PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN HERBISIDA TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA FASE GENERATIF TANAMAN SINGKONG (Manihot utilissima)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN HERBISIDA TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA FASE

GENERATIF TANAMAN SINGKONG (Manihot utilissima)

Oleh

NANDA CATUR PAMUNGKAS

Aliran permukaan dan erosi merupakan penyebab kerusakan tanah yang paling besar akibatnya. Curah hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya aliran permukaaan dan erosi. Jika intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah atau telah melewati titik jenuhnya, maka sebagian besar kelebihan air tersebut akan mengalir menjadi aliran permukaan dan aliran tersebut akan menyebabkan terjadinya erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemberian herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatife tanaman singkong. Penelitian ini menggunakan Rancangan faktorial 2x2, dengan menggunakan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah sistem olah tanah yaitu pengolahan tanah minimum (M) dan pengolahan tanah penuh (F). Faktor kedua yaitu pemberian herbisida (H1) dan tanpa pemberian herbisida (H0). Pengukuran aliran permukaan dan erosi dilakukan dengan menggunakan metode petak kecil dengan ukuran 4x4 meter. Pengolahan tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi. Pemberian

herbisida nyata mempengaruhi erosi yang terjadi, tetapi tidak nyata

mempengaruhi aliran permukaan. Pengolahan tanah dan pemberian herbisida tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, diameter batang, dan produksi umbi singkong.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TILLAGE AND HERBICIDE APPLICATION ON THE SURFACE RUN OFF AND EROSION AT GENERATIVE PHASE OF

CASSAVA (MANIHOT UTILISSIMA)

By

NANDA CATUR PAMUNGKAS

Surface runoff and erosion are the main cause of soil damage with extensive effects. Rainfall is the most influential factor on the occurrence of surface runoff and erosion. Rainfall exceeding soil infiltration capacity results in excessive water flow on the surface and causes erosion. This study aims to determine the effect of tillage systems and the utilization of herbicides on the runoff and erosion at generative phase of cassava plants. The experiment was performed using a 2x2 factorial design, with 4 replications. The first factor is the tillage system

constituted of minimum tillage (M) and full tillage (F). The second factor is the herbicide utilization comprised of with herbicide application (H1) and without herbicide application (H0). Measurement of surface runoff and erosion is done by using a small plot with a size of 4x4 meters. Results showed that tillage method did not significantly affect runoff and erosion. Herbicides application affected significantly on the erosion, but it did not significantly affect the surface runoff. Combination of tillage method and herbicide application did not significantly affect plant height, stem diameter, and the yield of cassava tubers.


(3)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN HERBISIDA TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA

FASE GENERATIF TANAMAN SINGKONG (Manihot utilissima)

Oleh

Nanda Catur Pamungkas

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 03 Maret 1993. Penulis merupakan anak ke empat dari empat bersaudara, buah hati dari Bapak Suseno (alm) dan Ibu Poniah. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Hutama Karya Desa Podomoro,

Kecamatan Pringsewu pada tahun 1997-1998, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 3 Podomoro, Kecamatan Pringsewu pada tahun1998-2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu, pada tahun 2005-2008. Setelah itu menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Pringsewu, pada tahun 2008-2011. Penulis diterima menjadi Mahasiswa

JurusanTeknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tanggal 30 Juni 2011 melalui Jalur SNMPTN tertulis.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata pada tahun 2015 di Desa Gisting Jaya, Kecamatan Negara Batin, Way Kanan. Kegiatan ini dilaksanakan selama 40 hari dan merupakan program pengabdian masyarakat. Penulis melaksanakan praktik umum pada tahun 2014 di PT. Gunung Madu Plantations, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis meneliti tentang “Mempelajari Pengolahan Data Klimatologi Di


(8)

PT. Gunung Madu Plantations”. Praktik Umum ini dilaksanakan kurang lebih selama 30 hari kerja.


(9)

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan kepada

Orang tuaku yang telah banyak berkorban semenjak aku dalam kandungan hingga saat ini,

terima kasih atas segala pengorbanan dan do’anya, semoga Allah SWT mengampuni segala

dosa keduanya

Kakak-kakakku yang selalu bersabar untuk menantikan keberhasilanku, semoga kelak engkau

menjadi anak yang berbakti kepada orang tua serta agama

Teman-teman seperjuangan terimakasih atas segala bantuannya


(10)

MOTTO

When you walk through a storm

Hold your head up high

And don't be afraid of the dark

At the end of the storm

Is a golden sky

And the sweet silver song of a lark

Walk on through the wind

Walk on through the rain

Though your dreams be tossed and blown

Walk on walk on with hope in your heart

And you'll never walk alone

Walk on walk on with hope in your heart

And you'll never walk alone

(Gerry and The Pacemakers)

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

kemuda

han dalam urusannya”

(Q.S. Atthalaq ayat 3)

“P

engetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan

berlatih, dan cinta dengan mencintai”

(Thomas Szasz)

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis”


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmad dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida Terhadap Aliran Permukaan dan Erosi pada Fase Generatif Tanaman Singkong (Manihot Utilissima)”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir.Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam peyelesaian skripsi ini. 2. Dr. Ir. Agus P. Haryanto, M.P., selaku Ketua JurusanTeknik Pertanian. 3. Ir. M. Zen Kadir, M.T., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Pembimbing

Akademik, terimakasih telah memberikan bimbingan dan motivasi sejak awal perkuliahan hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan masa studinya 4. Ir. Oktafri, M.Si. selaku penguji utama pada ujian skripsi. Terimakasih atas

motivasi, saran, dan kritik dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. 5. Orang tuaku tercinta Bapak Suseno (alm) dan Ibu Poniah, terimakasih atas


(12)

6. Kakak-kakakku tersayang Riski Ari Wiowo (alm), Risna Susilorani, dan Ridho Prastowo terimakasih atas doa, semangat, dan pengertiannya.

7. Sahabat Arian; Dharma Agista P., S.TP., Iwan Novianto, S.TP., M. Riwanto Putro, M. Zaini, S.TP., Nadzir, S.TP. Terimakasih atas kebersamaan, dan cerita yang tak terlupakan, semoga persahabatan ini tidak putus oleh ruang dan waktu. Serta sahabat saya Dian Ika Sari yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman TEP Unila angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat kekeluargaan, dukungan, dan

persahabatan dari kalian.

