TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG BANDAR LAMPUNG

(1)

Skripsi

Oleh

NINING NUR’AINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG

BANDAR LAMPUNG

Oleh Nining Nur’aini

Bangsa Indonesia adalah Negara Kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki keanekaragaman dan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan yang berbeda-beda, salah satu dari berbagai suku bangsa ini adalah suku Jawa yang mempunyai beragam adat istiadat yang menarik. Bedasarkan pada kegiatan yang telah terjadi secara turun-temurun di masyarakat Indonesia, salah satunya adalah tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung. Nadran adalah sebuah tradisi tahunan yang rutin di laksanakan oleh masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung setiap dua minggu setelah hari raya lebaran. Kata nadran sendiri berasal dari kata nadzar - nadzaran - nadran yang berarti syukuran, Syukuran nelayan setempat perihal di adakannya tradisi upacara nadran ini adalah atas rezeki melimpah yang telah di berikan Tuhan kepada mereka baik berupa keselamatan ketika berlayar di laut maupun hasil ikan yang melimpah sepanjang tahun yang lalu.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pelaksanaan upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung? Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis kualitatif.

Bedasarkan hasil dari data-data yang di peroleh, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tradisi upacara nadran adalah pesta perayaan masyarakat nelayan (pesta rakyat) di daerah pesisir Teluk Lampung yang berlangsung secara turun-temurun di setiap tahunya, sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rezeki berupa kekayaan laut yang melimpah kepada para nelayan dan di lakukan dengan cara saling bergotong royong serta saling bahu membahu antar sesama nelayan. Tradisi upacara nadran di dalam proses pelaksanaanya, diawali dengan pemotongan kepala kerbau dan nasi tumpeng yang sudah di persiapkan sebelumnya kemudian dimuat kedalam replika kapal atau meron yang sudah dihias kemudian akan dilarung ketengah laut dan di tenggelamkan serta diperebutkan oleh seluruh masyarakat Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung, sebagian masyarakat nelayan memeluk agama Islam, sehingga keaktifan selalu mengadakan upacara keagamaan yang rutin di lakukan, selain itu masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang dengan melakukan upacara nadran.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Nining Nur’Aini lahir di Kebon Kelapa Kupang Kota Teluk Betung Utara Kota Bandar Lampung pada tanggal 4 Maret, anak ke 7 (tujuh) dari 9 (sembilan) bersaudara dari pasangn Abbi Darno dan Ummi Cicih.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri I Kupang Kota (SD) pada tahun 1992 dan lulus tahun 1998, pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tingkat Pertama Negeri 15 (SLTP) Teluk Betung Barat lulus tahun 2001, pada tahun yang sama penulis melsanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Sumur Batu Bandar Lampung lulus tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi Universitas Lampung UNILA pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah pada tahun 2006.

Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL), ke Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta pada pada tanggal 20-26 Januari 2008. Kemudian penulis juga menyelesaikan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Bina Mulya Kedaton Bandar Lampung selama 3 Bulan.


(8)

Alhamdulillah wa syukurillah, dengan rasa syukur yang mendalam serta segala limpahan kenikmatan yang tak henti-hentinya ku panjatkan kepada mu Allah Swt dan Muhammad Saw, tak lupa juga karya sederhana ini ku persembahkan kepada :

1. Sembah Sungkem Abbi dan Ummi ku (yang selalu menjadi sumber inspirasi bagi seluruh anak-anaknya); timanganmu, belaianmu, serta doa-doamu, didikanmu, cucuran keringatmu dan rasa kasih sayangmu tak pernah henti mengiringi setiap gerak langkah dan nafas ku dalam mengarungi kehidupan yang penuh warna-warni.

2. A Wowon, A Wawan, A Harist, A Opik, A Soleh, Adik Sangaji serta Mbakyu-ku satu-satunya Ningsih, Selama ini telah banyak berjasa dalam proses perkembangan hidup ku, selalu memberikan yang terbaik, dorongan moral, material serta do’anya (I Love You All).

3. Adik ku tersayang Dimas (sibungsu yang selalu manja belajar menjadi dewasa hiduplah bersahaja) dan Keponakan ku Fillah, Annisa, Siffa, Habibie, motivator keceriaan dan kebahagiaan didalam keluarga.

4. Para pendidik ku yang dengan tulus memberikan banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk masa depan.


(9)

“Mintalah pertolongan (Kepada Allah) dengan sabar dan Sholat

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S AL- Baqarah 153)

Tidak akan ditanya seberapa banyak ilmu yang didapat, namun akan ditanya

berapa banyak ilmu yang diamalkan.

Sugestikan keinginanmu dalam hatimu apa yang kau inginkan lalu berdoa, niscaya kelak akan kau temukan dan dapatkan keinginanmu itu.


(10)

Assalamu’alaykum Wr Wb.

Alhamdulillah wa syukurillah, segala puji dan syukur tak henti-haentinya penulis haturkan kehadirat Allah SWT sumber segala kebenaran atas segala nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua, terutama nikmat hidayah keimanan dalam Islam dengan menetapi segala perintahnya yang digariskan dalam Al-Quran dan sunahnya. Tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, sang Revolusioner dan Reformer sejati, atas segala perjuangannya membawa agama yang haq dengan segenap pengorbanan jiwa dan raga, merupakan tatanan kehidupan jahiliyah (kegelapan) menuju kehidupan yang diridhoi demi tegaknya agama Allah dimuka bumi ini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung FKIP UNILA, dan juga sebagai amanah dan tanggung jawab penulis selama menempuh perkuliahan. Skripsi ini yang berjudul “ TRADISI UPACARA NADRAN PADA MASYARAKAT NELAYAN CIREBON DI KELURAHAN KANGKUNG KECAMATAN BUMI WARAS BANDAR LAMPUNG ”. Penulis sadar hanya Allah lah yang memiliki segala kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati skripsi ini mungkin masih belum


(11)

1. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung.

2. Dr. M. H. Thoha B.S. Jaya, M.Si. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. Arwin Achmad, M.Si. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. H. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. H. Maskun, M.H. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Drs. H. Ali Imron, M.Hum. Selaku Dosen pembahas utama dalam ujian skripsi penulis, terima kasih banyak masukan, nasehat, bimbingannya serta arahan dalam penyelesaiaan skripsi ini.

8. Drs. Wakidi, M.Hum. Selaku pembimbing pertama di dalam penulisan skripsi terima kasih banyak untuk semua masukan, arahan serta bimbingannya kepada penulis.


(12)

atas kesabaran, arahan, bimbingan, motivasi serta bantuannya didalam penulisan skripsi penulis.

10. Bapak Dosen dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Lampung, Bapak H. Ali Imron, Bapak H. Iskandar Syah, Bapak H. Maskun, Bapak Wakidi, Bapak Muhammad Basri, Bapak Syaiful, Bapak Tantowi, Ibu Risma Sinaga, Ibu Riri, Bapak Henri, serta Bapak Suparman Arif, yang telah banyak memberikan Ilmu serta pengalaman kepada penulis, dan terima kasih atas Ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

11. Aa Wowon,Budi Santoso, Aa Wawan, Hermawan Fuji Antoro, Aa Harist, Muhammad Harist Hermaya, Aa Opik, Taufik Hidayah, S.Hi. S.H, Aa Soleh, Brigpol. Muhammad Soleh Pangestu, S.Hi, Adik Aji, Briptu. Muhammad Sangaji Wibowo, S.H, serta Mbakyu-ku Nengsri, Sri Muningsih, S.H, semangatmu dalam bekerja keras juga tanggung jawabmu hingga saat ini semua demi keluarga, tak akan pernah aku lupakan sedikitpun, dan Selama ini telah banyak berjasa di dalam proses perkembangan hidup ku, selalu memberikan yang terbaik, dorongan moral, material serta do’anya untuk semuanya amin (I Love You All).

