PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

(1)

ii

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

Oleh

KHOIRUNNISA

Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem. Desain penelitian adalah desain control group pretest-postest. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIA

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIID sebagai kelas kontrol yang dipilih

dengan teknik purposive sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning diperoleh dari angket dan penilaian kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari jawaban lembar kerja siswa (LKS) yang dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari pretest dan postest, yang dianalisis secara statistik menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17.


(2)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan berpikir kritis siswa dalam semua indikator pada kelas eksperimen mengalami peningkatan. Pada indikator melakukan induksi sebesar 79%, indikator melakukan evaluasi 73%, indikator melakukan deduksi 79% dan indikator memberikan argumen 76%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretest (34,72); postest (75,82); dan N-gain (61,92). Selain itu, sebagian besar siswa (86,75%)

memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.

Kata kunci : Model Pembelajaran, Discovery Learning, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar, Ekosistem


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

(Skripsi)

Oleh :

KHOIRUNNISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

( Skripsi )

Oleh Khoirunnisa

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan antara Variabel Bebas denganVariabel Terikat ... 22

2. Desain Control Group Pretest-Postest... 24

3. Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Eksperimen dan Kontrol ... 38

4. Grafik Angket Tanggapan Siswa ... 42

5. Contoh Jawaban Siswa Indikator Melakukan Induksi ... 131

6. Contoh Jawaban Siswa Indikator Melakukan Evaluasi ... 131

7. Contoh Jawaban Siswa Indikator Melakukan Deduksi ... 132

8. Contoh Jawaban Siswa Indikator Memberikan Argumen ... 132

9. Siswa Kelas Eksperimen Sedang Mengerjakan Soal Pretest ... 133

10. Guru Memberikan Apersepsi Kepada Siswa ... 133

11. Siswa Berdiskusi Bersama Kelompoknya ... 134

12. Guru Membimbing Siswa Dalam Berdiskusi ... 134

13. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Soal Postest ... 135

14. Siswa Kelas Kontrol Sedang Mengerjakan Soal Pretest ... 135

15. Guru Memberikan Apersepsi ... 136

16. Siswa Sedang Berdiskusi Bersama Kelompoknya ... 136

17. Guru Membimbing Siswa Dalam Proses Diskusi ... 137


(6)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 8

B. Berpikir Kritis ... 13

C. Hasil Belajar ... 18

D. Kerangka Pikir ... 21

E. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 42

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48


(7)

xiv LAMPIRAN

1. Silabus Eksperimen ... 54

2. RPP Eksperimen ... 57

3. Silabus Kontrol ... 64

4. RPP Kontrol ... 66

5. Kisi-kisi Soal Pretest-Postest ... 72

6. Soal Pretest-Postest ... 78

7. Rubrik Penilaian Pretest-Postest ... 81

8. Nilai Pretest-Postest ... 83

9. Analisis Pretest-Postest dan N-gain per Indikator Hasil Belajar .. 85

10. Hasil Uji Statistik ... 91

11. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 101

12. Kunci Jawaban LKS ... 114

13. Rubrik Penilaian LKS Eksperimen ... 123

14. Rubrik Penilaian LKS Kontrol ... 124

15. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis ... 125

16. Angket Tanggapan Siswa ... 127

17. Akumulasi Penilaian Angket Tanggapan Siswa ... 129

18. Jawaban LKS Eksperimen (Scan) ... 131


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kemampuan Berpikir Kritis menurut Robert H. Ennis... 17

2. Taksonomi Kecakapan Kognitif menurut Anderson... 20

3. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis... 27

4. Rubrik Kemampuan Berpikir Kritis ... 27

5. Hubungan antara Variabel, Instrumen, Jenis Data, dan Analisis Data ... 28

6. Pernyataan Angket Tanggapan Siswa ... 29

7. Skor Setiap Jawaban Siswa ... 30

8. Data Angket Tanggapan Siswa ... 31

9. Kriteria Tingkat Tanggapan Siswa... 31

10. Kriteria Persentase Kemampuan Berpikir Kritis... 32

11. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Eksperimen dan Kontrol ... 37

12. Hasil Uji Statistik Nilai Pretest, Postest, dan N-gain Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 39

13. Hasil Analisis rata-rata N-gain Setiap Indikator Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 40

14. Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 41

15. Nilai Pretest, Postest, dan N-gain Eksperimen ... 83

16. Nilai Pretest, Postest, dan N-gain Kontrol ... 84

17. Analisis Pretest per Indikator Eksperimen... 85

18. Analisis Postest per Indikator Eksperimen ... 86

19. Analisis N-gain per Indikator Eksperimen... 87

20. Analisis Pretest per Indikator Kontrol ... 88

21. Analisis Postest per Indikator Kontrol ... 89


(9)

xiv

23. Hasil Uji Normalitas Pretest ... 91

24. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians & Kesamaan Dua rata-rata Pretest ... 91

25. Hasil Uji Normalitas Postest ... 93

26. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians & Kesamaan Dua rata-rata Postest ... 93

27. Hasil Uji Satu Pihak Postest... 94

28. Hasil Uji Normalitas N-gain ... 95

29. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians & Kesamaan Dua rata-rata N-gain ... 95

30. Hasil Uji Satu Pihak N-gain ... 96

31. Hasil Uji Normalitas C1 ... 97

32. Hasil Uji Mann Whitney U C1 ... 98

33. Hasil Uji Normalitas Indikator Memberikan Argumen ... 99

34. Hasil Uji Mann Whitney U Indikator Memberikan Argumen ... 100

35. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Eksperimen... 125

36. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Kontrol ... 126


(10)

(11)

(12)

(13)

x

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu

kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri

(QS Ar-

Ra’d : 11

)

Barang siapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk

menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalan ke

surga baginya

(HR Muslim)

Semakin orang tersebut gigih dan tidak putus asa ketika

terjadi salah atau jatuh, semakin besar kemungkinan orang

tersebut untuk lebih berhasil dalam hidupnya.