9. Terimakasih untuk senior-senior yang mengispirasi dan membantu penyusunan skripsi ini.

10.Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian atas bantuan dan arahan yang telah diberikan. Serta seluruh keluarga besar Teknik Pertanian Universitas Lampung.

11.Rekan-rekan KKN POSDAYA Desa Gisting Jaya Briyan, Danu, Zul, Ayu, Azizah, Delima, dan Megi. Terimakasih atas support dan kerjasamanya. 12.Keluarga besar Desa Gisting Jaya tempat dimana saya mengabdi dalam

rangka KKN POSDAYA 2015, terimakasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang tak terlupakan.

13.Lembaga lembaga naungan saya PERMATEP. Terimakasih atas bimbingan dan pengalaman yang tak ternilai.


(13)

Semoga segala kebaikan dibalas kebaikan. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi pembaca. Aamiin

Bandar Lampung,….Januari 2016 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Sistem Olah Tanah ... 5

B. Aliran Permukaan ... 7

C. Erosi ... 9

D. Upaya Penanggulangan Erosi ... 14

E. Singkong ... 15

1. Tanaman Singkong ... 15

2. Taksonomi dan Morfologi ... 16

F. Beberapa Hasil Penelitian pada Petak Erosi ... 17

1. Jagung ... 17

2. Singkong ... 18

III. METODOLOGI ... 20

A. Waktu dan Tempat ... 20


(15)

ii

C. Metode Penelitian ... 20

1. Pengumpulan Data ... 23

2. Tahapan Penelitian ... 23

D. Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil ... 27

1. Aliran Permukaan ... 27

2. Erosi ... 29

3. Pertumbuhan Tanaman ... 32

4. Curah hujan ... 37

B. Pembahasan ... 38

V. KESIMPULAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aliran permukaan dan erosi pada beberapa penggunaan lahan ... 13

2. Pengaruh perlakuan terhadap aliran permukaan, erosi, dan produksi jagung ... 17

3. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Aliran Permukaan. ... 18

4. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida terhadap Erosi. ... 18

5. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap aliran permukaan. ... 27

6. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap erosi. ... 29

7. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap tinggi tanaman. ... 32

8. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap diameter batang. ... 33

9. Pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap produksi ... 34

10. Data Curah Hujan ... 37

11. Data Erosi (ton/ha) ... 48

12. Data Aliran Permukaan (mm) ... 51

13. Data Diameter Batang (cm) ... 54

14. Data Tinggi Batang (cm) ... 55

15. Hasil Pengamatan dan Rekapitulasi Data Erosi (ton/ha) ... 56

16. Uji kesamaan ragam data rekapitulasi Erosi (ton/ha) ... 56

17. Uji Sidik Ragam (Uji F) Rekapitulasi Data Erosi ... 57

18. Transformasi Hasil Pengamatan data Rekapitulasi data Erosi ... 57


(17)

iv

20. Uji Sidik Ragam (Uji F) Rekapitulasi Data Erosi ... 58

21. Uji BNT Perlakuan Sistem Olah Tanah Terhadap Erosi ... 59

22. Uji BNT Perlakuan Pemberian Herbisida Terhadap Erosi ... 59

23. Hasil Pengamatan data Rekapitulasi data Aliran Permukaan ... 60

24. Uji kesamaan ragam data rekapitulasi Aliran Permukaan (mm) ... 60

25. Uji Sidik Ragam (uji F) Data Aliran Permukaan ... 61

26. Transformasi √× ... 61

27. Uji kesamaan ragam data rekapitulasi Aliran Permukaan (mm) ... 61

28. Uji Sidik Ragam (uji F) Data Aliran Permukaan ... 62

29. Uji BNT Perlakuan Sistem Olah Tanah terhadap Aliran Permukaan ... 62


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Penelitian ... 22

2. Plot Erosi Tampak Samping ... 22

3. Plot Erosi Tampak Atas ... 23

4. Grafik hubungan antara curah hujan dan aliran permukaan. ... 28

5. Grafik hubungan erosi dan curah hujan. ... 30

6. Hubungan erosi dan aliran permukaan. ... 31

7. Hubungan erosi dan produksi tanaman singkong. ... 31

8. Grafik Produksi Tanaman ... 35

9. Grafik gulma pada Petak Erosi ... 36

10. Pengukuran Airan Permukaan... 63

11. Pengumpulan data Erosi ... 63

12. Tanah Erosi ... 64


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah sangat diperlukan di dalam budidaya tanaman dengan menggunakan media tanam tanah. Tanah dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya akar, penyedia unsur hara, dan penyimpan air bagi tanaman. Apabila salah satu fungsinya hilang maka suatu tanah dapat dinyatakan mengalami degradasi.

Degradasi lahan adalah hilangnya fungsi dari tanah, yaitu sebagai sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai matriks akar tanaman berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur hara ditambahkan (Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014). Menurut Banuwa (2013) degradasi lahan adalah kondisi lahan yang tidak mampu menjadi tempat tanaman pertanian berproduksi secara optimal.

Degradasi atau kerusakan lahan yang paling utama dan luas akibatnya adalah erosi. Erosi dapat menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air (Banuwa, 2013).


(20)

2

Erosi merupakan perpindahan material tanah dari satu tempat ke tempat yang lain oleh media tertentu, seperti air atau angin (Kartasapoetra dkk, 2010). Menurut Arsyad (2010 dalam Khory, 2014), erosi dapat menyebabkan

hilangnya lapisan atas tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman, serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Pada tempat pengendapan erosi, tanah hasil tersebut dapat mengakibatkan

pendangkalan waduk-waduk ataupun daerah-daerah aliran sungai. Dampak nyata dari erosi pada kegiatan pertanian yaitu menurunnya produktifitas suatu lahan, dan kerugian lainnya yang diakibatkan oleh erosi yaitu hilangnya unsur hara pada tanah.

