IMAGE PEMBELI PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN, PROVINSI SUMATERA UTARA.
IMAGE PEMBELI PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI
KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN, PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
YAN SARDO SARAGIH
3123122066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
(2)
(3)
(4)
(5)
Yan Sardo Saragih, NIM : 3123122066, IMAGE PEMBELI PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGA PROVINSI SUMATERA UTARA..
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskipsikan hal-hal yang tekait dengan latar belakang konsumen membeli pakaian bekas di Pasar Melati. mengetahui dan mendeskipsikan tentang kriteria apa yang dicari konsumen dalam membeli pakaian bekas. Kemudian untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang bagaimana konsumen melakukan strategi penawaran barang pakaian bekas.
Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dimaksud sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif dengan mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah Pajak Melati, Jl Flamboyan Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, Provinsi Sumatera Utara. Pembeli dijadikan peneliti sebagai narasumber utama, pengelola Pajak Melati yang disebut dengan (Tuan Takur), Pengusaha pengedar pakaian bekas dalam bentuk partai besar (Tokeh Bal), dan beberapa pedagang yang akan dijadikan sebagai informan pokok dan beberapa informan biasa seperti tukang parkir, PD Pasar yang akan diteliti sebagai pemenuhan data penulis.
Hasil penelitian ini adalah pakaian bekas mengandung arti monza dengan filosifi mongonsidi plaza. Banyak motif konsumen untuk membeli pakaian bekas begitu juga dengan strategi pembeli dan pedagang dalam membeli pakaian bekas. , banyaknya PHK pada krisis moneter yang menyebabkan pedagang yang berjualan di pasar Mongonsidi Plaza tidak dapat menampung para pedagang pakaian bekas dan dialihkan ke pasar Melati jalan Flamboyan Raya. Keberadaan pakaian bekas membantu seluruh lapisan perekonomian masyarakat. Image pembeli terhadap pakaian bekas terbentuk apabila karena adanya sebuah motivasi.
(6)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus oleh karena anugerahnya sangat melimpah yang memberikan banyak berkah, kenikmatan, dan petunjuk serta kemudahan yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Image Pembeli Pakaian Bekas Di Pasar Melati Kecamatan Medan Tuntungan Provinsi Sumatera Utara”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Selama penyusunan skripsi ini tentunya penulis banyak sekali mendapatkan ilmu yang bermanfaat, motivasi yang cukup besar, dan bimbingan juga peran serta dari berbagai pihak dalam penulisan ini. Oleh karenanya pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Brutu, M.Pd selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial.
4. Ibu Sulian Ekomila, S.Sos., M.SP selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang selalu siap sedia membimbing penulis dalam proses pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir penyusunan. Beliau selalu meluangkan waktunya kapan dan di mana saja untuk memberikan motivasi, bimbingan, nasihat, dan mendoakan penulis agar penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar juga ikut berperan serta dalam hal pengadaan referensi untuk penulisan skripsi penulis.
5. Ibu Dr. Nurjannah, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sekaligus penguji I saya yang banyak memberikan masukan, motivasi, dan kritikan yang membangun, guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.
(7)
ii
6. Bapak Bakhrul Khair Amal, M.Si selaku dosen penguji II yang banyak memberikan masukkan kepada penulis terkait dengan konsistensi pembahasan skripsi dengan sebuah teori.
7. Bapak Wakil Dekan III Drs. Waston Malau. M.SP selaku dosen penguji III
yang banyak memberikan kritikan, saran, arahan, motivasi, bahkan selalu meluangkan waktunya untuk penulis dalam penyusunan skirpsi ini.
8. Kepada seluruh dosen-dosen Pendidikan Antropologi terima kasih telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat serta nasihat juga motivasi yang diberikan penulis selama penulis duduk dibangku kuliah. Terkhusus untuk Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si, Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si dan Ibu Murni Eva Marlina, M.Si, yang sedikit banyaknya memberikanndorongan positif, masukan dan juga insipirasi bagi penulis dari mencari judul bahkan sampai proses menjalankan penelitian juga bersedia meluangkan waktunya diluar perkuliahan.