(Prof. Sukardi, M.S.Ph.D)

Tidak ada yang tidak bisa, ketika kita mau belajar,

berusaha, dan berdoa


(14)

ix

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil alamin, d

engan mengucap syukur kepada Allah SWT

yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, ku persembahkan karya

terbaik ini sebagai bukti cinta kasihku untuk:

Yang tercinta papaku Taslim Taher dan mamaku Mutmainah, yang telah

mendidik dan membesarkan aku dengan segala doa, kesabaran serta

limpahan kasih sayang dan cinta kasih yang tiada terhingga, mendukung

segala langkah ku untuk menuju kesuksesan dan kebahagiaan, serta selalu

menunggu keber

hasilanku. You re my everything

for me ma pah, I love you

so much.

Adikku tercinta dan terkasih Muhammad Rama Tasmara, yang selalu

mendukungku untuk mengapai cita-cita dan meraih kesuksesan, yang

selalu setia dan sabar mengantar ku kemanapun selama masa kuliah ini,

makasih yah adikku tercinta.

Keluarga besar Hi. Muhammad Taher dan Hi. Abdul Mukti, yang selalu

menyemangatiku, selalu berusaha membuat aku tetap tersenyum, dan

selalu memberi motivasi serta menyayangiku.


(15)

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Oktober 1993, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bahagia Bapak Taslim Taher dengan Ibu Mutmainah. Penulis bertempat tinggal di Jl. Raden Intan Gg. Merpati No. 34, Kelurahan Pelita, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, No HP. 082177152323/ 089664006171. Pendidikan formal yang di tempuh penulis adalah SD Negeri 01 Pelita yang diselesaikan pada tahun 2005, SMP Kartika II-2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008, SMA YP Unila Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA, Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Pada tahun 2014 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bengkunat, Kecamatan Bengkunat, Kabupaten Pesisir Barat. Pada tahun 2015 penulis melakukan penelitian di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd).


(16)

xi

SANWACANA

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa (Eksperimen pada siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta

para Pembantu Dekan yang telah memberi izin penelitian.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Pembimbing II yang selalu sabar dan bersemangat dalam memberikan bimbingan dan motivasinya kepada penulis.


(17)

xii

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas kesabaran, keikhlasan, arahan, masukan serta bimbingannya untuk

membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Rini Rita T Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku pembahas, terimakasih atas saran yang diberikan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Pendidikan Biologi, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan.

7. Drs. Mujeni, MM., selaku kepala sekolah SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, Rangga Anasta Putra, S.Pd., dan Umi Kalsum, S.Si, M.P., selaku guru mitra, siswa-siswi SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, khususnya kelas VIIA dan

VIID, serta semua pihak di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas kerjasama dan bimbingannya. 8. Tim skripsi Welly Mentari dan Merry Agustina, terimakasih untuk semangat,

motivasi dan kritikannya.

9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Biologi ’11, serta kakak dan adik tingkat terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semoga semua pengalaman ini akan menjadi kenangan indah untuk hidup kita kedepannya.

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, 08 Juli 2015

Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam merubah perilaku manusia ke arah yang lebih baik (Masitoh, 2008: 12). Salah satu contohnya dapat dilihat pada pendidikan IPA di sekolah, dimana siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BSNP, 2006: 1).

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran IPA. Pelajaran Biologi ini memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi (BSNP, 2006: iv). Dampak dari perkembangan teknologi ini membuat siswa

menjadi “malas berpikir” mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan

dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa menganalisis jawaban tersebut terlebih dahulu.


(19)

2

Hal ini didukung dengan data dari The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menyebutkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menjawab konsep dasar atau hapalan dan tidak mampu menjawab soal yang memerlukan nalar dan analisis, untuk bidang sains pada tahun 1999 Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara, dengan nilai 435. Pada tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 37 dari 46 negara, dengan nilai 420. Pada tahun 2007 Indonesia menempati peringkat 35 dari 49 negara, dengan nilai 427 dan pada tahun 2011 Indonesia menempati peringkat 40 dari 42 negara, dengan nilai 406 (Barmoyo, 2014: 9). Hasil tersebut

mengungkapkan bahwa kemampuan bernalar siswa Indonesia masih rendah, salah satunya ialah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran, dimana penalaran mencakup berpikir dasar, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Selain rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia, ternyata hasil belajar siswa juga mengalami hal yang sama. Berdasarkan data dari

Programme for International Student Assesment (PISA) hasil belajar anak-anak Indonesia yang berusia sekitar 15 tahun masih rendah. Pada PISA tahun 2000, Indonesia berada di peringkat 38 dari 41 negara, dengan rerata skor 393. Pada tahun 2003, Indonesia berada di peringkat 38 dari 40 negara, dengan rerata skor 395. Pada tahun 2006 rerata skor siswa turun menjadi 393, yaitu peringkat 50 dari 57 negara. Pada tahun 2009 Indonesia hanya

menempati peringkat 60 dari 65 negara, dengan rerata skor 383, sedangkan pada tahun 2012 rerata skor siswa kembali turun menjadi 382, dengan peringkat 64 dari 65 negara (Kurnia, 2014: 43).


