ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD DI KOTA TEBING TINGGI.

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR HIJAU KOTA

BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD DI

KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

TRI WANDI JANUAR

NIM. 3123131063

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

x ABSTRAK

Tri Wandi Januar, NIM. 3123131063. Analisis Kebutuhan Infrastruktur Hijau

Kota Berdasarkan Interpretasi Citra QuickBird di Kota Tebing Tinggi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuickBird Tahun 2016, (2) mengetahui tingkat akurasi citra QuickBird Tahun 2016 dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi, dan (3) menganalisis pengembangan sistem RTH kota berdasarkan interpretasi citra QuickBird di Kota Tebing Tinggi.

Penelitian ini dilakukan di Kota Tebing Tinggi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kenampakan lahan Kota Tebing Tinggi yang terekam oleh satelit dalam penginderaan jauh berupa citra QuickBird Tahun 2016. Sedangkan sampel penelitian berjumlah 20 titik yang ditentukan dengan teknik purposive

sampling. Variabel penelitian ini adalah vegetasi, kelas tutupan lahan hasil

interpretasi, kelas tutupan lahan di lapangan, sempadan jalan, sempadan rel kereta api, sempadan sungai, sempadan saluran utama tegangan tinggi, dan lahan potensial RTH. Sedangkan parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah RTH eksiting, tingkat akurasi citra, dan pengembangan sistem RTH kota. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan kombinasi pengolahan citra dan teknik sistem informasi geografis.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Luasan RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi adalah 1.386 ha atau sekitar 35,58% dari luas keseluruhan Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan bahwa RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi sudah mencapai proporsi minimal yakni 30% seperti yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. (2) Tingkat akurasi citra

QuickBird dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi adalah 100%. (3)

Hasil analisis pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuickBird Tahun 2016 menunjukkan bahwa kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang perlu dilakukan pengembangan sistem RTH berdasarkan jumlah penduduk adalah Kelurahan Pasar Baru yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota yang hanya memiliki luasan RTH sekitar 0,57 ha. Pengembangan sistem RTH kota berdasarkan jumlah penduduk dilakukan pada lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau di Kelurahan Pasar Baru seluas 0,7 ha. Pengembangan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu di Kota Tebing Tinggi dapat dilakukan pada lahan seluas 110,15 ha yang merupakan lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau yang berada pada kawasan lindung yaitu sempadan jalan, jalan kereta api, sungai, dan saluran utama tegangan tinggi. Sedangkan lahan terbangun seluas 146,48 ha yang berada pada kawasan lindung tersebut membutuhkan kebijakan khusus dari Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi sebelum pengembangan sistem RTH kota dilakukan.

Kata Kunci: RTHKP , Sistem RTH Kota, Infrastruktur Hijau, Interpretasi Citra


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Sembah-sujud

dan puji-syukur hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat kesehatan dan waktu luang sehingga skripsi yang

berjudul “Analisis Kebutuhan Infrastruktur Hijau Kota Berdasarkan Interpretasi Citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi” dapat diselesaikan. Semoga Dia selalu mencondongkan hati hamba-hamba-Nya kepada yang haq dan menjauhkannya dari perkara yang bathil. Aamiin. Tidak lupa shalawat dan salam kepada

Rasulullah, Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam, seseorang yang Allah

Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam Al-Quran bahwa telah ada uswatun hasanah (suri teladan yang baik) pada diri Beliau Shallallahu’alaihi wassalam.

Skripsi ini penulis selesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Penulis memahami sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan penelitian semisal ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menambah referensi penelitian dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis, khususnya yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Tebing Tinggi.

Penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima kasih yang teramat besar kepada kedua orang tua penulis yang menjadi penyemangat dan


(7)

iv

penasehat penulis, yaitu Ayahanda Faisal dan Ibunda Rosmi yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil tanpa sedikitpun menunjukkan rasa lelah, walaupun sejujurnya itu tak luput dari penglihatan penulis pada wajah teduh mereka. Yaa Allah! Bless them with good health and righteous long life. Hopefully

i can please them by achievement. Aamiin.

Tak ada persoalan tanpa jawaban. Tak ada masalah tanpa penyelesaian. Banyak rintangan dan hambatan yang penulis lewati ketika menyelesaikan skripsi ini. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatasinya melalui orang-orang hebat di sekitar penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, sekaligus Penasehat Akademik penulis selama menjadi mahasiswa di kampus tercinta yang paling berkontribusi dalam pembentukan karakter penulis selama empat tahun belakangan.

4. Almarhumah Ibu Dra. Asnidar, M.Si., selaku mantan Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan, dosen rasa ibu kandung, yang pernah memilih penulis atas nama Jurusan Pendidikan Geografi untuk mewakili jurusan tercinta dalam seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi


(8)

v

FIS UNIMED Tahun 2016, walaupun akhirnya penulis keluar hanya sebagai

Runner Up.

5. Ibu Dra. Tumiar Sidahuruk, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

6. Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, M.Si., M.Sc., The Most Inspiring

Lecturer in My Department, selaku Kepala Laboratorium Fisik sekaligus

Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. She has made many

research achievements. That’s why teaching and research are my passion and obsession.