Besarnya laju erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor iklim, sifat tanah serta pengelolaan tanah dan tanaman (Kartasapoetra dkk, 2010). Hujan merupakan faktor iklim yang paling berpengaruh pada erosi tanah (Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014). Air hujan yang jatuh menimpa tanah di lahan yang terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi. Besarnya curah hujan (intensitas) dan lamanya hujan menentukan kekuatan dispersi hujan terhadap tanah serta kecepatan aliran permukaan dan erosi. Jika intensitas hujan melebih kapasitas infiltrasi tanah atau tanah telah melewati titik jenuhnya, maka sebagian besar kelebihan air tersebut akan mengalir menjadi aliran permukaan (surface run off). Kekuatan erosi akan semakin besar dengan semakin curam dan

panjangnya lereng permukaan tanah (Banuwa, 1994 dalam Khory, 2014).

Pengolahan tanah secara signifikan dapat mempengaruhi kerentanan tanah terhadap erosi yang dapat mempercepat dan memperbesar laju erosi (Meijer,


(21)

3

2013). Menurut Putte (2012), pengolahan tanah dapat merubah struktur tanah yang mengakibatkan peningkatan ketahanan tanah terhadap penetrasi gerakan vertikal air tanah atau yang lebih sering disebut daya infiltrasi tanah. Hal tersebut dapat mengakibatkan air menggenang di permukaan yang kemudian dapat berubah menjadi aliran permukaan (surface run off). Oleh karena itu diperlukan sistem olah tanah konservasi untuk menekan besarnya aliran permukaan dan erosi. Penelitian Banuwa (1994 dalam Khory, 2014) juga menunjukkan bahwa tindakan konservasi tanah terutama perlakuan penanaman pada guludan mengikuti kontur sangat efektif dalam menekan besarnya aliran permukaan dan laju erosi tanpa menurunkan produksi tanaman. Tindakan konservasi tersebut dapat menekan aliran permukaan sebesar 71,4 % dan erosi sebesar 87,3 %.

Pemberian herbisida biasa dilakukan pada areal lahan yang luas dan bertujuan untuk mematikan gulma yang terdapat di lahan. Menurut Sakalena (2009), pemberian herbisida berbahan aktif Glysofat sangat dianjurkan karena terbukti sangat efektif dalam mematikan gulma dalam waktu yang singkat.

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Khory (2014). Pada

penelitian sebelumnya perlakuan terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yang digunakan adalah sistem olah tanah, dan faktor kedua adalah herbisida.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor pertama yaitu sistem olah tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi, dan faktor kedua yaitu pemberian herbisida nyata memperbesar aliran permukaan, dan tetap tidak nyata mempengaruhi erosi yang terjadi.


(22)

4

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generative tanaman singkong sangat penting dilakukan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemberian herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatife tanaman singkong (Manihot utillissima).

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sistem olah tanah dengan atau tanpa pemberian herbisida yang paling efektif menekan aliran permukaan dan laju erosi.

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

Sistem olah tanah minimum adalah yang paling efektif menekan aliran permukaan dan erosi pada pertanaman singkong.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Olah Tanah

Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan (Land preparation) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dapat memperbaiki daerah perakaran tanaman, kelembaban dan aerasi tanah, mempercepat infiltrasi serta mengendalikan tumbuhan pengganggu (Suripin, 2004 dalam

Khory, 2014).

Menurut Indranada (1994 dalam Khory, 2014), salah pengelolaan kesuburan dari tanah terletak dari pengaturan keseimbangan empat faktor, yaitu oksigen, air, unsur toksik, dan unsur hara satu bentuk upaya pengaturan keempat faktor tersebut dengan melakukan pengolahan lahan.

Pengolahan tanah konvensional dikenal juga dengan istilah Olah Tanah Intensif (OTI) atau full tillage yang menjadi pilar intensifikasi pertanian sejak program Bimas dicanangkan, dan secara turun menurun masih digunakan oleh petani. Pada pengolahan tanah intensif, tanah diolah beberapa kali baik menggunakan alat tradisional seperti cangkul maupun dengan bajak singkal. Menurut Utomo (2012 dalam Khory, 2014), pada sistem tersebut, permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, serta lapisan olah tanah dibuat


(24)

6

menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produktivitas lahan. Pengolahan tanah secara berlebihan dan terus menerus juga dapat memacu emisi gas CO2 secara signifikan. LIPTAN (1994) juga menyatakan bahwa pengolahan tanah dapat mempercepat kerusakan sumber daya tanah contohnya meningkatkan laju erosi dan kepadatan tanah. Hal tersebut karena permukaan tanah yang bersih dan gembur tidak mampu menahan laju aliran permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah yang mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa air ke hilir (Utomo, 2012 dalam Khory, 2014). Sedangkan pemadatan tanah biasanya disebabkan oleh penggunaan alat berat untuk kegiatan pertanian di lahan. Selain itu pengolahan tanah secara intensif memerlukan biaya yang tinggi (LIPTAN, 1994). Diperlukan sistem pengolahan tanah konservasi yang dapat membuat produktivitas lahan berlangsung lama. Salah satu pengolahan tanah konservasi adalah pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan (LIPTAN, 1994).

Olah tanah minimum merupakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) yang berkembang sesuai dengan kemampuan dan kondisi lokal petani. Pada olah tanah minimum, pengendalian gulma biasanya cukup dilakukan secara manual (dibesik) atau dilakukan penyemprotan herbisida ketika pembersihan secara manual tidak berhasil. Mulsa gulma atau tanaman sebelumnya juga diperlukan untuk menutupi permukaan lahan (Utomo, 2012 dalam Khory, 2014). Pada olah tanah minimum bobot isi tanah lebih rendah dibandingkan olah tanah


(25)

7

intensif maupun tanpa olah tanah karena tanah hanya diolah seperlunya

sehingga masih terdapat bongkah-bongkahan tanah yang cukup besar, sehingga tanah tidak mudah hancur dan terbawa erosi (Endriani, 2010). Pengolahan tanah minimum juga memberi keuntungan dari segi pembiayaan karena

menggunakan pekerja, bahan bakar dan peralatan yang lebih sedikit (Bowman, dkk., 2005). Menurut LIPTAN (1995), selain menghemat biaya, pengolahan tanah minimum juga bermanfaat :

1) Mencegah kerusakan tanah akibat aliran permukaan dan erosi,

2) Mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi maksimal dalam kurun waktu yang tidak terbatas,

3) Meningkatkan produktivitas lahan usahatani.