(20)

3

Untuk mengatasi permasalahan diatas, pihak sekolah sebagai lembaga formal pendidikan sangat berperan penting dalam menumbuhkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa yang akan berdampak terhadap hasil belajar yang meningkat. Pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam pelajaran Biologi ini untuk mencapai pemahaman yang mendalam (Johnson, 2007: 185). Kemampuan berpikir kritis juga sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya, berpikir kritis juga telah lama menjadi tujuan pokok dalam

pendidikan sejak 1942 (Soeprapto, dalam Liberna, 2012: 192).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi biologi di kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada materi pokok Ekosistem belum menanamkan kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Jika dilihat dari hasil ujian siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2013/ 2014, diketahui bahwa rata-rata kelulusan hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem masih di bawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimal). Siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 sebanyak 61,5 %. Sedangkan KKM yang telah ditetapkan pada sekolah ini yaitu ≥ 70 dan suatu kelas dinyatakan lulus belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100 % siswa yang telah mencapai nilai ≥ 70.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kesesuaian antara model pembelajaran dengan materi yang diajarkan sehingga dapat


(21)

4

meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan ialah model

pembelajaran discovery learning dengan materi pokok yaitu Ekosistem. Materi pokok Ekosistem mempunyai karakteristik khusus yaitu membahas tentang interaksi antar makhluk hidup dan lingkungannya, sehingga pada materi ini dapat memacu kemampuan berpikir kritis siswa untuk mencari tahu tentang macam-macam interaksi tersebut. Hal ini juga berhubungan dengan model pembelajaran discovery learning, dimana siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk final, tetapi diharapkan siswa dapat mengorganisasi sendiri (Sani, 2014: 64-65).

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Agniya (2013: iii) menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretest (49,86); postest (76,44); dan N-gain (48,52). Arbaitin (2010: i) menyatakan bahwa pada materi pokok sistem pernapasan pada manusia, terdapat pengaruh yang signifikan dengan menggunakan model discovery terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model discovery lebih tinggi daripada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan model diskusi.


(22)

5

Berdasarkan alasan di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem (Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah model pembelajarandiscovery learning memiliki pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ekosistem? 2. Apakah model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ekosistem.

2. Pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.


(23)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

2. Bagi guru

a. Dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran discovery learning.

b. Menjadikan model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran di kelas.

3. Bagi siswa

a. Membiasakan siswa untuk berpikir kritis dalam pembelajaran.

b. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar di kelas.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui berpikir kritis menggunakan model pembelajaran discovery learning.

4. Bagi Sekolah

Sebagai masukan untuk mengoptimalkan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.


(24)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran pada penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan ialah model pembelajaran discovery learning dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan dan menganalisis data, dan (6) membuat kesimpulan.

2. Sub indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah (1) melakukan induksi, (2) melakukan evaluasi, (3) melakukan deduksi, dan (4) memberikan argumen.

3. Hasil belajar diperoleh dari hasil pretest dan postest pada materi pokok Ekosistem.

4. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian siswa kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dan kelas VIID sebagai kelas kontrol.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Ekosistem. Dengan SK. 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Kemudian KD. 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem.


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Discovery Learning

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik (Trianto, 2009: 38). Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme (Hosnan, 2014: 280).

Menurut Wilcox (dalam Hosnan, 2014: 281), dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Sani (2014: 64) juga menyatakan bahwa discovery learning sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.


(26)

9

Menurut Dahar (dalam Hosnan, 2014: 286-287) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yaitu sebagai berikut: (1) merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa, (2) menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk

memecahkan masalah, (3) guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik, (4) apabila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, maka guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing, dan (5) menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Kondisi seperti ini ingin mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorientasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa) (Sani, 2014: 65).

Adapun langkah-langkah operasional yang harus ditempuh dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning, menurut Hosnan (2014: 289) sebagai berikut:

a. Langkah persiapan model discovery learning 1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

3. Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.

4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.


(27)

10

6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. b. Prosedur aplikasi model discovery learning

Menurut Syah (dalam Hosnan, 2014: 289-290), ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum, yaitu sebagai berikut:

1. Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan) peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan guru tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. 2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah), setelah dilakukan

stimulasi, selanjutnya guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah, kemudian merumuskan hipotesis. 3. Data collection (pengumpulan data) berfungsi untuk menjawab

pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dan secara tidak di sengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. 4. Data processing (pengolahan data) merupakan kegiatan mengolah data

dan informasi yang telah diperoleh oleh peserta didik, lalu ditafsirkan dan semuanya diolah yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, dimana peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru


(28)

11

tentang alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5. Verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah dirumuskan, kemudian dicek apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (menarik kesimpulan/ generalisasi) adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Menurut Sani (2014: 66-67) ditemukan beberapa kelebihan dari model pembelajaran discovery learning, yaitu sebagai berikut:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.


(29)

12

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; situasi proses belajar

menjadi lebih terangsang.

14. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

15. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

16. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

17. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Apabila terdapat kelebihan pasti ada kelemahan yang timbul, adapun kelemahan dari model pembelajaran discovery learning, menurut Hosnan (2014: 288-289) sebagai berikut:

1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa.

2. Menyita banyak waktu. 3. Menyita pekerjaan guru.


(30)

13

4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. 5. Tidak berlaku untuk semua topik.

a) Berkenaan dengan waktu, model discovery learning membutuhkan waktu yang lebih lama daripada ekspositori.

b) Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas.

c) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu kesimpulan.

d) Faktor kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran lama. e) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. f) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.

B. Berpikir Kritis

Ruggiero (dalam Johnson, 2007: 187) mengartikan bahwa berpikir sebagai

“segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami”.

Ennis (dalam Rohman, 2012: 203) menjelaskan bahwa berpikir adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.

Saat ini, para psikolog dan pendidik sangat tertarik mengenai berpikir kritis. Pendidik terkenal, John Dewey (dalam Santrock, 2009: 11), mengajukan gagasan serupa ketika ia berbicara mengenai pentingnya membuat murid berpikir secara reflektif. Psikolog terkemuka, Max Wertheimer (dalam Santrock, 2009:11), berbicara mengenai pentingnya berpikir secara produktif


(31)

14

daripada hanya menebak jawaban yang benar. Berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif serta mengevaluasi bukti. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah (Sukmadinata dan Syaodih, 2012: 122). Berpikir kritis merupakan

kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain (Johnson, 2007: 183).