7. Bapak M. Ridha Syafii Damanik, S.Pi., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium SIG yang telah bersedia untuk menguji penulis bersama Ibu Anik Juli Dwi Astuti, S.Si., M.Sc. Terima kasih atas masukannya yang sangat membangun. 8. Almarhum Bapak Drs. Julismin, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Lapangan

(DPL) PPL-T UNIMED 2015 di SMP Negeri 1 Air Putih.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membuka cakrawala penulis sekaligus mendedikasikan ilmunya melalui perkuliahan selama beberapa tahun ini.

10. Bapak Hayat Siagian selaku Tata Usaha Jurusan Pendidikan Geografi.

11. Bapak Amas Muda, S.H. selaku Pembina Utama Muda Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbang Pol dan Linmas) Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan rekomendasi penelitian bagi penulis.


(9)

vi

12. Bapak Drs. Rehmuli Karo-karo, MIP selaku Pembina Tk. I Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Tebing Tinggi yang telah memberikan rekomendasi penelitian bagi penulis.

13. Ibu Hj. Rusmiaty Harahap, S.T. selaku Pembina Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tebing Tinggi yang telah mengizinkan penulis memperoleh data-data penelitian terkait RTH di Kota Tebing Tinggi.

14. Bapak Drs. Suharto, M.Si. selaku Kepala SMP Negeri 1 Air Putih, tempat penulis untuk belajar memainkan peran seorang guru dalam Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPL-T) UNIMED Tahun 2015.

15. Ibu Arlina Ginting selaku Guru Pamong penulis yang banyak memberikan arahan untuk menjadi guru yang sukses dalam pengelolaan kelas.

16. Para abangda dan kakanda yang menjadi motivator penulis untuk menggapai mimpi: Ferizal, Budi Saputra, Jana Riana, Muhammad Reza, S.E., dan Ardian, serta adinda yang sangat penulis sayangi, yang menjadi semangat penulis untuk menjadi salah contoh yang baik baginya, Novami Edis Adeana. 17. Abangda M. Yuliansyah, S.Pd. selaku Laboran Jurusan Pendidikan Geografi

yang telah banyak membantu ketika penelitian di laboratorium SIG.

18. Sahabat seperjuanganku The Elite’z and friends: Ahmad Fadli Siregar, Giovanni Andaresta, Irfan Dedi Sitompul, M. Hazmi Abrar, M. Rizkiansyah Nasution, Raka Wardana, Ricky Dwi Andika, Taufik Hidayat Siregar, Try Jaka Sanjaya, dan Zainal Arifin Saragih. Semoga perjalanan kita yang sudah mulai berpencar dan membentuk firework tidak mengurangi kehangatan persahabatan kita. Justru firework itu panas dan meledak. Jadi, kita harus


(10)

vii

19. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Geografi Teknik dan Pengembangan Wilayah Pendidikan Geografi UNIMED.

20. Keluarga besar Mahasiswa Angkatan 2012 Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED, khususnya Kelas A Reguler 2012: Manis Manja Group, The

Muja’s, Lak Min Club, 3 Bee, GSM, dan Big Bang.

21. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Deli Serdang, khususnya Komisariat FIS UNIMED yang telah menjadi wadah pengembangan diri penulis terutama ketika masa-masa awal menjadi mahasiswa. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk memainkan peran sebagai Sekretaris Umum Komisariat FIS UNIMED Periode 2013 – 2014.

22. Keluarga besar Mahasiswa Prodi Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemahan Universitas Terbuka, khususnya UPBJJ Medan yang menjadi wadah kedua bagi penulis untuk menuntut ilmu setelah UNIMED: Yessica, semoga bisa wisuda bersama di UT Pusat Tahun 2019. Aamiin.

23. Rekan-rekan kader HMI sesama peserta Latihan Kader I (Basic Training) HMI Cabang Binjai Tahun 2012.

24. Rekan-rekan sesama delegasi dari seluruh Indonesia Green Youth Camp (GYC) 2: Heru Tesar (Universitas Malikussaleh), Bayu Rahkmatullah (ITB), Akhmad Rapiuddin (USU), Dedi Bagong (Universitas Pattimura), Arief (Unsyiah), Hasan Basri (Universitas Andalas), Abrar (UNRI), Bagja (UIN Jakarta), Muchtar (Universitas Jambi), Imam (Universitas Teknologi Sumbawa), dan yang lainnya. Senang bisa mengenal orang-orang hebat seperti kalian.


(11)

viii

25. Rekan-rekan aktivis lingkungan dari HiLo Green Community (HGC) Medan dan KOPHI SUMUT. Senang bisa bergabung dan mengenal pemuda-pemudi kece seperti kalian yang peduli lingkungan.

26. Keluarga besar Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia yang telah banyak memberikan pengajaran kepada penulis tentang dunia literasi lewat goresan pena anggotanya dengan kidung-kidung yang menyejukkan pikiran karena diksi-diksi indahnya.