B. Aliran Permukaan

Aliran permukaan adalah bagian dari hujan yang mengalir pada permukaan tanah yang masuk ke sungai atau saluran, atau ke danau atau ke laut (Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014). Aliran permukaan terjadi akibat dari air hujan yang tidak terabsorbsi oleh tanah dan tidak tergenang di permukaan tanah dan mengalir ke tempat yang lebih rendah dan mengendap di suatu tempat, seperti parit atau saluran (Hillel, 1980 dalam Banuwa, 2013). Menurut Banuwa (2013), aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya erosi karena merupakan pengangkut tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.


(26)

8

Aliran permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi aliran permukaan ini sangat tergantung kepada jumlah hujan persatuan waktu (intensitas), keadaan penutup tanah, topografi, jenis tanah, kadar air tanah, dan perlakuan manusia.

Pada waktu terjadinya hujan, butir-butir air hujan dengan gaya kinetiknya menimpa tanah dan memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat tanah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Partikel-partikel tersebut akan menyumbat pori-pori tanah sehingga kapasitas infiltrasi tanah menurun yang menyebabkan iar mengalir di permukaan tanah. Jumlah aliran permukaan sangat tergantung pada luas areal tangkapan dan intensitas hujan, sedangkan kecepatan aliran permukaan tergantung pada kemiringan lereng. Aliran permukaan dengan kecepatan yang besar, sering menyebabkan pemindahan atau pengangkutan masa tanah yang lebih besar pula. Dalam suatu daerah tangkapan dimana permukaan tanahnya merupakan tanah yang kedap air, dapat memperbesar terjadinya aliran permukaan disebabkan infiltrasi ke dalam aliran permukaan adalah diintersepsi oleh vegetasi, terinfiltrasi ke dalam tanah, dan sebagian hilang dalam bentuk evaporasi. Secara alami hujan yang terjatuh pada areal hutan tidak akan menghasilkan aliran permukaan yang banyak, dalam arti kata masih dapat ditampung baik oleh depresi alami maupun sungai-sungai yang ada di areal tersebut (Yulimar, 2002).

Menurut Schwab, dkk (1981 dalam Banuwa 2013), beberapa faktor yang mempengaruhi aliran permukaan adalah :


(27)

9

2. Faktor DAS, yaitu ukuran, bentuk, topografi, geologi, dan kondisi permukaan.

Menurut Sucipto (2007), sifat-sifat aliran permukaan yang dapat mempengaruhi laju erosi adalah :

1. Jumlah aliran permukaan

Jumlah aliran permukaan adalah total air yang mengalir di permukaan tanah untuk suatu masa hujan atau masa tertentu yang dinyatakan dalam tinggi air (mm/cm2) dan volume air m3.

2. Laju aliran permukaan

Laju aliran permukaan adalah volume air yang mengalir melalui suatu titik per detik atau per jam. Laju aliran permukaan dikenal juga dengan istilah debit.

3. Kecepatan aliran permukaan

Kecepatan aliran permukaan dipengaruhi oleh dalamnya permukaan dan kecuraman lereng.

4. Gejolak aliran permukaan

Gejolak aliran permukaan yang terjadi dapat memperbesar jumlah erosi yang terjadi.

C. Erosi

Erosi adalah proses pengikisan permukaan tanah oleh tekanan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat


(28)

10

Kartasapoetra (1989), erosi tanah merupakan suatu proses pindahnya atau hilangnya bagian atau seluruh lapisan permukaan tanah (Top soil) yang disebabkan oleh gerakan atau aliran permukaan (Surface run off) atau angin. Erosi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :

a. Normal/Geological Erosion, yaitu erosi yang berlangsung secara alamiah. Erosi secara alamiah tidak menimbulkan kerusakan yang besar,

keseimbangan lingkungan pada saat terjadi erosi secara alamiah masih dapat terjaga, karena banyaknya partikel - partikel tanah yang terkikis dan

terangkut seimbang dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat - tempat partikel tanah tersebut mengendap.

b. Accelerated Erosion, yaitu proses terjadinya erosi dipercepat akibat tindakan - tindakan yang dilakukan oleh manusia, seperti kesalahan dalam pengolahan tanah dan pelaksanaan kegiatan pertanian.

Besarnya laju erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Faktor Iklim

Hujan merupakan faktor utama iklim paling berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Karakteristik hujan yang mempunyai pengaruh terhadap erosi tanah adalah jumlah atau kedalaman hujan, intensitas dan lamanya hujan.

Kelembaban udara dan radiasi ikut berperan dalam mempengaruhi suhu udara, demikian juga kecepatan angin menentukan kecepatan arah jatuhnya butir hujan (Baver, 1959 dalam Banuwa 2013). Kemampuan hujan yang mempengaruhi besarnya erosi biasa disebut dengan erosivitas. Erosivitas adalah kemampuan air hujan untuk menghancurkan dan menghanyutkan partikel tanah. Kemampuan air hujan menghancurkan dan menghanyutkan


(29)

11

partikel tanah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jumlah hujan, lama hujan, ukuran butir dan kecepatan jatuh hujan. Keempat faktor tersebut saling mempengaruhi dalam hal potensi terjadinya erosi. Jumlah hujan yang tinggi belum tentu berpotensi menimbulkan erosi apabila lama hujannya tersebar sepanjang tahun, namun berbeda hal ketika hujan jumlah hujan tersebut terjadi selama 2-3 bulan secara terus menerus. Menurut penelitian Banuwa (1994

dalam Khory, 2014), semakin besar besarnya curah hujan maka energi tumbuk atau energi dispersi hujan terhadap tanah semakin besar, sehingga

kemampuannya memecah agregat tanah semakin besar.

Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi tidak selalu menyebabkan erosi jika curah hujannya tinggi, demikian juga kalau curah hujannya tinggi terjadi dalam waktu singkat mungkin juga hanya menyebabkan sedikit terjadinya erosi karena jumlah hujannya sedikit (Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014).

2. Tanah

Berdasarkan sifat – sifat fisiknya menentukan laju pengikisan (erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi). Erodibilitas merupakan kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan tekanan aliran air. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah maka akan semakin mudah tanah tersebut tererosi, dan sebaliknya semakin rendah nilai erodibilitas tanah maka akan semakin tinggi daya tahan atau resistensi tanah tersebut (Kartasapoetra dkk, 2010). Menurut Arsyad (2010 dalam Khory, 2014), Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan erosi adalah :


(30)

12

a. Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi laju peresapan (infiltrasi), permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air.

b. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dalam pengikisan oleh butir-butir hujan dan limpasan permukaan.