9. Teristimewa untuk kedua malaikat tanpa sayap saya, Bapak (Ir. Wilmar Saragih, M.Si) dan Mama teindah (Asima Hartati Lubis, SE) terima kasih teramat besar untuk segala yang kalian perbuat dan kalian berikan sehingga sampai detik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi dan perkuliahan ini dengan tepat waktu. Terima kasih untuk nasihat, waktu, motivasi, dan bimbingan yang selalu kalian berikan. Tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa.
10.Terkhusus buat kakak ku tercinta Erviany Rosary Saragih S.Kep., Ns yang selalu memberikan support kepada penulis. Agun Saragih adik tersayang, Jamarudin Saragih Opung dan segenap keluarga besar saya, saya ucapkan terima kasih atas dukungan terhebatnya.
11.Terima Kasih untuk keluarga kedua (2) penulis yaitu pemuda/i GKPS Simalingkar Andre Purba, A.Md, Rahel Fitirany Purba S.Sos, Damayanti Saragih S.Kom, Jessica Saragih, S.Pd, Adrianus Tarigan Amd, Febryanto Sinaga, Alfa Sembiring, Monita Purba, Maya Sinaga, Nanda Saragih, Rizky Saputra Damanik, Harry Nababan, Iyan Sipayung, dan seluruh
(8)
iii
pemuda yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu per satu dengan hebatnya dukungan terus menerus diberikan kepada penulis.
12.Kedan kental PAJAKASIBA Gadis Anastasya, S.Pd, Andhika Saragih, S.Pd, Rahmat Nasution S.Pd, Syuhady Witana S.Pd, Apriando Sahputra S.Pd, Tulus Simatupang S.Pd, dan Krisna Abadi Ginting S.Pd yang selalu memberikan semangatnya kepada penulis. Terima kasih telah menjadi keluarga penulis untuk 4 tahun ini. Terlebih kepada teman seperjuangan saya Zul Afdila Yufa, S.Pd yang selalu membantu dalam hal pencarian referensi penulis dan selalu memberikan motivasi juga. Sri Nurjannah Saragih S.Pd, Richad Michael Sihombing, S.Pd, yang tetap juga selalu memberikan dukungannya dan bantuan semasa penyusunan berkas-berkas kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
13.Untuk kakanda/abangda stambuk ku kak Desyanti Sinaga (2011), bang Agatha S.Pd (2011), kak Rebecca, S.Pd (2011), yang tetap memberikan semangatnya untuk terus melanjutkan skripsi ini.
14.Terima kasih juga untuk teman-teman PPLT Unimed 2015, yakni saudara
penulis selama 3 bulan yakni Anggita Kasanra Lubis, S.Pd, Sri Wahyuni, S.Pd, Rika Wahyuni Tambunan, S.Pd, Dhiena Syahfitri, S.Pd, Indah Rizki Hayati ,S.Pd, Aprillia Marbun, S.Pd. Denisha Noralita Siburian, S.Pd. Suryati Munthe, S.Pd, Irma Andriyani Nasution, S.Pd, Yasri Nasution ,S.Pd, Okpriyanto Sihombing S.Pd, Siyeanne Minen, S.Pd, dan juga teman yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Terima kasih untuk semua dukungannya.
15.Kakak yang menginsipirasi Ayu Febriani, M.Si yang selalu membantu penulis dalam hal penyusunan berkas-berkas dan juga masukannya dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga untuk para alumni 2008, 2009, 2010, 2011, untuk teman-teman sejawat 2012 dan adik-adik stambuk 2013, 2014, 2015 untuk waktu yang telah diberikan selama duduk dibangku perkuliahan.
