 bagian tumbuhan yaitu daun, batang, akar, buah, biji dan bunga).

b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati gambar-gambar hewan yang telah ditempel di papan tulis. (mengamati)


(1)

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS II

Foto: guru menempelkan gambar tumbuhan dan hewan di papan tulis


(2)

198

Foto: siswa mempresentasikan hasil diskusinya


(3)

Foto: kegiatan tes formatif


(4)

200

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN SIKLUS III

Foto: salam semangat di pagi hari


(5)

Foto: guru menjelaskan langkah-langkah mengerjakan lembar kerja


(6)

202

Foto: guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

0 11 34

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

0 5 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SERBAJADI TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 4 27

PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD.

0 3 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PNEUMATIK DAN HIDROLIK.

0 3 31

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES BEBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TIK SISWA SMA KELAS X.

0 0 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON-EXAMPLES TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

0 0 10

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI BUDAYA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 8