PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

Oleh

WINDA TRILIANA. P

Hasil observasi awal pembelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Metro Utara menunjukan bahwa aktivitas belajar rendah disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru

(teacher centred) sehingga siswa pasif dan hasil belajar rendah dengan nilai rata-rata siswa 40 atau belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dan subyek penelitian adalah siswa kelas V A berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Prosedur penelitian berbentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data kegiatan dikumpulkan melalui lembar observasi dan instrumen tes pada setiap siklusnya. Analisis data menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif.

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS kelas V A SDN 1 Metro Utara dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I (43,16%), siklus II (61,16%), dan siklus III (79,66%). Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (57), pada siklus II (68,4), dan pada siklus III (77,4).


(2)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

Oleh

WINDA TRILIANA. P

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas lampung

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

(Skripsi)

Oleh

WINDA TRILIANA. P

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 5 Juli 1990, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Toni Prayitno (Alm) dan Ibu Sri Helmi. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 5 Yosodadi diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) di SLTPN 7 Metro pada tahun 2005, dan SMA Muhammdiyah 1 Metro pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Unila S-1 PGSD sampai sekarang.


(5)

MOTTO

Kadang butuh kesalahan untuk buat kita bijaksana, karena dari sebuah kesalahan kita

memperoleh pelajaran terbaik tentang hidup

Jadikan kelemahan itu sebagai kekuatan yang besar dan

percayalah pada diri kita sendiri, karena orang lain

tidak

akan bisa mempercayai kita jika kita sendiri meragukan kemampuan kita”


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji :

Ketua : Drs. Siswantoro, M. Pd. ______________

Sekretaris : Drs. Mugiadi, M. Pd. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Kojat Sudiatmaja, M. Pd. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003


(7)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: nama mahasiswa : Winda Triliana. P

NPM : 0813053062

jurusan : Ilmu Pendidikan program studi : S 1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul ” Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V A

SDN 1 Metro Utara” tersebut adalah benar-benar hasil sendiri atau tidak plagiat.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Winda Triliana. P NPM 0813053062


(8)

Persembahan

Bismillahirahmanirrahim

Alhamdulillahirabbi alamin

Dengan memnjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat

dan kasih-Nya yang luar biasa sehingga terselesainya skripsi ini tanpa halangan dan

rintangan yang berat.

Juga dengan segala hormat dan penuh kasih skripsi ini ku persembahkan kepada:

Ibunda tercinta, yang selalu berusaha dan mendo’akan serta tak pernah berhenti dalam

mendidik dan menjaga ku dengan sabar dan penuh kasih sayang

Kakak-kakakku yang selalu mendambakan keberhasilanku

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan membantuku sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik

Seseorang yang menginspirasiku dalam menjalani hidup yang lebih baik

Para pendidikku yang kuhormati

Almamaterku tercinta Universitas Lampung


(9)

Judul Skripsi : PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

Nama Mahasiswa : Winda Triliana.P

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053062 Program Studi : S-1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Siswantoro, M. Pd. Drs. Mugiadi, M. Pd. NIP 19540929 1984031001 NIP 195205111972071001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis

dapat menyelasaikan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

pada Mata Pelajaran IPS Kelas V A SDN 1 Metro Utara”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Dalam kesemptan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan ilmu Pendidikan; 3. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP Metro

4. Bapak Drs. Siswantoro, M. Pd., selaku Pembimbing Utama sekaligus Pembimbing Akademik atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Drs. Mugiadi, M. Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Drs. Kojat Sudiatmaja, M. Pd., Dosen Penguji utama pada ujian skripsi. Terima kasih atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu; 7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar di lingkungan Program Guru Sekolah


(11)

8. Ibu Hj. Mundriyani, S. Pd., Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Metro Utara dan Ibu Elizabet Gunarti, S. Pd. SD., Guru kelas V A serta seluruh siswa SDN 1 Metro Utara, khususnya kelas V A;

9. Ibunda tercinta, Ibu Sri Helmi, S. Pd. I., dan kedua kakakku Yulian Hengki Hermawan, dan Beny Lilik Nurhadi, S.Pd., yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta selalu mendoakan dalam menanti keberhasilanku; 10. Sahabat-sahabatku senasib dan seperjuangan, terima kasih atas motivasi dan

dukungannya.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan yang diberikan kepada penulis mendapat Ridho dan pahala dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Metro, Juli 2012 Penulis


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Annarrahman, dkk. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Depdiknas. Jakarta. Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya.Bndung.

