Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015

(1)

ANALISIS KEBERADAAN CANDIDA ALBICANS DAN ASPERGILLUS SPP. SERTA KELUHAN KESEHATAN DAN PERILAKU PENJUAL

TENTANG BAHAYA KESEHATAN PADA PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

HERNA MONALISA HURA NIM : 111000134

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ANALISIS KEBERADAAN CANDIDA ALBICANS DAN ASPERGILLUS SPP. SERTA KELUHAN KESEHATAN DAN PERILAKU PENJUAL

TENTANG BAHAYA KESEHATAN PADA PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT

KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

HERNA MONALISA HURA NIM : 111000134

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Suhu dan kelembapan di Indonesia baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan patogen penyebab penyakit pada manusia, antara lain Candida albicans dan Aspergillus. Salah satu tempat yang baik bagi perkembangbiakan jamur yaitu pakaian bekas impor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan populasi seluruh penjual pakaian bekas sebanyak 150 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan dari 10 sampel pakaian bekas yang diperiksa tidak ditemukan Candida albicans. Delapan puluh persen pakaian bekas ditemukan Aspergillus spp. Pengetahuan penjual kategori baik sebanyak 0,0%, sikap penjual kategori baik sebanyak 3,3% dan tindakan penjual kategori baik sebanyak 1,7%. Keluhan kesehatan kulit dirasakan 5,0% penjual dan keluhan kesehatan pernafasan dirasakan 8,3% penjual.

Disarankan kepada penjual agar meningkatkan pengetahuan mereka tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas dan memperbaiki tindakan mereka sewaktu membongkar, berjualan dan mencuci pakaian bekas. Bagi konsumen pakaian bekas agar memakai masker, sarung tangan sewaktu membeli pakaian bekas dan mencuci pakaian bekas dengan benar. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memeriksa keberadaan jamur pada jenis pakaian lain dan kesehatan kulit serta pernafasan pada penjual pakaian bekas.

Kata kunci : Candida albicans, Aspergillus spp., perilaku, keluhan kesehatan, penjual pakaian bekas.


(5)

ABSTRACT

Indonesia is a good tropical country for fungus. Some species of fungus can cause diseases, such as Candida albicans and Aspergillus spp. One of good places for fungi is the import second clothes.

The aim of this study is to identity the living of Candida albicans and Aspergillus spp. also health complaint and the behaviours of the traders about the second clothes at Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan 2015.This study is a descriptive which all the traders 150 population and sample taken about 60. This study used random sampling technique.

The research showed that Candida albicans were not found. There was Aspergillus spp. about 80% of 10 samples. The good knowledge of the traders was 0,0%, the behaviour was 3,3% and attitudes was 1,7%. The health complaint of derma felt 5,0% and respiratory disease felt 8,3% by the traders.

We suggest the traders to enrich their knowledge and improve their behaviours while spreading, selling and washing the second clothes. Consumers are suggested to use masker, covering their hands when buying second clothes and wash the clothes well. The next researcher to check fungus of another clothes and skin care also the respiration.

Keywords : Candida albicans, Aspergillus spp., behaviour, health complaint, the traders.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herna Monalisa Hura

Tempat Lahir : Sidikalang Tanggal Lahir : 8 April 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Suku bangsa : Nias

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 1 dari 1 Bersaudara Status Perkawinan : Belum kawin

Alamat Rumah : Jl. Sudirman, Sidikalang

Nama Ayah : Y. P. Hura

Suku Bangsa Ayah : Nias

Nama Ibu : E. R. Saragih Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun

Pendidikan Formal

1. SDN 030284 Sidikalang : 1999-2005

2. SMPN 2 Sidikalang : 2005-2008

3. SMAN 1 Sidikalang : 2008-2011


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ Analisis keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015 “.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali memperoleh bantuan baik moril maupun material dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Dr. Drs. Surat Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(8)

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH dan dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Dra. Syarifah, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terkhusus untuk Kak Dian.

8. dr. R. Lia Kusumawati, MS, Sp.MK (K) selaku Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Ibu Ida selaku pembimbing selama pengerjaan penelitian.

9. Teristimewa kepada orang tuaku (Yaaro Pitter Hura dan Emmi Rosinta Saragih) beserta keluarga besar, terima kasih atas segala doa dan dukungan moril maupun materil, motivasi dan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Sahabat-sahabatku mulai awal perkuliahan, Agnes, Desi, Esta dan Renita

yang memberikan banyak cerita dan pengalaman hidup bagi penulis.

11. Kelompok kecil Sammantha (Kak Bian, Dian, Ita, Mitra, Renita, Ririn) yang selalu memberikan motivasi dan dukungan hingga skripsi ini selesai.


(9)

12. Teman-teman seperjuangan di peminatan Kesehatan Lingkungan 2011, khususnya Martha, Elisabet, Mitra dan Ririn yang menjadi teman berbagi suka dan duka.

13. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(10)

.DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.3.1 Tujuan Umum ...4

1.3.2 Tujuan Khusus ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

2.1 Jamur ...7

2.1.1 Definisi Jamur ...7

2.1.2 Morfologi dan Struktur Jamur ...7

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur...8

2.1.4 Teori Simpul ...12

2.1.5 Penyakit yang Disebabkan Jamur ...14

2.2 Candida albicans ...17

2.2.1 Taksonomi ...16

2.2.2 Ciri-Ciri...17

2.2.3 Epidemiologi...19

2.2.4 Penyakit yang Ditimbulkan ...19

2.3 Aspergillus spp. ...22

2.3.1 Taksonomi ...22

2.3.2 Ciri-Ciri ...23

2.3.3 Epidemiologi ...26

2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan ...26

2.4 Perilaku ...27

2.4.1 Pengetahuan ...28

2.4.2 Sikap ...31

2.4.3 Tindakan ...32

2.5 Pakaian Bekas ...33

2.5.1 Pengertian ...33


(11)

2.5.3 Penanganan Jamur pada Pakaian Bekas ...35

2.6 Kerangka Konsep ...36

BAB III METODE PENELITIAN ...37

3.1 Jenis Penelitian ...37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...37

3.2.1 Lokasi Penelitian ...37

3.2.2 Waktu Penelitian ...37

3.3 Objek Penelitian ...37

3.4 Populasi dan Sampel ...38

3.4.1 Populasi ...38

3.4.2 Sampel ...38

3.5 Metode Pengumpulan Data ...39

3.5.1 Data Primer ...39

3.5.2 Data Sekunder ...39

3.6 Definisi Operasional...39

3.7 Aspek Pengukuran ...40

3.7.1 Perilaku Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...40

3.7.2 Keluhan Kesehatan Penjual Pakaian Bekas ...43

3.7.3 Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. ...44

3.8 Prosedur Pengukuran Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. ...44

3.8.1 Alat dan Bahan ...44

3.8.2 Cara Kerja ...45

3.9 Teknik Pengolahan Data ...45

3.10 Teknik Analisis Data ...46

BAB IV HASIL PENELITIAN ...47

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...47

4.2 Karakteristik Responden ...47

4.3 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Penjual ...49

4.4 Hasil Pengukuran Tingkat Sikap Penjual ...52

4.5 Hasil Pengukuran Tingkat Tindakan Penjual ...54

4.6 Hasil Pengukuran Keluhan Kesehatan Kulit pada Penjual ...57

4.7 Hasil Pengukuran Keluhan Kesehatan Pernafasan pada Penjual ...58

4.8 Tabulasi Silang ...60

4.8.1 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap ...60

4.8.2 Tabulasi Silang antara Tingkat Sikap dengan Tindakan ...60

4.8.3 Tabulasi Silang antara Tingkat Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Kulit ...61

4.8.4 Tabulasi Silang antara Tingkat Tindakan dengan Keluhan Kesehatan Pernafasan...62


(12)