16.Terima kasih untuk Bapak Perukuren Sembiring dan Bapak Yudha Purba,
(9)
iv
seluruh pedagang yang telah membantu penulis dalam hal pemberian informasi hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Tuhan Yesus Kristus dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan semoga segala kerja keras dalam penyelesaian skripsi ini kelak dapat bermanfaat bagi seluruh pihak. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu segala macam kritikan dan saran yang membangun, penulis terima sebagai suatu bentuk perbaikan. Semoga Allah YME memberkati tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Agustus 2016
Penulis,
Yan Sardo Saragih
(10)
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Identifikasi Masalah... 5
1.3Pembatasan Masalah... 5
1.4Perumusan Masalah... 6
1.5Tujuan Penelitian... 6
1.6Manfaat Penelitian... 7
1.6.1 Manfaat Teoritis... 7
1.6.2 Manfaat Praktis... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka... 8
2.2 Landasan Teori... 15
2.2.1 Teori Motivasi... 15
2.2.2 Teori Image (Citra)... 16
2.3 Kerangka Konseptual... 17
(11)
vii
2.3.2 Hakikat Pembeli (konsumen)... 18
2.3.3 Deskripsi Pakaian Bekas... 19
2.4 Kerangka Berfikir... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 22
3.2 Lokasi Penelitian... 23
3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 23
3.3.1 Subjek Penelitian... 23
3.3.2 Objek Penelitian... 24
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 24
3.4.1 Data Primer... 24
3.4.2 Data Sekunder... 25
3.5 Teknik Analisis Data... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian... 27
4.1.1 Pasar Melati... 27
4.2 Motivasi Pembeli Mencari Pakaian Bekas... 31
4.2.1 Faktor Lingkungan... 37
4.2.2 Keunikan dan Langka Suatu Barang... 42
4.2.3 Meniru Budaya Kebarat-baratan... 44
4.3 Kriteria Pakaian Bekas yang Dicari Pembeli... 47
(12)
viii
4.3.2 Kualitas Barang... 51
4.3.3 Bermutu dan Bermerek... 54
4.4 Strategi Tawar Menawar Konsumen ke Produsen Pakaian Bekas... 58
4.4.1 Merayu dan Mengenali Tipe Penjual... 60
4.4.2 Berkunjung Saat Akhir Pekan... 62
4.4.3 Merendah Diri dan Berpenampilan Sederhana... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 68
5.2 Saran... 69
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
(13)
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan
tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang mendasar dan harus dipenuhi. Hakikatnya,
kebutuhan primer terdiri dari kebutuhan pangan, papan, dan sandang. Pemaparan mengenai
bagian dari kebutuhan primer diatas, masing-masing memiliki arti yaitu pangan yang mencakup
dari makanan dan minumansebagai pemberi nutisi untuk pertumbuhan manusia. Sedangkan
papan berarti tempat tinggal ataupun rumah fungsinya sebagai tempat berlindung. Begitu pula
dengan sandang yang lebih dikaitkan dengan pakaian fungsinya sebagai pelindung tubuh dan
juga sebagai penutup aurat.
Berbicara mengenai pakaian, pada zaman pra-sejarah manusia belum mengenal pakaian
maupun busana seperti saat ini. Zaman dahulu manusia memakai kulit binatang,
tumbuh-tumbuhan untuk menutupi kulit mereka. Manusia purba yang hidup di daerah dingin, menutupi
tubuhnya dengan kulit binatang misalnya kulit domba yang berbulu tebal sedangkan manusia
purba yang hidup di daerah panas melindungi tubuh mereka dengan memanfaatkan kulit
pepohonan yang direndam terlebih dahulu dan dipukul-pukul lalu dikeringkan, sedangkan para
prajurit pada masanya menggunakan bahan baju dari logam.
Studi di Universitas Florida, Amerika Serikat menghasilkan sebuah riset bahwa manusia
mulai berpakaian sekitar 170.000 tahun lalu sedangkan manusia modern mulai berpakaian sekitar
70.000 tahun sebelum bermigrasi ke daerah yang lebih tinggi. Berpengaruhnya perkembangan
(14)
(http://www.pusatkonveksi.com/sejarah-pakaian.html).
