56 Tabel 22. Total hasil produksi tiap level perlakuan Rp
Perlakuan 1
2 3
4 5
Rataan P0
549.700 615.000
519.750 538.200
558.400 556.210
P1 510.700
666.850 602.600
539.600 569.700
577.890 P2
526.050 505.100
642.000 656.200
561.100 578.090
P3 494.300
544.600 524.600
489.900 466.600
504.000 Rataan
520.187,5 582.887,5
572.237,5 555.975
538.950 554.047,5
Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi pemeliharaan domba lokal jantan selama penelitian menunjukkan perbedaan yang besar,
dimana rataan total hasil pendapatan tertinggi terdapat pada P2 sebesar Rp 578.090 dan yang terendah pada P3 sebesar Rp 504.000. Hal ini terjadi karena
adanya perbedaan pertambahan bobot badan domba, sehingga nilai pendapatan dari penjualan domba berbeda pada setiap perlakuan. Ini sesuai dengan pernyataan
Budiono 1990 bahwa penerimaan adalah hasil penjualan output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu proses produksi dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut. Demikian juga pendapat Kadarsan 1995 bahwa penerimaan perusahaan
bersumber dari pemasaran atau penjualan hasil usaha, seperti panen tanaman serta hasil olahannya serta panen dari peternakan serta hasil olahannya.
3. Analisis Ekonomi Berdasarkan Data-Data Diatas
3.1. Analisis Laba-Rugi
Analisis ekonomi atau laba-rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara
total hasil produksi dengan total biaya produksi. Keuntungan = total hasil produksi – total biaya produksi
57 Tabel 23. Analisis laba-rugi tiap level perlakuan Rp
Perlakuan 1
2 3
4 5
Rataan P0
81.088,89 113.572,94
78.498,78 51.120,08
101.855,38 85.227,21
P1 82.097,34
124.906,66 124.455,96
73.895,71 91.314,52
99.334,04 P2
70.705,37 97.431,80
122.946,69 157.845,04 123.901,97 114.566,17
P3 52.670,57
38.314,57 89.640,31
61.240,17 56.399,65
59.653,05 Rataan
71.640,54 93.556,49
103.885,43 86.025,25
93.367,88 89.695,12
Analisis laba-rugi keuntungan dari pemberian tepung kulit umbi ubi
kayu fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap perlakuannya. Perlakuan P0 0 memberikan keuntungan rata-rata sebesar
Rp 85.227,21, pada perlakuan P1 15 memberikan keuntungan rata-rata sebesar Rp 99.334,04, pada perlakuan P2 30 memberikan keuntungan rata-
rata sebesar Rp 114.566,17 dan pada perlakuan P3 45 memberikan keuntungan rata-rata sebesar Rp 59.653,05.
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat keuntungan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu penggunaan tepung kulit umbi ubi kayu fermentasi level 30,
hal ini dikarenakan pertambahan bobot badan domba lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Sehingga total hasil produksi yaitu total penjualan ternak di
tambah penjualan kotoran ternak memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada total biaya produksi yaitu biaya pakan, biaya bibit domba, biaya obat-obatan, biaya
peralatan, biaya tenaga kerja dan sewa kandang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murtidjo 1995 yaitu keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat
dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar dari pada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin
meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau
kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya 45
58 juga agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang
usaha. Sedangkan keuntungan terkecil terdapat pada perlakuan P3 yaitu penggunaan tepung kulit umbi ubi kayu fermentasi level 45, hal ini dikarenakan
pertambahan bobot badan domba yang rendah, sehingga mengurangi hasil produksi.
3.2. BC Ratio benefit cost ratio