3. Bentuk wilayah (topografi)

Menentukan kecepatan laju alir di permukaan yang mampu mengangkut atau menghanyutkan partikel - partikel tanah. Pada lahan datar, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah ke udara ke segala arah secara acak, sedangkan pada lahan miring partikel tanah lebih banyak terlempar ke arah bawah daripada terlempar ke atas, dengan proporsi yang makin besar dengan meningkatnya kemiringan lereng. Panjang lereng juga mengakumulasikan partikel yang terbawa, semakin panjang lereng maka semakin banyak partikel dan aliran permukaan yang terakumulasi dari segi kedalaman dan

kecepatannya (Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014).

4. Tanaman penutup (vegetasi)

Menurut Arsyad (2010 dalam Khory, 2014), pengaruh vegetasi dalam memperkecil laju erosi adalah sebagai berikut :

Vegetasi mampu menangkap (intersepsi) butir air hujan sehingga energi kinetik dari tetesan air hujan terserap oleh tanaman dan tidak menghantam langsung pada tanah.

Vegetasi penutup mengurangi energi aliran, meningkatkan kekasaran sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan, dan selanjutnya


(31)

13

memotong kemampuan aliran permukaan untuk melepas dan mengangkut partikel tanah.

Perakaran tanaman dapat mengikat butir-butir tanah, meningkatkan stabilitas dan memperbaiki porositas tanah.

Aktivitas biologi yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan dampak positif pada porositas tanah.

Tanaman mendorong transpirasi air, sehingga lapisan tanah atas menjadi kering.

Tanaman meningkatkan kehilangan air dengan proses evaporasi dan transpirasi.

Penelitian Hidayat dkk (2004) menunjukkan setiap vegetasi yang berbeda akan menghasilkan volume aliran dan jumlah erosi yang berbeda-beda, hal tersebut dapat dilihat pada Table 1.

Tabel 1. Aliran permukaan dan erosi pada beberapa penggunaan lahan (CH = 1.696,1mm)

Penggunaan Lahan Aliran Permukaan (mm)

Erosi Tanah (kg/ha)

Hutan alam 31,1 288,6

Kakao dewasa 68,7 1.543,8

Jagung 66,2 1.548,0

Semak belukar 72,1 1.140,4


(32)

14

5. Perlakuan manusia

Kegiatan yang dilakukan manusia kebanyakan berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, seperti perubahan penutup tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman dan lahan pertanian. Proses pengolahan tanah dan pelaksanaan pertanian yang kurang baik dapat mempercepat laju erosi. Namun dampak dari hal tersebut dapat dipekecil dengan tindakan konservasi pengolahan tanah (Sinukaban, 2007

dalam Khory 2014).

Dari kelima faktor diatas, Soil Conservation Service USDA memperhitungkan kelima faktor tersebut dalam menentukan metode pendugaan besar erosi tanah.

E = f (R . K . L . S . C . P)

Keterangan :

E = Erosi

f = Faktor-faktor yang mempengaruhi R = Faktor curah hujan

K = Faktor erodibilitas tanah L = Faktor panjang lereng S = Faktor kecuraman lereng C = Faktor vegetasi penutup

P = Faktor tindakan konservasi tanah oleh manusia D. Upaya Penanggulangan Erosi

Menurut Sinukaban dan Banuwa (1994 dalam Khory, 2014), tindakan konservasi dapat secara nyata dapat menekan jumlah aliran permukaan dan erosi namun tidak menurunkan hasil produksi dari tanaman.

Menurut Marston (1987), upaya penanggulangan erosi dapat dilakukan dengan cara mengurangi pengolahan lahan yang dilakukan, hal tersebut terdiri dari empat sistem, yaitu :


(33)

15

1. Reduced Cultivation, dengan mengembalikan tunggul tanaman dan pertumbuhan gulma setelah panen kemudian diikuti dengan penyemaian benih dengan sedikit budidaya. Aplikasi herbisida dimungkinkan sebelum atau setelah tanam.

2. Direct Driling, budidaya dilakukan langsung tanpa adanya pengolahan lahan sebelumnya. Budidaya tanaman dilakukan langsung ke dalam tanah yang terganggu.

3. Minimum tillage, sebagian besar gulma dikendalikan dengan penggunaan herbisida bersama-sama dengan pengolahan tanah mekanis.

4. No-tillage, adalah praktek pengelolaan budidaya tanaman tanpa menggunakan pengolahan tanah apapun.

E. Singkong

1. Tanaman Singkong

Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman tropis namun dapat juga beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub tropis. Singkong juga mempunyai banyak nama lain, yaitu ketela, keutila, ubi kayee (Aceh), ubi parancih (Minangkabau), ubi singkung (Jakarta), batata kayu (Manado),

bistungkel (Ambon), huwi dangdeur (Sunda), tela pohung (Jawa), tela belandha (Madura), sabrang sawi (Bali), kasubi (Gorontalo), lame kayu (Makassar), lame aju (Bugis), kasibi (Termate, Tidore) (Purwono, 2009). Tanaman singkong banyak dimafaatkan sebagai makanan pokok pengganti nasi atau sebagai bahan makanan. Masa Tanam tanaman singkong antara 9-15 tahun. Namun, umur optimal pemanenan singkong ditinjau dari hasil tepung,


(34)

16

kelembaban, abu, dan kadar protein kasar dari tepung yang dihasilkan adalah saat umur 12-13 tahun (Apea-Bah dkk, 2011).

Menurut LIPTAN tahun 1995, secara umum tanaman singkong tidak menuntut iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Namun demikian singkong akan tumbuh dengan baik pada iklim dan tanah sebagai berikut :

Iklim :

Curah hujan : 750 – 1.000 mm/thn Tinggi tempat : 0 – 1.500 m dpl Suhu : 250 - 280 Celsius Tanah :

Tekstur : Berpasir hingga liat, tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang cukup unsur hara

Struktur : Gembur

pH Tanah : 4,5 – 8 optimal pada pH 5,8.