12. Kakak Ipar ku mba Elly Wowon, mba Vita Wawan, mba Dian Pangestu yang selalu memberikan yang terbaik, doa, sport, dorongan, semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini terima kasih.


(13)

14. Keponakan ku Akbar, Muhammad Fillah Akbar Ramadhan, Nisa, Annisa Dwi Azzura, Siffa, Assiffa Azzahra, Habibie, Muhammad Zikrulloh Habibie, motivator keceriaan dan kebahagiaan didalam keluarga, menjadiksn hidup dalam keluarga menjadi harmonis, bergairah dan selalu lebih optimis.

15. Bapak Drs. Edi Yalis selaku Lurah Kelurahan Kangkung beserta staff yang terlibat didalamnya, Bapak Syaifulloh, S.Sos. Terima kasih memperkenankan penulis melakukan penelitian di Gudang Lelang. Bapak Ketua KUD Mina Jaya Abah H. Sudjadi, Bapak Drs. Tadjeri, Bapak Alwani selaku tokoh adat dalam pelaksanaan ruwat laut, Bapak Marzuki Yazid, Bapak Ujang, Bapak Kosim, Emak Enah, terima kasih banyak atas kebaikannya menemani penulis dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Kepada seluruh masyarakat Nelayan Gudang Lelang Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung terima kasih banyak yang sebesar-besarnya atas kerja samanya, keramah tamahan serta mau berbagi cerita kepada penulis mudah-mudahan selalu mendapatkan balasan dari Allah Swt, Amin.

16. Kepada seluruh Keluarga Besar ku dari Abbi dan Ummi tersayang (I Love Yu) yang tak henti-hentinya memberikan doa serta dukungannya, kepada penulis terima kasih.

17. Teman-teman seangkatan serta seperjuangan dan sahabat terbaik ku Juna Afrida, Desi Natalia, Nur Jehan, Septiyaningsih, Nia Kartika, Aditya Wijaya, Jessika, Sofie Yana, A.Md.Kep, Fitri Zuriyana, Trisia Damaiyanti, Nety


(14)

Jumli, Triawan, Hendri, Mega, Tessa, Doni, Yudi, Kabiransyah, Febri, Haris, Joni, Dewi, Ade, Melli, Agung, Heri, Novi, Aprilia, Yusinta, Yayan, Gusti, Mada, Heri Gokil, Ade, Rara, Evie, Yuda, Teni, Verhana, Yudi, Irwan pak ustad Semoga kita masih terus berjuang untuk melakukan yang terbaik, Amin. 18. Kawan-kawan penghuni kosan febi kampung baru yang selalu ada, nga Nety

yang sabar ajaya terus berjuang pasti semua akan indah pada waktunya amin, nga Resti, mba Ara, nga Ita, nga Merisa, mba Dian, mba Endang, mba Fitri, Dijah, Putri thank’s atas segala kebersamaanya yang indah, tak ada yang istimewah dalam interaksi satu sama lain diantara kita selain gurauwan, canda bahkan kadang emosi yang ada, semuanya tak lain adalah memperkuat persaudaraan, kekeluargaan diantara kita, meskipun kita jauh dari keluarga dan orang-orang yang disayangin, (teman adalah pengisi ruang-ruang kosong dalam jiwa kita saat kita sedih, senang, suka dan duka).

19. Keluarga besar Sekolah SMA Bina Mulya terutama bapak Drs. Sutadi, Ibu Iin Aryanti, S.Pd serta teman-teman PPL Hendri Dona, Alex, Monajora, Hanik, Eti, Teteh Novi, Aristiya, Meliya, Ria, Riska terima kasih banyak untuk semua atas kerja samanya.

20. Terima kasih banyak untuk semua pihak yang tidak bisa dituliskan satu persatu dan seluruh teman serta sahabat yang mendukung atas terlaksananya skripsi ini hingga akhir.


(15)

Swt senantiasa menerima segala amal ibadah, sehingga mendapatkan balasan kelak amin. Semoga kiranya apa-apa yang telah tertuang dalam skripsi ini menjadikan bermanfaat bagi kita semua, amin ya robbal alamin.

Wassalamu’alaykum Wr Wb

Bandar Lampung, 2013


(16)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Analisis Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIKMA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1. Konsep Tradisi ... 8

2.1.2. Konsep Nadran... 9

2.1.3. Konsep Upacara ... 11

2.1.4. Konsep Masyarakat ... 11

2.1.5. Konsep Pelaksanaan ... 13

2.2 Kerangka Pikir ... 13

2.3 Paradigma ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Deskriptif ... 19

B. Variabel Penelitian ... 20

C. Definisi Operasional Variabel ... 20

D. Informan ... 21

E. Sumber Data ... 22

F. Teknik Pengumpulan Data ... 22

1. Teknik Kepustakaan ... 23

2. Teknik Observasi ... 23

3. wawancara ... 24

1). Wawancara Terstruktur ... 25


(17)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

1. Deskripsi Kota Bandar Lampung ... 28

1.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 28

2. Deskripsi Kecamatan Teluk Betung Selatan ... 29

2.1 Gambaran Umum Teluk Betung Selatan ... 29

3. Deskripsi Kelurahan Kangkung ... 31

3.1 Gambaran Umum Kelurahan Kangkung... 31

3.2 Letak Geografis dan Tofografis ... 33

3.3 Keadaan Penduduk Kelurahan Kangkung ... 34

3.4.1 Jumlah Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin dan Umur ... 34

3.4.2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 35

3.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 36

3.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

3.4.5 Jumlah Penduduk Menurut Bahasa ... 37

3.4.6 Jumlah Sarana Keagamaan ... 38

4. Sejarah Tradisi Nadran Masyarakat Cirebon ... 39

5. Deskripsi Data ... 41

B. PEMBAHASAN 1. Deskrifsi Tradisi Upacara Nadran Pada Masyarakat Nelayan Cirebon di Kampung Gudang Lelang Bandar Lampung ... 42

2. Tradisi Upacara Nadran Pada Masyarakat Nelayan Cirebon di Kampung Gudang Lelang Bandar Lampung ... 46

3. Persiapan Sajian Pada Saat Pelarungan Kepala Kerbau ... 48

3.1 Meron atau Replika Kapal ... 48

3.2 Kepala Kerbau ... 48

3.3 Ayam Hitam ... 48

3.4 Kembang 7 warna ... 48

3.5 Alang-alang, Pohon Pinang, Tebu dan Janur ... 48

3.6 Bubur merah putih ... 48

3.7 Beras putih ... 48

3.8 Kopi dan Teh ... 49

3.9 Jajanan Pasar dan Buah-buahan ... 49


(18)

Nelayan ... 56 5. Awal Mula Kedatangan Nelayan Cirebon Beserta Adat Istiadatnya ke

Daerah Pesisir Teluk Lampung ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 55 B. Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(19)

Tabel : Hal.