BAB V PEMBAHASAN ...64

5.1 Karakteristik Responden ...64

5.2 Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...64

5.3 Sikap Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...65

5.4 Tindakan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas ...67

5.5 Keluhan Kesehatan Kulit pada Penjual Pakaian Bekas ...69

5.6 Keluhan Kesehatan Pernafasan pada Penjual Pakaian Bekas ...70

5.7 Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas ...71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...73

6.1 Kesimpulan ...73

6.2 Saran ...73

DAFTAR PUSTAKA ...75


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik

Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Kota Medan Tahun 2015... 47 2 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

2015 ... 49 3 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

KotaMedan Tahun 2015... 51 4 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Penjual

Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat

Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

2015 ... 52 5 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap

Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

2015 ... 54 6 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

2015 ... 54 7 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat

Tindakan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Tahun 2015 ... 56 8 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Kulit di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Kota Medan Tahun 2015... 57 9 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan


(14)

Tahun 2015 ... 57 10 Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan

Kesehatan Pernafasan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

Kota Medan Tahun 2015... 58 11 Tabel4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Gejala Keluhan

Kesehatan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Tahun 2015 ... 59 12 Tabel 4.12 Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan dengan

Sikap di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun

2015 ... 60 13 Tabel 4.13 Tabulasi Silang antara Tingkat Sikap dengan

Tindakan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ... 60 14 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Tindakan Penjual dengan

Keluhan Kesehatan Kulit di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ... 61 15 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Tindakan Penjual dengan

Keluhan Kesehatan Pernafasan di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ... 62 16 Tabel 4.16 Hasil Pemeriksaan Jamur Candida albicans dan

Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1 Gambar 1 Teori Simpul Penyakit yang Disebabkan Jamur

Candida albicans dan Aspergillus spp. pada

Pakaian Bekas ... 12

2 Gambar 2 Badan penderita Tinea versicolor (panu) ... 16

3 Gambar 3 Tangan penderita sporotrichosis ... 16

4 Gambar 4 Sel Candida albicans ... 18

5 Gambar 5 Koloni Candida albicans ... 18

6 Gambar 6 Kandidiasis di ketiak... 21

7 Gambar 7 Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal ... 22

8 Gambar 8 Sel Aspergillus ... 24

9 Gambar 9 Koloni Aspergillus fumigatus ... 24

10 Gambar 10 Koloni Aspergillus flavus ... 25

11 Gambar 11 Koloni Aspergillus niger ... 25

12 Gambar 12 Foto thorax aspergillosis paru invasif ... 27

13 Gambar 13 Kerangka Konsep... 36


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1 Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ...78 2 Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Riset ...79 3 Lampiran 3 Kuesioner Perilaku Penjual tentang Bahaya

Kesehatan pada Pakaian Bekas ...80 4 Lampiran 4 Kuesioner Keluhan Kesehatan Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...85 5 Lampiran 5 Daftar Nomor Responden yang Dijadikan

Sampel Penelitian ...87 6 Lampiran 6 Skema Pasar Melati ...88 7 Lampiran 7 Master Data Karakteristik Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...90 8 Lampiran 8 Master Data Pengetahuan Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...93 9 Lampiran 9 Master Data Sikap Penjual Pakaian Bekas di

Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Tahun 2015 ...96 10 Lampiran 10 Master Data Tindakan Penjual Pakaian Bekas

di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Tahun 2015 ...99 11 Lampiran 11 Master Data Keluhan Kesehatan Kulit Penjual

Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...102 12 Lampiran 12 Master Data Keluhan Kesehatan Pernafasan

Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...104 13 Lampiran 13 Output Karakteristik Penjual Pakaian Bekas

di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan


(17)

14 Lampiran 14 Output Hasil Kuesioner Pengetahuan Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...107 15 Lampiran 15 Output Hasil Tingkat Pengetahuan Penjual

Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...111 16 Lampiran 16 Output Kuesioner Sikap Penjual Pakaian Bekas

di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

Tahun 2015 ...112 17 Lampiran 17 Output Hasil Tingkat Sikap Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...115 18 Lampiran 18 Output Kuesioner Tindakan Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...116 19 Lampiran 19 Output Hasil Tingkat Tindakan Penjual Pakaian

Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota

Medan Tahun 2015 ...119 20 Lampiran 20 Output Kuesioner Keluhan Kesehatan Kulit

Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati

Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan

Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...120 21 Lampiran 21 Output Kuesioner Keluhan Kesehatan

Pernafasan Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan

Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2015 ...122 22 Lampiran 22 Output Tabulasi Silang ...124 23 Lampiran 23 Dokumentasi Hasil Penelitian ...126


(18)

ABSTRAK

Suhu dan kelembapan di Indonesia baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan patogen penyebab penyakit pada manusia, antara lain Candida albicans dan Aspergillus. Salah satu tempat yang baik bagi perkembangbiakan jamur yaitu pakaian bekas impor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan populasi seluruh penjual pakaian bekas sebanyak 150 orang dan sampel sebanyak 60 orang. Penelitian ini menggunakan metode Simple Random Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan dari 10 sampel pakaian bekas yang diperiksa tidak ditemukan Candida albicans. Delapan puluh persen pakaian bekas ditemukan Aspergillus spp. Pengetahuan penjual kategori baik sebanyak 0,0%, sikap penjual kategori baik sebanyak 3,3% dan tindakan penjual kategori baik sebanyak 1,7%. Keluhan kesehatan kulit dirasakan 5,0% penjual dan keluhan kesehatan pernafasan dirasakan 8,3% penjual.

Disarankan kepada penjual agar meningkatkan pengetahuan mereka tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas dan memperbaiki tindakan mereka sewaktu membongkar, berjualan dan mencuci pakaian bekas. Bagi konsumen pakaian bekas agar memakai masker, sarung tangan sewaktu membeli pakaian bekas dan mencuci pakaian bekas dengan benar. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memeriksa keberadaan jamur pada jenis pakaian lain dan kesehatan kulit serta pernafasan pada penjual pakaian bekas.

Kata kunci : Candida albicans, Aspergillus spp., perilaku, keluhan kesehatan, penjual pakaian bekas.


(19)

ABSTRACT

Indonesia is a good tropical country for fungus. Some species of fungus can cause diseases, such as Candida albicans and Aspergillus spp. One of good places for fungi is the import second clothes.

The aim of this study is to identity the living of Candida albicans and Aspergillus spp. also health complaint and the behaviours of the traders about the second clothes at Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan 2015.This study is a descriptive which all the traders 150 population and sample taken about 60. This study used random sampling technique.

The research showed that Candida albicans were not found. There was Aspergillus spp. about 80% of 10 samples. The good knowledge of the traders was 0,0%, the behaviour was 3,3% and attitudes was 1,7%. The health complaint of derma felt 5,0% and respiratory disease felt 8,3% by the traders.

We suggest the traders to enrich their knowledge and improve their behaviours while spreading, selling and washing the second clothes. Consumers are suggested to use masker, covering their hands when buying second clothes and wash the clothes well. The next researcher to check fungus of another clothes and skin care also the respiration.