Secara universal orang setuju berpakaian adalah alat pelindung tubuh yang paling utama
dandemi kesopanan diri, karena itu mengapa demikian pakaian jelas di nyatakan sebagai
kebutuhan primer manusia. Ketika mendengar sebuah pernyataan yang muncul kita ingin
mengenai pakaian pasti sudah membayangkan ketiga hal yang utama yaitu selera, kualitas, dan
kenyamanan untuk memakai pakaian tersebut. tetapi pada dewasa iniselera, kualitas, dan
kenyamanan seimbang dengan adanya tuntutan trend dan mode. Begitu juga dengan lingkungan
dapat mempengaruhikebudayaan manusia terkhususnya pada segi berpakaian dan pakaian juga
sudah termasuk gaya hidup semenjak awal yang diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-15.
Pemaparan mengenai trend, kualitas dan kenyamanan dalam memilih suatu pakaian, pasti
dibarengi dengan faktor ekonomi seseorang. Pemaparan logisnya,ketika menginginkan sebuah
kualitas terbaik (original) maka harus dibayar pula dengan harga yang cukup mahal, dan
sebaliknya ketika menginginkan sebuah kualitas yang biasa-biasa saja atau tidak bermerk, maka
dibayar pula dengan harga yang sangat murah. Pemaparan logis ini di tentang oleh perdagangan
pakaian bekas di seluruh Indonesia terkhususnya perdagangan Monza di pasar tradisional (Pajak)
Melati kota Medan.
Istilah monza yang terkenal sampai saat ini berasal dari singkatan Mongonsidi Plaza,
karena pada era 1990an daerah Mongonsidilah yang menjadi pusat perbelanjaan pakaian bekas
terbesar di kota Medan, bahkan sampai saat ini kalimat Monza sudah menjadi membudaya akan
pengertiannya sebagai pakaian bekas dikalangan masyarakat dan bukan lagi sebagai pengertian
(15)
masyarakat kota Medan memburu pakaian bekas di Pajak Melati.
Selain kalangan dewasa, baju bekas juga tercatat sebagai membentuk gaya subkultur anak
muda yang khusus dan unik. Merefleksikan posisi keuangan anak-anak muda yang terbatas, ia
juga menggambarkan gairah akan gaya pakaian-pakaian retro yang otentik dan tidak ada
kembarannya. Jenis baju yang dijual di toko-toko baju bekas biasanya berjumlah terbatas atau
malah hanya tersedia sebanyak satu buah saja sehingga terkesan lebih personal. Efek personalitas
ini yang tidak bisa didapat jika kita membeli baju di mall atau supermarket karena baju-baju
yang dijual di sana rata-rata dibuat secara massal.
Pengguna (konsumen) pakaian bekas mengaku tidak ada masalah dalam
memakainya.Pakaian bekas itu rata-rata masih layak pakai, seringkali barang illegal tersebut
berasal dari negara Singapura, Korea dan Malaysia. Jenis barang yang dijual produk ini pun
bermacam-macam bukan hanya pakaian saja melainkan seperti sepatu, sendal, kaos, jaket, ikat
pinggang, celana panjang, sampai selimut-selimut tebal dan bed cover dan bahkan underware
(pakaian dalam). Barang-barang bekas berkualitas yang didatangkan langsung dari luar negeri
membuat seluruh lapisan masyarakatlebih memlih untuk menggunakannya, dan dipasar Melati
pula para pembeli seakan terbius oleh keunikan dan keragaman pakaian-pakaian yang terkadang
di Indonesia saja model pakaiannya belum ada.
Hingga dewasa ini, baju bekas sudah menjadi andalan pada berbagai kalangan
masyarakat. Mereka memilih barang-barang dengan berbagai alasan yang beragam, ada yang
menganggap barang import tersebut memiliki kualitas yang lebih bagus dibanding dengan
(16)
karena pakaian-pakaian bekas yang bermutu juga dapat mempengaruhi identitas sosial
masyarakat kalangan menengah ke atas.
Bagi seluruh lapisan kalangan masyarakat terutama masyarakat menengah ke atas yang
banyak dijumpai, membeli sebuah pakaian bekas cenderung bersifat gengsi ketika teman maupun
kerabatnya mengetahui bahwa pakaian yang dibeli dan dipakai dominan dianggap bermutu bagus
ternyata berbahan Monza. Sedangkan bagi kalangan menengah kebawah, bagi mereka ini adalah
sebuah peluang untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian bekas yang bermutu luar negeri.