1. Banyaknya Jumlah Kelurahan dan Luas Wilayah di Kota Bandar Lampung

..……… 29

2. Nama-nama Kepala Kampung di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ……….. 32 3. Nama-nama Pejabat Lurah di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras

Kota Bandar Lampung ……….. 32

4. Keadaan Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Kangkung

Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ...……… 34 5. Keadaan Penduduk Bedasarkan Umur di Kelurahan Kangkung Kecamatan

Bumi Waras Kota Bandar Lampun ……… 34 6. Keadaan Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Kangkung

Kecamatan Bumi WarasKota Bandar Lampung ………. 35 7. Keadaan Penduduk Bedasarkan Tingkat Agama di Kelurahan Kangkung Kecamatan

Bumi Waras Kota Bandar Lampung………... 36 8. Keadaan Penduduk Bedasarkan Mata Pencahariaan di Kelurahan Kangkung

Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung ………. 37 9. Keadaan Jumlah Sarana Keagamaan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasan yang berbeda-beda. Bedasarkan pada kegiatan yang telah terjadi secara turun-temuru dan mendarah daging di masyarakat Indonesia, salah satunya adalah budaya nadran sedekah laut pada masyarakat pesisir pantai di daerah Teluk Lampung, Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung merupakan bentuk budaya asli masyarakat Indonesia yang telah ada sejak dahulu hingga sampai dengan sekarang, dan sebagai salah satu warisan budaya nenek moyang.

Masyarakat Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku bangsa dan kebudayan yang hidup tersebar di sekitar 17.000 gugusan pulau-pulau, mulai dari kota Sabang di sebelah Barat sampai ke kota Marauke di sebelah Timur Irian Jaya. Menurut ilmu antropologi, ‘’kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang menjanjikan milik manusia yang di peroleh dengan cara belajar. Di sebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dapat di temukan pada semua bangsa,


(21)

ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia adalah :

1. Sistem religi 2. Sistem kekerabatan 3. Sistem mata pencaharian 4. Sistem teknologi

5. Bahasa 6. Kesenian

7. Sistem pengetahuan

(Koentjararaningrat, 1990 : 203-204).

Kebudayan menurut Soekanto, adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makluk sosial yang di gunaka untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soekanto, 1990 : 238).

Lampung merupakan daerah yang terletak di bagian Tenggara Pulau Sumatera dengan luas wilayahnya 35.376 km2, bagian Barat berbatasan dengan Samudra Indonesia, bagian Timur berbatasan dengan laut Jawa, bagian Utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan Selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Penduduk yang ada di Provinsi Lampung ini terdiri dari beranekaragam suku bangsa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Keadaan ini digambarkan dengan adanya Bumi Ruwa Jurai yang artinya bahwa daerah Lampung di diyami oleh dua kategori warga yaitu penduduk suku asli dan penduduk suku pendatang (H. Ali Imron, 2005 : 95). Penduduk suku asli yang di maksudkan adalah penduduk


(22)

suku Lampung yang telah lama mendiami daerah ini, yaitu orang Lampung Pepadun dan orang Lampung Saibatin, sedangkan penduduk suku pendatang adalah warga masyarakat yang berasal dari luar Lampung seperti Jawa, Sunda, Banten, Padang, Medan dan lain sebagainya.

Di tinjau dari seni dan budayanya, Provinsi Lampung memiliki budaya dan adat istiadat yang banyak. Hal ini dapat ditemui dalamberbagai macam kegiatan upacara yaitu upacara perkawinan, upacara ritual seperti ritual keagamaan maupun ritual adat, upacara pemberian gelar adat, seni pertunjukan dan seni kerajinan.Perkembangan adat budaya yang lama dan asli merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara Indonesia kita harus menjaga dan mempertahankan serta melestarikan keasliannya meskipun tradisi tersebut berasal dari kelompok etnis atau suku lain seperti suku Lampung, suku Sunda, suku Jawa, suku Batak, suku Betawi, suku Minang, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penulis akan membahas salah satu tradisi yang berasal dari masyarakat nelayan pesisir yang berada di Teluk Lampung yang beretniskan cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung yaitu tradisi upacaranadran.

Nadran sedekah laut merupakan tradisi hasil akulturasi antara budaya Islam dan budaya Hindu yang di wariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun, oleh nenek moyang. Kata nadran sendiri, menurut sebagian nelayan Cirebon, berasal dari kata Nazaran- nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam yaitu pemenuhan janji. Adapun inti dari upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual didalam agama Hindu untuk menghormati roh


(23)

leluhurnya) kepada penguasa laut agar di beri limpahan hasil laut, dan merupakan ritual tolak bala (keselamatan) bagi masyarakat nelayan, (Heyani Agustina,2009).

Nadrandapat juga di artikan sebagai sebuah tradisi upacara nadran pesta laut bagi warga masyaraskat nelayan yang berada di pesisir Teluk Lampung sebagai perwujudan ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang di berikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini di dapat. Selain itu, dalam upacara nadran sedekah laut juga dilakukan permohonan agar di berikan kesehatan, keselamatan dalam melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang. Jika di lihat dari proses pelaksanaan, maka tradisi

nadran wajib untuk di pertahankan serta di laksanakan karena mengandung nilai-nilai budaya, Kebudayaan dapat di artikan sebagai hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Nadran tidak hanya menjadi milik warga masyarakat nelayan Cirebon yang ada di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung. Melaikan hampir seluruh warga masyarakat yang berada di pesisir juga memiliki tradisi pesta laut dengan berbagai kekhasan sendiri. Nadran sendiri telah menjadi identitas dan cirri budaya masyarakat pesisir di seluruh Nusantara. Beberapa daerah di Indonesia yang masih memelihara tradisi serta melestarikan tradisi nadran adalah Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi (Palabuhan ratu), dan Kabupaten Ciamis (Pangandaran), yang pada umumnya selalu menggelar tradisi upacara nadran, yang di adakan setiap satu tahun sekali pada bulan Syura/Muharam, setelah hari raya Islam.


(24)

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Masalah yang harus dipecahkan atau di jawab melalui penelitian selalu tersedia dan cukup banyak. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu di identifikasi terlebih dahulu. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

a) Makna simbolis tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Teluk Betung Bandar Lampung

b) Tujuan tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Teluk Betung Bandar Lampung

c) Proses pelaksanan tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Teluk Betung Bandar Lampung

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar dan terlalu luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Permasalahan yang akandibahas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan tradisi upacara nadranpada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung.

3. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pelaksanaan tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung?


(25)

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian diharapkan memberikan kegunaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

a) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. b) Sebagai salah satu usaha peneliti untuk melestarikan tradisi upacara

nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

c) Menambah wawasan penulis tentang tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.


(26)

3. Ruang Lingkup Penelitian

1. Subjek Penelitian : Warga masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung

2. Objek Penelitian : Proses Pelaksanaan tradisi upacaranadranpada Masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Bandar Lampung

3. Tempat Penelitian : 1. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah 2. Perpustakaan Universitas Lampung

3. Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung 4. Kelurahan Kangkung Bandar Lampung 4. Waktu Penelitian : Tahun 2012


(27)

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi

Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan di laksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi di pengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan. Pada masyarakat Indonesia, terdapat berbagai macam tradisi yang masih di laksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang seperti tradisi pembersihan desa, tradisi dalam perkawinan, tradisi tolak bala, tradisi lebaran dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat di sebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan yang baik untuk menciptakan masyarakat yang memiliki jati diri, berakhlak mulia, dan berperadaban.

Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun-temurun dari nenek moyang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1984:1088). Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bawa tradisi adalah adat kebiasaan yang di lakukan secara turun temurun dan masih di laksanakan pada masyarakat yang ada (J.S. Badudu, 2003 : 349). Nadran merupakan salah satu bentuk tradisi yang di lakukan secara turun


(29)

temurun pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kota Bandar Lampung sebagai upaya dalam bentuk bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rezeki yang di berikan kepadanya.

2. KonsepNadran

Nadran merupakan upacara adat yang biasa di lakukan oleh masyarakat pesisir laut di Teluk Lampung, yang di laksanakan secara turun-temurun karena amanat dari nenek moyang. Nadran adalah sebuah tradisi tahunan yang rutin di laksanakan oleh warga masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung setiap dua minggu setelah hari raya lebaran. Tradisi nadran ini setiap tahun di adakan atau di gelar oleh masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kota Bandar Lampung, upacara nadran di lakukan dengan cara melemparkan kepala kerbau serta sesaji ketengah laut.

Upacara nadran merupakan cerminan dari hubungan antara manusia dengan sang penciptaberupa ungkapan rasa syukur akan hasil tanggkapan ikan dan mengharapkan akan peningkatan hasil di tahun mendatang, serta di jauhkan dari bencana dan marabahaya dalam mencari nafkah di laut. Kata nadran sendiri berasal dari kata nadzar, yang mempunyai arti dalam agama Islam (pemenuhan janji) sedangkan nadzaran - nadran yang berarti syukuran, Syukuran warga masyarakat nelayan setempat perihal di adakannya tradisi nadran ini sendiri adalah atas rezeki melimpah yang telah di berikan Tuhan kepada mereka baik berupa keselamatan ketika berlayar di laut maupun hasil ikan yang melimpah sepanjang tahun yang lalu.


(30)

Nadran sebenarnya, merupakan tradisi hasil akulturasi budaya Islam dan budaya Hindu yang di wariskan sejak ratusan tahun secara turun-temurun. Kata nadran sendiri, menurut sebagian masyarakat nelayan Cirebon, berasal dari kata nazar yang mempunyai makna dalam agama Islam yaitu pemenuhan janji. Adapun inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar di berikan limpahan hasil laut, dan merupakan ritual tolak bala (keselamatan) bagi mereka di kemudian hari.

Sesajen yang di berikan, oleh warga masyarakat nelayan di sebut ancak, yang berupa anjungan berbentuk replika perahu atau meron yang berisikan kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan, dan lain sebagainya. Sebelum di lepaskan ke laut, ancak di arak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah di tentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring, bouroq, barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer (drum band).

Yang di maksud dengan Tradisi Upacara Nadran pada masyarakat nelayan Cirebon dalam penelitian ini adalah Sebuah upacara pesta laut, ruwat laut masyarakat nelayan sebagai bentuk perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki berlimpah yang telah menjadikan laut sebagai tempat mencari nafkah sehari-hari bagi mereka, dengan keleluasaan yang tanpa batas dan tidak henti-hentinya memberikan rejeki. Selain itu, dalam upacara nadran juga di lakukan permohonan agar di beri keselamatan dalam melaut, serta


(31)

tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang (Heriyani Agustina, 2009).

3. Konsep Upacara

Upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan-aturan menurut adat atau agama (Depdikbud, 1990: 994). Menurut Koentjaraningrat upacara timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencarai hubungan dengan dunia gaib (Koentjaraningrat, 1990 : 291). Menurut Rahmat Subagio yang di kutip oleh Maharkesti, upacara adalah kelakuan simbolis manusia yang mengharapkan keselamatan dan merupakan rangkaian tindakan yang diatur oleh adat yang berlaku dan berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masa yang bersangkutan (R.A. Maharkesti, 1988 : 2).

Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan upacara adalah suatu perubahan atau tindakan keagamaan yang dilakukan oleh manusia sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan leluhurnya atau kegiatan gaib yang dianggab ada disekitar tempat tinggal mereka demi keselamatan dan kesejahteraan hidup bersama.

4. Konsep Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berintegrasi dalam lingkungannya. Kata masyarakat diambil dari Syarakat bahasa arab yang secara umum berarti saling berperan hingga pergaulan, sedangkan Societydalam bahasa Inggris memiliki arti sekumpulan kawan, teman sepergaulan. Masyarakat terdiri


(32)

dari individu-individu, lingkungan memberikan kepada individu tersebut potensi untuk berkembang dan tumbuh. Seperti apa yang dinyatakan oleh Haron bahwa. individu yang terpisah merupakan suatu abstraksi yang dikenal pada pengalaman (Haron Cooley, 1902).

“Masyarakat” yang berarti pergaulan hidup manusia sehimpun orang yang hidup bersama dalam yang mengakibatkan terjadinya perlaku sosial masyarakat, dan selanjutnya akan mengarah pada pembentukan budaya di lingkungannya. Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan status sosial budaya masyarakat di lingkungannya melalui pola pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan hidup sehari-hari, budaya tersebut sesuatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, juga berarti orang, khalayak ramai. Di dalam masyarakat itu sendiri terdapat peranan-peranan dan kelompok-kelompok dalam menjalankan aktivitasnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor akan terbentuk dalam waktu yang lama.

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dan bercampur untuk waktu yang lama, yang masing-masing memiliki keinginan-keinginan, perasaan-perasaan yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan peraturan-peraturan yang akan membentuk suatu kebudayaan (Sarjono Soekanto, 1990 : 27). Sedangkan menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat menetap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990 : 148).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi nadran merupakan bagian dari kehidupan dan aktifitas masyarakat yang meliputi adat istiadat dan rasa kebersamaan yang tinggi.


(33)

5. Konsep Pelaksanaan

Pelaksanaan menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahwa pelaksanaan adalah suatu proses, cara, rancangan, keputusan dan lain-lain (Depdikbud, 1991 : 448). Sedangkan di dalam kamus lengkap bahasa Indonesia pengertian pelaksanaan adalah yang mengerjakan atau melakukan (rancangan dan sebagainya), ( Karta Saputra, 1992 : 162).

B. Kerangka Pikir

Adat istiadat merupakan bagian dari kehidupan manusia, dengan kata lain adat istiadat tidak dapat dipisah dari kehidupan manusia karena sebagian tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari, adat istiadat yang mereka jadikan pedoman dalam kehidupannya. Salah satunya adalah adat istiadat yang sudah biasa di lakukan atau di laksanakan oleh warga masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung adalah tradisi upacara nadran.

Sebelum rangkaian upacara nadran di laksanakan sejumlah kegiatan perlombaan telah di lakukan seperti turnamen sepak bola anak nelayan, remaja nelayan, ibu-ibu nelayan, khitanan masal, pengobatan gratis, santunan untuk anak yatim piyatu, jalan sehat, istiqosah, pagelaran wayang, pawai kapal hias kelompok nelayan, tari-tarian serta kesenian tarling, semua kegiatan ini di gelar untuk menyemarakan acara nadran tersebut. Acara ini cukup besar dan melibatkan berbagai pihak, sehingga upacara ini sangat bermakna bukan hanya sebagai symbol kepercayaan bagi masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.