Aziz Wahab, Abdul. 2009. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta _____2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama

Widya.Bndung

Cahyanta, Hari. 2011. Kekurangan dan kelebihan model pembelajaran.

http://dasar-teori.blogspot.com/2011/08/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011 @11.30 WIB. Dimyati,.Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran. PT Asdi Mahasatya. Jakarta Emildadiany,.Novi..2008..Cooperative.Learning.Tipe.Jigsaw..http://

akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-teknik-jigsaw/. Diakses 19 Desember 2012 @ 14.30 WIB.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi aksara. Bandung. Herrhyanto, Nar dkk. 2010. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.


(13)

Hernawan, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi. Jakarta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Rafika Aditama. Bandung. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta. PT Rajawali Pers.

Krisna..2009..Pengertian.Pembelajaran...

http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2011 @13.15 WIB. Lasmawan..2010..Tujuan.Pembelajaran.IPS..

http://lasmawan.blogspot.com/2010/10/tujuan-pembelajaran-ips-di-sekolah.html. Diakses pada tangal 2 Desember 2011 @11.00 WIB.

Ngalim, Purwanto. 2008. Prinsip -prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS.

Slavin, R. E. 2010. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sugihharto. 2011. Pengertian Aktivitas. http://id.shvoong.com/social-ssciences/education/2162643-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz1fRNoWSwd. Diakses pada tanggal 4 Desember @17.20 WIB.

Suhardjono. 2010. Penelitian Tindakan Kelas & Sekolah. Lembaga Cakrawala Indonesia. Malang.


(14)

____ 2007. Pendidkan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Tim Penyusun.2009. Undang-undang Sisdiknas. Sinar Grafika.Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenadia Media Group. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wahyudin, Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Universitas Terbuka. Jakarta. Wardhani, IGAK. dkk. 2009. Persepektif Pendidikan SD. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Winataputra, Udin. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan kehidupan masyarakat saat ini tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global yang holistis, seperti perkembangan komunikasi, ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan yang terus menerus ini menuntut adanya perbaikan disegala lapisan yang melingkupinya. Hal ini yang paling mendasar dan sebagai titik pangkal dalam perubahan tersebut adalah pendidikan.

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan dari faktor anak didik itu sendiri.

Pendidikan merupakan dasar segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyahb (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat, (Sisdiknas, 2008: 13).


(16)

2 Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun, (Wardhani, dkk., 2009: 2.27). Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa (Maslow dan Rogers dalam Asma, 2006: 3). Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 di atas mengandung makna filosofis yang tinggi/luhur serta memiliki kesejalanan dengan tujuan yang dikembangkan dalam berbagai komponen bidang pengajaran yang ada di sekolah dasar, yang salah satunya dapat dijumpai dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 23 Tahun 2006 (Supriatna, dkk., 2007: 22) menyebutkan tujuan pembelajaran IPS bagi siswa adalah (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional dan global.

Jadi tujuan akhir dari proses pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar adalah untuk mengarahkan siswa agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif yang diciptakan oleh guru agar siswa merasa nyaman dan mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan.


(17)

3 Suasana kondusif juga dapat didukung dari ketepatan pemilihan metode, strategi, pendekatan, model, maupun media pembelajarannya. Ketepatan guru dalam memilih metode, model, ataupun media pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang menarik serta dapat memotivasi siswa agar lebih bersemangat lagi dalam belajar. Maka dari itu metode, model, ataupun media pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas V A SDN 1 Metro Utara pada tanggal 21 dan 22 November 2011, aktivitas dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS masih rendah, karena disebabkan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centerd), dan pengajaran masih menggunakan teknik pembelajaran yang menitik beratkan pada metode konvensional seperti ceramah sehingga, (1) siswa kurang tertarik belajar IPS, (2) siswa tidak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, (3) pembelajarannya kurang menyenangkan, (4) siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung monoton.