Hal senada dikemukakan oleh Johnson dan Lamb dalam Rohman (2012:

203-204) yang menyatakan bahwa “Critical thinking involves logical thinking and reasoning including skills such as comparison, classification, sequencing, cause/effect, patterning, webbing, analogies, deductive, and inductive

reasoning, forecasting, planning, hypothesizing, and critiquing”. Berpikir kritis meliputi berpikir logis dan beralasan berkaitan dengan keterampilan seperti membandingkan, menggolongkan, mengurutkan, sebab akibat, menyusun, mengaitkan, analogi, proses berpikir deduktif, dan penyebab induktif, ramalan, rencana, membuat hipotesis, dan tinjauan kritis. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam (Johnson, 2007: 185). Membuat murid untuk berpikir kritis bukanlah tugas yang mudah. Guru dapat merangsang kemampuan murid untuk berpikir kritis dengan menggunakan lebih banyak tugas yang membutuhkan kemampuan murid untuk terfokus pada sebuah masalah,


(32)

15

sebuah pertanyaan, atau sebuah masalah, daripada hanya mengulangi fakta-fakta (Santrock, 2009: 12).

Proses berpikir kritis mengharuskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Kualitas-kualitas tersebut membantu seseorang mencapai pemahaman yang mendalam. Pemikir kritis selalu berpikiran terbuka saat mereka mencari keyakinan yang ditimbang baik-baik berdasarkan bukti dan logika yang benar (Johnson, 2007: 186).

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam berpikir kritis menurut Sukmadinata dan Syaodih, (2012: 122-123):

1. Penentuan isu, masalah, rencana atau kegiatan pokok yang akan dikaji. Pokok yang akan dikaji perlu ditentukan dan dirumuskan dengan jelas sebab akan menjadi fokus kajian.

2. Sudut pandang. Dilihat dari sudut pandang mana pokok kajian tersebut akan dikaji.

3. Alasan pemilihan pokok kajian. Setiap pemilihan pokok kajian perlu memiliki alasan yang kuat. Alasan tersebut akan menjelaskan pentingnya pokok kajian.

4. Perumusan asumsi. Asumsi adalah ide atau pemikiran-pemikiran dasar yang dijadikan pegangan dalam mengkaji suatu pokok kajian. Asumsi-asumsi tersebut menentukan arah dari kajian.

5. Penggunaan bahasa yang jelas. Bahasa merupakan alat berpikir.

Penggunaan bahasa yang jelas dalam merumuskan dan mengkaji masalah akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.


(33)

16

6. Dukungan fakta-kenyataan. Pendapat atau pandangan yang kuat adalah yang didukung dengan kenyataan/ fakta. Fakta kenyataan ini dapat

bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, informasi dari pemegang kekuasaan atau data statistik.

7. Kesimpulan yang diharapkan. Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu kajian. Rumusan kesimpulan hendaknya didasari oleh logika berpikir, alasan, dan fakta-fakta nyata.

8. Implikasi dari kesimpulan. Suatu kesimpulan memiliki beberapa implikasi bagi penerapannya. Implikasi ini terkait dengan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan hasil, saran, dan pemecahan masalah ataupun mengatasi hambatan dan dampak-dampak negatif.

Costa (1985: 54-57, dikutip dalam Azizah, 2013) mengungkapkan kemampuan berpikir kritis dikelompokkan ke dalam lima indikator

kemampuan, yaitu sebagai berikut: (1) Memberikan penjelasan sederhana, (2) Membangun keterampilan dasar, (3) Menyimpulkan, (4) Memberikan

penjelasan lebih lanjut, dan (5) Mengatur strategi dan taktik.

Penjelasan mengenai kelima indikator kemampuan berpikir kritis tersebut selengkapnya disajikan dalam Tabel 1 berikut:


(34)

17

Tabel 1. Kemampuan Berpikir Kritis menurut Robert H. Ennis Kemampuan

Berpikir Kritis

Sub Kemampuan

Berpikir Kritis Aspek

1. Memberikan Penjelasan Dasar

1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau

memformulasikan suatu masalah b. Mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argument

a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang

dinyatakan

c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan

d. Mencari persamaan dan perbedaan

e. Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan

f. Mencari struktur dari sebuah pendapat/argumen

g. Meringkas 3. Bertanya dan

menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

a. Mengapa?

b. Apa yang menjadi alasan utama? c. Apa yang kamu maksud dengan? d. Apa yang menjadi contoh? e. Apa yang bukan contoh? f. Bagaimana mengaplikasikan

kasus tersebut? g. Apa yang menjadikan

perbedaannya? h. Apa faktornya?

i. Apakah ini yang kamu katakan? j. Apalagi yang akan kamu katakan

tentang itu? 2. Membangun

keterampilan dasar

4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a. Keahlian

b. Mengurangi konflik interest c. Kesepakatan antar sumber d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ada f. Mengetahui resiko

g. Keterampilan memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi

a. Mengurangi praduga/menyangka b. Mempersingkat waktu antara

observasi dengan laporan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri

d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan

e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam menggunakan

teknologi


(35)

18

kredibilitas kriteria 3. Menyimpulkan 6. Mendeteksi dan

mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika

b. Mengkondisikan logika

c. Menginterpretasikan pernyataan 7. Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis

8. Membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil

pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas)

d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang

dan memutuskan 4. Membuat

penjelasan lebih lanjut

9. Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan definisi

Ada 3 dimensi :

a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan noncontoh

b. Strategi definisi c. Konten (isi) 10. Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang diperlukan :

rekonstruksi argumen 5. Strategi dan taktik 11. Memutuskan suatu

tindakan

a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria yang mungkin

sebagai solusi permasalahan c. Merumuskan alternatif-alternatif

untuk solusi

d. Merumuskan hal-hal yang akan dilakukan

e. Me-review

f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan

orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik

d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan

Sumber: Costa (1985: 54-57, dikutip dalam Azizah, 2013)

C. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2010: 27). Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi


(36)

19

kemanusiaan saja (Suprijono, 2012: 7). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2008: 159).