27. Rekan-rekan Youth Interfaith Peacemaker Community (YIPC) Medan: Miyzan, Bang Jefri, Kak Jenny, Kak Tialin, Wulan, Mangara, Bolton, Theo, Ambia, dan yang lainnya. Kita bersama-sama belajar melihat persamaan untuk menghargai perbedaan.

28. Rekan-rekan penggerak Gerakan Sumut Mengajar (GSM) Angkatan 2: Aqil Tammimy, Akhmad Rapiuddin, Untung, Delfi dan relawan-relawannya yang kece: Dimas, Abdillah, Fajar, Ester, Wahyu, Dian, Ira, Fitri, Indah, Dicky, Hafizah, Lina, Mira, Muspita, Fuza, Fitri Chuong, Priska, Wahyu BK, dan terakhir rekan satu grup penulis ketika pengabdian di Desa Bunga Baru Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo, Agi Nurhayati dan Rifdha Rahmuddin. Pengalaman ketika masa pengabdian tak akan terlupakan.

29. Keluarga besar Yayasan Medan Generasi Impian (MGI), yang banyak mengajar penulis untuk menjadi relawan dan pengajar.

30. Teman-teman PPL-T UNIMED 2015 di SMP Negeri 1 Air Putih untuk kenangan manis yang tak terlupakan selama 3 bulan: Ipin, Rina, Afni, Erma, Dirga, Deni, Afis, Syafron (Pak Haji), Denggan, Robi, Holong, Abdul, Zuffri, Wiwin, Ivana, Lyly, Lola, dan Juli. Kalian teman dan guru yang hebat.


(12)

ix

31. Keluarga besar SMP Negeri 1 Air Putih yang turut berkontribusi sehingga penulis bisa belajar menjadi guru yang baik.

32. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhirulkalam, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,

khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Medan, Agustus 2016 Penulis

Tri Wandi Januar NIM. 3123131063


(13)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN MEJA HIJAU... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

ABSTRAK... x

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis...9

B. Penelitian Relevan... 23

C. Kerangka Berpikir... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian... 33

B. Populadi dan Sampel... 33

C. Variabel Penelitian... 34

D. Definisi Operasional... 34

E. Alat dan Bahan... 35

F. Teknik Pengumpulan Data... 36

G. Teknik Analisis Data... 38

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Fisik... 42


(14)

xiii BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 58

B. Pembahasan... 96

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 101

B. Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA... 103

LAMPIRAN... 106


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1. Peringkat Kepadatan Penduduk Aritmatika

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara... 3

Tabel 2. Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk...16

Tabel 3. Penelitian Relevan... 26

Tabel 4. Variabel Penelitian... 34

Tabel 5. Luas Wilayah Kota Tebing Tinggi... 45

Tabel 6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 50

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepadatan Penduduk di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 51

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha Tempat Bekerja di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 53

Tabel 9. Jumlah Prasarana Pendidikan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 55

Tabel 10. Jumlah Prasarana Kesehatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 56

Tabel 11. Jumlah Prasarana Ibadah di Kota Tebing Tinggi Tahun 2015... 57

Tabel 12. Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 63

Tabel 13. Perbandingan Gambar Sampel Pengujian Hasil Interpretasi... 69

Tabel 14. Hasil Pengujian Ketelitian Hasil Interpretasi Citra QuickBird Wilayah Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 72

Tabel 15. Ketercukupan RTH di Kecamatan Bajenis Berdasarkan Jumlah Penduduk... 76


(16)

xv

Tabel 16. Ketercukupan RTH di Kecamatan Rambutan

Berdasarkan Jumlah Penduduk... 79 Tabel 17. Ketercukupan RTH di Kecamatan Tebing Tinggi Kota

Berdasarkan Jumlah Penduduk... 82 Tabel 18. Ketercukupan RTH di Kecamatan Padang Hilir

Berdasarkan Jumlah Penduduk... 85 Tabel 19. Ketercukupan RTH di Kecamatan Padang Hulu

Berdasarkan Jumlah Penduduk... 88 Tabel 20. Tutupan Lahan pada Kawasan Lindung Hasil


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir... 32

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian... 41

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian... 43

Gambar 4. Peta Citra QuickBird Wilayah Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 59

Gambar 5. Peta Citra QuickBird Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 61

Gambar 6. Diagram Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 63

Gambar 7. Peta Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2016... 66

Gambar 8. Peta Persebaran Sampel Pengujian Akurasi Citra... 68

Gambar 9. Peta Dokumentasi Cek Lapangan... 73

Gambar 10. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Bajenis... 78

Gambar 11. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Rambutan... 81

Gambar 12. Peta Tutupan Lahan dan Pengembangan Sistem RTH Kecamatan Tebing Tinggi Kota... 84

Gambar 13. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Padang Hilir... 87

Gambar 14. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Padang Hulu... 90

Gambar 15. Peta Analisis Buffer Pengembangan Sistem RTH Kota Tebing Tinggi Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu... 92

Gambar 16. Peta Arahan Pengembangan Infrastruktur Hijau Kota Tebing Tinggi... 95


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Dokumentasi Uji Lapangan... 106