(34)

Pelaksanaan tradisi upacara nadran sendiri mula-mula di awali dengan pemotongan Kepala Kerbau dan nasi tumpeng, serta di adakannya pagelaran tari-tarian dan hiburan rakyat tradisional seperti reog, jaipong, genjring, tari lampung, pencak silat dan lain-lain. Semua masyarakat nelayan Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras yang hadir hari itu tumplek blek (tumpah ruwah),

menikmati pesta tahunan bagi masyarakat, hingga pesta ini menjadi begitu meriah.

Kemeriahan pun tampak di dalam ruangan khusus di mana ibu-ibu dan bapak-bapak nelayan yang di anggap kompeten menyiapkan meron yang akan di larung keesokan harinya. Meron sendiri merupakan miniatur kapal yang di dalamnya diisi dengan berbagaimacam sesaji yaitu kepala kerbau, kulit kerbau, dan berbagai macam sesaji yang nantinya akan diangkut kedalam perahu sungguhan untuk kemudian di larung ke tengah-tengah lautan sekitar (± 50 meter dari pantai).

Ketika meron yang telah dimuat di dalam perahu berlayar, para penduduk masyarakat nelayan dengan perahunya masing-masing akan mengawal perahu yang membawa meron atau replika perahu ini untuk kemudian di larung. Ketika meron di larung para penumpang kapal yang ikut mengawal tadi akan berbondong-bondong terjun ke laut demi memperebutkan segala sesaji darimeron

yang di larung tadi.

Berbagai sesaji yang mereka dapat dari meron atau replika perahu yang sebelumnya di larung telah di bacakan mantra-mantra yang berbaur dengan asap dupa oleh tokoh adat, karena di yakini warga masyarakat nelayan bisa di jadikan jimat yang berkhasiat untuk menolak bala sekaligus mendatangkan rezeki


(35)

berlimpah ketika di bawa berlayar mencari ikan. Setelah meron di larung, sang tokoh adat pun yang tadi bertugas sebagai pembaca mantra akan mengambil air laut yang nantinya akan di pakai dalam upacara ruwatan pada malam berikutnya. Ruwatan sendiri adalah berupa upacara meminta keselamatan yang di tandai dengan di gelarnya pertunjukan wayang kulit dengan lakon tertentu. Air yang siang tadi diambil ketika upacara larung meron oleh sang tokoh adat dan telah di campur dengan air-air lainnya setelah upacara ruwatan usai akan di bagikan kepada warga sebagai ajimat agar senantiasa di beri keselamatan. Begitu upacara larung usai maka usai pulalah acara tradisi nadran ini dan para warga masyarakat nelayan pun pulang ke rumah masing-masing untuk kembali berkutat dengan rutinitas sehari-hari mereka yang tak lepas dari jaring dan perahu.

Nadran dapat juga di artikan sebagai sebuah tradisi upacara pesta laut bagi masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang diberikan-Nya lewat hasil laut yang selama ini didapat. Selain itu, dalam upacara nadran sedekah laut juga dilakukan permohonan agar di beri keselamatan dalam melaut, serta tangkapan hasil laut mereka berlimpah di tahun mendatang (Heriyani Agustina, 2009).


(36)

C. Paradigma

Keterangan :

: Garis Pelaksanaan : Garis Tujuan

UPACARA NADRAN

Upacara pesta laut masyarakat nelayan sebagai perwujudan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Menyiapkan Meron Meron dibawa ke

laut

Mengadakan Upacara Ruwatan


(37)

REFERENSI

KamusBesar Bahasa Indonesia. 1984. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman 1088.

Atifin Zaenal. 2007. Tradisi Nadran Nelayan, http.www. indosiar.com. diakses pada 18 Desember 2011.

J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-kata Serapan Asing : Jakarta Kompas. Halaman 349.

Heriyani Agustina. 2009. Nilai-nilai Filosofi Tradisi Nadran Masyarakat Nelayan Cirebon, Realisasinya bagi Pengembangan Budaya Kelautan,Kepel Press, Yogyakarta.

Haron Cooley. 1902.Sebuah Apreiasi Individu Dalam Masyarakat.Jakarta : PT Grasindo. Halaman 23. http://rudyct.tripod.com/sem1-023.htm. diakses pada tanggal 15 Maret 2010.

Koentjaraningrat. 1990. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta. Gramedia. Halaman 148.

Sarjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta ; PT. Rajawali Perss. Halaman 27.

Subagyo, 1997.Metode Penelitian.Jakarta: Gramedia.

Proyek Sasana Budaya. 1977. Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta


(38)

III. METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Dalam memecahkan suatu permasalah yang ada pada setiap penelitian, berbagai metode digunakan oleh para peneliti. Dengan menggunakan metode, sesuatu permasalahan dalam penelitian maka pemecahan masalah lebih mudah di temukan. Dalam suatu penelitian, metode merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan peneliti. Beberapa pendapat yang mengemukan tentang pengertian metode antara lainadalah:

Menurut Maryeani metode adalah cara yang di tempuh oleh peneliti dalam menemukan pemahaman sejalan dengan focus dan tujuan yang di tetapkan. (Maryeani, 58). Sedangkan menutut Husin Sayuti mengenai metode (Yunani =Methodhes) adalah cara atau jalan sehubungan dngan upaya ilmiah maka metode menyangkut masalah kerja,yaitu cara untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Husin Sayuti,1989,32).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka metode penelitian adalah sesuatu cara yang dipergunakan dalam penelitian mengenai objek yang sedang diteliti dengan menggunakan teknik, guna mencapai tujuan yang diharapkan dengan kebenaran ilmiah.


(39)

A. Metode Penelitian Deskriptif

Metode di artikan sebagai suatu cara atau teknis yang di lakukan dalam proses penelitian. Proses penelitian itu sendiri di artikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang di jalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2004 : 24).

Metode adalah cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu permasalahan di dalam suatu kegiatan penelitian. “Metode yang berhubungan dengan ilmiah adalah menyangkut masalah cara kerja, yakni cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”(Husin Sayuti, 1989:32). Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap suatu permasalahan. Oleh karenanya, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain sebagainya) pada saat sekarang bedasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Haradin Nawawi, 1983). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode diskriptif. Menurut Husin Sayuti, metode diskriptif sebagai gambaran secermat mungkin mengenai individu, gejala atau kelompok tertentu (Husin Sayuti, 1989 : 3). Sedangkan menurut pendapat Mohammad Ali metode diskriptif adalah suatu


(40)

penelitian yang berupaya untuk memecahkan atau menjawab permasalah yang hendak dihadapi pada situasi sekarang (Mohammad Ali,2006 : 59).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi pada situasi sekarang, memberikan gambaran yang jelas tentang situasi-situasi dan berusaha untuk memaparkannya secara objektif dengan maksud untuk mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada. Tujuan dari metode ini adalah untuk mendiskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Metode diskriptif yang dapat digunakan untuk mendiskripsikan Proses Pelaksanan Tradisi upacaranadranpada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menentukan masalah dalam ruang lingkup.

2) Mendifinisikan dengan jelas dan spesifik tujuan yang dicapai,fakta-fakta dan sifat yang ditemukan.

3) Merencanakancara pendekatanya, bagaimana cara pengumpulan data,penemuan responden,alat dan teknik observasi yang perlu dibuat. 4) Pengumpulan data.

5) Pengolahan data.