Keywords : Candida albicans, Aspergillus spp., behaviour, health complaint, the traders.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan jamur. Beberapa spesies jamur merupakan flora normal yang dapat menjadi jamur patogen penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur disebut dengan mikosis. Mikosis dibagi menjadi 3 yaitu mikosis superficial (menginfeksi kulit, rambut dan kuku), subcutaneous (menginfeksi kulit dan tulang) dan sistemik (menginfeksi organ dalam). Sejak tahun 1950-an, penyebab mikosis sistemik terutama adalah

Candida albicans dan Aspergillus yang menyebabkan mukormikosis. Selama lebih kurang 20 tahun terakhir terdapat perubahan epidemiologi infeksi Candida, seperti Candida albicans, demikian pula Aspergillus spp, yang semakin sering dilaporkan sebagai penyebab mikosis sistemik. Penelitian epidemiologi infeksi

Candida di Anderson Cancer USA selama tahun 1988-1992 menunjukkan 42% kandidemia oleh Candida albicans, selebihnya oleh Candida tropicalis (18%),

Candida parapsilosis (17%), Candida glabrata (11%) dan Candida krusei (4%).

Aspergillus spp. menyebabkan aspergillosis. Spesies Aspergillus yang dapat menginfeksi manusia ialah Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus clavatus dan Aspergillus nidulans (Bennet dan Nana dalam PMKI, 2001).

Candida albicans dapat menyebabkan penyakit pada berbagai organ tubuh seperti kulit. Penyakit kulit semakin berkembang, hal ini dibuktikan dari data


(21)

Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076 kunjungan di antaranya merupakan kasus baru. Sementara di Kota Medan, data pola 10 penyakit terbesar tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit infeksi dengan jumlah penderita 39.267 orang atau 5,90% menduduki urutan kelima setelah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat serta penyakit lain pada saluran pernafasan atas (Kemenkes, 2011 dalam Harahap, 2013). Aspergillus dapat menyebabkan penyakit pada paru-paru. Beberapa mikosis paru ditemukan endemis di daerah tertentu seperti Amerika, Afrika, Meksiko, Kanada dan Australia. Di Indonesia, angka kejadian penyakit jamur pada saluran nafas belum diketahui, namun terdapat sejumlah kasus yang telah dilaporkan (Bennet dkk dalam PMKI 2001).

Candida albicans dan Aspergillus dapat hidup di pakaian. Peneliti Departement Microbiology and Immunology Universitas New York melakukan penelitian pada 14 potong pakaian baru, mulai dari atasan, celana, dan pakaian dalam. Hasilnya mereka menemukan jejak partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru. “Paling banyak

ditemukan di daerah ketiak dan pangkal paha”, kata Dr. Philip Tierno, yang

memimpin penelitian itu (Rizky, 2012). Penelitian tentang jamur pada pakaian juga dilakukan oleh Ditjen Kemendag yang telah melakukan pengujian terhadap 25 contoh pakaian bekas yang beredar di pasar. Contoh diambil di Pasar Senen


(22)

Jakarta terdiri atas beberapa jenis pakaian yaitu pakaian anak (jaket), pakaian wanita (vest, baju hangat, dress, rok, atasan, hot pants, celana pendek), pakaian pria (jaket, celana panjang, celana pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater, kemeja,

boxer, celana dalam). Hasil pengujian menunjukkan ditemukannya sejumlah koloni jamur yang ditunjukkan oleh parameter pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada semua contoh pakaian bekas yang nilainya cukup tinggi. Kandungan kapang yang ditemukan pada pakaian bekas sebesar 36.000 koloni/g, seperti yang diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian bekas yaitu kapang (Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.). Meskipun berdasarkan hasil pengujian tidak secara spesifik ditemukan jamur tersebut, pengujian ini memastikan adanya cemaran jamur patogen lain yang dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dikarenakan nilai parameter ALT hasil pengujian menunjukkan total jumlah koloni jamur pada contoh masih terdapat jamur kapang lain yang belum teridentifikasi yang kemungkinan bersifat patogen (Kementerian Perdagangan RI, 2015).

Timbulnya penyakit dari pakaian bekas impor ini bisa berawal dari kontak langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia yang kemudian membawa infeksi masuk lewat mulut, hidung, dan mata. Cemaran jamur patogen dapat menyebabkan gangguan beragam kesehatan. Sesuai dengan penelitian Y. M. Muthiani dkk (2002) dan S. F. Bloomfield dkk. (2013) dalam Kementerian Perdagangan RI (2015), kapang (Aspergillus spp.) dan khamir (Candida spp.) dapat menyebabkan gatal-gatal, alergi bahkan infeksi pada saluran kemih.


(23)

Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka peneliti

ingin melakukan penelitian yang berjudul “Analisis keberadaan Candida albicans

dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015”.

1.2 Perumusan Masalah

Berbagai macam spesies jamur mungkin terdapat pada pakaian bekas. Jika terdapat spesies jamur patogen pada pakaian bekas, maka pakaian bekas tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat Candida albicans dan Aspergillus spp. serta apakah ada keluhan kesehatan pada penjual dan bagaimana perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.


(24)

2. Mengetahui keluhan kesehatan penjual pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. 3. Mengetahui persentase pakaian bekas yang mengandung jamur Candida

albicans dan Aspergillus spp. di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

4. Mengetahui spesies jamur yang terdapat pada pakaian bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk pengayaan literatur tentang keberadaan Candida albicans dan Aspergillus

spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.

2. Bagi masyarakat Kota Medan dan khususnya masyarakat di Kelurahan Tanjung Selamat sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas.

3. Sebagai bahan masukan dan informasi yang penting bagi peneliti lainnya mengenai keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015.


(25)

4. Untuk peneliti sendiri agar menambah wawasan dan dapat menemukan dan memecahkan permasalahan tentang keberadaan Candida albicans dan

Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur

2.1.1Definisi Jamur

Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes=jamur dan logos=ilmu. Menurut Alexopoulos et al. (1996) dalam Gandjar (2006), sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang tepat adalah mycetology, karena mykes berdasarkan tatabahasa Yunani adalah myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga berarti jamur. Jamur merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat biologisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya terutama di alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit. Kehidupan jamur memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan yang tinggi. Meskipun demikian jamur dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sehingga jamur dapat hidup di gurun pasir yang kering dan panas (Kumala, 2006).

2.1.2 Morfologi dan Struktur Jamur

Menurut Brooks dkk (2005), jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, sebagai yeast/ragi dan molds. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung tubulus silindris yang bercabang yang disebut hifa, diameternya bervariasi dari 2-10 µm. Massa hifa yang jalin-menjalin dan berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah miselium. Beberapa hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa, yang secara khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan hifa. Hifa yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi bahan-bahan


(27)

makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat. Sebaliknya, hifa aerial menyembul di atas permukaan miselium dan biasanya membawa struktur reproduktif dari mold.

Ragi adalah sel tunggal, biasanya berbentuk bulat atau elips dan diameternya bervariasi dari 3-15 µm. Kebanyakan ragi bereproduksi melalui pertunasan. Beberapa spesies menghasilkan tunas yang mempunyai ciri khas gagal melepaskan diri dan menjadi memanjang; kesinambungan dari proses pertunasan kemudian menghasilkan suatu sel ragi panjang yang disebut pseudohifa (Brooks dkk, 2005).

Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh lapisan karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga glikoprotein dan lipid. Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai sifat-sifat patobiologi yang penting. Komponen permukaan dinding memperantai penempelan jamur pada sel inang. Beberapa ragi dan mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen coklat atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam beberapa penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi (Brooks dkk, 2005).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu pula fungi. Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada kapang atau kekeruhan media pada khamir dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhan mempunyai beberapa fase (Gandjar, 2006) antara lain :


(28)

1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat;

2. fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif;

3. fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi. Pada awal dari fase ini kita dapat memanen enzim-enzim dan pada akhir dari fase ini atau;

4. fase deselerasi (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006), yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel;

5. fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal. Banyak senyawa metabolit sekunder dapat dipanen pada fase stasioner;

6. fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup.

Pada umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006): 1. Substrat

Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau singkong, atau kentang, maka fungi tersebut harus mampu


(29)

mengekskresikan enzim α-amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang kemudian diserap oleh fungi. Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut harus mengeluarkan enzim yang proteolitik untuk dapat menyerap senyawa asam-asam amino hasil uraian protein. Contoh yang lain lagi, misalnya substratnya berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya. Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.

2. Kelembapan

Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik tahan hidup pada kelembapan 70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus, banyak strain

Aspergillus tamarii dan A. Flavus (Santoso et al., 1998 dalam Gandjar, 2006). Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan pangan dan materi lainnya dapat dicegah kerusakannya.

3. Suhu

Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Fungi psikofril adalah fungi yang dengan kemampuan untuk tumbuh pada atau


(30)

dibawah 00C dan suhu maksimum 200C. Hanya sebagian kecil spesies fungi yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10-350C, suhu optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22-250C). Sebagian besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang hidup pada suhu minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50-600C. Contohnya Aspergillus fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C. Mengetahui kisaran suhu pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat tertentu akan digunakan di industri. Misalnya, fungi yang termofil atau termotoleran (Candida tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei), dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena metabolisme funginya, sehingga industri tidak memerlukan penambahan alat pendingin.

4. Derajat keasaman lingkungan

pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7.0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH 4.5-5.5. Mengetahui sifat tersebut adalah sangat penting untuk industri agar fungi yang ditumbuhkan menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi antibiotik, dan juga untuk mencegah pembusukan bahan pangan.


(31)

5. Bahan kimia

Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Senyawa formalin disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang bersifat selulolitik, seperti Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan

Cladosporium cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang terjadi, sehingga menurunkan kualitas bahan tersebut.

Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap serangan oleh mikroorganisme lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (Gandjar, 2006).

2.1.4 Teori Simpul

Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4

Gambar 1. Teori Simpul Penyakit yang Disebabkan Jamur Candida albicans dan

Aspergillus spp. pada Pakaian Bekas

Kejadian penyakit Perilaku pemajanan Media transmisi penyakit Sumber penyakit Sakit Pengetahuan Perilaku Pekerjaan Lokasi Udara Pakaian Manusia Candida albicans dan

Aspergillus


(32)

Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit menular, pada hakikatnya dapat diuraikan dalam empat simpul (Anies, 2006). Simpul 1 yaitu sumber penyakit. Sumber penyakit adalah titik yang menyimpan dan/atau menggandakan agen penyakit serta mengeluarkan atau mengemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui media perantara (yang juga komponen lingkungan) (Achmadi, 2013). Dalam hal ini, simpul 1 berupa jamur yang terdapat pada pakaian bekas, diantaranya jamur Candida albicans dan Aspergillus spp.

Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit. Media transmisi penyakit yaitu komponen lingkungan yang dapat memindahkan agen penyakit. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit kalau di dalamnya tidak mengandung agen penyakit (Achmadi, 2013). Dalam hal ini, simpul 2 berupa udara dan pakaian yang mengandung bakteri yang berasal manusia.

Simpul 3 yaitu perilaku pemajanan. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk berikut perilakunya, dapat diukur dengan konsep yang disebut sebagai perilaku pemajanan atau behavioral exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya penyakit (agen penyakit) (Achmadi, 2013). Dalam hal ini, simpul 3 berupa pengetahuan, perilaku, pekerjaan, dan lokasi penduduk.

Simpul 4 yaitu kejadian penyakit. Kejadian penyakit merupakan outcome

hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Manifestasi dampak akibat hubungan antara


(33)

penduduk dengan lingkungan menghasilkan penyakit pada penduduk (Achmadi, 2013).

2.1.5 Penyakit yang Disebabkan Jamur

Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis. Menurut Entjang (2003), penyakit-penyakit yang disebabkan jamur yaitu:

1. Tinea versicolor (panu) yaitu mikosis superfisial dengan gejala berupa macula (bercak) putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu, punggung, axilla, leher dan perut bagian atas. Pada penyembuhan, daerah yang terkena biasanya mengalami depigmentasi dalam waktu yang cukup lama. Penyakit ini disebabkan Malassezia furfur.

2. Tinea cruris yaitu mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya, daerah scrotum, perineum, perut dan ketiak. Penyakit ini disebabkan Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.

3. Tinea circinata (tinea corporis) yaitu mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejala penyakitnya bermula berupa papula kemerahan yang melebar ke arah luar sedang bagian tengahnya membaik, pinggirnya agak menonjol dan berwarna merah. Penyakit ini disebabkan Mycrosporum sp. dan

Trichophyton sp.

4. Nocardiosis yaitu mikosis yang menyerang jaringan subkutan dimana terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang


(34)

mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyakit ini disebabkan

Nocardia asteroides.

5. Candidiasis yaitu mikosis yang menyerang kulit, kuku, selaput lendir mulut, vagina dan organ tubuh seperti ginjal, jantung dan paru-paru. Penyakit ini disebabkan Candida albicans.

6. Sporotrichosis yaitu mikosis yang mengenai kulit dan kelenjar lympha superfisial dengan gejala benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodula yang sama terjadi sepanjang pembuluh lympha regional dan terjadi ulcus-ulcus berikutnya. Penyakit ini disebabkan Sporotrichum schenckii.

7. Blastomycosis yaitu mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera tulang dan sistem syaraf dengan gejala berupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronik dengan jaringan granulasi pada alasnya. Penyakit ini disebabkan Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis.

8. Aspergillosis yaitu infeksi oputunistik yang paling sering terjadi pada paru-paru dengan gejala yang mirip dengan TB paru-paru. Penyakit ini disebabkan


(35)

(36)

2.2 Candida albicans 2.2.1 Taksonomi

Menurut Lodder (1970) dalam Siregar (2004), taksonomi Candida albicans adalah :

Kelas : Deutromycota

Famili : Cryptococcaccae

Subfamili : Candidoidea

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

2.2.2 Ciri-Ciri

Sel-sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5µ x 3-6µ sampai 2-5,5µ x 5-28,5µ. Berkembang biak dengan memperbanyak diri dengan spora yang tumbuh dari tunas, disebut blastospora. Candida albicans dapat mudah tumbuh di dalam media Sabauroud dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat yang khas, yakni: menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus, licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi (Siregar, 2004).


(37)

(38)

2.2.3 Epidemiologi

Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan kulit dan di alam ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-tumbuhan (KSDMI, 2001).

Candida albicans mudah tumbuh pada suhu 200C-370C, tahan terhadap suhu dingin, tetapi sensitif terhadap suhu panas 500C-600C (Firda, 2008). Diperkirakan sekitar 25%-50% individu sehat mengandung jamur kandida di dalam mulut sebagai flora normal (Kumala, 2006). Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis (Siregar, 2004).