Lampiran 2. Pengajuan Judul Skripsi... 116

Lampiran 3. Nota Tugas Dosen Pembimbing Skripsi... 117

Lampiran 4. Persetujuan Seminar Proposal Penelitian... 118

Lampiran 5. Undangan Seminar... 119

Lampiran 6. Daftar Hadir Mahasiswa dalam Seminar Proposal Penelitian...120

Lampiran 7. Berita Acara Seminar Penelitian... 122

Lampiran 8. Lembar Perbaikan Seminar Proposal Penelitian... 123

Lampiran 9. Persetujuan Penelitian... 124

Lampiran 10. Izin Mengadakan Penelitian... 125

Lampiran 11. Rekomendasi Penelitian... 128

Lampiran 12. Keterangan Selesai Melakukan Penelitian... 130


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan dalam wilayah perkotaan akan menimbulkan permasalahan lingkungan jika pembangunan yang dilakukan lebih berorientasi pada dimensi ekonomi tanpa memperhatikan dimensi ekologinya (Joga dan Ismaun, 2011). Lahan alami seperti ruang terbuka hijau (RTH) yang dianggap tidak bernilai ekonomi, berpeluang besar untuk dikonversi menjadi lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai.

Konversi penggunaan lahan yang dilakukan secara berkala dalam perkembangan kota, dari RTH menjadi kawasan terbangun, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang akibat bertambahnya kuantitas penduduk beserta aktivitasnya. Kualitas lingkungan menurun akibat berkurangnya kuantitas RTH kota, secara langsung berdampak pada kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek. Keberadaan RTH di wilayah perkotaan menjadi sangat penting karena dapat menjaga kelangsungan ekosistem perkotaan, seperti mempertahankan siklus hidrologi dan iklim mikro, mereduksi polusi, dan memproduksi oksigen di udara yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

RTH berfungsi sebagai paru-paru kota yang dapat mengendalikan kualitas udara perkotaan karena dalam fungsinya, RTH seperti hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia. RTH juga berfungsi sebagai penyangga sumber air dalam tanah. Hal ini didasarkan pada penjelasan Simonds (1983) dalam Haris (2006) yang mengatakan bahwa RTH berfungsi sebagai penjaga kualitas


(20)

2

lingkungan. Dengan demikian, RTH menjadi kebutuhan dan keharusan di wilayah perkotaan.

Ketersediaan RTH menjadi keharusan karena ada dasar hukum yang mengatur proporsinya di wilayah perkotaan. Beberapa peraturan yang mengatur proporsi RTH di perkotaan adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP), dan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang menetapkan proporsi RTH pada wilayah kota minimal 30% dari luas keseluruhan kota, yang terdiri dari RTH publik sebesar 20% dan RTH privat sebesar 10% yang termaktub dalam pasal 29 ayat 2 dan 3.

Ketersediaan RTH di perkotaan, lebih spesifik diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Penyediaan RTH yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008, dilakukan berdasarkan tiga kategori, yaitu jumlah penduduk, luas wilayah, dan kebutuhan fungsi tertentu.

Penyediaan RTH kota yang ditinjau dari jumlah penduduk, mengatur ketersediaan RTH dengan luas tertentu per kapita, misalnya 4 m2 hutan kota untuk satu orang penduduk kota. Penyediaan RTH kota yang ditinjau dari luas wilayah, menetapkan luas minimal RTH sebesar 30% dari luas keseluruhan wilayah kota yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat. Penyediaan RTH berdasarkan fungsi tertentu meliputi jalur hijau jalan, jalur hijau rel kereta api,


(21)

3

jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai dan sebagainya.

Kota Tebing Tinggi merupakan kota terkecil dan kedua terpadat dari 33 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan perhitungan kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau kepadatan penduduk aritmatika, setiap 1 km2 luasan wilayah Kota Tebing Tinggi, menampung sebanyak 5.477 penduduk seperti pada Tabel 1. Tingginya angka kepadatan penduduk Kota Tebing Tinggi mengindikasikan tingginya kebutuhan lahan yang digunakan untuk permukiman.

Tabel 1. Peringkat Kepadatan Penduduk Aritmatika Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Ranking Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk

(jiwa/km2)

1 Kota Medan 9.304

2 Kota Tebing Tinggi 5.477

3 Kota Pematang Siantar 4.996

4 Kota Binjai 4.546

5 Kota Sibolga 2.299

6 Kota Padang Sidempuan 1.967

7 Kota Tanjung Balai 1.537

8 Deli Serdang 791

9 Kota Gunung Sitoli 488

10 Batubara 376

Sumber: Kemendagri (2015)

Kota Tebing Tinggi menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi (2015) memiliki luasan RTH sekitar 80 ha atau sekitar 2,58% dari luas keseluruhan kota (Medan Bisnis, 2015). Kota Tebing Tinggi berdasarkan Pedoman dan Pemanfaatan RTHKP dalam Permen PU Nomor 5 Tahun 2008, seharusnya memiliki luasan RTH: (1) berdasarkan luas wilayahnya setidaknya 930 ha ; (2) berdasarkan jumlah penduduknya setidaknya 327 ha yang terdiri dari


(22)

4

taman-taman kecamatan, pemakaman, taman kota, hutan kota, dan jenis RTH lainnya ; dan (3) berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu Kota Tebing Tinggi harus memiliki infrastruktur hijau yang terdiri dari jalur hijau jalan, RTH sempadan rel kereta api, RTH sempadan sungai, jalur hijau listrik tegangan tinggi, serta RTH berbentuk jalur lainnya.