Menurut pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2012: 5-6), hasil belajar berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Hasil belajar dalam kelas harus dapat dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar sekolah. Dengan kata lain, murid dapat mentransferkan hasil belajar itu ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat (Hamalik, 2010: 33). Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku, selain itu hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek kognitif.


(37)

20

Menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2012: 7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Menurut Bloom (dalam Purwanto, 2012: 43) hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan menurut Anderson (dalam Prawiradilaga, 2007: 94-95) menyatakan bahwa hasil belajar dalam kecakapan kognitif terdiri dari 6 proses berpikir, yaitu: (1) mengingat; (2) mengerti; (3) menerapkan; (4) menganalisis; (5) menilai; dan (6) berkreasi.

Penjelasan mengenai keenam aspek kognitif tersebut selengkapnya disajikan dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Taksonomi Kecakapan Kognitif menurut Anderson Tingkat/ hasil

belajar Uraian Rincian

1. Mengingat a. Kemampuan mengingat fakta-fakta

b. Kemampuan menghafalkan rumus, definisi, prinsip, prosedur

1. Mengenali 2. Memahami

2. Mengerti a. Mampu menerjemahkan (pemahaman menerjemahkan) b. Mampu menafsirkan,

mendeskripsikan secara verbal

1. Memahami 2. Membuat contoh 3. Mengelompokkan 4. Meringkas 5. Meramalkan 6. Membandingkan 7. Menjelaskan 3. Menerapkan a. Kemampuan menerapkan materi

pelajaran dalam situasi baru b. Kemampuan menetapkan prinsip

atau generalisasi pada situasi baru

1. Melaksanakan 2. Mengembangkan

4. Menganalisis a. Dapat menghubungkan antar unsur, dan mengorganisasikan prinsip-prinsip

b. Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip

1. Membedakan 2. Menyusun kembali 3. Menandai

5. Menilai a. Dapat mengabstraksi suatu gejala, hipotesa, hasil penelitian, dan sebagainya

1. Mengecek 2. Mengkritik

6. Berkreasi a. Menentukan nilai/ sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan (kriteria internal) b. Membandingkan karya-karya

yang relevan (eksternal)

1. Menghasilkan 2. Merencanakan 3. Membentuk


(38)

21

D. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sebagian besar siswa beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit dipahami, banyak hal yang masih dianggap abstrak untuk mereka pahami, termasuk materi pokok Ekosistem. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya penggunaan model pembelajaran yang tepat. Guru masih terjebak dalam metode pembelajaran ceramah yang cenderung membosankan sehingga membuat siswa menjadi pasif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran khususnya pada materi Ekosistem.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas ialah model pembelajaran discovery learning, yang dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini. Sehingga dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan bekerja atas inisiatif sendiri, serta dapat mengembangkan bakat dan

kecakapan individu. Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar yang diperoleh.

Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk meneliti pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Dalam


(39)

22

penelitian ini digunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas ditunjukkan dengan model pembelajaran discovery learning, sedangkan variabel terikat ditunjukkan dengan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada bagan di bawah ini:

Keterangan : X = Variabel bebas (Model Pembelajaran Discovery Learning) Y1 = Variabel terikat (Kemampuan Berpikir Kritis)

Y2 = Variabel terikat (Hasil Belajar)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

E. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

“ Penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada materi pokok

Ekosistem”.

X

Y1


(40)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap pada bulan Maret Tahun Pelajaran 2014/2015, di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung tepatnya pada materi pokok Ekosistem.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIA– VIID SMP

Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015, pada materi pokok Ekosistem. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari empat kelas yang ada dan diperoleh kelas VIIA sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 40siswa

dan kelas VIID sebagai kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa (Sugiyono,

2014: 68).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain control group pretest-postest. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol

menggunakan kelas dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning,


(41)

24

sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Hasil pretest dan postest pada kedua kelas kemudian dibandingkan. Struktur dari desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 = Postest; X

= Perlakuan model pembelajaran discovery learning; C = Perlakuan metode diskusi kelompok (dimodifikasi dari Sugiyono, 2014: 12).

Gambar 2. Desain control group pretest-postest

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut, sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke FKIP UNILA untuk sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, untuk mengetahui kondisi awal nilai siswa serta mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi guru mata pelajaran Biologi.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester genap yang akan digunakan sebagai acuan untuk pembentukan kelompok.


(42)

25

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning dan soal uraian (pretest dan postest) untuk mengetahui hasil belajar serta lembar kerja siswa (LKS) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning untuk kelas eksperimen dan metode diskusi kelompok untuk kelas kontrol di SMP Kartika II-2 Bandar

Lampung. Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan membahas materi pokok Ekosistem.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data a) Jenis Data

a. Data Kualitatif

Berupa data tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning yang diperoleh dari angket dan data kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari lembar kerja siswa (LKS).

b. Data Kuantitatif

Berupa nilai pretest dan postest pada materi pokok Ekosistem. Hasil belajar ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang


(43)

26

dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (dalam Loranz, 2011: 3), yaitu sebagai berikut:

N –gain (%) =

X 100 %

Keterangan: X = nilai postest

Y = nilai pretest

Z = skor maksimum

b) Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dengan menggunakan instrumen penelitian berupa: angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning, lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dan lembar soal pretest dan postest.

a. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Data angket tanggapan siswa dimaksudkan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran discovery learning. Angket diukur menggunakan skala Guttman, skala

pengukuran dengan tipe ini akan mendapatkan jawaban yang tegas.

Dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Jawaban dapat dibuat dengan skor tertinggi satu untuk

jawaban setuju dan terendah nol untuk jawaban tidak setuju (Sugiyono, 2009: 139).

b. Lembar Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Data ini diperoleh dengan menggunakan lembar penilaian dari skor jawaban LKS pada materi pokok Ekosistem.