Tanaman singkong mencapai fase generatife pada saat tanaman tersebut berumurt 4-5 bulan setelah tanam. Pada fase tersebut tanaman singkong mulai membentuk umbi. Umbi tersebut tarbentuk sebagai penyimpan cadanagn makanan pada tanaman. Cadangan makanan tersebut merupakan hasil dari proses fotosintesis. Saat fase generatife tersebut terjadi, tanah temapat umbi tersebut membesar pelahan akan naik akibat dorongan dari umbi. Akibatnya tanah akan menjadi lebih gembur dan mudah terkikis oleh air maupun angin. Hal tersebut mengakibatkan tanah lebih mudah tererosi.

2. Taksonomi dan Morfologi

Dalam sistematika ( Taksonomi ) tanaman singkong atau ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :


(35)

17

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Species : Manihot utilissima (Suprapti, 2005 dalam Khory, 2014).

F. Beberapa Hasil Penelitian pada Petak Erosi 1. Jagung

Pada penelitian Banuwa, dkk (2014) bahwa perbedaan pengolahan tanah minimun dan konvensional dan tanpa herbisida tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap aliran permukaan, erosi, produksi jagung dan kandungan unsure hara dalam sedimen yang tererosi yaitu Total-N, Available-P,

Exchangable_K, dan Organic-C. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap aliran permukaan, erosi, dan produksi jagung

Perlakuan Erosi

(ton/ha) Run Off (mm) Run Off Coefisien Corn Production

M 1,56 a 29,25 a 15,15 4,39

MH 1,98 a 27,50 a 14,24 3,30

F 0,99 a 22,25 a 11,52 5,55

FH 1,55 a 29,75 a 15,41 4,39

BNT MF dan H (5%) 0,66 8,99 1,38

Keterangan: . Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata pada taraf 5%.


(36)

18

Pada penelitian tersebut kadar air tanah yang tererosi 30% dan kadar air jagung pipilan kering yaitu 14%. Curah hujan selama penelitian adalah 193,1 mm.

2. Singkong

Pada penelitian Khory (2014), menunjukan bahwa sistem olah tanah tidak berbeda nyata pengaruhnya pada tanaman singkong yang ditanam pada petak erosi. Hasil tersebut dapat dilihat dari Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Pengaruh Pengolahan Tanah terhadap Aliran Permukaan.

Perlakuan Aliran Permukaan (mm) Hasil Transformasi Data Aliran Permukaan

F 30,305 5,467 a

M 27,165 5,179 a

Nilai BNT 0,66

Keterangan :

F : Pengolahan tanah penuh, M : Pengolahan tanah minimum

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

Tabel 4. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida terhadap Erosi. Perlakuan Erosi (ton/ha) Hasil Transformasi Data

Erosi

M 0.27 0,87 a

MH 0.25 0,86 a

F 0.21 0,84 a

FH 0.52 1,01 a


(37)

19

Keterangan :

M : Pengolahan tanah minimum, MH : Pengolahan tanah minimum + herbisida, F : Pengolahan tanah penuh, FH : Pengolahan tanah penuh + herbisida.

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan tabel hasil tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh sistem olah tanah dan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada pertanaman singkong yang ditanam dalam petak erosi tidak berbeda nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi.


(38)

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Khory (2014) yang

dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Limbah Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan September 2014 – Mei 2015.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah petak erosi, timbangan, oven, gelas ukur, cawan, sarung tangan, penjepit, sendok, ember,seng, ajir, cangkul, saringan, drum penampung, alat hitung, alat tulis, seperangkat komputer. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah, tanaman singkong sebagai vegetasi penutup, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCl, kompos, herbisida.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan faktorial 2x2, dengan menggunakan 4 kali ulangan. Setiap unit percobaan ditempatkan di setiap petak tanah


(39)

21

Faktor tersebut yaitu : 1. Sistem Olah Tanah

M (pengolahan tanah minimum) F (pengolahan tanah penuh). 2. Pemberian Herbisida

H1 (pemberian herbisida) H0 (tanpa pemberian herbisida).

Empat jenis perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :

F : Pengolahan tanah penuh/konvensional (Full tillage) yaitu pengolahan tanah dengan cara mencakul seluruh tanah yang terdapat pada petak erosi kemudian dibuat guludan untuk penanaman tanaman dan

membuang semua gulma yang terdapat pada petak erosi. Pada perlakuan ini tidak ditambahkan perlakuan pemberian herbisida.

FH : Pengolahan tanah penuh/konvensional (Full tillage) yaitu pengolahan tanah dengan cara mencakul seluruh tanah yang terdapat pada petak erosi kemudian dibuat guludan untuk penanaman tanaman dan membuang semua gulma yang terdapat pada petak erosi. Pada

perlakukan ini di tambahkan pemberian herbisida pada saat awal tanam. MH : Pengolahan tanah minimum (Minimum tillage) yaitu pengolahan tanah

dengan cara memotong rumput yang ada pada petak erosi lalu rumput tersebut dikembalikan lagi ke dalam petak tersebut dan pada perlakuan ini tidak dilakukan pencngkulan pada tanah terlebih dahulu. Pada perlakukan ini di tambahkan pemberian herbisida pada saat awal tanam.


(40)

22

M : Pengolahan tanah minimum (Minimum tillage) yaitu pengolahan tanah dengan cara memotong rumput yang ada pada petak erosi lalu rumput tersebut dikembalikan lagi ke dalam petak tersebut dan pada perlakuan ini tidak dilakukan pencngkulan pada tanah terlebih dahulu. Pada perlakuan ini tidak ditambahkan perlakuan pemberian herbisida.

Keterangan : M = MH0, MH = MH1, F = FH0, FH =FH1.

Gambar 1. Skema Penelitian


(41)

23

Gambar 3. Plot Erosi Tampak Atas

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah : 1. Data curah hujan.

2. Data aliran permukaan. 3. Data erosi

4. Data produksi dan gulma

2. Tahapan Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu Budidaya Tanaman (Perawatan dan Pemeliharaan), dan Pengamatan dan Pengambilan Data (Pengamatan curah hujan, Pengukuran aliran permukaan, Pengukuran Erosi, Pengukuran Produksi dan Berat Gulma.


(42)

24

1. Budidaya Tanaman

Tanaman atau vegetasi penutup yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman singkong.

Kegiatan pemeliharaan meliputi pembersihan tanaman pengganggu,

penyiangan,pembuangan tunas dan pemupukan. Menurut LIPTAN (1995), untuk mencapai hasil yang tinggi tanaman singkong perlu diberi pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP).