Keberadaan infrastruktur hijau atau infrastruktur ekologis di Kota Tebing Tinggi sangat diperlukan dalam pembangunan kota berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, karena infrastruktur hijau merupakan kerangka ekologis dalam sistem kehidupan alami yang berkelanjutan. Tebing Tinggi tergabung dalam 30 kabupaten/kota di Indonesia yang menandatangani Komitmen Kota Hijau dan Kota Pusaka dalam Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahap kedua, tahun 2015 hingga 2019, yang merupakan program Kementerian Pekerjaan Umum melalui Ditjen Penataan Ruang (Medan Bisnis, 2014). Oleh karena itu, Kota Tebing Tinggi harus memiliki infrastruktur hijau yang memiliki peran dan fungsi dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Ketersediaan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi yang berbentuk jalur hijau jalan, jalur hijau sungai, jalur hijau rel kereta api, dan jalur hijau saluran utama tegangan tinggi, berperan sebagai pengendali pembangunan fisik kota.

“RTH sebagai kawasan perservasi atau konservasi yang berbentuk jalur hijau dapat dijadikan alat pengendali tata ruang kota dengan fungsi sebagai sabuk hijau (green belt) atau jalur hijau pembatas kawasan maupun pembatas wilayah kota agar tidak terjadi peluberan kota (urban sprawl), karena kawasan maupun jalur yang telah ditetapkan sebagai


(23)

5

Dengan demikian, kebutuhan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi dapat dikaji berdasarkan eksisting RTH dan keberadaan jalan, rel kereta api, sungai, serta jaringan listrik tegangan tinggi di Kota Tebing Tinggi . Hal ini dikarenakan infrastruktur hijau yang menjadi penghubung (connector) area-area hijau di Kota Tebing Tinggi, membentuk suatu pola jaringan yang merupakan sistem terpadu yang disebut sistem RTH kota (urban green open space system).

Sistem RTH Kota Tebing Tinggi yang ditata dengan baik, tidak hanya sebagai pelengkap atau penyempurna kota, tetapi juga merupakan penyeimbang ekosistem kota dan alat pengendali pembangunan fisik yang dapat menentukan daerah yang harus dipreservasi dan dikonservasi untuk menjamin keberlangsungan sistem ekologi Kota Tebing Tinggi, tentunya dengan merujuk pada Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 sebagai dasar hukum yang berlaku. Perencanaan dan perancangan infrastruktur hijau dalam sistem RTH kota, pada dasarnya disusun sebelum adanya pembangunan. Kota-kota yang telah terbangun dapat dikaitkan dengan upaya proteksi kawasan maupun koridor yang kritis dalam rencana tata ruang kota. Oleh karena itu, pengkajian tentang ketersediaan RTH dan kebutuhan infrastruktur hijau dalam sistem RTH perlu dilakukan di Kota Tebing Tinggi.

Interpretasi citra dapat dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi eksisting RTH dan kebutuhan infrastruktur hijau di Kota Tebing Tinggi. Hal ini dikarenakan eksisting RTH di Kota Tebing Tinggi dapat diidentifikasi melalui interpretasi citra diantaranya dengan melihat rona dan warna yang tergambar pada citra penginderaan jauh. Peta bergeoreferensi dalam penelitian masalah keruangan dapat diperoleh melalui aplikasi penginderaan jauh dan sistem


(24)

6

informasi geografis (SIG). Peta bergeoreferensi yang berisikan informasi tutupan lahan Kota Tebing Tinggi akan dianalisis untuk mengetahui area potensial RTH dan arahan pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi sebagai output interpretasi citra dalam penelitian ini.

Penggunaan citra Quickbird untuk diinterpretasi secara visual, dapat diaplikasikan dalam penelitian ini. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial relatif tinggi, yaitu 0,6 meter untuk citra pankromatik, dan 2,4 meter untuk citra multispektral. Citra Quickbird dalam penelitian ini adalah citra Quickbird multispektral karena penelitian ini membahas tentang eksisting RTH dan kebutuhan infrastruktur hijau dalam sistem RTH Kota Tebing Tinggi, sehingga dapat membedakan antara RTH, lahan terbangun, dan ruang terbuka non hijau.

