a. Sifat – sifat tanah yang mempengaruhi laju peresapan infiltrasi,
permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air. b.
Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi dalam pengikisan oleh butir-butir hujan dan limpasan permukaan.
3. Bentuk wilayah topografi
Menentukan kecepatan laju alir di permukaan yang mampu mengangkut atau menghanyutkan partikel - partikel tanah. Pada lahan datar, percikan butir air
hujan melemparkan partikel tanah ke udara ke segala arah secara acak, sedangkan pada lahan miring partikel tanah lebih banyak terlempar ke arah
bawah daripada terlempar ke atas, dengan proporsi yang makin besar dengan meningkatnya kemiringan lereng. Panjang lereng juga mengakumulasikan
partikel yang terbawa, semakin panjang lereng maka semakin banyak partikel dan aliran permukaan yang terakumulasi dari segi kedalaman dan
kecepatannya Arsyad, 2010 dalam Khory, 2014. 4.
Tanaman penutup vegetasi Menurut Arsyad 2010 dalam Khory, 2014, pengaruh vegetasi dalam
memperkecil laju erosi adalah sebagai berikut : Vegetasi mampu menangkap intersepsi butir air hujan sehingga energi
kinetik dari tetesan air hujan terserap oleh tanaman dan tidak menghantam langsung pada tanah.
Vegetasi penutup mengurangi energi aliran, meningkatkan kekasaran sehingga mengurangi kecepatan aliran permukaan, dan selanjutnya
memotong kemampuan aliran permukaan untuk melepas dan mengangkut partikel tanah.
Perakaran tanaman dapat mengikat butir-butir tanah, meningkatkan stabilitas dan memperbaiki porositas tanah.
Aktivitas biologi yang berkaitan dengan pertumbuhan tanaman memberikan dampak positif pada porositas tanah.
Tanaman mendorong transpirasi air, sehingga lapisan tanah atas menjadi kering.
Tanaman meningkatkan kehilangan air dengan proses evaporasi dan transpirasi.
Penelitian Hidayat dkk 2004 menunjukkan setiap vegetasi yang berbeda akan menghasilkan volume aliran dan jumlah erosi yang berbeda-beda, hal tersebut
dapat dilihat pada Table 1.
Tabel 1. Aliran permukaan dan erosi pada beberapa penggunaan lahan
CH = 1.696,1mm
Penggunaan Lahan Aliran Permukaan
mm Erosi Tanah
kgha Hutan alam
31,1 288,6
Kakao dewasa 68,7
1.543,8 Jagung
66,2 1.548,0
Semak belukar 72,1
1.140,4 Alang-alang
66,2 1.048,6
5. Perlakuan manusia
Kegiatan yang dilakukan manusia kebanyakan berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, seperti perubahan penutup
tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman dan lahan pertanian. Proses pengolahan tanah dan pelaksanaan pertanian yang kurang
baik dapat mempercepat laju erosi. Namun dampak dari hal tersebut dapat dipekecil dengan tindakan konservasi pengolahan tanah Sinukaban, 2007
dalam Khory 2014. Dari kelima faktor diatas, Soil Conservation Service USDA memperhitungkan
kelima faktor tersebut dalam menentukan metode pendugaan besar erosi tanah.
E = f R . K . L . S . C . P
Keterangan : E
= Erosi f
= Faktor-faktor yang mempengaruhi R
= Faktor curah hujan K
= Faktor erodibilitas tanah L
= Faktor panjang lereng S
= Faktor kecuraman lereng C
= Faktor vegetasi penutup P
= Faktor tindakan konservasi tanah oleh manusia
D. Upaya Penanggulangan Erosi
Menurut Sinukaban dan Banuwa 1994 dalam Khory, 2014, tindakan konservasi dapat secara nyata dapat menekan jumlah aliran permukaan dan
erosi namun tidak menurunkan hasil produksi dari tanaman. Menurut Marston 1987, upaya penanggulangan erosi dapat dilakukan dengan
cara mengurangi pengolahan lahan yang dilakukan, hal tersebut terdiri dari empat sistem, yaitu :
1. Reduced Cultivation, dengan mengembalikan tunggul tanaman dan
pertumbuhan gulma setelah panen kemudian diikuti dengan penyemaian benih dengan sedikit budidaya. Aplikasi herbisida dimungkinkan sebelum
atau setelah tanam. 2.
