BEP Harga Produksi BEP Volume Produksi

59

3.3. BEP break even point

BEP yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas.

3.3.1. BEP Harga Produksi

Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan bobot badan setelah pemeliharaan. Tabel 25. BEP harga produksi tiap level perlakuan Rp Perlakuan 1 2 3 4 5 Rataan P0 30.528,41 28.735,07 29.915,34 31.731,59 29.079,28 29.997,94 P1 30.397,35 28.448,47 28.043,64 30.438,19 29.259,05 29.317,34 P2 30.560,04 29.015,53 28.132,97 26.793,28 27.670,76 28.434,52 P3 31.771,90 33.090,55 29.894,14 31.289,04 31.432,98 31.495,72 Rataan 30.814,43 29.822,41 28.996,52 30.063,02 29.360,52 29.811,38 Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa BEP harga produksi akan tercapai bila harga bobot hidup P0 sebesar Rp 29.997,94, P1 sebesar Rp 29.317,34, P2 sebesar Rp. 28.434,52 dan P3 sebesar Rp 31.495,72. Agar biaya yang telah dikeluarkan dapat kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Sigit 1979 bahwa BEP break event point adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas, sedang menurut pendapat Cahyono 2002 BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari pada harga BEP, maka usaha tani akan mengalami kerugian. 60

3.3.2. BEP Volume Produksi

Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga jualKg nya. Tabel 26. BEP volume produksi tiap level perlakuan Kg Perlakuan 1 2 3 4 5 Rataan P0 14.64 15.67 13.79 15.22 14.27 14.72 P1 13.39 16.94 14.94 14.55 14.95 14.95 P2 14.23 12.74 16.22 15.57 13.66 14.49 P3 13.80 15.82 13.59 13.40 12.82 13.89 Rataan 14.02 15.29 14.64 14.69 13.92 14.51 Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa titik modal akan tercapai jika berat domba yang dihasilkan pada P0 sebesar 14,72 kg, P1 sebesar 14.95 kg P2 sebesar 14,49 kg dan P3 sebesar 13,89 kg. Hasil ini didukung oleh pernyataan Cahyono 2002 bahwa dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian, karena BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan, agar usaha tani tidak mengalami kerugian.

3.4. IOFC income over feed cost

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) terhadap Aktivitas Glutation Peroksidase (Gpx) dan Histopatologi Hepar Mencit (Mus musculus L.) yang Diberi Perlakuan Latihan Fisik Maksimal

0 59 147

Pemanfaatan Eceng Gondok Fermentasi sebagai Pakan Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

5 105 61

Analisis Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Mocaf Dan Tepung Tapioka Di Kabupaten Serdang Bedagai (Kasus: Desa Bajaronggi, Kecamatan Dolok Masihul Dan Kecamatan Sei Rampah).

7 51 92

Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu (Manihot utilisima) Fermentasi Dengan Mikroorganisme Lokal Dalam Pakan Terhadap Karkas Kelinci Lepas Sapih (Oryctolagus cuniculus)

3 76 53

Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Hasil Samping Ubi Kayu Klon Terhadap Karkas Dan Non Karkas Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

0 60 58

Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Fermentasi dengan Metode Takakura dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Kelinci New Zealand White Jantan Lepas Sapih

1 67 52

Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat Sebagai Insektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi

32 166 52

Pemanfaatan Tepung Kulit Umbi Ubi kayu (Manihot utilisima) Fermentasi Aspergillus niger pada Ransum terhadap Populasi Mikroba, Konsentrasi VFA dan Konsentrasi NH3 Domba Jantan

0 37 60

Pemanfaatan Tepung Kulit Umbi Ubi Kayu (Manihot Utillisima) Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Pada Pakan Konsentrat Terhadap Pertumbuhan Domba Lokal Jantan

0 45 64

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl.) DAN KULIT NANAS PADA PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN Aspergillus niger

0 5 45