B. Identifikasi Masalah

Kota Tebing Tinggi merupakan kota kedua terpadat setelah Kota Medan, dan kota terkecil dari 33 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Tingginya angka kepadatan penduduk di Kota Tebing Tinggi, mengindikasikan tingginya kebutuhan lahan untuk permukiman. Dengan demikian, RTH yang dianggap tidak bernilai secara ekonomi, berpeluang untuk dikonversi menjadi kawasan terbangun. Ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi (2015) adalah sekitar 2,58% dari luas keseluruhan kota. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan RTH Kota Tebing Tinggi belum mencapai luas minimal yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007, yakni 30% dari luas keseluruhan. Pada tahun 2014, Kota Tebing Tinggi bersama 29 kabupaten/kota lainnya di Indonesia, menandatangani Komitmen Kota Hijau dan Kota Pusaka dalam Program Pengembangan Kota


(25)

7

Hijau (P2KH) tahap kedua (2015-2019), yang merupakan program Kementrian PU melalui Ditjen Penataan Ruang. Dengan demikian, Kota Tebing Tinggi seharusnya memiliki sistem RTH kota yang baik dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang dikaji dibatasi pada Sistem RTH Kota Tebing Tinggi yang merupakan rangkaian infrastruktur hijau, terdiri dari RTH jalur yang menjadi penghubung (connector) area-area hijau di Kota Tebing Tinggi yang membentuk suatu pola jaringan yang terpadu. Analisis ketersediaan RTH dan pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi, dilakukan berdasarkan interpretasi citra

Quickbird dengan tidak melihat status kepemilikan lahan kota. D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ketersedian RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuicBird Tahun 2016?

2. Bagaimana tingkat akurasi citra Quickbird Tahun 2016 dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi?

3. Bagaimana analisis pengembangan sistem RTH kota berdasarkan interpretasi citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui ketersediaan RTH di Kota Tebing Tinggi berdasarkan interpretasi citra QuicBird Tahun 2016.


(26)

8

2. Mengetahui tingkat akurasi citra Quickbird Tahun 2016 dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi.

3. Menganalisis pengembangan Sistem RTH kota berdasarkan interpretasi citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangsih bahan ajar dalam pembelajaran bidang studi Geografi di sekolah dalam materi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. 2. Memberikan informasi distribusi RTH eksisting, kebutuhan infrastruktur

hijau, dan arahan sistem RTH Kota Tebing Tinggi, serta saran kepada Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan pengembangan wilayah kota.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas Negeri Medan khususnya Jurusan Pendidikan Geografi sebagai penambah pengetahuan dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut tentang permasalahan sejenis atau yang memiliki topik relevan dengan tema penelitian ini.


(27)

101

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Keadaan Eksisting RTH di Kota Tebing Tinggi Tahun 2016 Berdasarkan Interpretasi Citra QuickBird

Luasan RTH eksisisting di lapangan berdasarkan interpetasi citra

QuickBird Tahun 2016 adalah 1.386 ha atau sekitar 35,58% dari luas keseluruhan

Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi sudah memenuhi proporsi minimal yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang yang menetapkan proporsi minimal RTH kawasan perkotaan adalah 30% dari luas keseluruhan kota.

2. Tingkat Akurasi Citra QuickBird dalam Pemetaan Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi

Tingkat akurasi citra QuickBird dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi adalah 100%. Tingkat akurasi dengan nilai tersebut, menunjukkan bahwa hasil interpretasi diterima untuk digunakan dalam analisis pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi.

3. Analisis Pengembangan Sistem RTH Kota Tebing Tinggi

Kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang sudah memenuhi standar RTH kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk berjumlah 34 kelurahan. Sedangkan kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang belum memenuhi standar RTH kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk adalah Kelurahan Pasar Baru yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Kelurahan Pasar Baru hanya memimiliki luasan RTH eksisting 0,57 ha.

Pengembangan RTH berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan Pasar Baru bisa dilakukan pada lahan potensial untuk dikembangkan sebagai RTH yaitu


(28)

102

ruang terbuka non hijau seluas 0,7 ha di Kelurahan Pasar Baru. Sedangkan pengembangan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu di Kota Tebing Tinggi dapat dilakukan pada lahan seluas 110,15 ha yang merupakan lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau yang berada pada kawasan lindung yaitu sempadan jalan, jalan kereta api, sungai, dan saluran utama tegangan tinggi. Sedangkan lahan terbangun seluas 146,48 ha yang berada pada kawasan lindung tersebut membutuhkan kebijakan khusus dari Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi sebelum pengembangan sistem RTH kota dilakukan.

B. Saran

1. Pemerintah daerah mempertahankan proporsi RTH di Kota Tebing Tinggi yang sudah mencapai proporsi minimal yang ditetapkan dengan melakukan pembangunan yang berwawasan ligkungan. Pemerintah daerah disamping mempertahankan proporsinya, juga melakukan upaya pengembangan kualitas RTH dengan merujuk pada Pedoman dan Pemanfaatan RTHKP yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

2. Masyarakat setempat memandang suatu lahan tidak hanya berdasarkan dimensi ekonominya, tetapi juga berdasarkan dimensi ekologinya, dengan tidak melakukan konversi penggunaan lahan pada lahan-lahan yang diperuntukkan sebagai RTH.


(29)

103

DAFTAR PUSTAKA

, 2007, Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Jakarta, Departemen Dalam Negeri.

, 2007, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.

, 2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang. Antara Sumut, 2 Desember 2015, Workshop Program Pengembangan Kota hijau,

Berita, Antara Sumut.

http://www.antarasumut.com//berita/153928/workshop-program-pengembangan-kota-hijau, diakses 19 Januari 2016.