2.2.4 Penyakit yang Ditimbulkan

Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur Candida albicans yaitu kandidiasis. Kandidiasis adalah mikosis yang menyerang kulit atau jaringan yang lebih dalam lagi (Entjang, 2003). Candida albicans dapat menyebabkan kandidiasis mukosa superfisial dan kandidiasis kulit yang menyebar secara hematogen ke berbagai organ seperti hepar, lien, ginjal, jantung dan otak dengan kematian sekitar 50%.

Candida albicans akan menyerang organ tubuh (Kumala, 2006) seperti :

a. Kandidiasis kulit, sering mengenai sela-sela jari kaki atau tangan dengan faktor predisposisi kaki atau tangan yang selalu basah atau lembab. Gejala yang timbul terutama rasa gatal dan kulit maserasi. Pada bayi yang popoknya selalu basah karena kurang perawatan akan timbul diaper rash yaitu lesi kemerahan pada bokong. Pada orang dewasa, infeksi kandida sering pada daerah inguinal


(39)

dan lipatan payudara. Lesi berupa kemerahan disertai rasa gatal, biasanya sering pada penderita diabetes melitus dan orang gemuk.

b. Kandidiasis mukosa, dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar orofaring. Terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuh/dikerok mudah berdarah. Pada wanita sering menimbulkan kandidiasis vaginitis yang disertai fluor albus (keputihan).

c. Kandidiasis pada kuku, menyebabkan onychomycosis dan sering disertai paronychia.

d. Kandidiasis pada saluran kemih, sering tanpa gejala. Penyebaran secara hematogen sampai ke organ ginjal dapat mengakibatkan abses ginjal, nekrosis pipilari ginjal dan timbul fungus ball pada ureter atau di pelvis ginjal. Pemeriksaan urin untuk membantu diagnosisnya.

e. Kandidiasis peritonitis, sering pada penderita peritonial dialisis kronis dan pada penderita setelah operasi saluran cerna.

f. Hematogen kandidiasis (fungemia), gejalanya bisa akut atau kronis, disertai demam, peningkatan kadar alkali fosfatase darah dan terjadi lesi yang multipel pada hepar dan lien.

g. Kandidiasis susunan saraf pusat, terjadi melalui penyebaran secara hematogen, atau akibat tindakan bedah saraf. Gejalanya seperti meningitis bakterial.

h. Kandidiasis jantung, akibat penyebaran hematogen menyebabkan kelainan pada katup jantung buatan, katup yang cacat, miokard, ruang perikardial. Gejala klinis mirip dengan gejala endokarditis bakterialis, terdapat demam, murmur dan sering terjadi emboli.


(40)

i. Kandidiasis mata, terjadi akibat penyebaran hematogen. Timbul gejala korioretinitis dan endoptalmitis. Sehingga pada penderita kandidemia harus memeriksakan matanya secara teratur.

j. Kandidiasis tulang dan sendi, merupakan sequelae dari kandidemia. Seringkali timbul beberapa bulan setelah berhasilnya pengobatan kandidemia. Keadaan tersebut dapat terjadi karena seolah-olah kandidemia yang bersifat sementara, tetapi jamur kandida tersebut sudah masuk ke dalam skeletal dan merupakan fokus yang akan menimbulkan penyakit di kemudian hari. Meskipun kandidiasis hematogen merupakan infeksi endogen dari saluran cerna, tetapi dapat juga disebabkan kontaminasi dari kateter. Jamur masuk ke dalam kuman kateter dan membentuk biofilm yang dapat menyebar ke dalam sirkulasi darah sebagai sumber endogen.


(41)

Gambar 7. Kandidiasis di vulva sampai daerah inguinal (Sumber: Siregar, 2004) 2.3 Aspergillus spp.

2.3.1 Taksonomi Kingdom : Myceteae Divisio : Ascomycota Kelas : Eurotiomycetes Ordo : Eurotiales Famili : Trichocomaceae Genus : Aspergillus

Species : Aspergillus fumigatus Aspergillus flavus Aspergillus niger


(42)

2.3.2 Ciri-Ciri

Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat (40-430C), kelembapan tinggi (80-850C) dan material organik untuk tumbuh dan berkembangbiak. Pertumbuhan jamur tersebut akan terganggu pada suhu 4,50C dan bisa dimusnahkan pada suhu 71-1000C (Info Medion Online, 2015).

Aspergillus spp. yang tumbuh pada kultur menghasilkan hifa hialin. Koloni dapat berwarna coklat, hitam, hijau, kuning, putih atau warna lainnya tergantung dari masing-masing spesies. Spesies Aspergillus fumigatus memiliki ciri-ciri koloni saat muda berwarna putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau dengan terbentuknya konidia. Konidiofor pendek dan berwarna hijau (khusus pada bagian atas). Vesikula berbentuk gada. Konidia bulat hingga semi bulat dan berdinding kasar (Wangge dkk, 2012). Spesies Aspergillus flavus menghasilkan koloni berwarna kuning. Spesies Aspergillus niger menghasilkan koloni berwarna hitam. Gambaran mikroskopik dari Aspergillus memiliki tangkai-tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalanya yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora.

Aspergillus mampu tumbuh pada suhu 370C. Pada rumput kering Aspergillus


(43)

Gambar 8. Sel Aspergillus (1. Konidia; 2. Sterigmata; 3. Vesikel; 4. Konidiophor; 5. Miselium)


(44)

(45)

2.3.3 Epidemiologi

Jamur Aspergillus tersebar di seluruh dunia. Konidianya dapat hidup di tanah dan di udara. Sehingga spora jamur ini selalu dapat terhirup oleh manusia. Terjadinya infeksi Aspergillus pada manusia lebih berperan pada faktor daya imunitas penderita dibandingkan virulensi jamurnya sendiri. Saluran napas atas merupakan organ yang paling sering terkena infeksi jamur Aspergillus (Kumala, 2006).

2.3.4 Penyakit yang Ditimbulkan

Jamur Aspergillus menyebabkan penyakit aspergillosis. Aspergillosis terdiri dari 3 stadium yaitu stadium aspergillosis alergika, kolonisasi sspergillosis dan invasif aspergillosis. Pada aspergillosis alergika terdapat gejala sesak seperti asma, infiltrat ke dua paru, eosinofilia dan terjadi peningkatan kadar IgE dalam darah. Hal tersebut disebabkan tubuh sensitif terhadap antigen Aspergillus

(Kumala, 2006).

Stadium aspergillosis kolonisasi ditandai dengan gejala “fungus ball

(Aspergilloma) yaitu gumpalan yang berbentuk bola terdiri dari elemen hifa jamur disertai lendir dari bronkhus. Selain di paru fungus ball dapat terjadi di sinus paranasal. Aspergilloma dapat dilihat dengan pemeriksaan radiologis. Pada stadium kolonisasi sering timbul perdarahan. Bila di paru, maka gejalanya mirip dengan tuberkulosis yang disertai hemoptisis. Stadium aspergillosis invasif sering terdapat pada penderita penyakit kolagen dan diabetes melitus. Pada stadium ini dapat menjadi aspergillosis diseminata (Kumala, 2006).


(46)

Gambar 12. Foto thorax aspergillosis paru invasif (Sumber: Putrimaura, 2014) 2.4 Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,


(47)

-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Sedangkan perilaku kesehatan adalah tindakan/aktivitas/kegiatan baik yang diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap stimulus/rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan (Setiawati, 2008). 2.4.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007). Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memlihara kesehatan ini meliputi:

1. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).

2. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

3. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional.


(48)

4. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Azwar (2007), yaitu :

1. Faktor intrinstik / internal a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan pertimbangan dan kebijakan.

2. Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai suatu minat merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.

3. Intelegensi

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat brtindak secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan seseorang yang memiliki intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan.


(49)

b. Faktor Eksternal 1. Media massa

Dengan majunya teknologi akan tersedianya pula dengan bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat. 2. Pengalaman

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan yang paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.

3. Sosial

Sosial budaya adalah hal hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya dan cipta masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan dan dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu penelitian.

4. Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang,

5. Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melaui metode penyuluhan dan jika pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.


(50)

6. Informasi

Informasi merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran seseorang terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan. 2.4.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2010), sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-kurangnya 4 variabel, yaitu:

1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).

2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

3. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional.


(51)

4. Sikap untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). 2.4.3 Tindakan

Tindakan adalah suatu perbuatan nyata yang merupakan hasil dari perwujudan sikap yang didukung oleh faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempratikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2010), tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi 4 faktor, yaitu:

1. Tindakan atau praktik sehubungan dengan pencegahan penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara).


(52)

2. Tindakan atau praktik sehubungan dengan gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan sebagainya.

3. Tindakan atau praktik sehubungan dengan penggunaan (utilisasi) fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Tindakan atau praktik untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga maupun kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

2.5 Pakaian Bekas 2.5.1 Pengertian

Pakaian bekas adalah pakaian yang telah dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri lalu diimpor untuk diperdagangkan kembali di dalam negeri (Komaria, 2013). Pakaian bekas itu tidak seluruhnya bekas pakai, karena ada sebagian di antaranya yang merupakan pakaian dari gerai ritel yang sudah ketinggalan mode, setelah tidak laku dijual walaupun dengan diskon yang cukup besar (Sitorus, 2008). Selanjutnya pakaian ini ditimbun bertahun-tahun di gudang. Pakaian-pakaian timbunan inilah yang kemudian dijual kembali oleh pihak-pihak tertentu (Rizky, 2012).

2.5.2 Alur Perjalanan Pakaian Bekas

Pakaian bekas masuk melalui pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Riau, Aceh (seperti di Lhokseumawe, Sabang dan Langsa), Sumatera Utara (Belawan, Tanjung Balai Asahan dan Pangkalan Brandan), Sulawesi Utara, Tengah, Tenggara dan Timur, Maluku, dan daerah-daerah pantai lainnya. Pakaian-pakaian bekas ini masuk dari Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa


(53)

dari Eropa. Tetapi masyarakat umum hanya mengetahui pakaian bekas tersebut datang dari Singapura dan Malaysia (Sitorus, 2008).

Pakaian bekas dikapalkan melalui pelabuhan Port Klang Malaysia dan sampai ke pelabuhan Tanjung Balai. Pakaian-pakaian bekas yang dikirim ini dikemas dalam bentuk bal. Bal itu sendiri adalah suatu kemasan pakaian bekas import berbentuk segi empat yang memiliki berbagai merek dan kode tergantung jenis pakaian yang dikehendaki. Satu bal pakaian bekas rata-rata memuat 250 sampai dengan 300 potong. Bal juga terdiri dari beberapa merk yang menentukan harga dari suatu bal serta kualitas pakaian di dalamnya. Sejak tahun 1997, para pedagang sudah memilah-milah bal mana yang mempunyai nilai jual tinggi, karena barang-barang yang dijual mempunyai kualitas yang baik dan diminati oleh semua lapisan masyarakat (Aisyah, 2003).

Pakaian bekas yang dikirim ke Tanjung Balai ini telah di pilah-pilah menurut jenisnya (Aisyah, 2003) antara lain :

1. Bal pakaian wanita dewasa 2. Bal pakaian pria dewasa 3. Bal pakaian dalam wanita 4. Bal pakaian anak-anak 5. Bal kain parasut 6. Bal pakaian rajut 7. Bal pakaian jeans

8. Bal pakaian resmi pria dan wanita 9. Bal bahan bekas tekstil


(54)

10. Bal sepatu bekas 11. Bal tas bekas 12. Bal kaus kaki bekas 13. Bal tali pinggang bekas 14. Bal bahan untuk orden bekas

15. Bal roncah : terdiri dari sarung bantal, penutup untuk TV, kain penutup untuk kulkas, bantal bayi, celemek, dan lain-lain.

16. Bal khusus celana panjang pria 17. Bal khusus boneka

18. Bal kemeja

Penjual atau pedagang pakaian bekas memesan bal kepada agen-agen bal di sekitar tempat penjualan yang diperoleh agen-agen tersebut dari agen induk. Pedagang-pedagang tersebut berjualan dengan sarana kios-kios yang lebarnya sekitar 3x3 m (Aisyah, 2003).

2.5.3 Penanganan Jamur pada Pakaian Bekas

Pakaian bekas dapat menjadi tempat perkembangbiakan jamur. Jamur yang terdapat pada pakaian bekas kemungkinan merupakan jamur patogen yang dapat menimbulkan penyakit kulit dan saluran pernafasan pada konsumennya. Dalam Sukmasari (2015), ada beberapa penanganan yang tepat sebelum pakaian bekas digunakan, di antaranya:

1. Memisahkan pakaian bekas dengan pakaian kotor yang lain.

2. Mencuci menggunakan sabun yang kemudian dilanjutkan dengan cairan antiseptik seperti cairan bleaching (pemutih).


(55)

3. Merebus atau merendam pakaian dengan air panas mendidih (1000C) selama 5 menit.

4. Setelah direbus atau direndam, dicuci dengan sabun, dijemur, dan disetrika dengan suhu yang disesuaikan dengan bahan.

2.6 Kerangka Konsep

Jamur Candida albicans

dan Aspergillus spp. pada pakaian bekas

Keluhan kesehatan penjual pakaian bekas

Ada

Tidak ada

Perilaku penjual tentang bahaya

kesehatan pada pakaian bekas


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:

1. Pasar Melati sebagai pusat pakaian bekas di Kota Medan.

2. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2015. 3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pakaian bekas yang dijual di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Objek penelitian yang diambil sebanyak 10 buah dengan pengambilan sampel berdasarkan atas metode purposive sampling dengan pertimbangan jenis pakaian


(57)

yang paling banyak dibeli, antara lain baju bayi, celana bayi, baju anak-anak, baju wanita, celana wanita, tanktop, celana dalam wanita, baju pria, celana pria, dan celana dalam pria.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari penjual yang berjualan pakaian bekas di Pasar Melati sebanyak 150 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki. Pengambilan sampel penjual sebagai responden dengan metode simple random sampling yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga tiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Kasjono dan Yasril, 2009). Pengambilan sampel dilakukan dengan aplikasi RNG (Random Number Generator). Menurut Rumus Taro Yamane dalam Notoatmodjo (2005) jika populasi <10.000 maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari rumus:

n =

=

= 60 Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(58)

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

1. Data hasil pemeriksaan jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU.

2. Pengambilan data keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun pihak terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

3.6 Definisi Operasional

1. Jamur Candida albicans dan Apergillus spp. pada pakaian bekas adalah spesies

Candida albicans dan Apergillus spp. yang diukur dari pakaian bekas.