Kecenderungan pembelajaran demikian mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Nilai yang diperoleh siswa dari setiap ulangan rata-rata masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, seperti yang terjadi pada nilai mid semester kelas V A SDN 1 Metro Utara, dari 25 siswa terdapat 18 siswa (72%) yang belum mencapai KKM yaitu dengan rata-rata nilai siswa 40, dan hanya 7 siswa (28%)


(18)

4 yang telah mencapai KKM yaitu dengan nilai tertinggi 80. Yang jadi masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya perbaikan model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yaitu model

cooperative learning tipe jigsaw.

Model cooperative learning tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Novi.dalam.http://akhmadsudrajat.wordpress.com).

Dengan penggunaan model ini, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara dapat meningkat.

Dengan demikian, melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw

merupakan usaha memperbaiki kinerja guru, aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V A SDN 1 Metro Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:


(19)

5 1.2.1 Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred).

1.2.2 Pengajaran masih bersifat konvensional yang menitikberatkan pada metode ceramah sehingga tidak ada keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

1.2.3 Siswa kurang tertarik belajar IPS. 1.2.4 Pembelajaran kurang menyenangkan.

1.2.5 Siswa tidak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

1.2.6 Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran.

1.2.7 Aktivitas belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara masih rendah. 1.2.8 Hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara kurang optimal dan

belum mencapai KKM yaitu 65. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dirumuskan masalah penelitian yaitu:

1.3.1 Bagaimanakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara?

1.3.2 Bagaimanakah pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara?


(20)

6 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan peneliti ini adalah untuk:

1.4.1 Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Metro Utara dengan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw.

1.4.2 Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Metro Utara dengan menggunakan model cooperative learning

tipe jigsaw.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat dipetik dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan masukan dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar bidang studi IPS. Adapun manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1.5.1 Bagi siswa

1.5.1.1 Aktivitas siswa

Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Metro Utara.

1.5.1.2 Hasil belajar siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V A SDN 1 Metro Utara.

1.5.2 Bagi guru

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperluas wawasan dan pengetahuan untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS


(21)

7 sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme guru SDN 1 Metro Utara.

1.5.3 Bagi sekolah

Dapat memberikan kontribusi atau sumbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN 1 Metro Utara.

1.5.4 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pembelajaran IPS.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Diskripsi Teori 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia, karena belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain untuk merubah perilakunya secara kompleks. Belajar memiliki keuntungan baik untuk individu pembelajar itu sendiri maupun untuk masyarakat luas.

Belajar adalah suatu proses yang membuat seseorang mangalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya, (Gage dalam Dimyati, 2006: 116). Menurut Hernawan, dkk., (2007: 2) belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu, belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang, (Winataputra, dkk., 2008: 1.4).


(23)

9 Hamalik (2001: 28) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Krisna (dalam http: //krisna1.blog.uns. ac.id/2009/10/19/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/) belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.

Menurut definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku, baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan siswa yang dibangun dan terbentuk oleh siswa itu sendiri, berupa proses sosial dan interaksi dengan pengalamnya untuk mendapatkan kemampuan baru.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Setiap orang yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 23), aktivitas adalah.keaktifan,.kegiatan..Aktivitas belajar adalah suatu proses yang kegiatan belajar..siswa.yang..menimbulkan..perubahan-perubahan..atau pembaharuan.dalam.tingkah.laku,.(Sugihharto.dalam.http://id.Shvoong. com). Abdurrahman (2006: 34) menyatakan bahwa aktivitas belajar


(24)

10 adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Menurut Rohani (2004: 6) aktivitas dibagi menjadi 2 yaitu (1) aktivitas fisik adalah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, atau bekerja, dan (2) aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Dan Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan dalam belajar secara fisik maupun non-fisik untuk untuk memperoleh pengalaman belajar dan mencapai hasil belajar.

2.1.3 Hasil Belajar

Setelah belajar, tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi pelajaran yang diberikan. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran dimana siswa dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan siswa.