Arifin, S.S., 2013, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo.

http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/260/analisis-kebutuhan-ruang-terbuka-hijau-di-kec-kota-tengah-gorontalo.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Budihardjo, E., Hardjohubojo, S., 1993, Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung.

Budihardjo, E., Sujarto, D., 2013, Kota Berkelanjutan (Sustainable City), PT Alumni, Bandung

Cahyani, R.A., 2011, Evaluasi Perubahan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Kota Tanggerang), Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4114/1/RI TA%20ASRI%20CAHYANI-FST.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Danodoro, P., 2012, Pengantar Penginderaan Jauh Digital, Andi Offset, Yogyakarta.

Haris, V.I., 2006, Analisis Distribusi dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus di Kota Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46021, diakses 21 Januari 2016.


(30)

104

Hasibuan, P.A., 2013, Studi Pemilihan Lokasi TPA Sampah dengan Metode SIG di Kota Tebing Tinggi, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Indarto, 2014, Teori dan Praktek Penginderaan Jauh, Penerbit Andi, Yogyakarta. Jati, A., Hapsari, H., dan Wahyu, U., 2013, Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk

Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan), Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30028-3509100007-Paper.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Joga, N., dan Ismaun I., 2011, RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mantra, I.B., 2004, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Medan Bisnis, 25 Maret 2014, Tebing Tinggi Buka Taman Kota Pingkrah, Berita,

Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/03/25/86520/ tebingtinggi-buka-taman-kota-pingkrah/, diakses 19 Januari 2016. Medan Bisnis, 8 November 2014, Tebing Tinggi Teken Komitmen Kota Hijau,

Berita, Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/11/08/128397 /tebingtinggi-teken-komitmen-kota-hijau/, diakses 19 Januari 2016. Medan Bisnis, 1 Desember 2015, Pengurus Karang Taruna Tanam Seribu Pohon,

Berita, Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2015/12/01/201723 /pengurus-karang-taruna-tanam-seribu-pohon/, diakses 19 Januari 2016.

Mukafi, A., 2013, Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Kudus, Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

http://lib.unnes.ac.id/19108/1/5101408005.pdf, diakses 22 Januari 2016.

Muta’ali, L., 2013, Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif – Teknis), Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Lilisand dan Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Terjemahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Prahasta, E., 2014, Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif


(31)

105

Purwadhi, S.H., 2001, Interpretasi Citra Digital, Gramedia, Jakarta.

Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tontou, J.M., Ingerid, Moniaga, dan Rengkung, M.M., 2012, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Poso (Studi Kasus: Kecamatan Poso Kota), Jurnal, Universitas Sam Ratulangi.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/download/9673/ 9259, diakses 17 Februari 2016.


(1)

2. Mengetahui tingkat akurasi citra Quickbird Tahun 2016 dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi.

3. Menganalisis pengembangan Sistem RTH kota berdasarkan interpretasi citra Quickbird di Kota Tebing Tinggi.

F. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangsih bahan ajar dalam pembelajaran bidang studi Geografi di sekolah dalam materi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. 2. Memberikan informasi distribusi RTH eksisting, kebutuhan infrastruktur

hijau, dan arahan sistem RTH Kota Tebing Tinggi, serta saran kepada Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dalam menentukan kebijakan pengembangan wilayah kota.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas Negeri Medan khususnya Jurusan Pendidikan Geografi sebagai penambah pengetahuan dalam bidang perencanaan dan pengembangan wilayah, penginderaan jauh, dan sistem informasi geografis.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut tentang permasalahan sejenis atau yang memiliki topik relevan dengan tema penelitian ini.


(2)

101 A. Kesimpulan

1. Keadaan Eksisting RTH di Kota Tebing Tinggi Tahun 2016 Berdasarkan Interpretasi Citra QuickBird

Luasan RTH eksisisting di lapangan berdasarkan interpetasi citra QuickBird Tahun 2016 adalah 1.386 ha atau sekitar 35,58% dari luas keseluruhan Kota Tebing Tinggi yang menunjukkan RTH eksisting di Kota Tebing Tinggi sudah memenuhi proporsi minimal yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang yang menetapkan proporsi minimal RTH kawasan perkotaan adalah 30% dari luas keseluruhan kota.

2. Tingkat Akurasi Citra QuickBird dalam Pemetaan Tutupan Lahan Kota Tebing Tinggi

Tingkat akurasi citra QuickBird dalam pemetaan tutupan lahan Kota Tebing Tinggi adalah 100%. Tingkat akurasi dengan nilai tersebut, menunjukkan bahwa hasil interpretasi diterima untuk digunakan dalam analisis pengembangan sistem RTH Kota Tebing Tinggi.

3. Analisis Pengembangan Sistem RTH Kota Tebing Tinggi

Kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang sudah memenuhi standar RTH kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk berjumlah 34 kelurahan. Sedangkan kelurahan di Kota Tebing Tinggi yang belum memenuhi standar RTH kawasan perkotaan yang ditinjau dari jumlah penduduk adalah Kelurahan Pasar Baru yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Kota. Kelurahan Pasar Baru hanya memimiliki luasan RTH eksisting 0,57 ha.