Direct Driling, budidaya dilakukan langsung tanpa adanya pengolahan lahan sebelumnya. Budidaya tanaman dilakukan langsung ke dalam tanah
yang terganggu. 3.
Minimum tillage, sebagian besar gulma dikendalikan dengan penggunaan herbisida bersama-sama dengan pengolahan tanah mekanis.
4. No-tillage, adalah praktek pengelolaan budidaya tanaman tanpa
menggunakan pengolahan tanah apapun.
E. Singkong 1. Tanaman Singkong
Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman tropis namun dapat juga beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub tropis. Singkong juga
mempunyai banyak nama lain, yaitu ketela, keutila, ubi kayee Aceh, ubi parancih Minangkabau, ubi singkung Jakarta, batata kayu Manado,
bistungkel Ambon, huwi dangdeur Sunda, tela pohung Jawa, tela belandha Madura, sabrang sawi Bali, kasubi Gorontalo, lame kayu Makassar,
lame aju Bugis, kasibi Termate, Tidore Purwono, 2009. Tanaman singkong banyak dimafaatkan sebagai makanan pokok pengganti nasi atau
sebagai bahan makanan. Masa Tanam tanaman singkong antara 9-15 tahun. Namun, umur optimal pemanenan singkong ditinjau dari hasil tepung,
kelembaban, abu, dan kadar protein kasar dari tepung yang dihasilkan adalah saat umur 12-13 tahun Apea-Bah dkk, 2011.
Menurut LIPTAN tahun 1995, secara umum tanaman singkong tidak menuntut iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Namun demikian singkong akan
tumbuh dengan baik pada iklim dan tanah sebagai berikut : Iklim :
Curah hujan : 750
– 1.000 mmthn Tinggi tempat
: 0 – 1.500 m dpl
Suhu : 250 - 280 Celsius
Tanah : Tekstur
: Berpasir hingga liat, tumbuh baik pada tanah lempung berpasir yang cukup unsur hara
Struktur : Gembur pH Tanah : 4,5 – 8 optimal pada pH 5,8.
Tanaman singkong mencapai fase generatife pada saat tanaman tersebut berumurt 4-5 bulan setelah tanam. Pada fase tersebut tanaman singkong mulai
membentuk umbi. Umbi tersebut tarbentuk sebagai penyimpan cadanagn makanan pada tanaman. Cadangan makanan tersebut merupakan hasil dari
proses fotosintesis. Saat fase generatife tersebut terjadi, tanah temapat umbi tersebut membesar pelahan akan naik akibat dorongan dari umbi. Akibatnya
tanah akan menjadi lebih gembur dan mudah terkikis oleh air maupun angin. Hal tersebut mengakibatkan tanah lebih mudah tererosi.
2. Taksonomi dan Morfologi
Dalam sistematika Taksonomi tanaman singkong atau ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae tumbuh-tumbuhan Divisio
: Spermatophyta tumbuhan berbiji Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae biji berkeping dua
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilissima Suprapti, 2005 dalam Khory, 2014.
F. Beberapa Hasil Penelitian pada Petak Erosi 1. Jagung
Pada penelitian Banuwa, dkk 2014 bahwa perbedaan pengolahan tanah minimun dan konvensional dan tanpa herbisida tidak menunjukan pengaruh
yang nyata terhadap aliran permukaan, erosi, produksi jagung dan kandungan unsure hara dalam sedimen yang tererosi yaitu Total-N, Available-P,
Exchangable_K, dan Organic-C. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap aliran permukaan, erosi, dan produksi jagung
Perlakuan Erosi
tonha Run Off
mm Run Off
Coefisien Corn Production
M 1,56 a
29,25 a 15,15
4,39 MH
1,98 a 27,50 a
14,24 3,30
F 0,99 a
22,25 a 11,52
5,55 FH
1,55 a 29,75 a
15,41 4,39
BNT MF dan H 5
0,66 8,99
1,38 Keterangan: . Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji beda nyata pada taraf 5.