1.1Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka identifikasi masalahnya yaitu:
1. Monza merupakan salah satu istilah pasar pakaian bekas
2. Pasar Melati merupakan salah satu lokasi penjualan pakaian bekas kota Medan.
3. Banyaknya minat masyarakat kota medan dalam membeli pakaian bekas
4. Berbagai alasan-alasan konsumen dalam membeli pakaian bekas
5. Kriteria-kriteria pakaian bekas yang dicari konsumen.
6. Strategi-strategi konsumen untuk membeli pakaian bekas
Hal ini adalah sebuah fenomena yang cocok dikaji maupun dianalisa sebagai suatu
permasalahan sosial yang ada pada masyarakat dan membuat penulis tertarik untuk menjadikan
fenomena ini menjadi sebuah penelitian dengan judul “ Image Pembeli Pakaian Bekas di Pasar Melati, Kecamatan Medan Tuntungan, Provinsi Sumatera Utara.
(17)
Pembatasan masalah, penentuan ruang lingkup salah satu langkah penting yang harus
dilakukan. Bila hal ini tidak dilakukan maka peneliti kemungkinan besar akan tergoda untuk
terus menggali data-data yang sebenarnya kurang berkaitan dengan masalah inti. Niscaya ia tidak
akan sadar dengan kesukaran-kesukaran yang dihadapinya. menentukan ruang lingkup, kegiatan
peneliti tidak akan melebar dan melantur kesana kemari tanpa kontrol, untuk kemudian
kehilangan fokus (Bagong,2007:20)
Membatasi permasalahan agar topik menjadi terfokus dan menjaga agar pembahasan
tidak melebar, maka penulis menetapkan pembatasan masalah penelitian tersebut adalah kepada
konsumenyang membeli pakaian bekas. Penelitian ini hanya dilakukan diPajak Melati kota
Medan dikarenakan pasar Melati adalah pusat pasar pakaian bekas terbesar se-kota Medan,
sehingga dapat mempermudah mencari data yang akurat untuk diteliti.
1.4Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai :
1. Apa saja yang menjadi motivasi pembeli dalam mencari pakaian bekas?
2. Kriteria-kriteria apa saja yang dicari konsumen dalam membeli pakaian bekas?
3. Apa strategi konsumen untuk melakukan transaksi tawar-menawar dalam membeli pakaian
bekas?
(18)
1. Untuk mengetahui dan mendeskipsikan hal-hal yang tekait dengan latar belakang konsumen
membeli pakaian bekas di Pasar Melati.
2. Untuk mengetahui dan mendeskipsikan tentang kriteria apa yang dicari konsumen dalam
membeli pakaian bekas.
3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang bagaimana konsumen melakukan strategi
penawaran barang pakaian bekas.
1.6Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan dan memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga pembaca tentang motivasi
pembeli mengonsumsi pakaian bekas.
2. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti tentang pemahaman kriteria konsumen
dalam membeli pakaian bekas.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan hasil penelitian dapat menambah
refrensi penelitian dan bisa dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin
(19)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan yang diuraikan pada bab IV, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pakaian bekas bermula dari bahasa monza yang mengandung pengertian sebagai
Mongonsidi Plaza. Namun kalimat monza telah mengental dan sudah membudaya
bagi kalangan masyarakat kota Medan sebagai pengertian dari pakaian bekas.
2. Tahun 1998 yaitu tahun dimana krisis moneter terjadi pada negara Indonesia
menyebabkan berbagai kalangan mengalami kelumpuhan akan pendapatan, maraknya
tindakan pencurikan, banyaknya pegawai yang di PHK karena perusahaan melakukan
pinjaman sampai berhutang keluar negeri sehingga tidak dapat menggaji pekerja
didalamnya maka beridentik pada luasnya tingkat pengangguran yang menjadi
penyebab sebahagian orang beralih profesi sebagai pedagang pakaian bekas.
Sehubungan dengan hal itu, pasar Mongonsidi Plaza tidak dapat menampung para
pedagang pakaian bekas dan dialihkan ke pasar Melati jalan Flamboyan Raya.