Pengembangan RTH berdasarkan jumlah penduduk di Kelurahan Pasar Baru bisa dilakukan pada lahan potensial untuk dikembangkan sebagai RTH yaitu


(3)

ruang terbuka non hijau seluas 0,7 ha di Kelurahan Pasar Baru. Sedangkan pengembangan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu di Kota Tebing Tinggi dapat dilakukan pada lahan seluas 110,15 ha yang merupakan lahan potensial RTH berupa ruang terbuka non hijau yang berada pada kawasan lindung yaitu sempadan jalan, jalan kereta api, sungai, dan saluran utama tegangan tinggi. Sedangkan lahan terbangun seluas 146,48 ha yang berada pada kawasan lindung tersebut membutuhkan kebijakan khusus dari Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi sebelum pengembangan sistem RTH kota dilakukan.

B. Saran

1. Pemerintah daerah mempertahankan proporsi RTH di Kota Tebing Tinggi yang sudah mencapai proporsi minimal yang ditetapkan dengan melakukan pembangunan yang berwawasan ligkungan. Pemerintah daerah disamping mempertahankan proporsinya, juga melakukan upaya pengembangan kualitas RTH dengan merujuk pada Pedoman dan Pemanfaatan RTHKP yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.

2. Masyarakat setempat memandang suatu lahan tidak hanya berdasarkan dimensi ekonominya, tetapi juga berdasarkan dimensi ekologinya, dengan tidak melakukan konversi penggunaan lahan pada lahan-lahan yang diperuntukkan sebagai RTH.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

, 2007, Peraturan Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Jakarta, Departemen Dalam Negeri.

, 2007, Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.

, 2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang. Antara Sumut, 2 Desember 2015, Workshop Program Pengembangan Kota hijau,

Berita, Antara Sumut.

http://www.antarasumut.com//berita/153928/workshop-program-pengembangan-kota-hijau, diakses 19 Januari 2016.

Arifin, S.S., 2013, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, Universitas Negeri Gorontalo. http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/260/analisis-kebutuhan-ruang-terbuka-hijau-di-kec-kota-tengah-gorontalo.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Budihardjo, E., Hardjohubojo, S., 1993, Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung.

Budihardjo, E., Sujarto, D., 2013, Kota Berkelanjutan (Sustainable City), PT Alumni, Bandung

Cahyani, R.A., 2011, Evaluasi Perubahan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dengan Pendekatan Penginderaan Jauh (Studi Kasus: Kota Tanggerang), Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4114/1/RI TA%20ASRI%20CAHYANI-FST.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Danodoro, P., 2012, Pengantar Penginderaan Jauh Digital, Andi Offset, Yogyakarta.

Haris, V.I., 2006, Analisis Distribusi dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus di Kota Bogor), Skripsi, Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46021, diakses 21 Januari 2016.


(5)

Hasibuan, P.A., 2013, Studi Pemilihan Lokasi TPA Sampah dengan Metode SIG di Kota Tebing Tinggi, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Indarto, 2014, Teori dan Praktek Penginderaan Jauh, Penerbit Andi, Yogyakarta. Jati, A., Hapsari, H., dan Wahyu, U., 2013, Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk

Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus: Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan), Institut Teknologi Sepuluh Nopember. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30028-3509100007-Paper.pdf, diakses 17 Februari 2016.

Joga, N., dan Ismaun I., 2011, RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mantra, I.B., 2004, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Medan Bisnis, 25 Maret 2014, Tebing Tinggi Buka Taman Kota Pingkrah, Berita,

Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/03/25/86520/ tebingtinggi-buka-taman-kota-pingkrah/, diakses 19 Januari 2016.

Medan Bisnis, 8 November 2014, Tebing Tinggi Teken Komitmen Kota Hijau,

Berita, Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/11/08/128397 /tebingtinggi-teken-komitmen-kota-hijau/, diakses 19 Januari 2016.

Medan Bisnis, 1 Desember 2015, Pengurus Karang Taruna Tanam Seribu Pohon,

Berita, Medan Bisnis.

http://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2015/12/01/201723 /pengurus-karang-taruna-tanam-seribu-pohon/, diakses 19 Januari 2016.

Mukafi, A., 2013, Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Kudus, Skripsi, Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/19108/1/5101408005.pdf, diakses 22 Januari 2016.

Muta’ali, L., 2013, Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif – Teknis), Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lilisand dan Kiefer, 1990, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra, Terjemahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Prahasta, E., 2014, Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika) Edisi Revisi, Penerbit Informatika, Bandung.


(6)

Purwadhi, S.H., 2001, Interpretasi Citra Digital, Gramedia, Jakarta.

Sutanto, 1986, Penginderaan Jauh Jilid I, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Tontou, J.M., Ingerid, Moniaga, dan Rengkung, M.M., 2012, Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Poso (Studi Kasus: Kecamatan Poso Kota), Jurnal, Universitas Sam Ratulangi. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/download/9673/ 9259, diakses 17 Februari 2016.