(44)

27

Tabel 3. Lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa

No Responden

Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 2 3 Dst

Xi

Kriteria

Berilah tanda checklist (√) pada setiap skor yang sesuai (dimodifikasi dari Arikunto, 2012: 183).

Keterangan: A = melakukan induksi; B = melakukan evaluasi; C = melakukan evaluasi; D = melakukan deduksi; E = memberikan argumen.

Tabel 4. Rubrik kemampuan berpikir kritis siswa

Indikator Rubrik Skor

A. Melakukan Induksi Dapat melakukan induksi sesuai dengan data yang ada di video sesuai dengan pertanyan yang ada pada LKS pada materi pokok Ekosistem

4

Dapat melakukan induksi namun kurang lengkap dengan data yang ada di video pada materi pokok Ekosistem

3

Dapat melakukan induksi namun tidak sesuai dengan data yang ada di video pada materi pokok Ekosistem

2

Tidak dapat melakukan induksi 1 B dan C. Melakukan Evaluasi Dapat melakukan evaluasi sesuai dengan

pembahasan pada materi pokok Ekosistem

4

Dapat melakukan evaluasi namun kurang lengkap dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem

3

Dapat melakukan evaluasi namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem

2

Tidak dapat melakukan evaluasi 1 D. Melakukan Deduksi Dapat melakukan deduksi sesuai dengan

data yang ada di video sesuai dengan pertanyan yang ada pada LKS pada materi pokok Ekosistem

4

Dapat melakukan deduksi namun kurang lengkap dengan data yang ada di video pada materi pokok Ekosistem

3

Dapat melakukan deduksi namun tidak sesuai dengan data yang ada di video pada materi pokok Ekosistem

2


(45)

28

E. Memberikan Argumen Dapat memberikan argumen sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem

4

Dapat memberikan argumen namun kurang sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem

3

Dapat memberikan argumen namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Ekosistem

2

Tidak dapat memberikan argumen 1

c. Pretest dan Postest

Nilai pretest diambil pada pertemuan I, sedangkan nilai postest diambil pada akhir pertemuan II dengan bentuk soal uraian. Pretest yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postest yang diberikan di akhir pertemuan.

Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu dengan cara: S = x 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2012: 112).

Rubrik variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data, dan analisis data

No. Variabel Instrumen Jenis Data Analisis Data

1. Tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran discovery learning

Angket Interval Persentase

2. Kemampuan berpikir kritis siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Tes tertulis Persentase


(46)

29

F. Teknik Analisis Data

a) Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Data diambil melalui penyebaran angket. Setiap pernyataan memiliki skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan positif dan skor 0 (nol) untuk menyatakan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Jumlah skor setiap pernyataan pada angket dihitung dalam bentuk persentase.

1. Membuat pernyataan angket seperti pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning

No. Pernyataan S TS

1. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning membuat saya mudah untuk menuliskan argumen tentang perbedaan individu, populasi dan komunitas.

2. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat memberikan argumen tentang perbedaan antara ekosistem alami dan ekosistem buatan.

3. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat memberikan argumen tentang keterkaitan antara

komponen biotik dan biotik, komponen biotik dan abiotik maupun komponen abiotik dan abiotik.

4. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat memberikan argumen tentang keterkaitan antara produser dan konsumer.

5. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning membuat saya dapat memberikan argumen tentang jenis interaksi antar makhluk hidup.

6. Menurut saya melakukan pengamatan sangat diperlukan karena dari pengamatan tersebut saya dapat menentukan individu, populasi dan komunitas.

7. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak membuat saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik maupun menuliskan contoh dari masing-masing komponen.

8. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari komponen biotik dan abiotik serta contoh dari masing-masing komponen.

9. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan definisi dari rantai makanan dan jaring-jaring makanan serta menuliskan rangkaian peristiwa rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

10. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning tidak dapat membuat saya menuliskan definisi dari


(47)

30

interaksi maupun menuliskan jenis-jenis interaksi antar makhluk hidup.

11. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan contoh individu, populasi dan komunitas sehingga saya dapat menuliskan definisi individu, populasi dan komunitas.

12. Setelah melakukan pengamatan, saya justru tidak dapat menuliskan contoh individu, populasi dan komunitas sehingga saya tidak dapat menuliskan definisi individu, populasi dan komunitas.

13. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning justru membuat saya kebingungan dalam menuliskan jenis-jenis ekosistem dan definisi dari ekosistem. 14. Menurut saya, model pembelajaran discovery learning

tidak dapat membuat saya menuliskan jenis-jenis interaksi sehingga saya tidak mengetahui definisi dari interaksi. 15. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan

jenis-jenis interaksi sehingga saya mengetahui definisi dari interaksi.

16. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat menuliskan perbedaan antara individu, populasi dan komunitas. 17. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat

menuliskan perbedaan antara komponen biotik dan abiotik serta keterkaitan antara kedua komponen.

18. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat membedakan antara rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

19. Setelah melakukan pengamatan, saya tidak dapat

menuliskan piramida makanan dan bingung dengan urutan saat membuat piramida makanan.

20. Setelah melakukan pengamatan, saya dapat membedakan antara simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme dan simbiosis parasitisme.

Sumber: dimodifikasi dari Althaf (2013: 63-65).

2. Menghitung skor angket setiap jawaban siswa yang sesuai dengan ketentuan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Skor setiap jawaban siswa

Sifat Pernyataan Skor

1 0 Positif S TS Negatif TS S

Sumber: dimodifikasi dari Shintia (2013: 3).

Keterangan: S = Setuju

TS = Tidak Setuju

3. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, dimana bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi


(48)

31

dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan pada angket.

Tabel 8. Data angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning

No. Pernyataan Angket Pilihan Jawaban Nilai Responden

(siswa) (%) Kriteria

1 2 3 dst

1 S

TS

Dst S

TS

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2012: 224).

4. Menghitung persentase angket dengan menggunakan rumus: Xin = x 100 %

Keterangan:

∑S = Jumlah skor jawaban siswa Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

Xin = Persentase (%) jawaban siswa (Purwanto, 2012: 102).

5. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase sesuai klasifikasi pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Kriteria tingkat tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran discovery learning

No. Persentase (%) Kriteria

1. 100 Semuanya 2. 76 – 99 Sebagian besar 3. 51 – 75 Pada umumnya 4. 50 Setengahnya 5. 26 – 49 Hampir setengahnya 6. 1 – 25 Sebagian kecil 7. 0 Tidak ada

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2012: 285).

b) Pengolahan Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Data kemampuan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui jawaban yang ada


(49)

32

pada LKS. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks kemampuan berpikir kritis siswa.

Langkah-langkah yang dilakukan, ialah sebagai berikut:

1. Menghitung persentase kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan rumus :

= x 100 %

n

Keterangan :

= Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa

Xi = Jumlah skor kemampuan berpikir kritis yang diperoleh

n = Jumlah skor kemampuan berpikir maksimum (Purwanto, 2012: 102).

2. Menafsirkan atau menentukan kategori persentase kemampuan

berpikir kritis siswa sesuai dengan kriteria pada Tabel 10 dibawah ini:

Tabel 10. Kriteria persentase kemampuan berpikir kritis siswa

Sumber : dimodifikasi dari Purwanto (2012: 103).

c) Pengolahan Data Hasil Belajar

Nilai pretest, postest dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan Uji t dengan program SPSS versi 17.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat Baik Baik Cukup Kurang


(50)

33

b. Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05,tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Susetyo, 2012: 148).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Dengan rumus yang digunakan, yaitu :

F = = =

Keterangan : F = Homogenitas

= Varian antar kelompok = Varian dalam kelompok Hipotesis

H0 = Data pada kedua populasi mempunyai variasi yang homogen

H1 = Data pada kedua populasi mempunyai variasi yang tidak

homogen

Adapun kriteria pengujiannya adalah : 1. Terima H0 jika harga Fhitung < Ftabel

2. Tolak H0 jika harga Fhitung > Ftabel = 0,05 (Susetyo, 2012: 258).

c. Uji Hipotesis

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, berikutnya data di uji dengan menggunakan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata, kemudian data dimasukkan dalam uji t1 untuk uji kesamaaan dua


(51)

34

1. Uji hipotesis dengan Uji t

a. Uji kesamaan dua rata-rata (t1)

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model discovery learning kurang dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi

kelompok

H1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model discovery learning lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi kelompok

2. Kriteria Pengujian

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak

(Susetyo, 2012: 203). b. Uji perbedaan dua rata-rata (t2)

1. Hipotesis

H0 = Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model discovery learning kurang dari atau sama dengan rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi


(52)

35

H1 = Rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model discovery learning lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi kelompok

2. Kriteria Pengujian

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka H0 ditolak

(Susetyo, 2012: 209).

2. Uji Mann Whitney U

Uji Mann Whitney U digunakan untuk menguji dua kelompok independen atau saling bebas yang ditarik dari suatu populasi. Uji ini dilakukan jika data tidak normal dan tidak homogen.

a. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang

mengikuti pembelajaran model discovery learning dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode diskusi kelompok

H1 : Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa yang

mengikuti pembelajaran model discovery learning dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode diskusi kelompok


(53)

36

b. Kriteria Pengujian

- Jika Zhitung > 1,96 atau Zhitung < -1,96 atau probabilitasnya <

0,05 maka H0 ditolak

- Jika -1,96 < Zhitung < 1,96 atau probabilitasnya > 0,05 maka H0


(54)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ekosistem.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai calon guru menyarankan untuk penelitian selanjutnya,

sebaiknya RPP tidak dibatasi untuk 2 kali pertemuan saja, supaya siswa memiliki pengalaman yang lebih optimal dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

2. Guru sebaiknya dapat memiliki pengetahuan mengenai model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Ekosistem karena dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa serta tanggung jawab siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta kemampuan berpikir kritis siswa.


(55)

49

3. Siswa sebaiknya membiasakan diri untuk berpikir kritis, berperan aktif dalam setiap pembelajaran di kelas, sehingga dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar, serta meningkatkan hasil belajar siswa melalui kemampuan berpikir kritis.

4. Sekolah seharusnya mengoptimalkan penggunaan berbagai macam model pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.


(56)

50

DAFTAR PUSTAKA

Agniya, W. E. 2013. Pengaruh Penggunaan Metode Diskoveri (Discovery Learning) Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Alisyani. 2011. Mengungkap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Diskoveri pada Materi Pokok Fotosistensis (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandar Lampung TP 2010/2011). Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Althaf, R. 2013. Angket Berpikir Kritis. (Online).

(http://www.slideshare.net/rosyidalthaf/angket-berpikir-kritis-ok, diakses pada 03 Maret 2015; 20.00 WIB).

Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode Diskoveri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP N 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta. 344 hlm.

Azizah, S.N. 2013. Asessmen Berpikir Kritis. (Online).

(http://silviez89.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html, diakses pada 07 Desember 2014; 12.53 WIB).

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus SMA/ MA Mata Pelajaran Biologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Barmoyo, N. Q. dan Wasis. 2014. Analisis Soal-Soal Dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain Kognitif dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/article/9750/32/article.pdf, diakses pada 21 Februari 2015; 19.46 WIB).


(57)

51

. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 472 hlm.

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung. 259 hlm. Kurnia, F. dan F. Apit. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI di

Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal. (Online).

(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/1263/419, diakses pada 21 Februari 2015; 19.57 WIB).

Kurniasih, I. dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 126 hlm.

Liberna, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal. (Online). (http://www.unindra.ac.id/Hawa-1.pdf, diakses pada 13 November 2014; 11.58 WIB).

Loranz, D. 2011. Course Assessment Report (CAR). (Online).

(http://www.tmcc.edu/media/tmcc/departments/assessment/documents/cars/ sciences/1112/ASMTAST104-1112.pdf, diakses pada 12 Desember 2014; 21.27 WIB).