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 kg urea/ha atau 0,48 kg Urea/plot, 100 kg TSP/ha atau 0,16 kg TSP/plot, 200 kg KCl/ha atau 0,32 kg KCl/plot, dan 10 ton kompos/ha atau 16 kg kompos/plot. Pemberian pupuk dilakukan sebelum penanaman bibit singkong. Dalam kegiatan pemeliharaan tidak digunakan insektisida atau fungisida.

2. Pengamatan dan Pengambilan Data

Pengamatan dan pengukuran dilakukan selama 3 bulan awal penaman tanaman singkong.

a. Pengamatan curah hujan

Pengamatan curah hujan dilakukan setiap hari dengan melakukan pengukuran di stasiun cuaca Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung.


(43)

25

b. Pengukuran aliran permukaan

Untuk mengukur volume air aliran permukaan setiap plot dengan cara mengukur volume air di dalam bak penampung ditambah dengan volume air di dalam drum penampung. Untuk mengukur volume air di dalam bak penampung dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Sedangkan untuk mengukur air di dalam drum penampung, volume air yang telah diukur menggunakan gelas ukur dikalikan lima. Pengukuran dilakukan pada pagi hari setelah terjadinya hujan.

c. Pengukuran Erosi

Pengukuran erosi dilakukan dengan cara mengambil tanah yang tertinggal di dalam bak penampung. Seluruh tanah tersebut ditimbang sehingga didapat berat tanah basah. Dari keseluruhan tanah tersebut kemudian diambil sampel tanah sebanyak 15 gram, sampel tersebut kemudian di oven selama 24 jam dengan suhu 1050 C sehingga didapat berat kering tanah dan dapat dihitung kadar airnya.

d. Pengukuran Produksi dan Berat Gulma

Pengukuran produksi dan berat gulma dilakukan pada saat panen, dengan cara menimbang produksi umbi yang dihasilkan tanaman singkong per petak erosi, dan pengukuran gulma dilakukan setelah panen, dengan cara menimbang seluruh gulma yang terdapat di dalam petak erosi, gulma tersebut ditimbang per petak erosi.


(44)

26

D. Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan antara sistem olah tanah dengan aliran permukaan dan erosi, data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam.

Sebelumnya data dianalisis terlebih dahulu keseragamannya dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Apabila terdapat sebaran yang tidak normal maka dilakukan tronsformasi data tersebut munjadi mendekati norml sehingga dapat mempengaruhi hasil nilai F. Kemudian data dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.


(45)

V. KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pengolahan tanah dan pemberian herbisida tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan.

2. Pengolahan tanah tidak nyata mempengaruhi erosi, tetapi pemberian herbisida nyata meningkatkan erosi yang terjadi.

3. Pengolahan tanah dan pemberian herbisida tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, diameter batang, dan produksi umbi singkong.

B. Saran


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alviyanti, V. 2006. Kajian Erosi dan Aliran Permukaan pada Berbagai Sistem Tanam Di Tanah Terdegradasi. (Skripsi). Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jember.

Andreawan, M.K. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida Terhadap Aliran Permukaan dan Erosi Pada Pertanaman Singkong Di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. (Skripsi). Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Apea-Bah, F.B., I. Oduro, W.O. Ellis, and O. Safo-Kantanka. 2011. Factor Analysis and age at Harvest Effect on the Quality of Flour from Four Cassava Varieties. World Jurnal of Dairy and Food Sciences, 6: 43-54. Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 205 hlm. Banuwa, I.S., Andhi, U. Hassanudin, and K. Fujie. 2014. Erosion and Nutrien

Enrichment Under Diferrent Tillage and Weed Control Systems. 9th IWA International Symposium on Waste Management Problems in Agro-Industries. Kochi, Japan: 24-26 November.

Bowman, M.T., P.A. Beck, K. S. Lusby, S.A. Gunter, and D.S. Hubbell. 2005. No-till, Reduced Tillage, and Conventional Tillage Systems for Small-grain Forage Production. Arkansas Animal Science Department Report. Ark. Agri. Exp. Stat. Res.Series 535: 80-82.

Dariah, A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono, dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Agrivista, 26 (1): 52-60.

Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah Konservasi. Jurnal Hodrolitan, 1 (1): 26-34.


(47)

45

Hidayat, Y., N. Sinukaban, H. Pawitan, dan K. Murtilaksono. 2004. Modifikasi Faktor C-USLE dalam Model Answers Untuk Memprediksi Erosi di daerah Tropika Basah (Studi Kasus : DAS Nopu Hulu, Sulawesi Tengah). Jurnal Tanah dan Iklim, 26: 43-53.

Jamila., Kaharuddin. 2007. Efektivitas Mulsa dan Sistem Olah Tanah terhadap Produktivitas Tanah Dangkal dan Berbatu untuk Produksi Kedelai. Jurnal Agrisistem, 3 (2): 65-75.

Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta. 237 hlm.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Sutedjo. 2010. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm. Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1994. Pengolahan Tanah

Minimum (Minimum Tillage). Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura.

Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1995. Budidaya Ubi Kayu. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura.

Marston, D. 1978. Conventional tillage systems as they affect soil erosion – in northern New South Wales. Journal of the Soil Conservation, 34.

Meijer, A.D., J.L. Heitman, J.G. White, and R.E. Austin. 2013. Measuring Erosion in Long Term Tillage Plots Using Grounds Based Lidar. Journal Soil and Erosion, 126: 1-10.

Nurmi, O. Haridjaja, S. Arsyad, dan S Yahya. 2012. Infiltrasi dan Aliran Permukaan sebagai Respon Perlakuan Konservasi Vegetatif pada Pertanaman Kakao. JATT, 1 (1): 1-8.

Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.

Putte, A.V.D., G. Govers, J. Diels, C. Langhans, W. Clymans, E. Vanuytrecht, R. Merckx, and D. Raes. 2012. Soil Functioning and Conservation Tillage in Belgian Loam Belt. Journal Soil and Tillage Research, 122: 1-11. Sakalena, F. 2009. Efektivitas Herbisida Glysofat Terhadap Alang-Alang


(48)

46

Sucipto. 2007. Analisis Erosi yang Terjadi di Lahan Karena Pengaruh Kepadatan Tanah. Jurnal Wahana Teknik Sipil, 12 (1): 51-60.