3. Pasar Melati seluas 3 Hektar ini merupakan pasar pakaian bekas terbesar di kota
Medan dan pada tahun 2000 telah dibentuk kepengurusan Pasar Melati dan mulai
pada tahun tersebut orang telah mengetahi adanya pusat pasar pakaian bekas
berkualitas dan murah. Hingga saat ini Pasar Melati menjadi daya tarik warga Medan
(20)
pertama : faktor lingkungan mempengaruhi untuk membeli pakaian bekas, unik /
langka nya pakaian bekas karena jarang ditemukan kesamaannya, dan terakhir karena
ingin meniru gaya kebarat-baratan dimana produksi dari pakaian bekas itu dapat
menciptakan penampilan gaya kebarat-baratan. Begitu juga kriteria pakaian yang
biasa dicari konsumen adalah tergantung kepada harga suatu barang, kualitas, dan
bermutu/bermerk nya sebuah pakaian yang dibeli. Strategi pembeli dalam hal
tawar-menawar juga bermacam-macam seperti : dengan cara merayu penjual agar dapat
menciptakan suatu harga lebih murah, berkunjung pada akhir pekanan akan
mendapatkan diskon yang disebut harga tutup barang, dan berpenampilan sederhana.
5. Keberadaan pakaian bekas membantu berbagai kalangan masyarakat baik dari
kalangan menengah kebawah hingga menengah keatas. Selain dapat membantu
perekonomian para pedagang, juga membantu merefleksikan keuangan masyarakat
untuk menabung sisa uang yang telah dibelanjakan demi memenuhi keperluan
(21)
1. Proses tawar menawar pedagang kepada pembeli yang telah berkunjung menjadi
perhatian khusus karena kebanyakan pedagang pasar Melati menjual barangnya
dengan emosional. juga penentuan suatu harga yang telah dibuat para pedagang agar
tidak terlalu ditinggikan, oleh karena itu disarankan kepada pengurus pasar Melati
agar menghimbau pedagang supaya menjadikan prinsip “pembeli adalah raja” supaya semakin ramai orang berkunjung dengan puas dan tanpa dihantui rasa ketakutan saat
(22)
1
Arnold, M. J. & Reynolds, K. E (2003). Hedonic shopping motivations. Journal of
retailing, Vol. 79, pp. 77-95
Bagong dan Sutinah, 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prananda Media
Group.
Hasan, Alwi, Dkk, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departement
Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai
Instrumen Penggalian Data Kualitatif, Jakarta: PT Rajawali Pres
Herimanto dan Winarso . 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Husain Umar. 2005. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen, jakarta: PT.
Gramedia Pusat.
Jin, B and Kim, J.O (2003). A Typology of Korean Discount Shoppers: Shopping
Motives, Store Attributes, Outcomes. International Journal of Service
Industry Management
Kun Mryati & S.R Ariawan. 2015. SPM Sosiologi SMA dan MA Siap Tuntas
Menghadapi Ujian Nasional. Jakarta: PT Gelora Aksara Pramata.
Koentjaraningrat.2009. Ilmu Antropologi, Jakarta. PT Rineka Cipta.
Kurnadi dan Tangkilisan. 2002. Ketertiban Umum dan Pedagang Kaki Lima di
(23)
2 Rosda Karya
Schiffman, Leon G. Dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th
Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA, CV.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center
of Akademic Publishing Service)
Sumarwan Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan penerapan dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Taylor, SJ dan Bodgan, R. 1984. Introduction To Qalitative Researche Methods,
Second Edition. New York: Willey.
Tumanggor, Rusmin, Ridho, Kholis, & Nurrochim. (2010). Ilmu Sosial &
Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumber Jurnal, Artikel dan Skripsi :
Ali Tohar. (2007). “Profil dan Strategi Pengembangan Sektor Informal di Kota
Medan Studi Kasus Pedagang Makanan dan Minuman”(http://repository
usu.acid/handle/123456789/4592). (Diunduh 30 Mret 2016)
Desyanti. (2015). “Profi Perempuan Broker Emas Suasa di Pusat Pasar”.