Hasil belajar adalah akibat dari pengalaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, baik berupa pengetahuan maupun sikap, (Anitah 2009: 2.19). Sedangkan menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan


(25)

11 menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Menurut Hamalik (2001: 30) mengemukakan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Gagne (Wahyudin, 2004: 3.25) menyatakan bahwa ada lima hasil belajar berupa kapabilitas yang diperoleh siswa, yaitu (1) informasi verbal, berupa kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa, baik secara lisan maupun tulisan, (2) keterampilan intelektual, berupa kecakapan yang berfungsi untuk berinteraksi dengan lingkungan, keterampilan ini antara lain berupa keterampilan dalam memahami konsep, kaidah ataupun prinsip, (3) strategi kognitif berupa kemampuan dalam menggunakan konsep, kaidah, ataupun teori guna memecahkan masalah yang dihadapi, (4) keterampilan motorik, berupa kemampuan untuk melakukan ragam kegiatan yang sifatnya fisik atau jasmani, (5) sikap, yaitu antara lain direfleksikan dalam kemampuan menerima atau menolak suatu objek berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa setelah proses belajar, meliputi pengetahuan dan sikap, sehingga siswa menjadi lebih baik dari pada siswa sebelum mengikuti proses belajar.

2.1.4 Model Cooperative Learning

Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan berganti dengan model pembelajaran yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan kontruktivisme dalam pembelajaran, salah


(26)

12 satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon adalah model pembelajaran cooperative learning.

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (Isjoni, 2007: 15) mengemukakan in cooperative learning methods, student work together in four member teams to master material initialy presented by the teacher. Artinya model cooperative learning adalah model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangasang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Model cooperative learning adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan berkerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen, (Bern dan Ericson dalam Komalasari, 2010 : 62).

(Roger, dkk., dalam Huda, 2011: 29) menyatakan cooperative learning is group learning aktivity organized in such a way that learning is based on the sicially structured change of information between learners in group in which ecah learner in held accountable for his her own learning and is motivated to increase the learning of others

(pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah model


(27)

13 pembelajaran dengan kelompok-kelompok yang heterogen bekerja sama, beraktivitas, dan setiap siswa bertanggung jawab terhadap semua anggota kelompoknya sehingga dapat menguasai materi yang disampaikan guru.

Tujuan pokok model pembelajaran cooperative learning adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok, (Johnson & Johnson dalam Trianto, 2009: 57).

Pembelajaran cooperative learning juga memberikan manfaat besar sebagai berikut:

1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

2. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki rasa harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih perduli pada teman-temannya, dan diantara mereka (interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.

4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda, (Sakder & Sakder dalam Miftahul, 2011: 66).

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif

No.Fase Fase Perilaku Guru

Fase ke-1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siwa belajar Fase ke-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase ke-3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien. Fase ke-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar paa saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase ke-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil


(28)

14 kerjanya.

Fase ke-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Adaptasi dari Trianto (2009: 66)

2.1.5 Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara bekerja gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman 2011: 217).

Pembelajaran jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal, (Isjoni, 2007: 54). Sedangkan menurut Trianto (2009: 74) dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif dan membuat siswa saling membantu atau bekerja sama dalam memahami materi pelajaran.


(29)

15

2.1.6 Kelebihan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Hari (dalam http://dasar-teori.blogspot.com).

Kelebihan cooperative learning tipe jigsaw adalah: (1) memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya, (2) mendorong siswa untuk berfikir kritis, (3) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok, dan (4) diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi.

2.1.7 Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Hari (dalam http://dasar-teori.blogspot.com).

Kekurangan dari cooperative learning tipe jigsaw adalah: (1) kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain dan, (2) bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.

2.1.8 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa langkah-langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Begitu pula dalam model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.


(30)

16 Aronson dalam Huda (2011: 120) menyatakan dalam pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw dikelas, terdapat beberapa langkah yaitu:

1. Siswa.dibagi atas beberapa kelompok (setiap kelompok beranggotakan 5-6 siswa)

2. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas topik dari materi pelajaran yang akan dipelajari.