2. Keluhan kesehatan penjual pakaian bekas adalah keluhan kesehatan yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang gejala penyakit kulit dan penyakit pernafasan sehingga menunjukkan hasil ada atau tidaknya tanda-tanda penyakit tersebut.

3. Perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas adalah perilaku penjual yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan


(59)

tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas sehingga menunjukkan hasil perilaku baik, sedang atau buruk.

4. Ada adalah apabila ditemukan Candida albicans dan Aspergillus spp. pada pakaian bekas.

5. Tidak ada adalah apabila tidak ditemukan Candida albicans dan Aspergillus

spp. pada pakaian bekas. 3.7 Aspek Pengukuran

3.7.1 Perilaku Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas

Aspek pengukuran yang telah disediakan disesuaikan dengan skor yang ada. Cara pengukuran pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

a. Memberi skor pada tiap butir pertanyaan.

b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan-pertanyaan.

c. Memberikan nilai pada tiap kategori yaitu baik, sedang, dan buruk sesuai dengan pengelompokan skor.

1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas diukur dengan menggunakan kuesioner untuk observasi yang berisi pertanyaan tertutup kepada penjual di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Untuk pertanyaan tingkat pengetahuan memiliki empat pilihan jawaban :

Jawaban a skor : 4 Jawaban b skor : 3


(60)

Jawaban c skor : 2 Jawaban d skor : 1

Berdasarkan kriteria pemberian skor, tingkat pengetahuan diketegorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 30 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 16 s/d 30 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 16 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sikap

Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 10 pernyataan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap mempunyai lima pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut :

a. Skor jawaban nomor 2, 4, 5, 6, 7 dan 8 yaitu : Jawaban sangat setuju skor : 5

Jawaban setuju skor : 4 Jawaban ragu-ragu skor : 3 Jawaban tidak setuju skor : 2


(61)

Jawaban sangat tidak setuju skor : 1 b. Skor jawaban nomor 1, 3, 9 dan 10

Jawaban sangat setuju skor : 1 Jawaban setuju skor : 2 Jawaban ragu-ragu skor : 3 Jawaban tidak setuju skor : 4 Jawaban sangat tidak setuju skor : 5

Berdasarkan kriteria pemberian skor, sikap dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

a. Sikap baik, apabila skor jawaban >75% nilai keseluruhan (>38) b. Sikap sedang, apabila skor jawaban 40-75% nilai keseluruhan (20-38) c. Sikap buruk, apabila skor jawaban <40% nilai keseluruhan (<20) 3. Tindakan

Variabel tindakan penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas diukur dengan menggunakan kuesioner untuk observasi yang berisi pertanyaan tertutup kepada penjual di pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Untuk pertanyaan tindakan memiliki empat pilihan jawaban :

Jawaban selalu skor : 4 Jawaban sering skor : 3 Jawaban kadang-kadang skor : 2 Jawaban tidak pernah skor : 1


(62)

Kriteria untuk masing-masing jawaban yaitu : Selalu = 7 hari dalam seminggu

Sering = 3- 6 hari dalam seminggu Kadang-kadang = 1-2 hari dalam seminggu

Tidak pernah = 0 dalam seminggu

Berdasarkan kriteria pemberian skor, tindakan diketegorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut :

1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 30 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) 16 s/d 30 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) <(kurang dari) 16 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan.

3.7.2 Keluhan Kesehatan Penjual Pakaian Bekas

Keluhan kesehatan yang diderita responden yang berjualan pakaian bekas berdasarkan keluhan dan observasi pada periode 1 (bulan) terakhir, selanjutnya dikategorikan menjadi :

a. Ada, apabila pada responden ditemukan satu atau lebih indikasi keluhan kesehatan kulit (gatal, kulit kemerahan, nyeri, ada bercak putih, kulit bersisik dan kuku menghitam) dan keluhan kesehatan pernafasan (sesak napas,


(63)

batuk-batuk, batuk berdarah, nyeri dada, sakit tenggorokan dan jumlah dahak meningkat).

b. Tidak ada, apabila pada responden tidak ditemukan indikasi keluhan kesehatan kulit (gatal, kulit kemerahan, nyeri, ada bercak putih, kulit bersisik dan kuku menghitam) dan keluhan kesehatan pernafasan (sesak napas, batuk-batuk, batuk berdarah, nyeri dada, sakit tenggorokan dan jumlah dahak meningkat). 3.7.3 Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp.

Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. pada pakaian bekas dinyatakan dalam bentuk persentase. Setelah sampel diswab langsung ditanam ke media SDA untuk diidentifikasi.

3.8 Prosedur Pengukuran Jamur Candida albicans dan Aspergillus spp. 3.8.1 Alat dan Bahan

1. Cawan petri 2. Inkubator

3. Kaca objek dan kaca penutup 4. Kapas lidi

5. Masker

6. Medium Sabouraud agar 7. Mikroskop

8. Pakaian bekas 9. Sarung tangan


(64)

3.8.2 Cara Kerja

1. Pengambilan spesimen dari pakaian bekas dilakukan dengan cara pulasan (swab) menggunakan kapas lidi steril.

2. Bahan pemeriksaan dari swab langsung ditanam ke media agar Sabouraud dan disebar menggunakan ose steril.

3. Disimpan dalam inkubator dengan suhu 370C selama 2x24 jam.

4. Dilakukan identifikasi terhadap spesies jamur yang tumbuh dan dihitung persentase pakaian bekas yang mengandung jamur.

3.9 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara : 1. Editing

Memeriksa data terlebih dahulu apakah telah sesuai seperti yang diharapkan, misalnya memeriksa kelengkapan, kesinambungan, dan keseragaman data. 2. Koding

Menyederhanakan semua jawaban jika cara pengumpulan data menggunakan pertanyaan. Menyederhanakan jawaban tersebut dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol.

3. Tabulasi

Mengelompokkan data dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian.


(65)

3.10 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif dan dinarasikan. Data yang telah diperoleh dari kuesioner mengenai keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas juga disesuaikan dengan aspek pengukuran yang ditentukan.


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pasar Melati terletak di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Pasar Melati terbentuk secara kebetulan tanpa ada perencanaan dari pemerintah, yang mulai ada sejak 1983. Saat itu Pasar Melati masih belum ramai karena penjual adalah penduduk sekitar dan barang yang dijual masih berupa sayur dan buah. Kemudian Pasar Melati mengalami perkembangan cukup pesat sejak tahun 1999, jenis barang yang dijual pun semakin bervariasi. Pasar Melati saat ini terkenal sebagai tempat penjualan pakaian bekas impor (monza). Penjual pakaian bekas mulai berkembang sejak tahun 2005. Pasar Melati dikelola oleh masing-masing pemilik tanah tanpa ada campur tangan pemerintah. Pemilik tanah semakin banyak melakukan pembangunan kios sehingga Pasar Melati semakin meluas (Nova, 2014). 4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan jam kerja/hari. Hasil disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Penjual

Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2015

No Karakteristik Responden n=60 Orang Persentase (%) Umur (tahun)

1 < 30 Tahun 15 25,0

2 30-50 Tahun 42 70,0


(67)