6) Menarik kesimpulan data-data yang yang telah terkumpul. 7) Menyusun laporan.


(41)

B. Variabel Penelitian

“Variabel dalam arti sederhana adala suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Mohammad Nazir.1985 : 149). “Variabel juga dapat diartikan sebagai objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”(Suharsimi Arikunto.1985 : 91).

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud vaiabel penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Variabel dalam penelitan ini adalah proses pelaksanaan dari tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Kota Bandar Lampung.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi opersional Variabel adalah suatu difinisi yang di berikan kepada satu variabel atau konsep dengan cara memberikan arti atau dengan menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang di perlukan untuk mengukur variabel tertentu (Muhammad Nasir, 1988 :152). Sedangkan menurut Suryabrata menjelaskan bahwa definisi operasional variabel adalah definisi yang diambil bedasarkan sifat-sifat atau hal yang didefinisikan (Suryabrata, 1983 : 83).

Berdasarkan pendapat di atas, maka difinisi operesional variabel merupakan satu petunjuk yang memberitahukan cara pengukuran suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan suatu kegiatan agar mudah diteliti bagi peneliti.


(42)

D. Informan

Pemahaman tentang informan ini penting karena penelitian budaya mau tidak mau akan berhadapan dengan para informan. Informan adalah seseorang yang memiliki informasi relatif lengkap terhadap budaya yang akan di teliti (Suwardi, 2006 : 119). Informan yang di pilih bedasarkan kriteria-kriteria tertentu, untuk itu perlu di pilih orang yang benar-benar mengerti, mengenai objek yang akan di teliti. Informasi dalam penelitan ini adalah orang yang memiliki kaitannya langsung dan mengerti tentang tradisi upacara nadran pada masyarakat nelayan Cirebon yang ada di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung dan di pilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Kreteria-kreteriainforman tersebut adalah;

1) Orang yang bersangkutan merupakan tokoh masyarakat dan merupakan penduduk asli setempat.

2) Orang yang bersangkutan memiliki pemgetahuan yang luas mengenai objek permasalahan yang akan diteliti.

3) Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

4) Informan memiliki kesedian yang cukup.


(43)

E. Sumber Data

Sumber data merupakan hal yang amat penting dalam setiap penelitian.Sumber data dapat berasal dari mana saja, baik itu sumber tertulis maupun lisan.Dan karena penelitian ini memerlukan sumber data yang berasal dari warga masyarakat maka peneliti memerlukan tanggapan responden. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa :

“ Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu ” (Suharsimi Arikunto, 1986 : 102).

Berdasarkan pendapat di atas, sumber data pada penelitian ini diperoleh dari wawancara terhadap tokoh adat dan masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data ini diartikan sebagai metode atau cara peneliti dalam mengumpulkan data-data atau sumber-sumber informasi untuk mendapatkan data yang valid sesuai dengan tema penelitian ini, dengan demikian peneliti perlu menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan sumber-sumber bahan antara lain melalui :


(44)

1. Teknik Kepustakaan

Tehnik kepustakaan digunakan untuk mendapatkan berbagai informasi dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian melalui sumber buku-buku kepustakaan yang berhubungan dengan peneliti.

Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk majalah atau koran, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan lain sebagainya, yang relevan dengan penelitian”.(Koentjaranigrat, 1983:81) “Sementara itu teknik kepustakaan juga dapat diartikan sebagai studi penelitian yang dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti” (Hadari Hawawi,1993:133).

Teknik kepustakaan ini dapat mempermudah penulis dalam mencari informasi yang tidak hanya didapat dari lapangan (tempat peneliti) melainkan dapat diperoleh dari informasi berupa tulisan seperti buku, majalah, Koran, dan lain sebagainya.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan caramelakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti atau daerah lokasi yang menjadi pokok permasalahan dalam yang dihadapi.Adapun teknik observasi yang digunakan adalah partisipan yang artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang diteliti (Nasution ,1996 : 62).

Sedangkan menurut Joko Subagyo, observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Joko Subagyo,1997 : 62).


(45)

Dengan demikian teknik observasi ini dilakukan adalah untuk memperoleh data yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap kejadian-kejadian pada obyek yang akan diteliti dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengamati secara lansung obyek yang akan diteliti mengenai upacara nadran

pada masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.

3.TeknikWawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden, dengan cara bercakap-cakapan berhadapan muka dengan orang itu atau responden (Koenjaraningrat,1997 : 162).

Metode pengumpulan data dengan wawancara dilakukan pada setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia dan data yang diperoleh langsung sehingga objektivitas terpenuhi. Koentjaraningrat menyatakan bahwa metode wawancara mencangkup cara yang digunakan apabila seseorang mempunyai tujuan tugas tertentu untuk mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian orang itu (Koentjaraningrat, 1973 : 162). Dengan menggunakan metode ini dapat diketahui informasi secara langsung dan terhadap informan yang dianggap sebagai sumber data.Wawancara juga lebih fleksibel dan dinamis, serta sumber datanya yaitu orang yang terlibat langsung dalam peristiwa yang ingin diteliti oleh peneliti.

Bentuk wawancara yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan tidak berstruktur.


(46)

1) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur yakni wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar pertanyaan-pertanyaanyang akan di ajukan pada informan. Jawaban yang akan muncul biasanya telah dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika imforman memberikan keterangan tidak melantur kemana-mana.

2) Wawancara Tidak Berstruktur

Wawancara tidak berstuktur biasanya dilakukan pada awal penelitian,karena terkadang imforman menberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga yang tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu biasa menambah informasi yang ingin diperoleh terkait dengan obyek yang akan di teliti.

Berdasarkan peryataan di atas, maka dalam peneliti ini penulis menggunakan teknik wawancara untuk berkomunikasi secara lansung dengan responden tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh- tokoh-tokoh masyarakat nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung mengenai pelaksanaan tradisi nadran ruwat laut. Dengan menggunakan teknik wawancara penulis mendapatkan informasi secara langsung melalaui tanya jawab dan tatap muka dengan responden,sehingga informasi menjadi lebih jelas.


(47)

G. Teknik Analisis Data Kualitatif

Setelah data penelitian diperoleh maka langkah peneliti selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk di interpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan.

Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pikiran logis, dengan induksi, dedukasi, analogi dan komparasi (Amirin, 2000). Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang memuat penjelasan tentang proses yang terjadi dalam suatu kehidupan masyarakat.

Data kualitatif baik primer maupun sekunder yang telah didapatkan dilapangan melalui wawancara mendalam, pengamatan langsung (observasi) dan studi dokumen dicatat dalam catatan harian yang kemudian akan diolah dan dianalisis secara kualitatif melalui tahapan-tahapan reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998).

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting, karena data yang sudah diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Kecermatan dalam memilih teknik analisis dalam sebuah penelitian sangat di perlukan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif karena data yang didapatkan tidak berupa angka-angka, akan tetapi data berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan karangan sehingga harus di deskripsikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Pada prinsipnya analisis dan kualitatif di lakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, dalam menganalisis data-data tersebut.


(48)

Langkah-langkah dari analisis data kualitatif adalah :

1. Penyusunan, dimaksudkan dalam menilai apakah data yang telah dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan apakah data yang terkumpul itu berguna atau tidak, hal ini perlu adanya seleksi dan penyusunan.