Zuliwu, Yuliman. 2002. Pengaruh Berbagia Macam Tanaman Terhadapan Aliran Permukaan dan Erosi. (Tesis). Magister Teknik Sipil. Universitas


(1)

25

b. Pengukuran aliran permukaan

Untuk mengukur volume air aliran permukaan setiap plot dengan cara mengukur volume air di dalam bak penampung ditambah dengan volume air di dalam drum penampung. Untuk mengukur volume air di dalam bak penampung dilakukan dengan menggunakan gelas ukur. Sedangkan untuk mengukur air di dalam drum penampung, volume air yang telah diukur menggunakan gelas ukur dikalikan lima. Pengukuran dilakukan pada pagi hari setelah terjadinya hujan.

c. Pengukuran Erosi

Pengukuran erosi dilakukan dengan cara mengambil tanah yang tertinggal di dalam bak penampung. Seluruh tanah tersebut ditimbang sehingga didapat berat tanah basah. Dari keseluruhan tanah tersebut kemudian diambil sampel tanah sebanyak 15 gram, sampel tersebut kemudian di oven selama 24 jam dengan suhu 1050 C sehingga didapat berat kering tanah dan dapat dihitung kadar airnya.

d. Pengukuran Produksi dan Berat Gulma

Pengukuran produksi dan berat gulma dilakukan pada saat panen, dengan cara menimbang produksi umbi yang dihasilkan tanaman singkong per petak erosi, dan pengukuran gulma dilakukan setelah panen, dengan cara menimbang seluruh gulma yang terdapat di dalam petak erosi, gulma tersebut ditimbang per petak erosi.


(2)

26

D. Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan antara sistem olah tanah dengan aliran permukaan dan erosi, data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam.

Sebelumnya data dianalisis terlebih dahulu keseragamannya dengan uji Bartlet, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Apabila terdapat sebaran yang tidak normal maka dilakukan tronsformasi data tersebut munjadi mendekati norml sehingga dapat mempengaruhi hasil nilai F. Kemudian data dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.


(3)

V. KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pengolahan tanah dan pemberian herbisida tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan.

2. Pengolahan tanah tidak nyata mempengaruhi erosi, tetapi pemberian herbisida nyata meningkatkan erosi yang terjadi.

3. Pengolahan tanah dan pemberian herbisida tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, diameter batang, dan produksi umbi singkong.

B. Saran


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alviyanti, V. 2006. Kajian Erosi dan Aliran Permukaan pada Berbagai Sistem

Tanam Di Tanah Terdegradasi. (Skripsi). Program Studi Ilmu Tanah.

Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Jember.

Andreawan, M.K. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida Terhadap Aliran Permukaan dan Erosi Pada Pertanaman Singkong Di Laboratorium

Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. (Skripsi).

Jurusan Teknik Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Apea-Bah, F.B., I. Oduro, W.O. Ellis, and O. Safo-Kantanka. 2011. Factor Analysis and age at Harvest Effect on the Quality of Flour from Four Cassava Varieties. World Jurnal of Dairy and Food Sciences, 6: 43-54. Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 205 hlm. Banuwa, I.S., Andhi, U. Hassanudin, and K. Fujie. 2014. Erosion and Nutrien

Enrichment Under Diferrent Tillage and Weed Control Systems. 9th IWA

International Symposium on Waste Management Problems in Agro-Industries. Kochi, Japan: 24-26 November.

Bowman, M.T., P.A. Beck, K. S. Lusby, S.A. Gunter, and D.S. Hubbell. 2005. No-till, Reduced Tillage, and Conventional Tillage Systems for Small-grain Forage Production. Arkansas Animal Science Department Report. Ark. Agri.

Exp. Stat. Res.Series 535: 80-82.

Dariah, A., F. Agus, S. Arsyad, Sudarsono, dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian Berbasis Tanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Agrivista, 26 (1): 52-60.

Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah Konservasi. Jurnal Hodrolitan, 1 (1): 26-34.


(5)

45

Hidayat, Y., N. Sinukaban, H. Pawitan, dan K. Murtilaksono. 2004. Modifikasi Faktor C-USLE dalam Model Answers Untuk Memprediksi Erosi di daerah Tropika Basah (Studi Kasus : DAS Nopu Hulu, Sulawesi Tengah). Jurnal

Tanah dan Iklim, 26: 43-53.

Jamila., Kaharuddin. 2007. Efektivitas Mulsa dan Sistem Olah Tanah terhadap Produktivitas Tanah Dangkal dan Berbatu untuk Produksi Kedelai. Jurnal

Agrisistem, 3 (2): 65-75.

Kartasapoetra, A.G. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk

Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta. 237 hlm.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Sutedjo. 2010. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm.

Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1994. Pengolahan Tanah

Minimum (Minimum Tillage). Balai Informasi Pertanian Irian Jaya.

Jayapura.

Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1995. Budidaya Ubi Kayu. Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jayapura.

Marston, D. 1978. Conventional tillage systems as they affect soil erosion – in northern New South Wales. Journal of the Soil Conservation, 34.

Meijer, A.D., J.L. Heitman, J.G. White, and R.E. Austin. 2013. Measuring Erosion in Long Term Tillage Plots Using Grounds Based Lidar. Journal

Soil and Erosion, 126: 1-10.

Nurmi, O. Haridjaja, S. Arsyad, dan S Yahya. 2012. Infiltrasi dan Aliran Permukaan sebagai Respon Perlakuan Konservasi Vegetatif pada Pertanaman Kakao. JATT, 1 (1): 1-8.

Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 140 hlm.

Putte, A.V.D., G. Govers, J. Diels, C. Langhans, W. Clymans, E. Vanuytrecht, R. Merckx, and D. Raes. 2012. Soil Functioning and Conservation Tillage in Belgian Loam Belt. Journal Soil and Tillage Research, 122: 1-11. Sakalena, F. 2009. Efektivitas Herbisida Glysofat Terhadap Alang-Alang


(6)

46

Sucipto. 2007. Analisis Erosi yang Terjadi di Lahan Karena Pengaruh Kepadatan Tanah. Jurnal Wahana Teknik Sipil, 12 (1): 51-60.

Zuliwu, Yuliman. 2002. Pengaruh Berbagia Macam Tanaman Terhadapan Aliran

Permukaan dan Erosi. (Tesis). Magister Teknik Sipil. Universitas