Masitoh. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Online).

(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDI

DIKAN/194806261980112- MASITOH/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan_%28KTSP%29_SMP-Dra._Masitoh,_M.Pd..pdf, diakses pada 06 Januari 2015; 12.45 WIB). Melani, R. 2012. Pengaruh Metode Guide Discovery Learning Terhadap Sikap

Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online).

(http://eprints.uns.ac.id/13651/1/1409-3135-1-SM.pdf, diakses pada 08 Januari 2015; 20.30 WIB).

Prawiradilaga, D.S. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. 156 hlm.

Purwanto, M. N. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.


(58)

52

Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta. 458 hlm.

Shintia, D. 2013. Kelayakan Teoritis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berpikir Kritis Pada Materi Pencernaan Makanan di SMP. Jurnal. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/article/12471/37/article.doc, diakses pada 06 Maret 2015; 10.50 WIB).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.

. 2014. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 158 hlm. Sukmadinata, N. Sy. dan S. Erliany. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran

Kompetensi. Refika Aditama. Bandung. 218 hlm.

Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 189 hlm.

Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi Offset. Yogyakarta. 84 hlm.

Susetyo, B. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. PT Refika Aditama. Bandung. 350 hlm.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta. 374 hlm.


(1)

- Jika -1,96 < Zhitung < 1,96 atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima (Susetyo, 2012: 236).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pokok Ekosistem.

2. Penerapan model pembelajaran discovery learning memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Peneliti sebagai calon guru menyarankan untuk penelitian selanjutnya,

sebaiknya RPP tidak dibatasi untuk 2 kali pertemuan saja, supaya siswa memiliki pengalaman yang lebih optimal dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

2. Guru sebaiknya dapat memiliki pengetahuan mengenai model pembelajaran discovery learning sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pokok Ekosistem karena dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa serta tanggung jawab siswa dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta kemampuan berpikir kritis siswa.


(3)

berpikir kritis.

4. Sekolah seharusnya mengoptimalkan penggunaan berbagai macam model pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah pada khususnya dan mutu pendidikan pada umumnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agniya, W. E. 2013. Pengaruh Penggunaan Metode Diskoveri (Discovery Learning) Terhadap Aktivitas dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Pekalongan Lampung Timur Tahun Ajaran 2012/2013). Skripsi. Unila. Bandar Lampung.

Alisyani. 2011. Mengungkap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Diskoveri pada Materi Pokok Fotosistensis (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandar Lampung TP 2010/2011). Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Althaf, R. 2013. Angket Berpikir Kritis. (Online).

(http://www.slideshare.net/rosyidalthaf/angket-berpikir-kritis-ok, diakses pada 03 Maret 2015; 20.00 WIB).

Arbaitin, N. 2010. Pengaruh Metode Diskoveri terhadap Keterampilan Berpikir Kritis pada Siswa SMP N 1 Seputih Agung Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta. 344 hlm.

Azizah, S.N. 2013. Asessmen Berpikir Kritis. (Online).

(http://silviez89.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html, diakses pada 07 Desember 2014; 12.53 WIB).

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus SMA/ MA Mata Pelajaran Biologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Barmoyo, N. Q. dan Wasis. 2014. Analisis Soal-Soal Dalam BSE, UN, dan TIMSS Ditinjau dari Domain Kognitif dan Indikator Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/article/9750/32/article.pdf, diakses pada 21 Februari 2015; 19.46 WIB).


(5)

Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. MLC. Bandung. 259 hlm. Kurnia, F. dan F. Apit. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI di

Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal. (Online).

(http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/1263/419, diakses pada 21 Februari 2015; 19.57 WIB).

Kurniasih, I. dan B. Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 126 hlm.

Liberna, H. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Penggunaan Metode Improve Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal. (Online). (http://www.unindra.ac.id/Hawa-1.pdf, diakses pada 13 November 2014; 11.58 WIB).

Loranz, D. 2011. Course Assessment Report (CAR). (Online).

(http://www.tmcc.edu/media/tmcc/departments/assessment/documents/cars/ sciences/1112/ASMTAST104-1112.pdf, diakses pada 12 Desember 2014; 21.27 WIB).

Masitoh. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Online).

(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_KURIKULUM_DAN_TEK_PENDI

DIKAN/194806261980112- MASITOH/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan_%28KTSP%29_SMP-Dra._Masitoh,_M.Pd..pdf, diakses pada 06 Januari 2015; 12.45 WIB). Melani, R. 2012. Pengaruh Metode Guide Discovery Learning Terhadap Sikap

Ilmiah dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. (Online).

(http://eprints.uns.ac.id/13651/1/1409-3135-1-SM.pdf, diakses pada 08 Januari 2015; 20.30 WIB).

Prawiradilaga, D.S. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta. 156 hlm.

Purwanto, M. N. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.


(6)

Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan. Prenada Media Group. Jakarta. 458 hlm.

Shintia, D. 2013. Kelayakan Teoritis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berpikir Kritis Pada Materi Pencernaan Makanan di SMP. Jurnal. (Online). (http://ejournal.unesa.ac.id/article/12471/37/article.doc, diakses pada 06 Maret 2015; 10.50 WIB).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.

. 2014. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 158 hlm. Sukmadinata, N. Sy. dan S. Erliany. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran

Kompetensi. Refika Aditama. Bandung. 218 hlm.

Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 189 hlm.

Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Andi Offset. Yogyakarta. 84 hlm.

Susetyo, B. 2012. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. PT Refika Aditama. Bandung. 350 hlm.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Prenada Media Group. Jakarta. 374 hlm.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 29 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 29 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP N 26 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 Materi Pokok Pengelolaan Lingkungan)

0 2 46

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Seputih Mataram TP. 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

1 4 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem

0 7 60

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

3 20 58

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP SELF-EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Peranan Manusia Da

0 8 66