Tabel 4.1 Lanjutan

No Karakteristik Responden Jumlah (n=

60 Orang)

Persentase (%) Jenis Kelamin

1 Laki-Laki 10 16,7

2 Perempuan 50 83,3

Pendidikan

1 SD 1 1,7

2 SMP 15 25,0

3 SMA 39 65,0

4 D3 3 5,0

5 S1 2 3,3

Masa Kerja

1 < 10 Tahun 49 81,7

2 > 10 Tahun 11 18,3

Jam Kerja/Hari

1 < 8 Jam 45 75,0

2 > 8 Jam 15 25,0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa responden penjual lebih banyak berumur 30-50 tahun yaitu sebanyak 42 orang (70,0%), responden yang berumur < 30 tahun sebanyak 15 orang (25,0%) dan responden yang paling sedikit berumur > 50 tahun yaitu hanya 3 orang (5,0%). Responden penjual lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 orang (83,3%) dan responden laki-laki sebanyak 10 orang (16,7%). Tingkat pendidikan penjual lebih banyak adalah SMA yaitu sebanyak 39 orang (65,0%), responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 15 orang (25,0%), responden yang memiliki tingkat pendidikan D3 sebanyak 3 orang (5,0%), responden yang memilki tingkat pendidikan 21 sebanyak 2 orang (3,3%) dan yang paling sedikit adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 1 orang (1,7%). Responden penjual lebih banyak bekerja kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 49 orang (81,7%) dan responden yang bekerja lebih dari 10 tahun sebanyak 11 orang


(68)

(18,3%). Jam kerja penjual mayoritas kurang dari 8 jam sehari yaitu sebanyak 45 orang (75,0%) dan bekerja lebih dari 8 jam sehari sebanyak 15 orang (25,0%). 4.3 Hasil Pengukuran Tingkat Pengetahuan Penjual

Gambaran mengenai pengetahuan responden tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas dapat dilihat secara rinci pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2015

No Pengetahuan

Responden

Skor (n=60 orang)

4 3 2 1

n % n % n % n %

1. Bahaya kesehatan pada

pakaian bekas 0 0,0 18 30,0 36 60,0 18 30,0 2. Kuman penyakit pada

pakaian bekas 1 1,7 10 16,7 10 16,7 39 65,0 3 Tempat hidup jamur 0 0,0 10 16,7 25 41,7 25 41,7 4 Hal-hal yang mempe-

ngaruhi pertumbuhan jamur

0 0,0 1 1,7 7 11,7 52 86,7 5 Ciri-ciri pakaian yang

mengandung jamur 0 0,0 4 6,7 30 50,0 26 43,3 6 Jalur masuk jamur ke

dalam tubuh 0 0,0 0 0,0 9 15,0 51 85,0 7 Penyakit yang disebab-

kan jamur bagi keseha- tan manusia

0 0,0 1 1,7 25 41,7 34 56,7 8 Perlakuan yang tepat

sewaktu membongkar pakaian bekas dari bal

0 0,0 35 58,3 24 40,0 1 1,7 9 Perlakuan yang tepat

sewaktu berjualan pakaian bekas

0 0,0 1 1,7 59 98,3 0 0,0 10 Penanganan yang tepat

sebelum memakai pakaian beaks

3 5,0 11 18,3 45 75,0 1 1,7


(69)

menyatakan pakaian bekas sebagai tempat tumbuh dan berkembangbiaknya kuman penyakit yang akan menularkan penyakit pada pemakainya. Sebanyak 39 orang (65,0%) menyatakan tidak tahu kuman penyakit yang terdapat pada pakaian bekas dan hanya 1 orang (1,7%) menyatakan jamur dan bakteri. Sebanyak 25 orang (41,7%) menyatakan tidak tahu tempat hidup jamur dan tidak ada yang menyatakan jamur dapat hidup di semua tempat terutama lingkungan yang cocok dengan pertumbuhannya. Sebanyak 52 orang (86,7%) menyatakan tidak tahu hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan jamur dan tidak ada responden yang menyatakan substrat, kelembapan, suhu, pH dan bahan kimia. Sebanyak 30 orang (50,0%) menyatakan terdapat bercak-bercak jika pakaian yang mengandung jamur dan tidak ada responden yang menyatakan terdapat-bercak-bercak, berbau ragi dan lembap.

Sebanyak 51 orang (85,0%) menyatakan tidak tahu jalur masuk jamur ke dalam tubuh dan tidak ada responden yang menyatakan pernafasan, percernaan dan permukaan kulit. Sebanyak 34 orang (56,7%) menyatakan tidak tahu penyakit yang disebabkan jamur dan tidak ada responden yang menyatakan penyakit kulit, penyakit kelamin dan penyakit pada saluran pernafasan. Sebanyak 35 orang (58,3%) menyatakan memakai masker sebagai perlakuan yang tepat sewaktu membongkar pakaian bekas dari bal dan tidak ada yang menyatakan memakai masker dan sarung tangan. Sebagian besar responden yaitu 59 orang (98,3%) menyatakan tidak perlu ada perlakuan khusus sewaktu berjualan pakaian bekas. Sebanyak 45 orang (75,0%) menyatakan penanganan yang tepat sebelum


(70)

memakai pakaian bekas yaitu mencuci dengan deterjen, dijemur dan disetrika dan hanya 1 orang (1,7%) yang menjawab tidak tahu.

Penilaian terhadap tingkatan pengetahuan dilakukan dengan menghitung jumlah total skor jawaban responden. Berdasarkan skoring yang dilakukan terhadap pengetahuan responden tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas maka diketahui kategori pengetahuan responden, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Penjual tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan Tahun 2015

No Tingkat Pengetahuan Jumlah %

1 Baik 0 0,0

2 Sedang 44 73,3

3 Buruk 16 26,7

Total 60 100,0

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan penjual tentang bahaya kesehatan pada pakaian bekas berada pada kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 44 orang (73,3%). Responden dengan kategori pengetahuan baik tidak ada dan pengetahuan buruk sebanyak 16 orang (26,7%).


(1)

Gambar Lampiran 7. Baju Bayi dan Hasil Pemeriksaan Jamur


(2)

Gambar Lampiran 9. Baju Anak-Anak dan Hasil Pemeriksaan Jamur


(3)

Gambar Lampiran 11. Celana Wanita dan Hasil Pemeriksaan Jamur


(4)

Gambar Lampiran 13. Celana Dalam Wanita dan Hasil Pemeriksaan Jamur


(5)

Kontaminan bakteri

Gambar Lampiran 15. Celana Pria dan Hasil Pemeriksaan Jamur


(6)

Gambar Lampiran 17 dan 18. Peneliti Memberi Kuesioner Kepada Penjual Pakaian Bekas di Pasar Melati


Dokumen yang terkait

Respon Pedagang Pakaian Bekas terhadap Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Melati Kota Medan

0 12 105

IMAGE PEMBELI PAKAIAN BEKAS DI PASAR MELATI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN, PROVINSI SUMATERA UTARA.

1 7 24

ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN TAHUN 2010 - 2015.

0 3 27

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDUDUK DILIHAT DARI PARAMETER FISIK DAN KIMIA DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN KOTA MEDAN.

1 7 27

Respon Pedagang Pakaian Bekas terhadap Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Melati Kota Medan

0 0 10

Respon Pedagang Pakaian Bekas terhadap Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Melati Kota Medan

0 0 2

Respon Pedagang Pakaian Bekas terhadap Larangan Impor Pakaian Bekas di Pasar Melati Kota Medan

0 0 9

Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015

0 1 57

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur 2.1.1Definisi Jamur - Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan

0 0 30

Analisis Keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spp. Serta Keluhan Kesehatan dan Perilaku Penjual Tentang Bahaya Kesehatan pada Pakaian Bekas di Pasar Melati Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan tahun 2015

0 0 17