3. Dari topik yang diberikan pada setiap kelompok, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian materi yang berbeda dari topik tersebut.

4. Setiap anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari materi yang sama bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikannya.

5. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kembali ke kelompok awal dan bergantian mengajari teman satu kelompok mereka tentang materi yang telah didiskusikan.

6. Siswa melakukan tes secara individu.

2.1.9 Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.9.1 Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala, dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27). Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati (2008: 1.7), menyebutkan bahwa IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik. Pemfusian atau perpaduan berati bahwa mata pelajaran yang ada dalam IPS tidak dapat dipisah-pisahkan.

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa dalam mempelajari, menelaah, dan


(31)

17 menganalisis seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.9.2 Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang khusus, Sukirman (2006: 1). Menurut Abdul Aziz Wahab (2009: 19), IPS adalah membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan (sistem) yang permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan indisipliner yaitu pendekatan ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya.

Apabila dilihat dari segi persepektif pendidikan, materi kajian IPS di sekolah merupakan pengetahuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ditransformasikan kepada siswa di sekolah dengan tujuan tertentu. Sedangkan unsur materi pendidikan IPS di sekolah dasar dikembangkan dan digali dari kehidupan praktis sehari-hari dimasyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil (“current event”) dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dimulai dari kehidupan yang terdekat dengan siswa sampai pada kehidupan yang luas dengan dirinya (Sapriya, dkk., 2007: 22).

Jadi kajian materi pendidikan IPS di SD ditekankan pada aspek pengembangan berpikir siswa sebagai bagian dari masyarakat dalam berperan serta memecahkan masalah


(32)

18

2.1.9.2 Tujuan IPS SD

Pembelajaran IPS bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sosial dan budaya. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari IPS pada jenjang sekolah dasar di atas, maka dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Sehingga kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Karena pengkondisian..iklim.belajar..merupakan..aspek.penting.bagi

tercapainya.tujuan..pendidikan.(Lasmawan.dalam.http://lasmawan. blogspot.com).

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan

4. Memiliki.kemampuan.berkomunikasi,.bekerjasama,.dan.beromp etensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global, (Kurikulum 2006 dalam Supriatna, 2006: 22).

2.1 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dapat disajikan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

“Jika pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe jigsaw dengan langkah-langkah secara tepat maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 1 Metro Utara”.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V A pada mata pelajaran IPS SDN 1 Metro Uatara dapat disimpulkan: 5.1.1 Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus III, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 43,16 % menjadi 61,16% dan nilai rata-rata siklus III meningkat menjadi 79,66%.

5.1.2 Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw

dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa, hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah sebesar 57 dengan perincian siswa yang tuntas belajar adalah 8 siswa (32%), pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I adalah sebesar 68,4 dengan perincian siswa yang tuntas belajar adalah 17


(34)

104 siswa (68%), sedangkan pada siklus III nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan lagi dari siklus II adalah sebesar 77,4 dengan perincian siswa yang tuntas adalah 23 siswa (92%).

5.2 Saran

5.2.1 Kepada siswa, agar lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil yang baik.

5.2.2 Kepada guru, untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam setiap proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dalm proses pembelajaran.

5.2.3 Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar dapat meningkat.

5.2.4 Kepada mahasiswa, agar lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru sekolah dasar.


(1)

2.1.6 Kelebihan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kelebihan seperti yang dikemukakan oleh Hari (dalam http://dasar-teori.blogspot.com).

Kelebihan cooperative learning tipe jigsaw adalah: (1) memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya, (2) mendorong siswa untuk berfikir kritis, (3) Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok, dan (4) diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi.

2.1.7 Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw mempunyai kekurangan seperti yang dikemukakan oleh Hari (dalam http://dasar-teori.blogspot.com).

Kekurangan dari cooperative learning tipe jigsaw adalah: (1) kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain dan, (2) bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda.

2.1.8 Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Dalam pembelajaran cooperative learning terdapat beberapa langkah-langkah pada implementasinya dalam proses pembelajaran. Begitu pula dalam model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.