(24)
3
Nisa ul Karima. (2008). “Motivasi Masyarakat Membeli Pakaia
Senapelan PekanBaru” (Diunduh 11 Agustus 2016)
Rizky Mustika. (2014). “Pengaruh Brand Image Terhadap Pengambilan
Keputusan Pembelian Pada Rokok A-Mild (Pada Kedai Mamak USU)”.
(Diunduh 19 April 2016)
Tya Septiani. (2015). “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Terbentuknya Citra
Merek (Brand Image) Pada Usaha Konveksi Rok Sekolah (Studi Pada
Konveksi Rok Sekolah Bapak Lerman Daerah Kecamatan Medan Denai)”.
(Diunduh 1 Mei 2016)
Sunber Website :
Demas Nano ((2015). Pakaian Sebagai Lambang dan Sebagai Bentuk Komunikasi
Antar Budaya. From http://demasnano.wordpress.com/2015/01/25/176,
(27 Maret 2016)
Wikipedia (2016) https://id.wikipedia.org/wiki/reputasi. (2 Maret 2016)
Pusat Konveksi (2015) From http://www.pusatkonveksi.com/sejarah-pakaian.html
(2 April 2016)
Ericson Damanik (2015) http://pengertian-pengertianinfo.blogspot.co.id/2015/08/
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan yang diuraikan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pakaian bekas bermula dari bahasa monza yang mengandung pengertian sebagai Mongonsidi Plaza. Namun kalimat monza telah mengental dan sudah membudaya bagi kalangan masyarakat kota Medan sebagai pengertian dari pakaian bekas.
2. Tahun 1998 yaitu tahun dimana krisis moneter terjadi pada negara Indonesia menyebabkan berbagai kalangan mengalami kelumpuhan akan pendapatan, maraknya tindakan pencurikan, banyaknya pegawai yang di PHK karena perusahaan melakukan pinjaman sampai berhutang keluar negeri sehingga tidak dapat menggaji pekerja didalamnya maka beridentik pada luasnya tingkat pengangguran yang menjadi penyebab sebahagian orang beralih profesi sebagai pedagang pakaian bekas. Sehubungan dengan hal itu, pasar Mongonsidi Plaza tidak dapat menampung para pedagang pakaian bekas dan dialihkan ke pasar Melati jalan Flamboyan Raya.
3. Pasar Melati seluas 3 Hektar ini merupakan pasar pakaian bekas terbesar di kota Medan dan pada tahun 2000 telah dibentuk kepengurusan Pasar Melati dan mulai pada tahun tersebut orang telah mengetahi adanya pusat pasar pakaian bekas berkualitas dan murah. Hingga saat ini Pasar Melati menjadi daya tarik warga Medan sebagai tempat pembelian pakaian bekas.
(2)
4. Motif pembeli mengonsumsi pakaian bekas dikarenakan beberapa faktor yaitu pertama : faktor lingkungan mempengaruhi untuk membeli pakaian bekas, unik / langka nya pakaian bekas karena jarang ditemukan kesamaannya, dan terakhir karena ingin meniru gaya kebarat-baratan dimana produksi dari pakaian bekas itu dapat menciptakan penampilan gaya kebarat-baratan. Begitu juga kriteria pakaian yang biasa dicari konsumen adalah tergantung kepada harga suatu barang, kualitas, dan bermutu/bermerk nya sebuah pakaian yang dibeli. Strategi pembeli dalam hal tawar-menawar juga bermacam-macam seperti : dengan cara merayu penjual agar dapat menciptakan suatu harga lebih murah, berkunjung pada akhir pekanan akan mendapatkan diskon yang disebut harga tutup barang, dan berpenampilan sederhana. 5. Keberadaan pakaian bekas membantu berbagai kalangan masyarakat baik dari
kalangan menengah kebawah hingga menengah keatas. Selain dapat membantu perekonomian para pedagang, juga membantu merefleksikan keuangan masyarakat untuk menabung sisa uang yang telah dibelanjakan demi memenuhi keperluan individu.