2. Klarifikasi, dimaksudkan usaha untuk menggolongkan bedasarkan pada kategori yang dibuat.

3. Pengolahan data, data yang diperoleh menggunakan data aktual (Muhammad Ali, 1985 : 152).

Jadi teknik analisis data kualitatif meliputi kegiatan meringkas data, mengkode dan mengklasifikasikan data tersebut bedasarkan analisis dalam konsep skripsi.Penyajian data tersebut diuraikan secara deskriptif dalam bentuk teks naratif (menceritakan).


(49)

REFERENSI

Amirin. 2000. Teori Penelitian dan Metodelogi Penelitian. Jakarta ; PT. Gramedia. Halaman 30.

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metode Riset. Fajar Agung : Jakarta. Ibid. Halaman 32.

Heriyani Agustina. 2009. Nilai-nilai Filosofi Tradisi Nadran Masyarakat Nelayan Cirebon, Realisasinya bagi Pengembangan Budaya Kelautan,Kepel Press, Yogyakarta.

Haradin Nawawi. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta ; Gajah Mada Perss. Halaman 15.

Mohammad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.

Angkasa: Bandung. Halaman 89.

Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT Garmedia. Halaman 162. Ibid, Halaman 18.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian Pedesaan. Jakarta ; PT. Rajawali Perss. Halaman 24.

M. Nazir. 1984.Metode Penelitian.Jakarta : Ghalia Indonesia. Halaman 97. Sumardi Suryabrata. 1983.Metode Penelitian.Rajawali ; Jakarta.

Sarjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta ; PT. Rajawali Perss. Halaman 27.

Suharsimi Arikunto. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.


(50)

Suharsimi Arikunto. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Bandung : Bina Aksara Halaman 135.

S. Nasution. 1996. Pembangunan Masyarakat Kota.IPB Halaman 107 dalam http//rudyct.com/pps702-ipb/08234-9.Pdf.

Sitorus, M. T. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif ; Suatu Pengantar. Bogor. Institut Pertanian Bogor.Halaman 15.

Proyek Sasana Budaya. 1977. Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta

Muklis. 1988. Sertifikasi Sosial Masyarakat Nelayan dan Petani.Jakarta ; PT. Grasindo. Halaman 165-228.

P. Joko Subagyo. 1977. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek.


(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bedasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Tradisi Upacara Budaya Nadran adalah pesta perayaaan masyarakat nelayan (pesta rakyat) di daerah pesisir Teluk Lampung Kota Bandar Lampung yang berlangsung secara turun-temurun disetiap tahunya, sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rezeki berupa kekayaan laut yang melimpah kepada para nelayan dan dilakukan dengan cara saling bergotong royong serta saling bahu-membahu antar sesama nelayan.

2. Tradisi upacara Nadran didalam proses pelaksanannya, diawali dengan pemotongan kepala kerbaudan pemotongan nasi tumpeng yang dimuat dalam sebuah Replika Perahu atau Meron yang akan dilarung ditengah laut dan ditenggelamkan serta diperebutkan oleh seluruh warga masyarakat Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.


(52)

3. Sebagian besar warga masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung memeluk agama Islam, sehingga keaktifan selalu mengadakan upacara keagamaan yang rutin dilakukan, selain itu warga masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang dengan melakukan upacara ruwat laut nadran dalam penyebaran agama Islam.


(53)

B. Saran

Bedasarkan hasil penelitian skripsi yang berjudul Tradisi Upacara Nadran Pada Masyarakat Nelayan Cirebon di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung, ada beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saran yang antara lain :

1. Hendaklah kita semua sebagai warga Negara Indonesia mengetahui tradisi-tradisi yang ada bukan hanya tradisi-tradisi yang berasal dari suku Jawa tapi kita juga harus mempelajari tradisi dari suku lainya sebagai tambahan bagi pengetahuan kita terhadap budaya yang ada di Indonesia.

2. Warga masyarakat nelayan di Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung, diberikan modal tambahan usaha agar mereka dapat mengembangkan usahanya dan dapat meningkatkan tarap hidup warga masyarakat.

3. Pemerintah dan Lembaga Sosial Masyarakat harusnya lebih sering mengadakan pelatihan untuk memperkenalkan berbagai teknologi dan tehnik mengembangkan usaha perikanan untuk warga masyarakat nelayan di Kampung Gudang Lelang Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung.

4. Lingkungan masyarakat nelayan di Kampung Gudang Lelang Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung yang kurang bersih seharusnya diadakan bersih-bersih setidaknya 1 bulan sekali.


(54)

5. Sebaiknya dikawasan perikanan di Kampung Gudang Lelang Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung dibangun tempat dermaga serta parkir yang memadai sehingga para warga masyarakat yang lain dapat begitu mudah dan nyaman.


(55)

Ali Mohammad. 1985. PenelitianKependidikanProsedur DasardanStrategi.

Angkasa: Bandung. 89 Halaman

Ali, Muhammad. Tt.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern.Jakarta.Ghalia Indonesia. 669 Halaman

Arikunto, Suharsimi. 1989.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. 85 Halaman

Fathoni, Abdurahmat. 2006. Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.Rineka Cipta. Jakarta.

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metode Riset Fajar Agung: Jakarta. Halaman 32 Nawawidan Martini. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajah

MadaUniversitas : Yogyakarta.

Nawawi. 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada Perss. Halaman 15

Hartono. 1996. KamusPraktisBahasa Indonesia. RinikaCipta : Jakarta Heriyani Agustina, 2009, Nilai-nilai Filosofi Tradisi Nadran Masyarakat

Nelayan Cirebon, Realisasinya Bagi Pengembangan Budaya Kelautan,

Kepel Press, Yogyakarta.

Heriyani Agustina, 2010,Diktat Pengantar Antropologi, Sosial Budaya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon.

Indraswara, Suwarti. 1981.MetodePenelitianKebudayaan. LP3ES : Jakarta Joko Subagyo, 1997.Metode Penelitian.Jakarta: Gramedia. 96 Halaman

Koentjaraningrat. 1980.Sejarah Teori Antropologi.UIP : Jakarta. Halaman 135 --- // --- 1982.ManusiadanKebudayaan Indonesia. Djambatan : Jakarta.


(56)

Koentjaranigrat. 1983.Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. 117 Halaman

Koentjaraningrat.1997. MetodePenelitianMasyarakat. Gramedia: Jakarta. Halaman 126

Mardalis. 2004.Metode Penelitian Pedesaan. Jakarta: PT. Raja Wali Pers

Mardalis. 2004. Merode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Bumi Aksara. Jakarta.

Nazir M, 1984.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 97 Halaman

Prasetyo, Joko Tri Dkk. 2004.Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Renika Cipta. 249 Halaman

P. Joko Subagyo, 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.

Proyek Sasana Budaya. 1977. Petunjuk Wisata Budaya Jawa Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta Surakmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah ( Dasar metode tehnik).

Tarsito: Jakarta

Sayuti Husin,1989.Pengantar Metodologi Riset.Jakarta. Fajar Agung. 89 Halaman

Suryabrata, Sumardi. 1983.MetodePenelitian. Rajawali: Jakarta.

S. Budhisantoso. 1991.Masyarakat Nelayan Di Mancar (Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur). Jakarta : Depdikbud. Halaman 18


(57)

Atifin, Zaenal, 2007. Tradisi Nadran Nelayan, http.www. indosiar.com. diakses pada 18 Desember 2011.