(2)

16 Aronson dalam Huda (2011: 120) menyatakan dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dikelas, terdapat beberapa langkah yaitu:

1. Siswa.dibagi atas beberapa kelompok (setiap kelompok beranggotakan 5-6 siswa)

2. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas topik dari materi pelajaran yang akan dipelajari.

3. Dari topik yang diberikan pada setiap kelompok, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian materi yang berbeda dari topik tersebut.

4. Setiap anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari materi yang sama bertemu dengan kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikannya.

5. Setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli, setiap anggota kembali ke kelompok awal dan bergantian mengajari teman satu kelompok mereka tentang materi yang telah didiskusikan.

6. Siswa melakukan tes secara individu.

2.1.9 Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.9.1 Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala, dan masalah sosial dimasyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27). Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati (2008: 1.7), menyebutkan bahwa IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik. Pemfusian atau perpaduan berati bahwa mata pelajaran yang ada dalam IPS tidak dapat dipisah-pisahkan.

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa dalam mempelajari, menelaah, dan


(3)

menganalisis seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi dari isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.9.2 Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagai aspek baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan yuridis formal yang khusus, Sukirman (2006: 1). Menurut Abdul Aziz Wahab (2009: 19), IPS adalah membelajarkan siswa untuk memahami bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan (sistem) yang permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan indisipliner yaitu pendekatan ilmu hukum, ilmu politik, ilmu ekonomi, ilmu sosial lain seperti geografi, sejarah, antropologi, dan lainnya.

Apabila dilihat dari segi persepektif pendidikan, materi kajian IPS di sekolah merupakan pengetahuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang ditransformasikan kepada siswa di sekolah dengan tujuan tertentu. Sedangkan unsur materi pendidikan IPS di sekolah dasar dikembangkan dan digali dari kehidupan praktis sehari-hari dimasyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang riil (“current event”) dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dimulai dari kehidupan yang terdekat dengan siswa sampai pada kehidupan yang luas dengan dirinya (Sapriya, dkk., 2007: 22).

Jadi kajian materi pendidikan IPS di SD ditekankan pada aspek pengembangan berpikir siswa sebagai bagian dari masyarakat dalam berperan serta memecahkan masalah


(4)

18

2.1.9.2 Tujuan IPS SD

Pembelajaran IPS bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sosial dan budaya. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari IPS pada jenjang sekolah dasar di atas, maka dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Sehingga kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Karena pengkondisian..iklim.belajar..merupakan..aspek.penting.bagi

tercapainya.tujuan..pendidikan.(Lasmawan.dalam.http://lasmawan. blogspot.com).

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; dan

4. Memiliki.kemampuan.berkomunikasi,.bekerjasama,.dan.beromp etensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global, (Kurikulum 2006 dalam Supriatna, 2006: 22).

2.1 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dapat disajikan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

“Jika pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dengan langkah-langkah secara tepat maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SDN 1 Metro Utara”.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V A pada mata pelajaran IPS SDN 1 Metro Uatara dapat disimpulkan: 5.1.1 Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus III, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 43,16 % menjadi 61,16% dan nilai rata-rata siklus III meningkat menjadi 79,66%.

5.1.2 Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa, hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah sebesar 57 dengan perincian siswa yang tuntas belajar adalah 8 siswa (32%), pada siklus II nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus I adalah sebesar 68,4 dengan perincian siswa yang tuntas belajar adalah 17


(6)

104 siswa (68%), sedangkan pada siklus III nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan lagi dari siklus II adalah sebesar 77,4 dengan perincian siswa yang tuntas adalah 23 siswa (92%).

5.2 Saran

5.2.1 Kepada siswa, agar lebih meningkatkan belajar guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil yang baik.

5.2.2 Kepada guru, untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam setiap proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dalm proses pembelajaran.

5.2.3 Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar dapat meningkat.

5.2.4 Kepada mahasiswa, agar lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru sekolah dasar.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAV) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 5 44

Pengunaan Model Cooperative Learning tipe student team achivement division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV B SDN 08 Metro TImur tahun pelajaran 2011/2012

0 6 44

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

0 5 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

1 15 164

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

0 5 87

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016

0 7 81

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128