(3)
5.2Saran
1. Proses tawar menawar pedagang kepada pembeli yang telah berkunjung menjadi perhatian khusus karena kebanyakan pedagang pasar Melati menjual barangnya dengan emosional. juga penentuan suatu harga yang telah dibuat para pedagang agar tidak terlalu ditinggikan, oleh karena itu disarankan kepada pengurus pasar Melati agar menghimbau pedagang supaya menjadikan prinsip “pembeli adalah raja” supaya semakin ramai orang berkunjung dengan puas dan tanpa dihantui rasa ketakutan saat proses tawar-menawar.
(4)
1
DAFTAR PUSTAKA
Arnold, M. J. & Reynolds, K. E (2003). Hedonic shopping motivations. Journal of retailing, Vol. 79, pp. 77-95
Bagong dan Sutinah, 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Prananda Media Group.
Hasan, Alwi, Dkk, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departement Pendidikan Nasional Balai Pustaka.
Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi dan Focus Groups Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif, Jakarta: PT Rajawali Pres Herimanto dan Winarso . 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Husain Umar. 2005. Manajemen Riset dan Perilaku Konsumen, jakarta: PT. Gramedia Pusat.
Jin, B and Kim, J.O (2003). A Typology of Korean Discount Shoppers: Shopping Motives, Store Attributes, Outcomes. International Journal of Service Industry Management
Kun Mryati & S.R Ariawan. 2015. SPM Sosiologi SMA dan MA Siap Tuntas Menghadapi Ujian Nasional. Jakarta: PT Gelora Aksara Pramata. Koentjaraningrat.2009. Ilmu Antropologi, Jakarta. PT Rineka Cipta.
Kurnadi dan Tangkilisan. 2002. Ketertiban Umum dan Pedagang Kaki Lima di DKI Jakarta. Yodyakarta: YPAPI.
(5)
2
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Schiffman, Leon G. Dan Lesli Lazar Kanuk, 2000, Consumer Behavior, 7th Edition, Prentice Hall Inc, Upper Saddle River, New Jersey.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, CV.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center of Akademic Publishing Service)
Sumarwan Ujang. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan penerapan dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Taylor, SJ dan Bodgan, R. 1984. Introduction To Qalitative Researche Methods, Second Edition. New York: Willey.
Tumanggor, Rusmin, Ridho, Kholis, & Nurrochim. (2010). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumber Jurnal, Artikel dan Skripsi :
Ali Tohar. (2007). “Profil dan Strategi Pengembangan Sektor Informal di Kota
Medan Studi Kasus Pedagang Makanan dan Minuman”(http://repository
usu.acid/handle/123456789/4592). (Diunduh 30 Mret 2016) Desyanti. (2015). “Profi Perempuan Broker Emas Suasa di Pusat Pasar”.
(6)
3
Nisa ul Karima. (2008). “Motivasi Masyarakat Membeli Pakaian Bekas di Pasar Senapelan PekanBaru” (Diunduh 11 Agustus 2016)
Rizky Mustika. (2014). “Pengaruh Brand Image Terhadap Pengambilan
Keputusan Pembelian Pada Rokok A-Mild (Pada Kedai Mamak USU)”. (Diunduh 19 April 2016)
Tya Septiani. (2015). “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Terbentuknya Citra Merek (Brand Image) Pada Usaha Konveksi Rok Sekolah (Studi Pada Konveksi Rok Sekolah Bapak Lerman Daerah Kecamatan Medan Denai)”. (Diunduh 1 Mei 2016)
Sunber Website :
Demas Nano ((2015). Pakaian Sebagai Lambang dan Sebagai Bentuk Komunikasi Antar Budaya. From http://demasnano.wordpress.com/2015/01/25/176, (27 Maret 2016)
Wikipedia (2016) https://id.wikipedia.org/wiki/reputasi. (2 Maret 2016)
Pusat Konveksi (2015) From http://www.pusatkonveksi.com/sejarah-pakaian.html (2 April 2016)
Ericson Damanik (2015) http://pengertian-pengertianinfo.blogspot.co.id/2015/08/ pengertian-atau-konsumen.html. (2 Mei 2016)