Tim Wacana Nusantara, 2010,Nadran Interaksi Budaya Pesisir antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta, http://id_wikipedia.org/wiki/Tim (19 Desember

2011).

Yusuf, Indra, 2007. Tradisi Nadran Potensi Wisata Pesisir,

http.www.wikipedia.com. diakses pada 18 Desember 2011.

http://soetirman.blogspot.com/2010/07/sejarah-perkembangan-tradisi-nadran-di.html. http://budayanusantara.blogsome.com/2009/10/24/tradisi-nadran-nelayan-indramayu/

http://budayanusantara.blogsome.com/2009/10/24/tradisi-nadran-nelayan-indramayu/


(58)

(59)

(60)

A. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pekerjaan : B. Pertanyaan

Kepada Tokoh Adat

a. Pelaksanaan Tradisi Upacara Nadran

1. Pandangan masyarakat nelayan Cirebon terhadap pelaksanaan upacara Nadran

2. Siapa yang melaksanakan upacara Nadran 3. Tujuan pelaksanaan upacara Nadran

4. Kapan tradisi upacara Nadran dilaksanakan

5. Siapa sajakah yang terlibat dalam pelaksanaan upacara Nadran 6. Syarat-syarat peleksanaan upacara Nadran

7. Kegiatan urutan pelaksanaan tradisi upacara Nadran 8. Dampak setelah melaksanakan upacara Nadran

9. Tanggapan Masyarakat Nelayan tentang pelaksanaan upacara Nadran 10. Apakah ada bulan lain untuk melaksanakan upacara Nadran


(61)

upacara Nadran

12. Makna perlengkapan tradisi upacara Nadran


(62)

1. Nama : Drs. Syaifulloh

Umur : 45Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Sekretaris Lurah

2. Nama : H. Abah Sudjadi

Umur : 74 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Badan Pengawas KUD Mina Jaya

3. Nama : Marzuki Yazid

Umur : 40 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Anggota HNSI/Ketua Ruwat Laut

4. Nama : Drs. Tadjeri

Umur : 45 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Ketua KUD Mina Jaya

5. Nama : Syafrudin

Umur : 47 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Sekretaris KUD Mina Jaya

6. Nama : Yadi

Umur : 35 Tahun


(63)

7. Nama : Khosim

Umur : 37 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pemilik Kapal/Pemuda Gudang Lelang

8. Nama : Kosim

Umur : 33 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Nelayan/Pemuda Gudang Lelang

9. Nama : Ibu Milah

Umur : 48 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang /Isteri Nelayan

10.Nama : Mak Ennah

Umur : 68 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Pemilik Kapal

11.Nama : Mak Kenni

Umur : 45 Tahun

Agama : Islam


(64)

(65)

Kelurahan Kangkung bagian dari Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah Kelurahan Kangkung yaitu 30,7 Ha, yang terdiri dari kawasan Pesisir Pantai.

Batas wilayahnya antara lain :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Teluk Betung. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut.

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bumi Waras. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pesawahan.


(66)

Keterangan : Bapak-bapak bersiap untuk mengangkat, dan memikul Meron untuk diarak keliling Kampung.

Gambar 2. Persiapan

Keterangan : Bapak-bapak siap untuk mengelilingi Kampung dengan membawa serta memikul Meron untuk di arak bersama warga.


(67)

Gambar 4. Persiapan Kegiatan Upacara Nadran

Keterangan : Panitia bersiap menyambut rombongan tamu undangan, baik dari unsur pemerintah maupun dari warga masyarakat sekitar.


(68)

Keterangan : Bapak Ibu para tamu undangan pada acara upacara ruwat laut di antaranya ; bapak Marzuki yazid ketua panitia upacara nadran, bapak Yusuf Efendi ketua HNSI, bapak Ferri Sidjadja Danlanal Lampung, bapak Amirrudin Kapos Pol Air Polresta, bapak Priono Dan Posmat PPP Lempasing, bapak Arif Mulyadi Pol Air Polresta.


(69)

Keterangan : Meron pembawa berbagai macam sesaji seperti ; kepala kerbau, kain putih, bendera merah putih, kembang tujuh warna, pedupaan, arang, menyan yang sudah dibakar, berbagai macam minuman, buah-buahan, pohon tebu, kelapa dan alang-alang.


(70)

Keterangan : Sekelompok orang dewasa sedang memainkan alat musik tradisional Angklung, sebelum pelepasa Meron ke dermaga ujung bom.

Gambar 11. Hiburan Tradisional Barongsai

Keterangan : Sekelompok orang dewasa beratraksi dengan menggunakan Barongsai menghibur para tamu undangan sebelum pelepasan Meron ke dermaga ujung bom.


(71)

* Kreasi anak Bangsa Tari Kipas * Kreasi Anak Bangsa Rebbana

Keterangan : Antusiasme Masyarakat Nelayan Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung Menyaksikan Kesenian kreasi anak bangsa.


(72)

Keterangan : Sambutan oleh ketua pelaksana bapak Marzuki Yazid.

Gambar 7. Ketua Pelaksana upacara ruwat laut

Keterangan : Ucapan terima kasih dari pihak pelaksana upacara ruwat laut kepada bapak, ibu, adik-adik serta tamu undangan yang hadir.


(73)

Keterangan : Ucapan terima kasih oleh Bapak Yusuf Efendy kepada seluruh warga masyarakat nelayan Kelurahan Kangkung.

Gambar 9. Sambutan Danlanal Lampung

Keterangan : ucapan terima kasih selaku Komandan Laut Lampung Bapak Ferry Sidjadja kepada seluruh masyarakat nelayan


(74)

Keterangan : Pelepasan Meron oleh ketua DPP HNSI Bapak Yusuf Efendy menuju dermaga ujung bom.


(75)

Keterangan : Meron di arak menuju dermaga ujung bom, untuk dapat di larung ketengah laut lepas.


(76)

Keterangan : Suasana Masyarakat di Dermaga Ujung Bom, sesaat setelah Meron di masukkan kedalam kapal.


(77)

Keterangan : Meron Pembawa berbagai sesaji yang akan di larung ke tengah laut.

Gambar 18. Kapal Pembawa Meron

Keterangan : Suasana di dalam kapal pembawa meron yang akan di tenggelamkan ketengah laut,serta di perebutkan.


(78)

Keterangan : Sang tokoh adat abah Alwani sedang membacakan doa.

Gambar 20. Doa Bersama

Keterangan : Tokoh Adat, Agama, Masyarakat serta warga nelayan berdoa bersama sebelum meron ditenggelamkan.


(79)

Keterangan : Tokoh adat, masyarakat nelayan bersiap untuk menurunkan, menenggelamkan meron ketengah laut.

Gambar 22. Meron


(80)

Keterangan : Suasana perebutan sesaji sesama kapal-kapal nelayan yang telah di tenggelamkan bersama meron.


(81)

Keteranga : Suasana kapal-kapal nelayan sesaat setelah melakukan pelarungan ke tengah laut, nelayan kembali pulang ke dermaga ujung bom.


(82)

Keterangan : Antusiyasme warga masyarakat nelayan untuk mengikuti kegiatan larung ketengah laut, di dermaga ujung bom.


(83)

Keterangan : Kapal-kapal pengiring meron di tengah-tangah laut, pada acara pelarungan kepala kerbau.


(84)

(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(96)

(97)

(98)

(99)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)